1. KASUS 1
SOAL MAHASISWA
Datang seorang pasien dengan keluhan susah buang air kecil dan sering merasa tidak
puas ketika selesai buang air kecil sejak satu hari yang lalu. Lakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding dan tindakan medis
yang perlu dilakukan
ILUSTRASI KASUS
Sekitar satu hari SMRS pasien mengeluhkan susah buang air kecil dan sering merasa
tidak puas ketika selesai buang air kecil sejak satu hari yang lalu. Sekarang ini perut
bawah pasien sangat penuh dan tidak nyaman serta terasa nyeri. Pasien mengatakan
sebelumnya saat akan kencing harus mengejan, pancaran kencing lemah, tidak sakit,
setelah kencing menetes dan merasa masih ada sisa air seni, sering ingin kencing lagi
setelah beberapa saat baru kencing, kadang terputus – putus, masih bisa menahan
kencing. Urine warna kuning jernih, pasir (-), darah (-). Badan demam/mengigil (-),
nyeri pinggang (-), nyeri perut bagian bawah (+), kencing panas (-), buang air besar
tidak ada kelainan.
Pasien mengatakan keluhan gangguan kencing sudah dirasakan sejak 3 tahun yang
lalu. Riwayat operasi pengambilan batu kandung kemih ± 1 tahun lalu. Riwayat
kencing bercampur darah disangkal. Riwayat kencing bernanah disangkal. Riwayat
trauma pelvis disangkal. Riwayat DM (-), hipertensi disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
20 Menyebutkan Pemeriksaan Fisik Yang Menunjang
ILUSTRASI KASUS
Tn X. datang keRSUD Raden Mattaher dengan keluhan susah buang air kecil sejak
2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh nyeri saat buang air kecil. Nyeri terutama
dirasakan pasien pada ujung penis dan skrotum. pasien merasa perut bagian
bawahnya menggelembung serta terasa sangat nyeri. pasien mengatakan
sebelumnya ia sering mengeluh sulit kencing, perlu mengedan terlebih dahulu saat
buang air kecil sehingga ada waktu antara proses mengedan dengan keluarnya air
kencing. pancaran kencing yang lemah sering berhenti sendiri kadang tiba-tiba
menjadi lancar terutama apabila mengalami perubahan posisi tubuh, ketika selesai
BAK masih ada kencing yang menetes sehingga pasien sering merasa tidak puas.
Hal ini menyebabkan pasien sering kekamar mandi hingga 7 kali sehari. pasien
juga sering terbangun pada malam hari hanya untuk BAK.
Pasien tidak pernah mengeluh nyeri pinggang yang menjalar sampai kelipat paha.
Tidak pernah merasa rasa panas atau terbakar pada alat kelamin saat buang air
kecil. menyangkal demam dalam tiga bulan terakhir. menyangkal pernah buang air
kecil berpasir. tidak ada kemerahan didalam air kencing, tidak keruh, tidak ada
batu atau pasir yang keluar saat BAK. menyangkal pancaran kencingnya
bercabang. menyangkal sulit untuk menahan berkemih.
Pasien mengatakan keluhan gangguan kencing sudah dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu menyangkal riwayat trauma diperut bagian bawah, panggul atau kelamin.
menyangkal pernah operasi didaerah perut.
ANAMSESIS KELAINAN SISTEM URINARIUS
PEMERIKSAAN FISIK
20 Melakukan pemeriksaan fisik abdomen
4) Perdarahan dirawat
2) Metode Dorsumsisi,
Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong prepusium pada
jam 12, sejajar dengan sumbu panjang penis kearah proksimal, kemudian
dilakukan petongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius
glandis.Cara ini lebih dianjurkan, karena dianggap lebih etis dibanding cara
guilotin. Dengan sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil,
sehingga hasil yang didapat juga lebih baik ( Bachsinar, tahun 1993). Keuntungan
dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:
1) Kelebihan mukosa-kulit bisa diatur.
2) Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti cara guilotin.
3) Kemungkinan melukai glands penis dan merusak frenulum prepusium lebih
kecil.
4) Pendarahan mudah dilatasi, karena insisi dilakukan bertahap
Nama :
Nim :
SKOR
No KRITERIA
0 1 2 3
1 Pemeriksa memberikan salam dan memperkenalkan
diri Melakukan anamnesis mengenai indikasi dan
kontraindikasi. Menerangkan tujuan dan cara
melakukan sirkumsisi, meminta informed consent
Pemeriksa mempersilakan penderita berbaring
2
dengan rileks.
Persiapan alat (gunting jaringan, klem arteri lurus,
klem arteri bengkok, pinset anatomis, needle holder,
3 jarum jahit kulit, kapas, kassa steril, plester, benang
plain cat gut, sarung tangan steril,lidokain 2%, kain
berlubang steril, salep antibiotik)
4 Mengenakan sarung tangan
Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada
5
penis dan daerah sekitarnya.
6 Memasang kain berlubang steril pada penderita.
7 Melakukan anestesi blok pada arah jam 12 tusukkan
jarum hingga fascia buck, suntikan lidocaine
sebanyak 0,5-1 cc. Dengan teknik infiltratif,
tambahkan anestesi pada arah jam 6, boleh ditambah
pada arah jam 3 dan 9. (tunggu 3-5 menit)
Periksa apakah anestesi sudah efektif denga cara
8 melakukan penjepitan pada daerah frenulum dengan
klem.
Buka glans penis sampai sulkus korona penis
9 terpapar, bila ada perlengketan bebaskan dengan
klem arteri atau kassa steril.
10 Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri garis
median bagian dorsal dengan 2 klem lurus. Klem
ketiga dipasang pada garis tengah ventral.
(Preputium dijepit klem pada jam 11, 1 dan jam 6
ditarik ke distal).
Gunting preputium dorsal tepat digaris tengah
(diantara dua klem) kira-kira ½ sampai 1 sentimeter
dari sulkus koronarius (dorsumsisi),buat tali kendali.
11 Kulit preputium dijepit dengan klem bengkok pada
arah jam 12 dan 12’.Insisi melingkar kekiri dan
kekanan dengan arah serong menuju frenulum di
distal penis (pada frenulum insisi dibuat agak
meruncing (huruf V), buat tali kendali.
Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain
12
catgut yang disiapkan.
Setelah diyakini tidak ada perdarahan, siap untuk
dijahit.Penjahitan dimulai dari dorsal (jam 12),
dengan patokan klem yang terpasang dan jahitan
13 kedua pada bagian ventral (jam 6). Tergantung
banyaknya jahitan yang diperlukan, selanjutnya
jahitan dibuat melingkar pada jam 3,6, 9,12 dan
seterusnya
Luka dioles dengan salep antibiotik dan ditutup
14
melingkar dengan kasa steril dan diplester.
Jambi, .........................................
Penguji,
(....................................................)