Anda di halaman 1dari 12

INTEGRATED SKILLS (KASUS UROGENITAL)

1. KASUS 1

SOAL MAHASISWA

Datang seorang pasien dengan keluhan susah buang air kecil dan sering merasa tidak
puas ketika selesai buang air kecil sejak satu hari yang lalu. Lakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding dan tindakan medis
yang perlu dilakukan

ILUSTRASI KASUS

Sekitar satu hari SMRS pasien mengeluhkan susah buang air kecil dan sering merasa
tidak puas ketika selesai buang air kecil sejak satu hari yang lalu. Sekarang ini perut
bawah pasien sangat penuh dan tidak nyaman serta terasa nyeri. Pasien mengatakan
sebelumnya saat akan kencing harus mengejan, pancaran kencing lemah, tidak sakit,
setelah kencing menetes dan merasa masih ada sisa air seni, sering ingin kencing lagi
setelah beberapa saat baru kencing, kadang terputus – putus, masih bisa menahan
kencing. Urine warna kuning jernih, pasir (-), darah (-). Badan demam/mengigil (-),
nyeri pinggang (-), nyeri perut bagian bawah (+), kencing panas (-), buang air besar
tidak ada kelainan.
Pasien mengatakan keluhan gangguan kencing sudah dirasakan sejak 3 tahun yang
lalu. Riwayat operasi pengambilan batu kandung kemih ± 1 tahun lalu. Riwayat
kencing bercampur darah disangkal. Riwayat kencing bernanah disangkal. Riwayat
trauma pelvis disangkal. Riwayat DM (-), hipertensi disangkal.

ANAMSESIS KELAINAN SISTEM URINARIUS

No Kriteria Penilaian Skor


0 1 2 3
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri dan sambung rasa
3 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
4 Menanyakan identitas penderita
Identitas penderita
Nama : TN.S
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Legok
No CM : 001768
Tanggal masuk : 11 Januari 2015
Tanggal pemeriksaan : 11 Januari 2015

5 Menanyakan keluhan utama


6 Menanyakan onset dan kronologi
7 Menanyakan apakah onset penyakit, timbul mendadak atau
gradual
8 Menanyakan perjalanan atau perkembangan penyakit
9 Menanyakan kualitas keluhan
10 Menanyakan kuantitas keluhan
11 Menanyakan factor-faktor yang mendahului, menstimulir,
memperberat/memperingan keluhan penyakit
12 Menanyakan gejala penyerta :
13 Menanyakan riwayat penyakit dahulu :
14 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
15 Menanyakan riwayat pengobatan penyakit
14 Menanyakan riwayat social ekonomi
15 Menanyakan kebiasaan pribadi :
16 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien
17 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
18 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
19 Menutup wawancara
- Menanyakan kepada pasien apakah ada hal yang
terlewat
- Menutup wawancara dengan membuat suatu
ringkasan

PEMERIKSAAN FISIK
20 Menyebutkan Pemeriksaan Fisik Yang Menunjang

21 Menanyakan hasil pemeriksaan fisik pada penguji


22 Kemampuan untuk menjelaskan interpretasi hasil
pemeriksaan
23 Menyebutkan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
24 Menanyakan hasil pemeriksaan penunjang
25 Interpretasi pemeriksaan penunjang
26 Menentukan Diagnosis banding
27 Menentukan Diagnosa kerja
28 Menentukan Usulan pemeriksaan selanjutnya
29 Menentukan tatalaksana umum dan khusus
30 Memberikan empati dan dukungan kepada pasien
JUMLAH
2. KASUS 2
Soal Mahasiswa
Tn. X (25 tahun) datang dengan keluhan susah buang air kecil sejak 2 hari yang lalu.
lakukan :
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan penunjang
d) diagnosis dan diagnosis banding
e) Tindakan medis yang diperlukan (pemasangan kateter)

ILUSTRASI KASUS
Tn X. datang keRSUD Raden Mattaher dengan keluhan susah buang air kecil sejak
2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri saat buang air kecil. Nyeri terutama
dirasakan pasien pada ujung penis dan skrotum. pasien merasa perut bagian
bawahnya menggelembung serta terasa sangat nyeri. pasien mengatakan
sebelumnya ia sering mengeluh sulit kencing, perlu mengedan terlebih dahulu saat
buang air kecil sehingga ada waktu antara proses mengedan dengan keluarnya air
kencing. pancaran kencing yang lemah sering berhenti sendiri kadang tiba-tiba
menjadi lancar terutama apabila mengalami perubahan posisi tubuh, ketika selesai
BAK masih ada kencing yang menetes sehingga pasien sering merasa tidak puas.
Hal ini menyebabkan pasien sering kekamar mandi hingga 7 kali sehari. pasien
juga sering terbangun pada malam hari hanya untuk BAK.
Pasien tidak pernah mengeluh nyeri pinggang yang menjalar sampai kelipat paha.
Tidak pernah merasa rasa panas atau terbakar pada alat kelamin saat buang air
kecil. menyangkal demam dalam tiga bulan terakhir. menyangkal pernah buang air
kecil berpasir. tidak ada kemerahan didalam air kencing, tidak keruh, tidak ada
batu atau pasir yang keluar saat BAK. menyangkal pancaran kencingnya
bercabang. menyangkal sulit untuk menahan berkemih.
Pasien mengatakan keluhan gangguan kencing sudah dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu menyangkal riwayat trauma diperut bagian bawah, panggul atau kelamin.
menyangkal pernah operasi didaerah perut.
ANAMSESIS KELAINAN SISTEM URINARIUS

No Kriteria Penilaian Skor


0 1 2 3
1 Menyapa pasien
2 Memperkenalkan diri dan sambung rasa
3 Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien
4 Menanyakan identitas penderita
Nama : TN.X
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai bank
Alamat : Sungai Putri
No CM : 001768
Tanggal masuk : 19 Januari 2015
Tanggal pemeriksaan : 19 Januari 2015

5 Menanyakan keluhan utama :


6 Menanyakan onset dan kronologi
7 Menanyakan apakah onset penyakit, timbul mendadak
atau gradual
8 Menanyakan perjalanan atau perkembangan penyakit
terus menerus tetap, terus menerus turun naik,
episodic, intermittent
9 Menanyakan kualitas keluhan :
10 Menanyakan kuantitas keluhan
11 Menanyakan factor-faktor yang mendahului,
menstimulir, memperberat/memperingan keluhan
penyakit :
12 Menanyakan gejala penyerta :
13 Menanyakan riwayat penyakit dahulu :
14 Menanyakan riwayat kesehatan keluarga
15 Menanyakan riwayat pengobatan penyakit
14 Menanyakan riwayat social ekonomi
15 Menanyakan kebiasaan pribadi :
16 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien
17 Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat
18 Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat
19 Menutup wawancara
- Menanyakan kepada pasien apakah ada hal
yang terlewat
- Menutup wawancara dengan membuat suatu
ringkasan

PEMERIKSAAN FISIK
20 Melakukan pemeriksaan fisik abdomen

21 Menanyakan hasil pemeriksaan fisik abdomen


22 Kemampuan untuk menjelaskan interpretasi hasil
pemeriksaan
23 Menentukan pemeriksaan penunjang
24 Menentukan Diagnosis banding
25 Menentukan Diagnosa kerja

26 Menentukan Usulan pemeriksaan selanjutnya


27 Penatalaksanaan

28 Memberikan empati dan dukungan kepada pasien


JUMLAH
Skill Lab III
SISTEM UROGENITALIA
SIRKUMSISI

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi


terbuka. Tindakan ini murupakan tindakan bedah minor yang paling banyak
dikerjakan di seluruh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh
dukun sunat.
Sirkumsisi ini bertujuan / bermaksud untuk :
- Menjaga hygiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine
- Mencegah terjadinya infeksi pada glans atau prepusium penis
- Mencegah timbulnya karsinoma penis
Indikasi medis tindakan sirkumsisi adalah :
- fimosis atau parafimosis
- Balanitis rekuren
- kondiloma akuminata
- karsinoma skuamosa pada preputium
Kontraindikasi
- Hipospadia
- epispadia
- korde
- megalouretra
- webbed penis(didapatkan jaringan diantara penis dan rafe skrotum) sedangkan
kelainan pembekuan darah (bleeding diarthesis) merupakan kontraindikasi
relative untuk tindakan ini
Prinsip dasar melakukan sirkumsisi yaitu tindakan asepsis, pengankatan kulit
preputium secara adekuat, hemostasis yang baik dan kosmetik. sirkumsisi yang
dikerjakan pada umur neonates <1 bulan dapat dikerjakan tanpa memakai anastesi,
sedangkan anak yang lebih besar harus dengan memakai anestesi umum guna
menghindari terjadinya trauma psikologis.

Persiapan alat-alat yang diperlukan pada sirkumsisi adalah :


- kain kassa steril
- cairan desinfektan (povidon yodium)
- Kain steril untuk mempersempit daerah operasi
- semprit steril beserta jarumnya serta obat anastesi local (prokain/lidokain 0.5-
1 %)
- satu set peralatan pembedahan minor
TEKHNIK DALAM SIRKUMSISI
Adapun beberapa cara/teknik dalam melakukan tindakan sirkumsisi yaitu:
1) Metode Klasik,
Teknik klasik adalah teknik sirkumsisi dengan cara menjepit prepusium
secara melintang pada sumbu panjang penis, kemudian memotongnya. Insisi dapat
dilakukan di bagian proksimal atau distal dari klem tersebut. Cara ini lebih cepat
dari cara dorsumsisi, tapi membutuhkan kemahiran tersendiri. Bila operator belum
terbiasa, hasilnya akan lambat, karena harus menggunting mukosa atau kulit yang
berlebihan. Pendarahan yang terjadi dengan cara ini biasanya lebih banyak, karena
insisi prepusium dilakukan sekaligus (Bachsinar, tahun 1993). Keuntungan dalam
menggunakan teknik klasik ini adalah:
1) Tekniknya relatif lebih sederhana
2) Hasil insisi lebih rata
3) Waktu pelaksanaan lebih cepat
Kerugian dalam menggunaka teknik klasik ini adalah
1) Pada operator yang tidak terbiasa, mukosa dapat berlebihan, sehingga
memerlukan insisi ulang
2) Ukuran mkosa-kulit tidak dapat dipastikan
3) Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang berlebihan lebih
besat di bandingkan teknik dorsumsisi
4) Perdarahan biasanya lebih banyak ( Bachsinar, tahun 1993)

Cara kerja dalam melakukan teknik klasik adalah:


1) Prepusium dijepit pada jam 6 dan 12

2) Klem melintang dipasang pada prepusium, secara melintang dari sumbu


panjang penis. Arah klem miring dengan melebihkan bagian yang sejajar
frenulum

3) Prepusium di bagian proksimal atau distal dari klem melintang diinsisi

4) Perdarahan dirawat

5) Penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis. ( Purnomo, tahun 2003)

Pada metode klasik perlu diperhatikan:


1) Jepitan pada prepusium harus mengerah ke mukosa untuk mencegah mukosa
yang berlebihan
2) Klem melintang dipasang sedemikian rupa sehingga masih terdapat jarak longgar
antara bagian proksimal klem dengan glans penis.
3) Klem melintang dalam posisi miring dengan melebihkan bagian sejajar frenulum,
untuk mencegah frenulum terpotong secara berlebihan.
4) Ikatalah perdarahan dan jahitan mukosa-kulit

2) Metode Dorsumsisi,
Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong prepusium pada
jam 12, sejajar dengan sumbu panjang penis kearah proksimal, kemudian
dilakukan petongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius
glandis.Cara ini lebih dianjurkan, karena dianggap lebih etis dibanding cara
guilotin. Dengan sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil,
sehingga hasil yang didapat juga lebih baik ( Bachsinar, tahun 1993). Keuntungan
dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:
1) Kelebihan mukosa-kulit bisa diatur.
2) Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti cara guilotin.
3) Kemungkinan melukai glands penis dan merusak frenulum prepusium lebih
kecil.
4) Pendarahan mudah dilatasi, karena insisi dilakukan bertahap

Kerugian dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:


1) Tekniknya lebih rumit dibandingakan cara guilotin
2) Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata
3) Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan gulotin

Cara kerja dalam melakukan teknik dorsumsisi adalah:


1) Prepsium dijepit pada jam 11, 1 dan 6
2) Prepusium diinsisi di antara jam 11 dan 1 ke arah sulkus koronarius glandis,
sisakan mukosa-kulit 2-3 mm dari bagian distal sulkus; pasanglah tali kendali
3) Insisi melingkar ke kiri dan ke kanan sejajar sulkus
4) Pada frenulum prepusim insisi dibuat agak runcing(membentuk segitiga)
5) Perdarahan dirawat
6) Buatlah tali kendali pada jam 3 dan 9
7) Lakukan penjahitan frenlum-kulit dengan jahitan berbetuk angka 8.
8) Lakukan penjahitan mukosa-kulit di sekeliling penis ( Purnomo, tahun 2003)

Pada dorsumsisi perlu diperhatikan:


1) Ukurlah mukosa-kulit pada pemotongan antara jam 11 dan 1 sebagai patokan pada
insisi ke lateral.
2) Pada insisi ke lateral, kulit-mukosa tak boleh terlalu ditarik karena sisa mukosa
dapat menjadi terlalu sedikit, yang mempersulit penjahitan
3) Ikatan plain cat-gut pada perwatan perdarahaan dilakukan minimal tiga kali, untuk
mencegah terlepasnya benang dari simpul
4) Pada penjahitan keliling, jahitan harus serapat mungkin, tidak boleh terdapat
tumpang tindih ( Purnomo, tahun 2003).
Gambar
3) Metode Lonceng,
4) Metode Klamp,
5) Metode Laser,
6) Metode Flashcutter.
CHECK LIST SIRKUMSISI

Nama :
Nim :

SKOR
No KRITERIA
0 1 2 3
1 Pemeriksa memberikan salam dan memperkenalkan
diri Melakukan anamnesis mengenai indikasi dan
kontraindikasi. Menerangkan tujuan dan cara
melakukan sirkumsisi, meminta informed consent
Pemeriksa mempersilakan penderita berbaring
2
dengan rileks.
Persiapan alat (gunting jaringan, klem arteri lurus,
klem arteri bengkok, pinset anatomis, needle holder,
3 jarum jahit kulit, kapas, kassa steril, plester, benang
plain cat gut, sarung tangan steril,lidokain 2%, kain
berlubang steril, salep antibiotik)
4 Mengenakan sarung tangan
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada
5
penis dan daerah sekitarnya.
6 Memasang kain berlubang steril pada penderita.
7 Melakukan anestesi blok pada arah jam 12 tusukkan
jarum hingga fascia buck, suntikan lidocaine
sebanyak 0,5-1 cc. Dengan teknik infiltratif,
tambahkan anestesi pada arah jam 6, boleh ditambah
pada arah jam 3 dan 9. (tunggu 3-5 menit)
Periksa apakah anestesi sudah efektif denga cara
8 melakukan penjepitan pada daerah frenulum dengan
klem.
Buka glans penis sampai sulkus korona penis
9 terpapar, bila ada perlengketan bebaskan dengan
klem arteri atau kassa steril.
10 Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri garis
median bagian dorsal dengan 2 klem lurus. Klem
ketiga dipasang pada garis tengah ventral.
(Preputium dijepit klem pada jam 11, 1 dan jam 6
ditarik ke distal).
Gunting preputium dorsal tepat digaris tengah
(diantara dua klem) kira-kira ½ sampai 1 sentimeter
dari sulkus koronarius (dorsumsisi),buat tali kendali.
11 Kulit preputium dijepit dengan klem bengkok pada
arah jam 12 dan 12’.Insisi melingkar kekiri dan
kekanan dengan arah serong menuju frenulum di
distal penis (pada frenulum insisi dibuat agak
meruncing (huruf V), buat tali kendali.
Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain
12
catgut yang disiapkan.
Setelah diyakini tidak ada perdarahan, siap untuk
dijahit.Penjahitan dimulai dari dorsal (jam 12),
dengan patokan klem yang terpasang dan jahitan
13 kedua pada bagian ventral (jam 6). Tergantung
banyaknya jahitan yang diperlukan, selanjutnya
jahitan dibuat melingkar pada jam 3,6, 9,12 dan
seterusnya
Luka dioles dengan salep antibiotik dan ditutup
14
melingkar dengan kasa steril dan diplester.

Nilai = (total skor x 100) / 35


Keterangan :
- 0-3
0 = Tidak melakukan
1= Melakukan tetapi salah
2= Melakukan tetapi kurang benar, tidak berurutan atau tidak lengkap
3= Melakukan dengan benar dan berurutan
- 0-2
0= tidak melakukan
1= melakukan tapi kurang benar
2= melakukan dengan benar
- 0-1
0= tidak melakukan
1= melakukan

Jambi, .........................................

Penguji,

(....................................................)

Anda mungkin juga menyukai