Sak Ruang Operasi
Sak Ruang Operasi
DEFINISI
Appendikisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendiks.
Penyakit ini dapat menyerang semua umur tetapi sebagian besar adalah pada usia 11 – 19 tahun
dan golongan umur 20 – 30 tahun. Appendiksitis relatif dikaitkan dengan umur, namun perforasi
lebih sering ditemukan pada anak – anak dan tingkat kematian lebih tingggi pada gololongan umur
ini.
5. Peradangan Kronis
Perdangan yang merupakan kambuhan karena peradangan terdahulu.
PATOFISIOLOGI
Appendiksitis akut merupakan keadaaan darurat bedah umum pada masa kanak-kanak. Apppendiks
melekat pada caecum, struktuir, ukuran dan posisinya bervariasi, pada individu yang berbeda. Pada
anak-anak, appendiks mayoritas tidak lurus tetapi memperhatikan lipatan dan belitan anguler.
Adanya obstruksi pada lumen appendiks oleh karena fekolid sisa makanan, perlengkapan usus,
tumor atau limpoid perplasi maka sekret yang dihasilkan mukosa bertambah. Akibatnya suplai
kedaerah appendiks berkurang, mukosa mulai mengalami hipoksia, edema kemungkinan tukak,
karena adanya kuman maka terjadi infeksi yang dapat menimbulkan inflasi dan meningkatkan
reckemia, yang dapat dikuiti dengan pecahnya appendiks dan peritonitis. Gangren karena hipoksia
atau perforasi dapat terjadi dalam 24 jam sampai 36 jam.
TANDA DAN GEJALA
a. Nyeri abdominal tiba-tiba hilang nyeri, pada perforasi diikuti dengan peningkatan nyeri
menyebar.
b. Mual dan muntah (terjadi setelah serangan nyeri).
c. Diare dan konstipasi.
d. Penurunan atau hilangnya bising usus.
e. Demam, gelisah dan dehidrasi.
f. Posisi tidur miring dengan lutut fleksi memberikan rasa nyaman yang maksimal.
g. Distensi abdomen secara progresif.
h. Suhu tubuh meningkat, leukosit darah meningkat.
II. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
Sebelum Operasi
- Rasa sakit di epigastrium atau daerah periumbilikalis kemudian menjalar kebagian perut
kanan bawah.
- Rasa sakit hilang timbul.
- Mual dan muntah.
- Diare dan konstipasi.
- Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.
- Rewel dan menangis.
- Lemah dan lesu.
- Suhu tubuh meningkat.
Sesudah Operasi
- Mengeluh sakit pada daerah luka operasi terutama bila digerakan.
- Haus dan lapar.
- Takut melakukan aktifitas.
- Peradrahan.
b. Data Obyektif
Sebelum Operasi
- Nyeri tekan titik Mc. Burney.
- Bising usus meningkat, perut kembung.
- Suhu tubuh meningkat, nadi cepat.
- Hasil laboratorium leukosit meningkat 10.000 – 12.000/UI dan 13.000/UI bila sudah terjadi
perforasi.
- Obstipasi.
Sesudah Operasi
- Luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen.
- Bed rest / aktivitas terbatas.
- Puasa ada infus.
- Bising usus berkurang.
c. Data laboratorium
- Darah : leukosit > 10.000 – 18.
A. Sebelum Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri abdomen kanan bawah berhubungan dengan obstruksi dan peradangan
appendiks.
Rencana Tindakan:
- Kaji respon klien terhadap nyeri.
- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
- Ajarkan teknik relaksasi, tarik napas dalam dan batuk efektif.
- Jelaskan penyebab rasa nyeri dan cara mengatasinya.
- Beri posisi tidur semi fowler.
- Kompres es pada daerah sakit untuk mengurangi rasa sakit.
- Alihkan perhatian pasien, misal : beri bacaan.
- Kalau perlu puasakan makan dan minum.
Diagnosa Keperawatan 2.
Potensial kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Rencana Tindakan :
- Monitor tanda dan gejala peritonitis : meningkatnya suhu tubuh, nyeri abdomen yang hebat,
perut tegang, peristaltik usus meningkat atau tidak, takikardi, takipnea dan tekanan darah
menurun.
- Beri makanan dan cairan sesuai program dokter
- Monitor leukosit, informasikan kepada dokter bila hasil meningkat.
- Lakukan tindakan untuk mencegah pecahnya appendiks dan meningkakan tekanan intra luminal
antara lain :
Jangan lakukan enema, huknah, klisma.
Cegah penggunaan obat-obat laxatia
Jangan berikan kompres panas di daerah abdomen.
Puasakan.
Bedrest dengan posisi semi fowler/fowler.
Pertahankan NGT/pipa lambung bila sudah ada.
Beri suport pada pasien dan keluarga.
Beri antibiotik sesuai program dokter.
Diagnosa keperawatan 4.
Kecemasan anak atau orang tua berhubungan dengan hospitalisasi, prosedur medik
dan rencana operasi.
Rencana Tindakan :
- Dampingi anak dan orang tua saat cemas.
- Beri kesempatan anak dan orang tua dalam mengekspresikan kecemasan.
- Jelaskan pada anak dan orang tua tentang alasan dirawat, rencana perawatan dan tindakan
perawatan.
- Jelaskan prosedur persiapan operasi :
Pemasangan infus bila diperlukan.
Puasakan makan dan minum sebelumnya 6 – 8 jam.
Bersihkan daerah yang akan di operasi dengan mandi dan oles bethadine.
- Jelaskan aktivitas yang diperlukan setelah operasi.
Tarik napas panjang yang dalam untuk memenuhi kebutuhan oxygen dan menghilangkan
pengaruh obat bius.
Miring kanan/kiri sambil menyokong luka operasi memakai bantal kecil.
Bila tidak pusing diperbolehkan menggunakan bantal tipis dan tingkatkan bertahap sampai
posisi setengah duduk.
Mobilisasi bertahap.
B. Setelah Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Resiko tinggi terjadi komplikasi berhubungan dengan:
Pembekuan abses
Peritonitis
Rencana Tindakan :
- Monitor tan da dan gejala adanya abses : diandai dengan meningkatnya suhu, nyeri abdomen
bertambah atau menetap, kram abdomen, leukosit meningkat.
- Jika terdapat tanda dan gejala abses :
Monitor terapi antibiotik yang diberikan.
Siapkan pasien untuk drainage abses bila perlu.
Berikan support pada pasien dan keluarga.
- Monitor leukosit, informasikan bila hasil meningkat.
- Berikan tindakan untuk mencegah terjadinya peritonitis.
Pertahankan posisi drain bila ada.
Jaga tube agar tidak tertekuk dan kosongkan kantong drain sesring mungkin.
Diagnosa Keperawatan 2.
Nyeri berhubungan dengan Luka Operasi.
Rencana Tindakan :
- Kaji intensitas nyeri tiap 2 – 3 jam.
- Beri posisi tidur nyaman semio fowler.
- Observasi terappi analgetik sesuai pesanan dokter.
- Latih teknik mengurangi rasa nyeri.
o Napas dalam dan latih batuk efektif.
o Tidur terlentang dengan bantal kecil untuk menekan luka operasi.
o Relaksasi.
o Balut luka dengan kassa dan gurita.
o Hindari ektensi otot abdominal.
- Ajarkan teknik mobilisasi secara bertahap.
- Jelaskan pada pasien bahwa nyeri akan menghilang secra bertahap.
- Beri terapi analgetik sesuai pesanan dokter.
Diagnosa Keperawatan 3.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan insisi luka operasi
Rencana Tindakan :
- Monitor tanda vital tiap 4 jam.
- Observasi luka operasi apakah ada tanda peradangan, demam, kemerahan, bengkak, dan cairan
yang keluar , jumlah dan karakteristik tiap 2 – 4 jam
- Observasi keadaan abdomen dari kekakuan tiap 4 – 8 jam.
- Rawat luka secra steril dan jaga sekitar luka/ lingkungan agar tetap bersih.
- Berikan makan berkualitas sesuai dietnya.
- Beri terapi antibiotik sesuai dengan pesanan dokter.
- Libatkan keluarga/orang tua dalam memberikan perawatan kepada pasien.
Diagnosa Keperawatan 4.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan nutrisi untuk penyembuhan luka, dan pembatasan diet.
Rencana Tindakan :
- Kaji Keadaan peristaltik :
Flatus.
Defekasi.
Bising usus.
Rasa lapar.
Diagnosa Keperawatan 5.
Potensial terhadap ketidak efektifkan pola pernapasan berhubungan dengan
anasthesi, imobilisasi, pasca operasi.
Rencana Tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
- Observasi pernapasan tiap 2 jam.
- Bantu dan ajarkan pasien untuk tidur selang-seling, datuk dan napas dalam.
- Beri posisi tidur semi fowler.
- Ambulasi 3 – 4 kali sehari sesuai toleransi.
- Beri terapi analgetik jika perlu sebelum ambulasi dan tindakan untuk memperlancar pernapasan.
Diagnosa Keperawatan 6.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan di
rumah dan kebutuhan evaluasi.
Rencana Tindakan :
- Ajarkan cara merawat luka secara bersih dan kering.
- Jelaskan tanda dan gejala bila terjadi komlikasi seperti peningkatan suhu, nyeri, perut tegang,
kemerahan, laporkan pada dokter apabila terjadi tanda-tanda tersebut.
- Aktivitas dilakukan secra bertahap dan hindari aktivitas yang berat untuk beberapa minggu.
- Jelaskan kebutuhan latihan yang dapat ditoleransi denganmerencanakan waktu istirahat.
- Ajarkan tentang nama obat, tujuan, dosis, waktu pemberian dan efek samping.
- Anjurkan untuk diet tinggi serat dan minum 1½ - 2 lt/ hari.
- Jelaskan tentang diet yang tidak merangsang peristaltik usus dan anjurkan nutrisi yang
memadai.
- Jelaskan kepada anak kegunaan melakukan aktivitas secara bertahap.
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Lekositosis
Diagnosa Keperawatan :
- Potensial infeksi berhubungan dengan proses penyakit infeksi.
- Potensial terjadi perlukaan berhubungan dengan infeksi akut dan kerusakan jaringan.
Implementasi Keperawatan :
- Periksa tanda-tanda vital, tanda-tanda gejala infeksi.
- Informasikan ke dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien [ perubahan suhu, nadi,
pernafasan dan leukositosis].
2. Differensial
Diagnosa Keperawatan :
- Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan adanya bakteri dan mikro organisme.
- Potensial perlukaan berhubungan dengan adanya infeksi, stress dan alergi.
- Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan adanya infeksi virus dan
bakteri dan stress.
Implementasi Keperawatan :
- Periksa darah differensial lekosit, bila netrofil meningkat menunjukan adanya infeksi
akut, bila eosinofil yang meningkat kemungkinan alergi.
- Penurunan basofil dapat disebabkan karena proses pengobatan. Penurunan monosit
terjadi selama infeksi dan penurunan lymphosit terjadi bila kronik atau infeksi virus.
- Kaji tanda-tanda vital pasien dan gejala infeksi ( suhu, nadi, edema, kemerahan dan
cairan drain ).
- Kaji pasien dari tanda dan gejala alergi, antara laingangguan telinga, kemerahan dan
adanya reaksi lain.
- Kaji tanda dan gejaladari sakit kepala ( seperti kemungkinan peningkatan perlukaan
karena pergerakan, penurunan edema dan cairan ).
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Barium Eenema
Diagnosa Keperawatan :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur pemeriksaan.
Implikasi Keperawatan :
- Informasikan tahap-tahap prosedur pemeriksaan pada pasien.
- Tekankan pentingnya pembatasan diid, pembersihan usus, persiapan yang baik dan
kemungkinan perlunya pemeriksaan ulang.
- Informasikan ke dokter bila terjadi sakit/ kejang perut.
- Barium enema tidak perlu dilakukan bila pasien menderita kolitis, suspek perforasi atau
tachicardi.
- Jelaskan bahwa selama pemeriksaan pasien harus tidur berbaring diatas meja rontgen,
pemeriksaan memerlukan waktu ½ -1 jam.
- Ajarkan pasien untuk mengambil nafas dalam melalui mulut yang akan membantu
mengurangi ketegangan dan membuat rileks.
- Berikan lasansia atau pembersih enema setelah pemeriksaan.
- Instruksikan ke pasien untuk mengontrol warna BAB selama 2-3 hari sesudah pemeriksaan (
BAB berwarna terang karena adanya barium sulfat ). Bila tidak keluar BAB informasikan ke
dokter.
C. Obat-obatan
Pemakaian Umum
Untuk pengobatan dan pencegahan berbagai infeksi oleh bakteri, lihat kembali brosur pada
masing-masing obat.
Cara Kerja
Anti infeksi membunuh atau menghambat pertumbuhan (| bakteriostatik ) bakteri patogen yang
rentan, tidak menghambat aktifitas virus atau jamur. Anti infeksi dibagi dalam kategori-kategori
yang tergantung pada susunan kimia yang sama dan spektrum anti mikrobal.
Kontra Indikasi
Individu yang telah diketahui sangat sensitif terhadap antibiotika.
Perhatian
Perlu dilakukan modifikasi dosis untuk pasien yang menderita insufisiensi ginjal dan hepar. Perlu
hati-hati bila digunakan pada waktu wanita hamil dan menyusui. Penggunaan ” broad spektrum”
anti infeksi dalam waktu lama dapat menyebabkan jamur menjadi gana atau resisten.
Implikasi Keperawatan
Pengkajian
Kaji tanda gejala infeksi sebelum dan selama terapi.
Menentukan hipersensitifitas pada pasien yang mendaoat penicilin atau cephalosporin.
Pemeriksaan kultur dari bahan ( darah, urin, feces, sekret tubuh, spektrum dll ) sebelum
mulai dengan pengobatan sesuai program medik.
Implementasi
Hampir semua anti infeksi harus diberikan dalam interval waktu yang sama dalam 24 jam
untuk mempertahankan kadar dosis terapetik obat tersebut dalam serum.
2. Analgetik
a. Analgetik narkotik
b. Analgetik non-narkotik/ non steroid
a. Analgetik narkotik
Pemakaian umum
Untuk nyeri/ sakit yang tidak teratasi dengan obat non narkotik.
Cara Kerja
Narkotik mempengaruhi susunan saraf pusat yang mengakibatkan perubahan persepsi dan
respon nyeri.
Kontraindikasi
Riwayat alergi.
Pencegahan
- Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan nyeri abdomen trauma kepala, penyakit
hati atau mempunyai riwayat kecanduan.
- Gunakan dosis kecil pada lansia atau penyakit pernafasan.
- Penggunaan yang kronis menyebabkan toleransi dan membutuhkan dosis yang lebih
besar untuk mengurangi sakit.
Implementasi Keperawatan
Pengkajian
- Kaji jenis, lokasi dan intensitas nyeri sebelum pemberian obat.
- Kaji jenis, nadi pernafasan sebelum dan selama pemberian.
- Penggunaan yang lama menyebabkan ketagihan, penggunaan dosis yang tinggi sering
diperlukan untuk membebaskan nyeri pada terapi lama.
- Kaji fungsi defikasi secara teratur.
- Tingkatkan pemasukan cairan, pemakaian laksansia untuk mengurangi efek konstipasi.
- Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan, kaji retensi urin yang dapat terjadi.
- Pantau pemasukan ketat bila dosis berlebihan, pantau pasien secara ketat.
Implementasi
- Jelaskan nilai terapik dari obat yang ditentukan ( akan mempertinggi efek analgetik ).
- Pemberian secara teratur lebih efektif dari pemberian sewaktu-waktu dan lebih efektif.
- Pemberian bersama dengan non narkotik dapat mempengaruhi ketagihan analgetik,
diijinkan untuk dosis rendah.
- Obat harus dihentikan secara bertahap setelah penggunaan dalam waktu lama.
Evaluasi
Menurunkan rasa nyeri tanpa ada perubahan pada tingkat kesadaran, status pernafasan
atau tekanan darah.
Jenis obat yang termasuk kedalam golongan ini :
- Codein - Methadone
- Fentanyl - Morphine
- Hydrocodone - Oxydone
- Hydromarphone - Propoxyphene
- Meperidine - dan lain-lain
Pemakaian Umum
Obat kelompok ini digunakan mengontrol nyeri ringan sedang, demam dan berbagai kondisi
peradangan seperti : kematoid, artritis dan osteotritis.
Acetaminophen mempunyai kekuatan analgetik dan antipiretik tetapi tidak efektif sebagai anti
peradangan. Phenozopyridine digunakan sebagai analgetik saluran kemih saja.
Cara Kerja
Kelompok besar dari non narkotik analgetik adalah anti peradangan non steroid.
Kontra Indikasi
- Peka terhadap aspirin merupakan kontra indikasi untuk golongan ini.
- Hanya golongan acetaminophen yang aman untuk sekali-kali dipakai pada kehamilan
atau menyusui.
Pencegahan
Penggunaan obat ini harus hati-hati pada pasien dengan riwayan gangguan perdarahan ataau
perdarahan gastrointestinal. Penyakit ginjal, hati atau jantung yang berat. Keamanan untuk
wanita hamil tidak ditentukan.
Interaksi
Golongan obat ini memperpanjang waktu perdarahan dan potensial mempengaruhi antikoagulan,
thrombolitik.
Penggunaan obat yang kronis dengan aspirin dapat menyebabkan meningkatnya efek sampingan
pada saluran pencernaan dan menurunkan efektifitas.
Implementasi Keperawatan
Pengkajian
- Pasien dengan asma, alergi dan polip hidung mempunyai resiko untuk menjadi peka
terhadap reaksi obat tersebut. Pantau adanya rinitis, asma dan urtikaria.
- Ostoeartritis : Kaji sakit dan rentang gerak sebelum dan sesudah pemberian 1-2 jam.
- Nyeri/ sakit : Kaji lokasi, lamanya, intensitas sebelum dan setelah 1 jam pemberian.
Implementasi
- Pemberian bersama antara analgetik dan narkotik dapat mempunyai efek ketagihan bila
perlu dosis rendah dapat diberikan. Agar pengaruhnya cepat, berikan 30 menit sebelum
atau sesudah 2 jam setelah makan. Dapat diminum bersama susu, makanan atau
antasid untuk mengurangi iritasi.
Evaluasi
- Menurunkan rasa nyeri.
- Meningkatkan mobilitas sendi.
VI. PENYULUHAN
Hasil yang ingin dicapai :
Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemontrasikan :
- Kondisi dan prosedur.
- Diet.
- Obat-obatan dan terapi.
- Aktifitas/ perawatan diri.
Metode
- Ceramah.
- Diskusi.
Materi
1. Kondisi dan prosedur
- Pasien diberitahu tentang kondisinya saat itu sesuai dengan hasil wawancara dan pemeriksaan
fisik.
- Penjelasan tentang prosedur persiapan operasi, situasi kamar bedah, aktifitas yang dilakukan
setelah operasi, perawatan dirumah dan tindaklanjut yang dibutuhkan.
2. Diet
Makanan dan cairan
Beri makanan dan cairan dalam pembatasan sesuai program medik.
Pasien yang akan segera dilakukan operasi, dipuaskan atau dijauhkan makanan/ bau-bauan yang
merangsang mual, muntah dan anoreksia. Memantau cairan yang keluar dan masuk bila urin <
30 cc/jam. Kalau perlu pasang pipa lambung, infus sesuai program medik. Untuk penyembuhan
luka operasi perlu pemberian makanan yang adekuat.
a.
STANDAR
ASUHAN PELAYANAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
51 0 21 April 2008 9 - 14
dr. Erna Herawati, SE
I. KONSEP DASAR
a. DEFINISI
Hernia adalah : tonjolan keluarga organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ
tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Maca-macan hernia :
1. Menurut lokalisasi/ topografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis dan hernia
femoralis.
2. Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum.
3. Menurut terlihat atau tidaknya, bila terlihat disebut hernia externa, misalnya : hernia
inguinalis, hernia scrotalis dan sebagainya, sedangkan bila tidak terlihat dari luar disebut
hernia interna, contohnya hernia diafragmatica, hernia foramen winsolwi dan hernia
obturaforia.
4. Menurut kausanya : hernia kongenital, hernia traumatica, hernia insisional
5. Menurut keadaan :
Hernia reponibilis : bila isi hernia dapat dimasukan kembali.
Hernia ireponibilis : bila tidak dapat dimasukkan kembali.
Hernia inkarserata : bila tidak dapat dimasukkan kembli dan gangguan jalannya isi usus.
Hernia strangulata : bila ada gangguan sirkulasi darah.
6. Menurut nama penemu nya :
o Hernia Petit, yaitu hernia di daerah lumbo sacral.
o Hernia Spigeli, yaitu hernia yang terjadi pada linea semi sirkularis diatas penyilangan
vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis bagian usus yang terjepit.
o Hernia Richter, yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7. Beberapa hernia lainnya :
Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi
dan di batasi oleh vasa epigastrika inferior.
Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara lengkap.
Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.
b. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari kehamilan,
terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik
peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritoneum. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup, krena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang
kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka.
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis terbuka terus, karena
prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital. Pada orang
tua, kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah itu merupakan locus minoris
resistensiae, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan, intra-abdominal meninggi
seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang yang berat dan
mengejan. Knal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akvista karena terdorongnya suatu alat tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas oleh trauma, kehamilan, obesitas dan
kelainan kongenitl dan dapat terjadi pad semua tingkat usia.
Hernia indirek merupakan tife yang banyak dari biasanya paling banyak terjadi pada laki-laki.
Sedangkan hernia direc lebih banyak terjadi pada orang tua. Hernia umbilikal dewasa
kebanyakan pada wanita hamil dan kegemukan. Insisi hernia banyak terjadi pada semua
yang mngalami pembedahan.
II. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
Sebelum Operasi
- Adanya benjolan diselangkangan/ kemaluan.
- Nyeri didaerah benjolan.
- Mual, muntah, kembung.
- Konstipasi.
- Tidak nafsu makan.
- Bayi menangis terus.
- Pada saat bayi menangis/ mengejan dan batuk-batuk kuat timbul benjolan.
Sesudah Operasi
- Nyeri didaerah operasi.
- Lemas
- Pusing.
- Mual, kembung.
b. Data Objektif
Sebelum Operasi
- Nyeri bila benjolan tersentuh.
- Pucat, gelisah.
- Spasme otot.
- Demam.
- Dehidrasi.
- Terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi
- Terdapat luka pada selangkangan.
- Puasa.
- Selaput mukosa mulut kering.
- Anak/ bayi rewel.
c. Data Laboratorium
Darah
o Leukosit > 10.000-18000/ mm3
o Serum elektrolit meningkat.
Operasi.
Pemberian obat-obatan
- Antibiotik.
- analgetik.
a. Sebelum Operasi
Diagnosa Keperawatan 1
Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan pada selangkangan.
Rencana tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi keluhan nyeri, lokasi,jenis dan intensitas nyeri.
- Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
- Beri posisi senyaman mungkin buat pasien.
- Ajarkan teknik-teknik relaksasi= tarik nafas dalam.
- Beri obat analgetik sesuai pesanan dokter.
- Ciptakan lingkungan yang tenang.
Diagnosa Keperawatan 2
Kecemasan anak berhubungan dengan akan dilakukan pembedahan.
Rencana tindakan :
- Kaji tingkat kecenasan pasien.
- Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa, jam
operasi.
- Dengarkan keluhan anak.
- Beri kesempatan pada anak untuk bertanya.
- Jelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar operasi dengan
terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
- Jelaskan tentang keadaan pasien setelah di operasi.
Diagnosa Keperawatan 3
Kecemasan orang tu berhubungan dengan akan dilakukan tindakan
pembedahan
Diagnosa Keperawatan 4.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,
muntah.
Rencana Tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
- Puasakan makan dan minum.
- Timbang berat badan anak tiap hari.
- Kalau perlu pasang infus dan NGT sesuai program dokter.
- Hindari dari makan dan minum yang merangsang mual dan muntah.
- Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
- Monitor dan catat cairan masuk dan keluar.
b. Sesudah Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Rencana Tindakan :
- Kaji intensitas nyeri pasien.
- Observasi tanda-tanda vital dan keluhan pasien.
- Letakan anak pada tempat tidur dengan tehnik yang tepat sesuia dengan
pembedahan yang dilakukan.
- Berikan posisi tidur yang menyenangtkan dan aman.
- Anjurkan untuk sesegera mungkin anak beraktifitas secara bertahap.
- Berikan therapi analgetik sesuai program medis.
- Lakukan tindakan keperwatan anak dengan hati-hati.
- Ajarkan tehnik relaksasi.
Diagnosa Keperawatan 2.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.
Rencana tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
- Monitor pemberian infus.
- Beri minum dan makan secara bertahap.
- Monitor tanda-tanda dehidrasi.
- Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar.
- Timbang berat badan setiap hari.
- Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
Diagnosa Keperawatan 3.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
Rencana tindakan :
- Observasi keadaan luka operai dari tanda-tanda peradangan: demam, merah,
bengkak dan keluar cairan.
- Rawat luka dengan tehnik steril.
- Jaga kebersihan sekitar luka operasi.
- Beri makanan yang bergizi dan dukung pasien untuk makan.
- Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi dan lingkungannya.
- Kalau perlu ajarkan keluarga dalam perawatan luka operasi.
Diagnosa keperawatan 4.
Resiko tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.
Rencana tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
- Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
- Beri kompres hangat.
- Monitor pemberian infus.
- Rawat luka operasi dengan teknik steril.
- Jaga kebersihan luka operasi.
- Monitor dan catat cairan masuk dan keluar.
Diagnosa keperawatan 5.
Kurang pengetahuan tentang perawatan luka opersi berhubungan dengan
kurang informasi.
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Leukositosis
Diagnosa keperawatan :
Potensial infeksi sekunder berhubungan dengan proses penyakit infeksi.
Implikasi keperawatan :
a. Periksa tanda-tanda vital, tanda-tanda dan gejala-gejala infeksi dan peradangan.
b. Informasikan ke dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien ( suhu, nadi, pernafasan)
B. Obat-obotan
1. Anti infeksi ( antibiotik)
Pemakaian umum
Pengobatan dan pencegahan infeksi oleh bakteri.
Cara kerja
Anti infeksi membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri ( Bacteriostatik ).
Bakteri patogen yang rentan, tidak menghambat aktivitas atau jamur. Anti infeksi berbagi
dalam kategori-kategori, tergantung pada susunan kimia yang sama dan spektrum anti
mikrobal.
Kontra indikasi
Individu yang telah diketahui sangat sensitif terhadap golongan penisilin atau
cephalosporin. Sebagai perhatian, perlu dilakukan modifikasi dosis pasien yang menderita
insufiensiginjal dan hepar. Penggunaan ” broad spectrum” anti infeksi dalam waktu lama
dapat menyebabkan jamur menjadi ganas atau bakteri resisten.
Implikasi Keperawan
Pengkajian
- Kaji tanda dan gejala infeksi sebelum dan selama terapi.
- Menentukan hipersensitivitas pada pasien yang mendapat golongan penicilin atau
cephalosporin.
- Observasi tanda-tanda alergi terhadap antibiotik.
- Informasikan pada dokter bila timbul reaksi alergi.
Implementasi
- Hampir semua antibiotik harus diberikan dalam interval waktu yang sama dalam 24
jam. Untuk mempertahankan kadar dosis terapeutik obat tersebut dalam serum.
Evaluasi
- Dapat di evaluasi dengan hilangnya tanda dan gejala infeksi.
Cara kerja
Kelompok besar dari non narkotik analgetik adalah anti peradangan dengan non steroid.
Mekanisme dari analgetik adalah untuk menghalangi sintesa prostaglandin disusunan saraf
pusat dan vasodilatasi.
Kontra indikasi
Peka terhadap aspirin.
Golongan acetaminophen kurang aman bila dipakai oleh ibu-ibu hamil atau menyusui.
Pencegahan
Penggunaan obat ini harus hati-hati pada pasien dengan riwayat peradangan
gastrointestinal. Penyakit hati/ ginjal/ jantung yang berat dan gangguan masa perdarahan
juga pada wanita hamil.
Interaksi
Golongan obat ini memperpanjang waktu perdarahan dan potensial mempengaruhi anti
koagulan dan trombolitik. Penggunaan obat yang lama dan kombinasi penukaran aspirin
dapat menyebabkan meningkatnya efek samping pada saluran cerna dan menurunkan
efektivitas.
Implikasi keperawatan
Pengkajian
- Pasien dengan asma, alergi aspirin dan polip hidung beresikomenjadi peka terhadap
reaksi obat tersebut.
- Kaji rinitis, asma dan urtikaria.
- Kaji nyeri/ sakit : lokasi intensitas sebelum dan 1 jam setelah pemberian analgetiik.
Implementasi
- Jangan diberikan bersamaan dengan analgetik narkotika karena dapat menimbulkan
efek ketagihan, bila diberikan juga, hanya dosis rendah.
- Agar dapat memberikan efek analgetik yang tepat, berikan obat tersebut 30 menit
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
- Untuk mengurangi iritasi lambung dapat diminum dengan susu, makanan atau
antasida ( reaksi ini lambat tetapi tidak mengurangi luasnya absorbsi|).
Evaluasi
- Rasa nyeri berkurang.
VI. PENYULUHAN
Metode
Ceramah.
Diskusi.
Materi
1. Kondisi dan prosedur
Pasien dan keluarga diberi informasi mengenai kondisi saat ini, keluhan-keluhan yang di
alami, seperti sakit pada daerah operasi, nyeri, sakit bila bergerak, perasaan mual, kadang
muntah.
Informasikan tentang tindakan pengobatan dan perawatan yang akan diberikan untuk
mengatasi keluhan pasien setelah operasi.
Jelaskan pada pasien dan keluarga :
- Bila pasien mengalami sakit/ nyeri pada daerah operasi, gunakan obat anti sakit yang
tersedia.
- Perasaan sakit pada daerah sekitar operasi adalah hal yang normal setelah operasi
dan akan berkurang atau hilang setelah 2-3 hari.
- Informasikan pada dokter yang merawat bila terjadi peningkatan suhu tubuh
beberapa hari setelah operasi.
- Bila terjadi perubahan segera bawa ke dokter yang merawat.
- Usahakan tidak batuk keras untuk mencegah terjadinya perdarahan. Bila perlu minta
batuk pada dokter yang mrawat.
2. Obat-obatan dan terapi
Penyuluhan yang dibutuhkan adalah mengenai nama obat, manfaat dosis, waktu, cara
pemberian, efek samping, serta keluhan-keluhan yang harus dilaporkan.
3. Aktivitas/ perawatan
Sesudah pengaruh narkose hilang, pasien di anjurkan mobilisasi secara bertahap,
perawatan diri yang perlu diperhatikan adalah memelihara kebersihan luka operasi, jangan
basah, kotor dan memperhatikan tanda-tanda infeksi pada daerah operasi. Batasi
aktivitas/ latihan yang berat.
4. Diet
Bila sudah sadar betul, pasien diperbolehakan makan dan minum. Tidak ada pantangan.
5. Tindak lanjut yang diperlukan
Sesuai dengan program medik pengontrolan untuk mengevaluasi penyembuhan luka dan
melakukan konsultasi pada dokter yang merawat.
STANDAR
ASUHAN PELAYANAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
DO :
- Pasien terlihat
Klien menjadi cemas
gelisah dan
cemas
Ke cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
NO DATA SENJANG KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
2. DS : Investasi bakteri Gangguan integritas
- kulit
DO : Proses peradangan
- adanya luka
operasi
Vaskularisasi pembuluh darah perifer ke
jaringan terganggu
Kerusakan jaringan
I. KONSEP DASAR
DEFINISI
Fraktur adalah perlakuan traumatik pada tulang dimana kontinuitas jaringan tulang
terpotong/terganggu
Macam-macam fraktur :
1. Fraktur comfound atau fraktur terbuka : patah dengan tulang keluar menembus kulit.
2. Fraktur simple (sederhana) atau fraktur tertutup : patah denagan kulit tetap utuh.
3. Fraktur lengkap : patah tulang yang terjadi secara sempurna dan tulang mungkin berpindah
tempat.
4. Fraktur tidak lengkap : terjadi hanya pada sebagian tulang.
PATOFISIOLOGI
Setiap trauma dapat mengakibatkan cedera pada tulang. Pada umumnya patah tulang tidak
merupakan keadaan yang kritis, kecuali diikuti dengan perdarahan dan syok atau keduanya.
Tulang mempunyai kekuatan dan kekerasan yang optimal, serta kemampuan untuk sembuh
dengan cepat. Pada umumnya hanya benturan yang sangat keras yang dapat mematahkan
tulang. Bila hal ini terjadi, maka terjadi kerusakan hebat pada sruktur jaringan lunak yang
mengelilingi, periosteum terkulupas dari tulang.
Bila terjadi ruptur pembuluh darah didalam tulang, periosteum akan membentuk hematom
disekeliling tempat fraktur, dan darah keluar ke otot-otot sekitarnya disertai pembengkakan dalam
berbagai tingkatan. Kerusakan tersebut akan menimbulkan nyeri deformatis, bengkak, krepitasi,
perubahan suhu dan warna kulit, sehingga bila pertolongan terlambat dapat menyebabkan mal
union (tulang tidak dapat menyatu).
KOMPLIKASI
1. syok dan perdarahan pada saat terjadi cedera atau sesudah operasi.
2. Kolmplikasi imobilitas terutama pada usia lanjut antara lain :
a. Pneumonia.
b. Tromboplebitis.
c. Emboli plumonal.
d. Etelektasis
e. Kejang otot.
f. Infeksi saluran kemih.
3. Penekanan saraf pusat.
4. Trombo emboli.
5. Fiksasi yang kuat setelah operasi dapat menimbulkan pergeseran pada tulang.
6. Mal-union, non-union, Delayed union.
7. Infeksi.
8. Kerusakan pada kulit, pembuluh darah, saraf, tendon dan organ dalam.
9. Kerusakan sendi.
10. Pemendekan.
II. PENGKAJIAN
a. Data subjektif.
- Faktor usia.
- Tidak kuat menopang badan karena berat badan berlebihan.
- Jenis perkerjaan yang dilakikan : mekanik. Bangunan, banyak berdiri.
- Lokasi nyeri.
b. Data objektif.
- Mengkonsumsi makanan rendah kalsium.
- Pekerjaan/ aktivitas dan olah raga.
- Kehilangan fungsi tubuh.
- Keterbatasan mobilisasi.
- Cepat lelah dan lemas.
- Nyeri hebat dipermukaan atau daerah fraktur.
- Bengkak pada jaringan atau hematoma pada daerah luka.
- Neuro sensori :
o Kehilangan pergerakan/ rasa perabaan.
o Parestesia (kesemutan).
o Deformitas (kelainan bentuk).
o Mati rasa.
c. Data laboratorium.
- Hemoglobin darah menurun.
- Lekositosis.
- Masa perdarahan dan pembekuan memanjang.
- Data pemeriksaan diagnostik.
Tomografi/ scanning dan sinar X : tulang, menunjukkan adanya kelainan pada tulang.
c. Retensi reduksi.
Mempertahankan reduksi seperti melalui pemasangan gips atau traksi.
d. Rehabilitasi.
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan ke fungsi
normal.
Rencana tindakan :
1. Pertahankan tirah baring sampai tindakan operasi
2. Pertahankan bidai pada posisi yang sudah ditetapkan.
3. dengarkan keluhan pasien
4. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
Diagnosa Keperawatan 2
Kurang pengetahuan mengenai tindakan pre dan pasca operasi berhubungan dengan
kurang informasi.
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai persiapan pasca operasi.
2. Jalin Hubungan saling percaya.
3. berikan penyuluhan pra dan pasca operasi.
4. ajarkan pernapasan efektif.
5. anjurkan pasien untuk mempraktekan pernapasan yang efektif.
Diagnosa keperawatan 2.
Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas pada kulit.
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Observasi drainase luka, warna dan jumlah.
3. Lakukan kultur/ biakan dan tes sensitivitas dari cairan luka.
4. Ganti balutan luka operasi dengan prinsip steril.
5. Beri terapi anti infeksi sesuai program medik.
Diagnasa keperawatan 3
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka, gangguan sirkulasi, efek
pengobatan drainase, gangguan status metabolisme.
Rencana tindakan :
1. Kaji aliran cairan dan karakteristik drainase.
2. Kalau perlu ukur jumlah cairan drainase tiap shift.
3. Deteksi luka secara rutin.
4. Periksa ketegangan balutan.
5. Ganti balutan serta gunakan tehnik steril.
6. Hati-hati saat mengganti balutan.
7. Anjurkan pasien agar tidak menyentuh luka.
8. Irigasi sesuai dengan kebutuhan.
9. Jaga lingkungan sekitar balutan luka agar tetap bersih.
Diagnosa keperawatan 4
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur dan cedera pada jaringan sekitar
Rencana tindakan :
1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di anjurkan untuk meningkatkan penyembuhan.
2. Tinggikan extremitas yang sakit.
3. Beri penyangga pada extremitas yang sakit, diatas dan dibawah fraktur ketika bergerak, berbalik,
mengangkat.
4. Pantau gips, traksi setiap 1 jam pada awalnya, kemudian setiap 4 jam, observasi terhadap
integritas gips dan posisi pemberat traksi.
5. Bantu dan ajarkan penggunaan trapez dan metode bergerak dan berbalik.
6. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau bantu saat melakukan gerak aktif pada sendi yang tidak
sakit.
7. Jelaskan pantangan dan keterbatasan aktivitas.
8. Bantu dan ajarkan pasien menggunakan urinal, beri perawatan perianal sesuai kebutuhan.
Diagnosa keperawatan 5
Kecemasan berhubungan dengan gangguan kesehatan/ krisis situasi.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan.
2. Berikan dan luangkan waktu untuk mengungkapkan perasaan.
3. Ajarkan dan bantu dalam teknik penalaksanaan stres.
4. Kaji perilaku koping yang ada dan anjurkan penggunaan perilaku yang telah berhasil digunakan
untuk mengatasi pengalaman lain.
5. Berikan dorongan untuk berinteraksi dengan orang terdekat dan dengan teman atau saudara.
6. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan.
7. Libatkan pasien dalam perencanaan.
Diagnosa keperawatan 6
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
penatalaksanaan perawatan di rumah.
Rencana tindakan :
1. Tekankan pentingnya rencana rehabilitasi aktivitas, istirahat dan latihan.
2. Berikan dan tinjau ulang anjuran diet mengenai tipe dan jumlah, perlunya menghindari
penambahan berat badan bila mungkin.
3. Diskusikan tentang obat-obatan, nama,tujuan, jadwal, dosis dan efek samping.
4. diskusikan tanda dan gejala untuk dolaporkan : nyeri hebat, perubahan suhu tubuh, warna, bau
yang menyengat dan drainase dari luka.
5. jelaskan tentang gips sesuai indikasi.
6. berikan dorongan untuk melakukan kunjungan tindak lanjut pada dokter.
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan Diagnostik
● Tanografi - Scaning
Diagnosa keperawatan
- Kurang pengetahuan sehubungan dengan prosedur CT
- Kecemasan berhubungan dengan prosedur pemeriksaan CT dan kemungkinan hasil
pemeriksaan
Implikasi Keperawatan
- Jelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien.
- Kaji riwayat alergi terhadap zat kontras.
- Oservasi reaksi alergi.
- Dukung pasien dan keluarga.
● Sinar X Tulang
Foto Rangka
Diagnosa Keperawatan :
- Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan struktur dan jaringan.
Implikasi Keperawatan
- Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksaan sinar X biasanya 10 – 15 menit.
- Jelaskan bahwa alat-alat dan foto sinar X saat ini kualitasnya baik dan mengurangi
kontaminasi radiasi.
B. Pemeriksaan Laboratorium
● Haemoglobin darah menurun
Diagnosa Keperawatan :
- Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan Hb yang rendah dan nutrisi tidak
adekuat.
Implikasi Keperawatan
Diagnosa keperawatan
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses penyakit infeksi.
- Resiko tinggi cedera dengan infeksi akut dan nekrosis jaringan.
Implikasi keperawatan
- Observasi tanda vital, tanda serta gejala dari peradangan dan infeksi.
- Anjurkan pasien leukopenia untuk menghindar dari orang yang menderita penyakit
menular.
- Kolaborasi dengan dokter tentang perubahan kondisi pasien seperti panas, peningkatan
denyut nadi dan leukositosis.
● Masa Perdarahan
Diagnosa Keperawatan
- Kecemasan berhubungan dengan prosedur pemeriksaan.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pengambilan darah.
Implikasi Keperawatn :
- Jelaskan prosedur pemeriksaan
- Beri waktu kepada pasien untuk bertanya.
- Observasi keadaan luka tusukan karena pengambilan darah.
● Masa Pembekuan
Dianosa Keperawatan
- Potensial perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan perdarahan akibat
masa pembekuan yang memanjang.
Implikasi keperawatan
- Informasikan ke dokter masa pembekuan pasien.
- Observasi tanda-tanda perdarahan.
- Beri vitamin K sesuai pesanan dokter bila terjadi perdarahan.
C. Obat-obatan
1. Anti infeksi.
Pemakaian umum
Untuk pengobatan dan pencegahan berbagai infeksi oleh bakteri.
Cara kerja
Anti bakteri membunuh atau menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) bakteri patogen yang
rentan, tidak menghambat aktivitas-aktivitas virus / jamur. Anti infeksi dibagi dalam katagori-
katagori tergantung pada susunan kimia yang sama dan spektrum anti mikrobial.
Kontra indikasi
Indifidu yang telah diketahui sangat sensitif terhadap antibiotik.
Perhatian
Perlu dilakukan modifikasi dosis untuk pasien yang menderita insufusiensi ginjal dan hepar.
Penggunaan anti infeksi spektrum luas dalam waktu lama dapat menyebabkan jamur menjadi
ganas dan resisten.
Implikasi Keperawatan
Pengkajian
- Kaji tanda-tanda dan gejala infeksi sebelum dan selama terapi.
- Menentukan hipersensifitas pada pasien yang mendapat penisilin atau cephalosporin.
- Periksa kultur dan sensifitas dari bahan (darah, urine feses) sebelum mulai dengan
pengobatan sesuai program medik.
Potensial Diagnosa keperawatan
- Potensial infeksi
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan aturan/cara pengobatan.
Implementasi
- Hampir semua anti infeksi harus diberikan dalam inreval waktu yang sangat lama 24
jam, sampai habis walaupun merasa sudah lebih baik.
- Ingatkan pasien untuk meneruskan minum obat dalam intreval waktu yang sama
selama 24 jam, sampai habis walaupun merasa lebih baik.
- Menganjurkan pasien untuk berobat kedokter bila mengalami peningkatan suhu tubuh
dan diare, khususnya bila peses mengandung pus, darah atau lendir.
2. Analgetik narkotik
Pemakaian umum
Untuk nyeri/ sakit yang tidak teratasi dengan obat non narkotik.
Cara kerja
Narkotik mempengaruhi susunan saraf pusat yang mengakibatkan perubahab npersepsi dan
respon nyeri.
Kontra indikasi : Riwayat alergi
Pencegahan :
- Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan nyeri abdomen, terutama kepala,
penyakit hati atau mempunyai riwayat kecanduan.
- Gunakan dosis kecil pada lansin atau penyakit pernafasan.
- Penggunaan yang kronis menyebabkan toleransi dan membutuhkan dosis yang lebih
besar untuk mengurangi sakit.
Implikasi keperawatan
Pengkajian
- Kaji jenis, lokasi dan intensitas nyeri sebelum pemberian obat.
- Kaji tensi, nadi, pernafasan sebelum dan sesudah pemberian.
- Penggunaan yang lama menyebabkan ketagihan. Penggunaan dosis yang tinggi
sering diperlukan untuk membebaskan nyeri pada terapi lama.
- Kaji fungsi defekasi secara teratur.
- Tingkatkan pemasukan dan pengeluaran cairan, kaji retensi urine yang dapat terjadi.
- Pantau dengan cepat bila dosis perlu di ulang. Bila terjadi dosis yang berlebihan,
pantau secara ketat.
Evaluasi
Menurunkan rasa nyeri tanpa ada perubahan pada tingkat kesadaran status pernafasan
atau tekanan darah.
VI. PENYULUHAN
Metode
1. Kondisi dan prosedur
Pasien dan keluarga diberitahu tentang kondisi pasien saat itu sesuai dengan hasil
wawancara dan pemeriksaan fisik.
Penjelasan tentang prosedur persiapan operasi, situasi kamar bedah, aktivitas yang
dilakukan setelah operasi, perawatan di rumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
2. Diet
Pasien yang akan segera dilakukan operasi dipuasakan, dapat mulai minum setelah pasien
sesudah operasi sadar. Untuk penyembuhan luka operasi perlu pemberian makanan yang
adekuat dan mngkonsumsi makanan tinggi kalsium.
FATOFISIOLOGI
Tonsil merupakan suatu masa jaringan limfoid.
Pada keadaan tonsilitis, jaringan limfoid mengalami peradangan sehingga menyebabkan
pembesaran palatin tonsil. Kedua tonsil dapat bertemu pada garis tengah (kissing tonsil)
sehingga menyumbat aliran udara dan makanan.
Jaringan tonsil yang membengkak tampak kemerahan, kadang terdapat bercak kuning keabu-
abuan (eksudat) yang membentuk membrane. Pada pemeriksaan patologi anatomi ditemukan
lekosit, sel epitel dan kuman patogen.
Seringkali pe,besaran palatin tonsil diikuti dengan pembesaran aneoid yang letaknya di atas
palatin tonsil, dibelakang faringeal/ nasofaring.
Pembesaran aneoid dapat menghambat lewatnya udara dari hidung ke tenggorokan sehingga
penderita harus bernafas melalui mulut. Bila bernafas melalui mulut secara terus menerus maka
mukosa membrane orofaring menjadi kering dan teriritasi, mulut bau, udara yang kotor tidak
tersaring seperti bila melewatihidung sehingga menyebabkan kantuk. Adenoid letaknya dekat
tuba estakhius, maka apabila adenoid membesar dapat menyumbatsaluran estakhius sehingga
dapat menimbulkan otitis media dan kesulitan mendengar.
Tonsilitis ada 2 macam yaitu akut dan kronis. Tonsilitis akut banyak terjadi pada anak-anak,
Sedangkan tonsilitis kronikdijumpai pada anak-anak dan orang dewasa. Tonsilitis dapat
disebabkan oleh : Beta streptokokus, streptokokus hemolitikus, streptokokus non hemolitikus
atau streptokokus viridans.
II. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
- Nyeri menelan
- Nyeri tenggorokan
- Mulut bau
- Meriang
- Rasa mengganjal
- Nyeri telinga
- Sukar bernafas
- Keluar cairan dari telinga
- panas hilang timbul
- Sering mengantuk
- Tidak konsentrasi
- Rasa membesar pada daerak leher.
b. Data Objektif
- Tonsil hiperemi
- Tonsil membesar T2_T4
- Mulut bau
- Suhu tubuh tinggi
- Tidur mendengkur
- Kelenjar sub mandibula membesar
- terdapat eksudat kuning, abu-abu
- Sukar bernafas
- Pendengaran kurang
- Pada pemeriksaan telinga terdapat otitis media purulenta dan serosa.
c. Data Laboratorium
- Darah
- Lekositosis di atas 10000/ ul
- Bisa terjadi peningkatan pada hitung jenis lekosit
- Hapusan tonsil terdapat lekosit, sel epitel mati dan kuman pathogen
d. Potensial komplikasi
- Komplikasi paru : pneumonia
- Komplikasi ginjal : Nefritis
- Komplikasi tulang : Osteomielitis
- Komplikasi telinga : otits media akut, penurunan kemampuan mendengar.
- Komplikasi hidung : Renitis akut.
- Komplikasi sinus : Sinusitis akut
- Komplikasi pada tonsil dan leher : abses peritonsiler dan abses dalam pada leher.
- Demam rematik.
Diagnosa keperawatan 1
Sakit menelan sehubungan dengan tonsil membesar, meradang.
Rencana tindakan :
- Kaji sejauh mana derajat sakit menelan.
- Observasi tanda-tanda peradangan daerah tenggorokan
- Jelaskan penyebab sakit menelan dan cara mengatasinya.
- Anjurkan pasien untuk :
Tidak takut makan dan minum.
Makan makanan yang dingin dan tidak asam.
Menghindari makan makanan yang keras dan yang menimbulkan rasa pedih (juice jeruk,
apel)
Mengunyah makan sampai halus.
Memelihara kebersihan mulut.
- Beri obat analgesik sesuai dengan program medik.
- Beri dukungan untuk tetap makan dan minum yang cukup
- Libatkan keluarga untuk memberi dukungan pada waktu makan.
- Catat pemasukan dan pengeluaran.
Diagnosa keperawatan 2
Hiperemia sehubungan dengan peradangan tonsil
Rencana tindakan :
- Kaji perubahan rasa panas tubuh yang dirasakan pasien.
- Observasi suhu setiap 4 jam.
- Sediakan minum 2-3 liter/24 jam.
- Berikan istirahat baring.
- Berikan kompres es.
- Beri obat antipiretik sesuai dengan program medik.
- Beri dukungan untuk minum 2-3 liter/24 jam.
- Catat dan ukur minum dan urin.
Diagnosa keperawatn 3
Nyeri sehubungan dengan peradangan pada tonsil
Rencana tindakan :
- Kaji keluhan pasien, tentukan skala intensitas nyeri.
- Observasi tanda-tanda peradangan.
- Anjurkan pemeliharaan kebersihan mulut tiap sesudah makan dengan kumur-kumur air garam
hangat atau obat kumur yang telah ditetapkan.
- Bila perlu analgetik sesuai program medik.
- Anjurkan untuk melakukan aktivitas untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Diagnosa keperawatan 4
Kecemasan sehubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi.
Rencana tindakan :
- Kaji sejauh mana kecemasan pasien. Jelaskan hal-hal yang akan terjadi dan yang akan dialami
setelah operasi.
- Bina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat.
- Ajarkan tehnik relaksasi.
- Ciptakan lingkungan yang tenang.
- Anjurkan pasien mengungkapkan masalahnya.
- Dengarkan keluhan-keluhan pasien.
- Rencanakan tindakan bersama pasien untuk mengatasi kecemasan.
- Diskusikan rencana tindakan yang telah disepakati.
- Kolaborasikan dengan “pastoral care”, psikolog. Psikiater bila diperlukan.
Diagnosa keperawatan 5
Kurang pengetahuan tentang persiapan operasi, hal-hal yang mungkin dialami setelah
operasi serta perawatannya sehubungan dengan kurangnya informasi.
Rencana tindakan :
- Kaji pemahaman pasien tentang persiapan operasi, hal-hal yang dapat dialami setelah operasi dan
perawatannya.
- Berikan informasi kepada pasien sesuai kebutuhan, meliputi :
Tindakan keperawatan/ prosedur sebagai persiapan operasi :
Pengambilan darah vena
Glycerin spuit/ pemberian microlax jelly
Puasa
Pemberian premedikasi
Hal-hal yang dapat dialami setelah operasi dan perawatannya :
Anjurkan pasien untuk bekerja sama dengan petugas kesehatan (perawat dan dokter)
selama perawatannya.
Jelaskan kepada pasien agar bertanya kiepada perawat/ dokter bila ada hal-hal yang
dirasakan tidak/ kurang jelas
Evaluasi pemahaman tentang informasi yang diberikan
Berikan pujian dan dukungan kepada pasien bila ada kemajuan atau keterlibatan pasien.
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan laboratorium
I. Lekositosis keperawatan
Diagnosa keperawatan
Potensial infeksi sekunder sehubungan dengan proses penyakit.
Implikasi keperawatan
- Sarankan pasien untuk menghindari orang yang sedang menderita penyakit menular.
- Kaji tanda dan gejala infeksi pasien seperti : peningkatan temperatur, peningkatan nadi,
edema, kemerahan dan pengeluaran cairan dari jaringan tubuh.
- Catat dan informasikan kepada dokter tentang perubahan kondisi pasien seperti : panas,
peningkatan nadi dan frekuensi pernafasan serta lekositosis.
Implikasi keperawatan
Lakukan pemeriksaan darah
- Bila netrofil meningkat menunjukan keadaan sedang terjadi infeksi akut
- Bila eosinofil meningkat, sedang terjadi alergi
- Bila monosit meningkat, sedang terjadi infeksi
- Bila limfosit meningkst, sedang terjadi infeksi nvirus atau keadaan penyakit kronis
Kaji tanda dan gejala infeksi
1. Antibiotik
Pemakaian umum
Pengobatan dan pencegahan infeksi oleh bakteri, lihat kembali brosur pada masing-masing
obat.
Cara kerja
Anti infeksi membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) patogen yang
rentan, tidak menghambat aktivitas virus atau jamur. Anti infeksi dibagi dalam kategori-kategori,
tergantung pada susunan kimia yang sama dan spectrum anti microbal.
Kontra indikasi
Individu yang telah diketahui sangat sensitif terhadap golongan penicilin atau cephalosporin.
Perhatian, perlu dilakukan modifikasi dosis pada pasien yang menderita insufisiensi ginjal dan
hepar.
Penggunaan “ broad spectrum” anti infeksi dalam waktu lama dapat menyebabkan jamur
menjadi ganas atau bakteri reisten.
Implikasi keperawatan
Pengkajian
- Kaji tanda dan gejala infeksi sebelum dan selama terapi.
- Menentukan hipersensitivitas pada pasien yang mendapat golongan penicilin atau
cephalosporin.
- Periksa kultur dan sensitifitas dari bahan ( darah, urin, feces, sekret tubuh, sputum dll)
sebelum mulai dengan pengobatan sesuai program dokter.
- Observasi tanda dengan gejala alergi terhdap antibiotik.
- Informasikan segera pada doter bila timbul reaksi alergi.
Implementasi
Hampir semua anti biotik harus diberikan dalam interval waktu yang sama dalam 24 jam, untuk
mempertahankan kadar dosis terapeutik obat tersebut dalam serum.
Penyuluhan
- Ingatkan pasien meneruskan minumobat dalam interval; waktu yang sama dalam 24 jam,
sampai dosis yang ditentukan habis walaupun sudah merasa baik.
- Menganjurkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda infeksi sekunder (rasa verbal pada lidah,
gatal/ keluar cairan dari vagina atau feses berbau khas) pada dokter.
Evaluasi
Respon klinis dapat di evaluasi dengan hilangnya tanda dan gejala infeksi. Lamanya waktu
pemulihan total tergantung dari organisme dan beratnya infeksi serta kondisi pasien.
2. Antipiretik
Pemakaian umum
Untuk demam dengan berbagai sebab infeksi dan peradangan.
Cara kerja
Antipiretik bekerja pada sistem saraf untuk menurunkan suhu tubuh dan menghalangi kerja
prostaglandin periperal.
Kontra indikasi
Hindari aspirin atau ibuprofen pada pasien dengan gangguan perdarahan, pasien anak dan
remaja.
Perhatian
Penggunaan aspirin atau ibuprofen pada pasien dengan penyakit ulkus/ tukak lambungharus
hati-hati. Hindari pemakaian yang terus menerus dari acetaminophen dengan dosis besar.
Implikasi keperawatan
Pengkajian
Demam
Catat adanya gejala-gejala yang terkait yaitu banyak keringat, takikardi dan malaise.
Implementasi
- Beri makanan atau antasid sebelum menggunakan antipiretik untuk mengurangi iritasi
lambung.
- Berikan antipiretik melalui oral/ rectal (sesuai program medik)
Evaluasi
Efektifitas terapi ditetapkan bila panas menurun.
Cara kerja
Kelompok besar dari non narkotik analgetik adalah anti peradangan dengan non steroid.
Mekanisme dari analgetik adalah untuk menghalangi sintesa prostaglandin disusunan saraf pusat
dan vasodilatasi.
Kontra indikasi
- Peka terhadap aspirin merupakan kontra indikasi untuk golongan ini.
- Hanya golongan acetaminophen kurang aman dan untuk sekali-sekali dipakai pada kehamilan
atau menyusui.
Pencegahan
Penggunaan obat ini harus hati-hati pada pasien dengan riwayat perdarahan gastrointestinal,
penyakit hati/ jantung yang berat dan gangguan masa perdarahan serta pada waktu wanita
hamil.
Interaksi
Golongan obat ini memperpanjang waktu perdarahan dan potensial mempengaruhi anti koagulan
dan trombolitik. Penggunaan obat yang lama dan kombinasi penukaran aspirin dapat
menyebabkan meningkatnya efek sampingan pada saluran cerna dan menurunkan efektivitas.
Implikasi keperawatan
Pengkajian
- Pasien gangguan asma, alergi aspirin dan polip hidung mempunyai resiko untuk menjadi peka
terhadap reaksi obat tersebut.
- Pantau rhinitis, asma dan urtikaria.
- Kaji nyeri/ sakit : lokasi, intensitas sebelum dan setelah 1 jam pemberian analgetik.
Implimentasi
- Jangan memberikan bersamaan dengan analgetik narkotika karena dapat menimbulkan efek
ketagihan, bila diberikan juga dibolehkan dengan dosis rendah.
- Agar dapat memberikan efek analgetik yang cepat, diberikan obat tersebut 30 menit sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan.
- Untuk mengurangi iritasi lambung dapat diminum bersama dengan susu, makanan atau
antasida.
- Penggunaan obat bersama dengan makanan itu lambat reaksinya tetapi tidak mengurangi
luasnya obsorbsi.
Evaluasi
- Rasa nyeri berkurang
VII. PENYULUHAN
Metode
- Ceramah
- Diskusi
Materi
I. Kondisi dan prosedur
Pasien dan keluarga diberi informasi mengenai kondisi saat ini, keluhan-keluhan yang dialami,
riwayat sakit dan pemeriksaan fisik. Adanya infeksi pada tonsil yang dapat dipastikan dengan
peningkatan lekosit dalam darah. Berikan juga penjelasan mengenai tujuan dan prosedur
pemeriksaan laboratorium. Program pengobatan dan persiapan untuk tindakan pembedahan bila
direncanakan. Bila pasien kan di operasi maka informasikan kepada pasien dan keluarga
mengenai :
- Penandatanganan ijin operasi oleh pasien atau keluarga.
- Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap, masa pendarahan, pembekuan
dan protrombine.
- Pemberian glycerin spuit atau microlax jelly
- Mulai dan berakhirnya puasa
- Jadwal operasi
- Situasi dan apa yang dialami di kamar bedah dan ruang pemulihan
- Macam anastesi yang digunakan
- Situasi yang dapat dialami sesudah operasi dan bantuan yang disediakan, misalnya :
Sakit saat menelan dapat dibantu dengan pemberian analgetik, makan cair dingin dan
latihan menelan yang lebih sering dengan minum minuman yang telah disediakan serta
kompres es di leher.
Perdarahan dapat dibantu dengan pemberian obat anti perdarahan dan kompres dileher.
II. Diet
Anjurkan pasien untuk tetap makan dan minum, hindari makanan yang keras dan menimbulkan
pedih misalnya : Juice, jeruk, atau makanan yang mengandung cabe, lada jahe. Bila proses
peradangan dan pembengkakan pada tonsil berkurang atau hilang, konsentrasi makan dapat
ditingkatkan dan pasien dapat makan makanan yang lain. Pada keadan panas tinggi
dianjurkanpasien untuk minum 2-3 liter dalam 24 jam.
V. Pencegahan
Pasien dan keluarga dijelaskan mengenai usaha pencegahan yang dapat dilakukan :
Berikan istirahat yang cukup
Berolahraga yang teratur
Makan dan minum yang adekuat
Menghindari minum es, bagi yang alergi
Memelihara kebersihan mulut
TONSILEKTOMI
I. DEFINISI
Tonsilektomi adalah tindakan operasi mengangkat tonsil.
Tonsilektomi dilakukan pada pasien tonsilitis kronis yang sering kambuh/ pada tonsilitis yang
sedang/ berat atau pada pasien tonsilitis yang mempunyai resiko terjadinya komplikasi.
II. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
Nyeri daerah operasi
Dahak bercampur darah
Sakit menelan
Badan meriang
b. Data objektif
Ada luka bekas tonsilektomi
Dahak bercampur darah
Suhu subfebris
c. Data laboratorium
Darah lengkap
Masa [perdarahan, pembekuan dan protrombin
Analisa urin
d. Potensial komplikasi
Perdarahan
Aspirasi darah dan sekresi
Infeksi
III.PENATALAKSANAAN MEDIK
Pengangkatan tonsil biasanya tidak dilakukan pada keadaan infeksi akut atau gangguan
hematologi seperti hemofili, anemia aplastik, purpura atau leukemi.
Pemberian obat-obatan : antibiotik, analgetik dan anti perdarahan.
Rencana tindakan :
- Pantau irama, frekuensi dan kualitas pernafasan.
- Berikan posisi tidur dengan :
Kepala miring 45 derajat pada anstesi lokal.
Tertengkurap/ miring pada satu sisi yaitu pada anastesi umum, sampai
pasien dapat mengeluarksn sekresinya sendiri dan refleks menelan telah pulih kembali.
- Observasi kemampuan : Mengeluarkan lendir, batuk dan menelan.
- Perhatikan ada tidaknya pengimpulan lendir didaerah tonsil.
- Anjurkan pasien untuk mengeluarkan lendir secara perlahan.
- Bila perlu penghisapan lendir, dilakukan dengan hati-hati dan perlahan-lahan, jangansampai luka
menjadi iritasi.
Diagnosa keperawatan 2
Potensial berkurangnya volume cairan sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan
Rencana tindakan :
- Kaji, ukur dan catat jumlah perdarahan
- Observasi tensi, nadi, pernafasan, kehangatan akral, tingkat kesadaran, warna kulit apakah ada
indikasi perdarahan berlebihan.
- Infeksi rongga mulut adanya darah yang mengalir dari luka operasi.
- Informasikan ke dokter bila ditemukan indikasi perdarahan yang berlebihan. Dan siapkan untuk
kemungkinan tindakan operasi/ kauterisasi ulang.
- Laksanakan program medik : (bila terjadi perdarahan)
- Pantau jumlah pemasukan dan pengeluaran cairan
- Kurangi batuk dan bicara, karena akan mengiritasi luka dan menambah perdarahan.
- Pasang kompores es daerah leher untuk mengurangi perdarahan
- Libatkan nkeluarga untuk memberi dukungan bagi pasien
Diagnosa keperawatan 3
Nyeri sehubungan dengan intervensi pembedahan
Rencana timdakan :
- Pasien skala intensitas nyeri
- Anjurkan pasien untuk mengurangi nyeri dengan :
Minum air dingin/ air es, bila perlu beri kompres es pada daerah leher
Minum analgetik sesuai dengan program medik
Menghindari makanan yang panas, pedas, asam atau keras
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Jelaskan kepada pasien bahwa nyeri telinga dapat dialami selama 2-3 hari sesudah operasi.
Diagnosa keperawatan 4
Potensial infeksi sehubungan dengan intervensi pembedahan.
Rencana tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital
- Anjurkan pasien untuk memelihara kebersihan mulut dengan kumur-kumur air garam atau obat
kumur yang telah ditetapkan setiap sesudah makan.
- Beri antibiotik sesuai program medik
- Anjurkan pasien untuk mencegah kontak dengan orang lain yang menderita infeksi saluran
pernafasan
- Anjurkan pasien agar cuikup istirahat dan mengurangi aktivitas fisik yang berat selama masa
penyembuhan.
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan Laboratorium
Persyaratan operasi
a. Pemeriksaan laboratorium : darah rutin, hb, ht, leukosit, trombosit, defferensial, masa
perdarahan, masa pembekuan harus dalam batas darah normal.
b. Tidak ada kelainan darah, seperti : leumi, hemofili, anemia anaplastik, atau purpura.
B. Obat-obatan
- antibiotik
- Analgetik
- Antipiretik
- Anti perdarahan
Pada umumnya menggunakan golongan : Tranezamic acid
Pemeriksaan Umum
Untuk mengurangi perdarahan karena berbagai sebab misalnya : pasca bedah atau pasien dengan
henofilia
Cara Kerja
Menghalangi aktivitas plasminogen
Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif pada golongan tersebut, pasien dengan perdarahan subarakhnoid dan pasien
yang mengalami gangguan untuk membedakan warna.
Efek samping
- Gastro intestinal, mual, muntah, kram perut atau diare
- Kardio vaskuler : hipotensi (pada pemberian yang cepat)
Pencegahan/ perhatian
Hati-hati pemberian pada pasien dengan penyakit ginjal yang ringan/ sedang/ berat.
Implikasi keperawatan
Pengkajian
- Kaji keseimbangan cairan jika pengeluaran urin menurun. Catat dan informasikan pada dokter
dan hentikan obat tersebut.
- Peneriksaan darah : Faktor pembekuan dan perdarahan
- Adakah tromboplebitis
- Adakah peningkatan tekanan darah dan nadi.
- Kaji reaksi alergi seperti : panas, kemerahan, ikterik atau gtal-gatal
- Kaji perdarahan pada selaput mukosa epistaksis, petechi atau hemetemesis
- Informasikan segera ke dokter yang merawat bila ada tanda-tanda diatas.
Implementasi
Bila obat tersebut diberikan secara intervena maka :
- Berikan secara perlahan-lahan untuk menghindari hipotensi
- Setelah diberikan bilas dengan NACL/ Dektrose 5 % in W atau RL.
Berikan obat tepat pada waktunya, berikan setelah makan untuk menghindari efek samping pada
gastrointestinal.
Evaluasi
Dapat di evaluasi dengan berkurang/ hilangnya perdarahan dan tidak mengalami efek samping obat.
VI. PENYULUHAN
Hasil yang diharapkan :
Pasien dan keluarga dapat menjelaskan :
- Kondisi dan prosedur
- Diet
- Obat-obatan dan terapi
- Aktivitas/ perawatan diri
- Pencegahan
- Tindak lanjutyang diperlukan.
Materi :
1. Kondisi dan prosedur
Pasien/ keluarga diberi informasi mengenai kondisi saat ini. Keluhan-keluhan yang dialami seperti
kesulitan menelan, nyeri pada tenggorokan, dahak bertambah dan bercampur darah serta
perasaan mual, kadang-kadang muntah.
Informasikan juga tentang tindakan pengobatan dan perawatan yang akan diberikan untuk
mengatasi keluhan pasien setelah operasi. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa :
- Bila pasien mengalmi sakit tenggorokan, akan digunakan obat anti sakit yang tersedia, kompres
es pada leher atau kumur-kumur dengan air garam.
- Perasaan sakit pada telinga adalah hal yang normal setelah operasi dan akan berkurang atau
hilang 2-3 hari, informasikan kepada dokter yang merawat bila sakit telinga masih berlanjut
atau jika disertai dengan peningkatan suhu tubuh.
- Informasikan kepada dokter yang merawat bila terjadi peningkatan suhu tubuh beberapa hari
setelah operasi.
- Perdarahan kadang-kadang dapat terjadi terutama dalam 5-10 hari setelah operasi.
Bila hal ini terjadi, dianjurkan :
a. Pasien dan keluarga tenang
b. Pasien kumur-kumur air es
c. Baringkan pasien beri kesempatan untuk tidur tenang
d. Segera bawa ke dokter bila dalam 5 menit perdarahan tidak berhenti
- Usahakan tidak batuk keras untuk mencegah terjadi perdarahan. Bila perlu minta obat batuk
pada dokter yang merawat.
2. Diet
Bila sudah reflek menelan, minuman dan makanan dapat diberikan. Dimulai dari minum dan
makanan cair,saring dan dingin. Bentuk makanan dapat ditingkatkan sesuai kemampuan menelan
pasien. Pada pasien dengan kesulitam menelan perlu di observasi dan didukung secara konsisten.
Makanan yang panas, pedas asam atau keras harus dihindari sampai luka operasi sembuh.
Hipertropi prostat adalah bertambah besarnya sel-sel/hiperlusia dari kelenjar periuretral yang akan
mendesak kelenjar prostat, sehingga mengakibatakan kelenjar prostate menjadi gepeng dan akan
membentuk kapsul prostat
PATOFISIOLOGI
Dengan bertambahnya usia seseorang pra di atas 50 tahun mulai terjadi pemnambahan ukuran
dan berat dari kelenjar prostat.
Kelenjar prostat yang menjadi hipertropi membesar kea atas ke daerah kandung kemih dan
menekan aliran urine pada orifisium vertikal.
Etilogi tidak jelas, beberapa bukti menunjukan bahwa ketikseimbangan hormon endokrin :
- Tetosteron ; mempengaruhi bagian tepi dari prostat.
- Estrogen ; mempengaruhi bagian tengah dari prostate.
- Endrogen ; bila kurang menyebabkan estrogen relatif bertambah
Dapat merupakan pencetus terjadinya hiperplasia.
Hiperplasia prostat dapat menyebakan penyumbatan terhadap aliran urine sehingggaurine
bertahan pada kandung kemih.
Tetahannya urine akan memudahkan dan menyebabkan teerjadinya infeksi atau gangguan lain
pada saluran kemih dan ginjal.
II. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
- Buang air kecil (b.a.k) sedikit-sdikit dan sering
- Lebih sering b.a.k. pada malam hari
- Lama saat b.a.k.
- Sulit saat mulai b.a.k.
- Air seni/urine menetes setalah b.a.k.
- Tak bisa menahan b.a.k.
- B.a.k. tidak tuntas
- Mengatakan ; ragu-ragu untuk berkemih
- Air seni/urine ada darah
- Jumlah urine sedikit
- Derasnya urine berkurang
- Rasa pegal pada saluran kemih
- Rasa pegal pada panggul dan pinggang
- Nyeri di pinggang
- Nyeri perut bagian bawah
b. Data obyektif :
- B.a.k. sering
- B.a.k. sedeikit-sedikit (sekali b.a.k. ± 30 – 50 cc)
- Lebih sering b.a.k. pada malam hari (nokturial) ± setaip 3 jam atau lebih
- Lama saat mulai b.a.k.
- Urine menetes setelah b.a.k.
- Obstruksi pada leher kandung kemih : retensi urine akut
- Tidak bisa menehan b.a.k.
- Urine bercampur darah (hematuri)
- Tampak mengejan saat muali b.a.k.
- Palpasi kandung kemih masih ada urine setelah b.a.k.
- Nyeri tekan pada suprapubis, pinggang
- Colok dubur ; teraba hipertropi prostat
c. Data Laboratorium :
- Urine analisa (rutin)
- Urine biakan dan resistensi
- Ureum darah
- Kreatinin darah
- Fostatosa asam
- Leukosit (WBC)
d. Data diagnostik
- Sistoskopi-sistogram
- USG abdomen bawah
- Kateterisasi
- NB. Ditemukan prostat membesar
e. Potensial komplikasi
- Pielonefritis
- Hidroneprosa
- Azotemia (kelebihan urea atau senyawa nitrogen lainnya dalam darah
- Uremia (kadar ureum dalam darah yang tinggi)
Diagnosa keperawatan 1
Retensi urine behubungan dengan pembesaran prostate
Rencana tindakan :
- Kaji keluhan pasien
- Kaji kekuatan aliran air seni, frekuensi, waktu yang diperlukan untuk mulai mengalir.
- Gunakan catatan harian tentang b.a.k
- Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan setiap 4-8 jam
- Anjurkan pasien b.a.k setiap 2-4 jam untuk mengendalikan rangsangan b.a.k
- Hati-hati bila memberi obat-obatan yang bisa menyebabkan retensi saluran kemih.
- Batasi minuman seperti alkohol, keju, teh dan coca cola
- Kolaborasi : Warna, jumlah, frekuensi derasnya aliran urine
- Gunakan pengukur urine untuk mengukur urine
- Monitor ureum dan kreatinin darah sesuai program medik.
Diagnosa keperawatan 2
Perubahan pola eliminasi urine : b.a.k sering, nokturia, menetes berhubungan dengan pembesaran
prostate.
Rencana tindakan :
- Kaji keluhan pasien
- Observasi : warna, jumlah, frekuensi, lamanya dan derasnya aliran urine.
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perubahan pola eliminasi urine.
- Jelaskan penyebab dari perubahan pola eliminasi urine
- Jelaskan dan anjurkan minum air putih kurang lebih 2000 cc/ hari bila tidak ada kontra indikasi.
- Sediakan air putih 2000 cc dan bersama-sama pasien menentukan jumlah air yang diminum pada
shift pagi, siang dan malam.
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan pemasangan kateter sesuai program
dokter.
- Pasang kateter dengan tehnik steril (kolaborasi medis).
- Observasi tanda-tanda vital : TD, S, N, P dan HR.
- Observasi keluhan pasiensetelah pemasangan keteter.
- Observasi dan catat warna, jumlahurine setelah kateter terpasang.
- Rawat kateter setiap hari dengan baik.
Diagnosa keperawatan 3
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pemakaian kateter saluran kemih dan atau retensi
urine
Rencana tindakan :
- Kontrol suhu setiap 4 jam sesuai kebutuhan dan kolaborasikan pada dokter bila suhu diatas 37,5
derajat celcius.
- Beri kompres dan minuman ekstra bila perlu.
- Catat sifat urine : kolaborasikan apakah ada darah.
- Jika ada kateter urethra, perhatikan posisi kateter.
- Gunakan tehnik steril untuk memasang kateter secara intermiten selama dirawat.
- Monitor perut/ kandung kemih apakah kambung atau penuh.
- Monitor dan kolaborasikan tanda-tanda serta gejala infeksi saluran kemih.
- Gunakan tehnik cuci tangan yang baik, ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan hal yang
sama.
Diagnosa keperawatan 4
Nyeri berhubungan dengan retensi saluran kemih akut
Rencana tindakan :
- Kaji kebiasaan, intensitas, lokasi, lamanya + pengendapan dan faktor yang dapat mengurangi
rasa nyeri.
- Beri kenyamanan dengan cara bukab pengobatan : bantu pasien pada posisi nyaman.
- Ajarkan tehnik relaksasi dan beri petunjuk untuk membayangkan hal yang menyenangkan, serta
anjurkan melaksanakan aktifitas sesuai kemampuan.
- Pantau dan catat rasa nyeri berkurang atau tidak dan efek sampingan yang tidak menyenangkan.
- Kolaborasikan pada dokter bila sakit tidak berkurang atau rasa sakit bertambah.
Diagnosa keperawatan 5
Cemas berhubungan dengan tindakan operasi
Rencana tindakan :
- Jalin hubungan saling percaya antara perawat pasien/ keluarga.
- Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian.
- Kaji tingkat kecemasan pasien.
- Dampingi pasien dan beri kesempatan untuk bertanya.
- Libatkan keluarga untuk memberi support.
- Libatkan pemuka agama dan petugas pastoral bila diperlukan.
Diagnosa keperawatan 6
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit,
pengobatan, gejala-gejala penyakit untuk melapor ke dokter (perawatan di rumah dan tindak lanjut
instruksi)
Rencana tindakan :
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang tindakan pre dan post operasi.
- Kaji tingkat pengetahuan tentang therapi yang diberikan.
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, tindakan yang akan dilakukan pre dan
posy operasi, therapi.
Persiapan pre-operasi
- Keuangan
- Surat persetujuan
- Cek laboratorium
- Persiapan darah.
- Ro thorax, BNO-IVP-cystogram
- Kalau perlu USG, EKG
- Pemasangan kateter Cukur daerah sekitar kemaluan
- Lavament
- Puasa 6-8 jam
- Obat-obatan premedikasi
Post-Oiperasi :
- Masuk unit perawatan intensif bedah bila diperlukan
- Ada infus
- Ada kateter
Diagnosa keperawatan 1
Perubahan poal eliminasi urine berhubungan dengan :
Obstruksi mekanis (bekuan darah, edema, trauma post operasi)
Tekanan dan iritasi balon kateter
Hilangnya tonus kandung kemih karena over pre operasi atau dekompresi yang terus menerus
Hasil yang diharapkan :
- Jumlah urine normal (1/2-i cc/kg BB/Jam) tanpa retensi.
- Pasien menunjukan prilaku yang meningkatkan kontrol kandung kemih (mampu menahan b.a.k
sesuai keinginan).
Rencana tindakan :
- Kaji pengeluaran urine (jumlah, warna, konsistensi) dan sistem kateter/ drain terutama bila
dilakukan irigasi kandung kemih.
- Bantu pasien untuk posisi normal dalam berkemih setelah kateter diangkat.
- Catat waktu, jumlah dan besar aliran urine setelah kateter diangkat.
- Catat keluhan kandung kemih penuh, tidak bisa b.a.k perasaan tidak bisa menahan b.a.k
- Anjurkan pasien b.a.k bila ada rasa ingin berkemih, tetapi tidak lebih dari tiap 2-4 jam.
- Ukur volume urine residu bila ada kateter suprapubis (sistostomy).
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan sedikitnya 2000 cc/hari, dan batasi pada
malam hari.
- Anjurkan pasien latihan perineal.
- Jelaskan kepada pasien bahwa biasanya urine menetes setelah kateter diangkat.
Diagnosa keperawatan 2
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
Vaskularisasi daerah operasi, sukar pengontrolan pendarahan
Pembatasan asupan makanan/ cairan pre operasi
Rencana tindakan :
- Fiksasi kateter dengan tepat, hindari manipulasi berlebihan.
- Monitor intake output.
- Observasi produk katetr : perhatikan adanya pendarahan yang berlebihan atau terus menerus.
- Evaluasi warna dan konsistensi urine.
- Perhatikan balutan luka operasi/ drain, catat pembentukan hematom.
- Monitor tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernafasan, penurunan tekanan
darah, keringat dingin, pucat, pengisian kapiler lambat, membran mukos kering, kaji adanay
gelisah, bingung, perubahan perilaku (tanda-tanda kekurangan cairan).
- Tingkatkan asupan cairan kurang lebih 2000 cc/hari sesuai kondisi pasien.
- Kolaborasikan dengan medik pemeriksaan : hemoglobin, hematokrit, trombosit, ureum, creratinin.
- Berikan therapi infus/ transfusi sesuai medik.
- Pertahankan traksi kateter, fiksasi pada paha sesuai program medik.
Diagnosa keperawatan 3
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan :
Kurang keterbukaan
Salah pengertian tentang informasi
Diagnosa keperawatan 4
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, refleks spasme otot berhubungan
dengan prosedur operasi dan atau tekanan pada kandung kemih (traksi)
Rencana tindakan :
- Kaji keluhan nyeri, lokasi, intensitas (rentang 0-10)
- Jaga kepatenan kateter dan sistem drainase.
- Anjurkan minum 2000 cc/hari, sesuai kemampuan dan bila tidak ada kontra indikasi.
- Tingkatkan rasa nyaman pasien (mengganti posisi, menggosok punggung).
- Ajarkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi seperti, latihan nafas dalam, imajinasi.
- Berikan obat-obatan antispasmodic sesuai program medik.
Diagnosa keperawatan 5
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, peralatan selama operasi, kateter, iritasi
kandungan kemih yang sering.
Rencana tindakan :
- Mencapai penyembuhan pada waktunya.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Rencana tindakan :
- Jaga sterilitas sistem kateterisasi, rawat kateter secara teratur dengan sabun dan air. Olesi Zalf
antibiotik sekitar orifisium uretra.
- Jaga drainase urine, hindari masuknya urine masuk kembali ke dalam kandung kemih.
- Monitor tanda-tanda vital, perhatikan adanya pans, demam, nadi dan pernafasan cepat, tidak bisa
istirahat, sensitife, disorientasi.
- Observasi cairan yang keluar dan sekitar luka, sekitar kateter suprapublika.
- Ganti balutan secara teratur (supra iretropublika dan insisi perineal), bersihkan dan keringkan kulit
dengan baik.
- Berikan antibiotik sesuai program medik.
Diagnosa keperawatan 6
Resiko tinggi terjadi disfungsi sexual berhubungan dengan situasi kritis (intontinensia, urine
merembes setelah kateter dilepas), perubahan dalam status kesehatan.
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan laboratarium.
1. Urine analisa (rutin)
Diagnosa keperawatan :
- Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan adanya infeksi atau penyumbatan saluran
kemih.
- Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya mikro organisme didalam ginjal
atau kandung kemih atau kedua-duanya.
Implikasi keperawatan :
- Instruksikan pasien bahwa bahan urine diambil untuk pemeriksaan, langsung diantar ke
laboratorium tidak boleh dari 30 menit.
- Bantu pasien menampung urine yang dibutuhkan.
- Dapatkan riwayat pasien tentang setiap obat-obatan yang sedang di makan.
- Dapatkan riwayat pasien tentang makanan dalam jumlah yang berlebihan yang dpat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
- Kaji keadaan cairan pasien : contoh/ bahan urine pada pagi hari, dehidrasi, berkurangnya
pemasukan cairan biasanya mempengaruhi konsebtrasi urine.
Implikasi keperawatan :
- Jelaskan tentang prosedur untuk memperoleh contoh aor seni/ urine.
- Jika pasien berpartisipasi dalam pengumpulan contoh urine, review prosedur.
- Berikan antibiotika sesuai program setelah contoh urine dikumpulkan.
- Jika obat yang diberikan, obat-obatan tersebut harus dicatat pada slip laboratorium.
- Antarkan contoh air seni/ urine segera ke laboratorium tidak boleh ditundan lebih dari 30 menit.
- Kumpulkan contoh urine dengan menggunakan tehnik aseptik secara tepat.
- Beri penutup dan label pada bokal urine steril.
- Kontrol suhu.
3. Fosfatase asam.
Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan hambatan b.a.k karena penyakit pada kelenjar
prostat.
Implikasi keperawatan :
Diakui masalah klinis yang berhubungan dengan peningkatan serum asam prostat.
Peningkatan tingkat serum asam prostet terjadi karena penyebaran kanker kelenjar prostat.
Nyatakan pada slip laboratorium bila pasien telah dilakukan pemeriksaan prostat 24 jam yang lalu
sebelum test. Masase kelenjar prostat atau palpasi kelenjar prostat dapat meningkatkan serum
asam prostat.
Kontrol serum asam prostat selama berlangsungnya pengobatan karsinoma kelenjar prostate.
Dengan intervensi operasi tingkat serum menurun dalam 3-4 jam.
B. Pemeriksaan diagnostik.
Sistoskopi sistogram
Diagnosis keperawatan :
- Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan prosedur pemeriksaan.
- Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan infeksi saluran kemih yang disebabkan karena
memasukan alat sistoskop.
- Resiko tinggi terjadi retensi urine berhubungan dengan sumbatan bekuan darah, penyempitan
spingter.
- Nyeri berhubungan dengan adanya disuri dan spasme pada kandung kemih.
Implikasi Keperawatan :
● Dapatkan riwayat mengenai adanya sistitis. Prostatitis yang dapat disebabkan karena sepsis
oleh prosedur yang dilakukan.
o Jelaskan prosedur pemeriksaan
o Kontrol hiprsensitivitas terhadap anastesi
o Kaji pola perkemihan ; jumlah,warna,bau, berat jenis dan ukur tanda-tanda vital.
Post Test :
- Diakui komplikasi yang dapat terjadi karena akibat dari sistoskopi; perdarahan,perforasi
kandung kemih, retensi urine dan infeksi.
- Monitor tanda-tanda vital, bandingkan dengan data dasar tanda-tanda vital.
- Informasikan kepada pasien bahwa sedikit rasa panas bila berkemih yang akana terjadi
pada 1 atau 2 hari pertama.
- Monitor urine selama 24 jam setelah sistoskopi.
- Lapor bila terjadi gros hematuri, informasikan kepada pasien bahwa ada bercak darah
dalam urine adalah hal biasa.
- Obesrvasi tanda-tanda dan gejala infeksi sperti : demam, kedinginan, takhikardia, rasa
panas bila b.a.k., sakit. Antibiotika kemungkinan diberi sebelum dan sesudah
pemeriksaan sebagai profilaksis.
- Nasehatkan pasien untuk mnghiondariminuman alkohol selama 2 hari setelah
pemeriksaan.
- Beri kompres panas pada daerah abdomen bawah utuk mengurangi rasa sakit san
spasme pada otot.
Implikasi Keperawatan :
- Dapatkan riwayat tentang alergi ; khusnya makanan-makanan laut , zat kontras.
- Beri kesempatan pasaien untuk bertanya dan mengekspresikan permasalahannya.
- Kolaborasikan dengan medis bila ureum dalam darah >40mg/dl.
Post Test :
- Monitor tanda-tanda vital dan pengeluaran urine.
- Obserrvasi dan informasikan kemungkinan adanya reaksi zata kontras ( dispnea, ruam,
kedinginan, urtikaria takhikardia)
- Kontrol terjadinya iritasi atau hematoma pada lokasi injeksi, kalau perlu kolaborasikan
dengan medik.
C. Obat-obatan
Kontra Indikasi :
Bila diketahuihipersensitif terhadap jenis antibiotika yang digunakan.
Tindakan pencegahan :
Modiofikasi dosis diperlukan pada pasien dengan insufisiensi ginjal atau hepar. Digunkan
secara berhati-hati pada wanita hamil dan menyusui
Implikasi Keperawatan :
● Pengkajian :
o Kaji tanda dan gejala infeksi sebelum dan selama terafi.
o Kaji adanya riwayat hipersensitifitas terhadap antibiotika.
o Kolaborasikan dengan medis untuk pemeriksaan kultur dan resistensi sebelum mulai
terafi
● Diagnosa Keperawatan :
o Resiko tinggi infeksi.
o Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara pengaturan obat.
● Implikasi :
hampir semua anti infeksi harus diberkan pada waktu dan jarak yang konsisten untuk
mempertahankan kadar obat dalam serum
● Evaluasi :
Efektif terafi dapat dilihat dari keadaan yang semakin membaik.
VI. PENYULUHAN
a. Pengetahuan tentang Kondisi
● Jelaskan kepada pasien tentang proses terjadinya pembesaran kelenjar prostat atau
disebut hipertropi prostate.
Pada umumnya pembesran kelenjar prostate terjadi pada pria berusia diatas 50 tahun. Hal
ini disebabkan karena ketidakseimbangan hormon endokrin dalam tubuh yang
mempengaruhi betambah besarnya sel-sel kelenjar periuretral, yang mendesak kelenjar
prostat sehingga membentuk kapsul yang semakin besar sehingga menekan saluran kemih.
● Paseien diajarkan tentang tanda-tanda dan gejala yang menentukan bahwa pasien dalam
kondisi atau keadaan sakit , antara lain : sering berkemih ± setiap 3-4 jam sekali terutama
pada malam nhari, jumlahnya sedikit-sedikit ± 30-50 cc. Air seni menetes-netes setelah
b.a.k., atau timbul ragu-ragu saat mau b.a.k. air seni bercampur darah dan lain-lain.
● Jelaskan bila urine mengalir tidak lancar pada saat berkemih atau terjadi retensi urine maka
memudahkan terjadinya infeksi pada salauran kemih dan ginjal dengan tanda-tanda
sebagai berikut : b.a.k.terasa panas dan nyeri, demam, suhu tuh meningkat diatas 38°C,
urine keruh dan berbau.
● Anjurkan pasien untuk melapor bila mengalami kondisi seperti ini.
● Tekankan pada pasien bahwa harus taat mengikuti nasehat dokter tentang tindakan-
tindakanpemeriksaan dan pengobatan terhadapnya. Hal ini dilakukan agar dapat
memanyau perkembangan sakit /kondisi tertentu.
● Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang prosedur pre operasi dan post operasi bila
dokter merencanakan operasi.
Prosedur Pre-Operasi
Prosedur Pos-Operasi
- Setelah dari kamar operasi, masuk ke ruang pulih s/d pasien sadar dan diantar ke ruangan.
- Bila keadaaan membutuhkan untuk perawatan intensive maka masuk ke intensive bedah
untuk beberapa hari.
- Ada infus
- Rasa nyeri pada daerah operasi bila hilang kadar pembiusan
- Rasa mengganjal karena pemakaian kateter
- Spasme kandung kemih karena penuh yang disebabkan karena tersumbatnya lubang
kateter oleh lendir atau bekuan darah.
- Irigasi kandung kemih secara terus menerus s/d urine kateter berjalan lancar tidak ada
bekuan drah dalam urine.
- Bila rasa nyeri bertambah segera lapor agar diberi obat-obat untuk mengurangi sakiyt
(analgetika) sesuai intruksi dokter.
Disamping diet makanan maka dianjurkan agar dibatasi minuman alkohol, kopi, teh,
sebaiknya minum air putih > 2000cc/hari bila tidak ada kontra indikasi.
PATOFISIOLOGI
Kanker payudara sering terjadi pada wanita diatas umur 40-50 tahun, merupakan penyakit yang
mempunyai banyak factor terkait dan tergangtung pada tempat lokasi, jaringan terserang.
Penyebab tidak dapat ditemukan dengan pasti. Ada 3 factor yang dapat mendukung yaitu
hormone, virus dan genetic.
Kanker payudara dapat menjalar langsung pada struktur tubuh terdekat atau berjarak oleh emboli
sel kanker yang dibawa melalui kelenjar getah bening atau pembuluh darah.
Kelenjar getah bening di axilla, supra clavicula atau mediastinal merupakan tempat penyebaran
pertama, sedangkan struktur tubuhlain adlah : paru, hati, tulang belakng, tulang pelvis.
Diagnosa dini sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan dan prognosa penyakit ini
tergantung dari luasnya daerah yang diserang.
Faktor resiko kanker payudara
a. Resiko tinggi
- Usia lanjut
- Anak pertama sesudah berumur 30 tahun
- Ikatan keluarga dekat (ibu, kakak, bibi dari ibu) menderita kanker payudara
- Riwayat tumor payudara
- Diagnosa sebelumnya kanker payudara
b. Resiko sedang
- Menstruasi dini (sebelum umur 12 tahun)
- Menopouse lambat (sesudah 50 tahun)
- Penggunaan hormone pada gejala menopouse
- Terkena radiasi berlebihan dibawah umur 35 tahun
- Mempunyai riwayat kanker uterus, ovarium atau calon
c. Kemungkinan beresiko
- Penggunaan reserpin prolacitin dalam waktu lama
- Kegemukan, konsunsi lemak berlebihan
- Stress psikologi kronis
Kanker payudara merupakan massa/ benjolan tunggal, sering terdapat didaerah kuadran atas
bagian luar. Benjolan ini tidak sakit, keras, bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakan.
II. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
- Ada benjolan dipayudara, tidak sakit, letaknya dikuadran atas bagian luar
- Ada pembengkakan dan eritema dipayudara
- Puting susu berubah, kadang keluar cairan
- Merasa tegang, tidak berdaya terhadap sakitnya
- Mengeluh mual, tidak ada nafsu makan
- Mengungkapkan kekhawatiran tentang keadaan sakitnya
b. Data objektif
- Benjolan dipayudara, tidak sakit dan letaknya di kuadran luar bagian atas
- Putting susu retraksi, kadang keluar cairan
- Edema, eritema, bentuk payudara berubah
- Adenopaty di axilla
- Pada metastase : nyeri tulang, pleura effuse
- Kelihatan cemas, tegang, cepat marah
c. Data laboratorium
- Darah : hematokrit, leukosit
- Carcineombryonic (CEA)
- Human chorionic gonadotropin (HCG)
d. Data pemeriksaan diagnostik
- Foto dada
- Mammography
- Scanning (axilla tomography)
e. Potensial komplikasi
- Injeksi
- Metastase
- Perdarahan
III.PENATALAKSANAAN MEDIK
A. Radioterapi
B. Kemoterapi
C. Biopsi/ operasi
Intervensi :
- Kaji kesiapan untuk belajar
- Kaji tingkat kecemasan, observasi perilaku
- Kaji kekhawatiran tentang penyakit kanker payudara
- Beritahu pasien cara mendeteksi tanda dan gejala kanker payudara
- Beritahu frekuensi pemeriksaan baik dilakukan sendiri maupun waktu pemeriksaan mammography
- Observasi ukuran, perbedaan kulit, putting, bentuk dll
- Palpasi payudara dengan cara yang tepat
Diagnosa keperawatan 2
Potensial perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang tidak memadai
Intervensi :
- Kaji nafsu makan pasien dan porsi yang dihabiskan
- Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering (4-6 kali)
- Hidangkan dalam bentuk yang menarik
- Beri makanan yang disukai
- Temani saat makan, libatkan keluarga
- Anjurkan dan ajarkan menarik nafas dalam saat mual
- Beri lingkungan yang nyaman
Diagnosa keperawatan 3
Potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan meningkatnya kerapuhan kulit
Intervensi :
- Kaji kulit sekitar payudara dan tanda kemerahan atau iritasi
- Menjaga kulit bersih dan kering
- Menjaga kebutuhan nutrisi maksimal
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Mengenakan BH yang tidak menekan
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan laboratorium
1. Carcinoembryonic antigen serum atau plasma (CEA)
- Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan keganasan dari hasil tes
- Potensial tidak efektifnya mekanisme penyesuaian berhubungan dengan hasil pemeriksaan
atau pengobatan
- Ketidaknyamanan menyesuaikan berhubungan dengan tidak menerima perubahan status
kesehatan
Implikasi keperawatan :
- Menjelaskan bahwa pemeriksaan ini sering digunakan untuk manajemen pengobatan kanker
tetapi peningkatan CEA tidak selalu menunjukan adanya kanker
- Dukung pasien dan keluarga dalam menunggu hasil laboratorium
- Pemberian hepari 2 hari sebelum test dan tuliskan pada formulir laboratorium tanggal dan
waktu pemberian dengan tepat
Implikasi keperawatan :
- Tanyakan pasien bilamana menstruasi terakhir
- Dengarkan penjelasan pasien
- Beritahu pasien bahwa pemeriksaan ini akan menunjang ketepatan diagnosa
B. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto dada/ thorax
2. Mammography
- Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan kanker dari hasil pemeriksaanya
- Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan kompresi mammae
- Gangguan konsep diri berhubungan dengan ditemukannya benjolan
Implikasi keperawatan :
- yakin bahwa pasien tidak sedang hamil
- Beritahu pasien untuk tidak menggunakan minyak, bedak atau deodorant pada mammae atau
daerah ketiak pada waktu peneriksaan
- Tanyakan pasien untuk mengantisipasi benjolan yang ada
- Beritahu pasien untuk tidak cemas bila foto tambahan diperlukan
- Dukung pasien dan biarkan pasien mengungkapkan kecemasan dan ketakutanya
- Anjurkan pasien untuk memeriksa sendiri setiap bulan, demonstrasikan caranya
A. RADIOTERAPI
I. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
- Menanyakan tujuan dari terapi dan akibatnya
- Mengeluh sukar tidur
Data objektif
- Kulit daerah radiasi : eritema, pruritis, edema, kulit kering, hiperpigmentasi, arthrophy
dan nyeri
- Mual
- muntah
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Cepat lelah : rasa tidak enak badan
- Meningkatan kepekaan terhadap infeksi
Data laboratorium
- Darah lengkap
- Thrombosit
- Elektrolit
Potensial komplikasi
- Infeksi
- Anemia
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN, HASIL YANG DIHARAPKAN/ EVALUASI DAN RENCANA TINDAKAN
a. Pra- Radioterapi
1. Kecemasan yang berhubungan dengan tindakan pengobatan radioterpi
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan cemas dengan pengobatan yang akan dialami
- Mengerti maksud dari prosedur yang harus dilakukan.
Intervensi :
- kilaborasi dengan dokter untuk menjelaskan prosedur dan manfaat pengobatan pada
pasien.
- Dorong untuk mendiskusikan rasa cemas, ketidakjelasan dan persepsi yang salah
Tentang pengobatan.
- Jelaskan daerah yang akan diradiasi.
- Jelaskan prosedur dan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
- Prosedur tidak menyakitkan tetapi pasien harus mencaga posisi sesuai dengan terapi
minimal 10 menit atau lebih.
b. Post - Radioterapi
1. Potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akibat tindakan radiasi
Hasil yang di harapkan :
- mencegah atau mengurangi masalah kulit yang mungkin timbul
Intervensi :
- Jelaskan pentingnya mengindari dari orang yang terkena infeksi.
- Diskusikan tanda dan gejala infeksi : demam, kemerahan dan nyeri kulit sekitar
radiasi
- Jelaskan pentingnya menjaga diet nutrisi dan masukan cairan 3 liter/ hari.
- Jangan segera makan setelah pengobatan.
- Jelaskan pada pasien efek pengobatan tidak akan kelihatan langsung tetapi
kemudian.
- Jelaskan pentingnya kebersihan.
- Jelaskan tanda gejala mual,muntah, sakit kepala, kemerahan dan gatal serta nyeri
didaerah terapi.
- Jelaskan nama obat, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping.
Cara kerja :
- Phenotiazine, berquinanide berperan sebagai chenorespirator untuk mual dan
muntah
- Scopolamin dan mechizine berperan antiemetik untuk mabuk
- Metoclpromide untuk menurunkan mual/ muntah dengan mempengaruhi
pengosongan lambung.
- Dronobinal menurunkan mual dan muntah
Kontra Indikasi :
- Kepekaan yang hebat sebelumnya.
Pencegahan/ perhatian :
- Penggunaan phenothiazine sebaiknya tidak dianjurkan pada anak yang sakit
karena virus.
- Hati-hati memilih obat pada ibu hamil
Interaksi :
Penekanan susunan saraf pusat yang terus menerus dapat diberikan dengan obat
penekanan sususnan saraf antidepresi, antihistamin, analgetic narcotik
Phenothiazine dapat menimbulkan hipotensi bila digunakan berasama dengan
antihipotensi, nitrat atau alkihol.
Implikasi Kperawatan :
Pengkajian ;
- Kaji mual, muntah, bising usus dan sakit daerah perut sebelum dan sesudah
pemberian obat
- Monitor status dehidrasi
- Bila muntah terus menerus pasang infuse sebagai tambahan antiemetic.
Implementasi :
Penggunaan obat-obatan tertentu, pencatatan waktu efektif yang mempengaruhi
respon muntah
Penyuluhan pasien/ keluarga
- Anjurka pasien atau keluarga agar pasien minum sedikit-sedikit, makan porsi kecil,
kebersihan mulut, menjaga lingkungan.
- Obat dapat menimbulkan agensik, maka anjurkan pasien untuk minta bantuan bila
akan ambulasi
- Anjurkan alih baring perlahan-lahan untuk mencegah perasaan baik tidak nyaman
akibat arthostatik hipotensi.
Evaluasi :
- Menurunya mual dan muntah
V. PENYULUHAN
1. Perawatan Kulit Post-radiasi payudara
- Cuci daerah terapi radiasi dengan sabun yang lembut dan air kemudian keringkan
- Jaga agar kulit bersih dan kering.
- Jangan mengoleska krem, lotion atau minyak-minyakan pada daerah tersebut kecuali ;
dianjurkan/diminta oleh petugas radioterapi
- Jangan memakai pakaian yang dapat menimbulkan iritasi
- Pkai BH yang halus jangan banyak jaitan.
- Jangan menghilangkan tanda yang dibuat oleh petugas
- Bila kulit menjadi merah, gatal atau mengelupas laporka pada petugas.
- Daerah luka jangan terkena panas atau dingin (kantong panas atau kompres dingin).
B. KEMOTERAPI
I. PENGKAJIAN
- Respon fisik terhadap kondisi tertentu.
- Kemampuan dan hasrat untuk belajar.
- Hambatan untuk belajar, kelelahan, penyangkalan.
- Pengetahuan tentang rencana pengobatan, diagnosa penyakit, harapan akan hasil, persepsi
pasien akan perannya.
- Sikap terhadap pengobatan terapetik.
- Respon psikososial berdasarkan mekanismepenyesuaian pasien, system dukungan, pengalaman
dengan kemoterapi yang laludan jumlah informasi yang diberikan berkaitandengan proses
penyakit.
- Pengkajian dasar sebelum kemoterapi dan berlanjut periode pengobatan.
Potensial komplikasi
- Effek samping dan tingkat kerancunan khusus dan tiap pengobatan.
- Masalah umum antara lain :
o Penekanan pada produksi sumsum tulang.
o Manesfestasi perklitan.
o Disfungsi alat pencernaan, pernapasan, ginjal jantung dan lain-lain.
II. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Obat-obatan
- Antineoplastik
- Antiemetik
- Antaside
- Cairan infus
b. Laboratorium tes
- Leucosit
- Trombosit
a. Pra kemoterapi
1. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan tindakan pengobatan kemoterapi
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakn rasa takut mulai dapat diatasi sedikit demi sedikit
Intervensi
- Kaji persoalan terdahulu derngan pengobatan yang diberikan, pemahaman akan
kemoterapi
- Menghilangkan tahayul dengan fakta informasi
- Membantu pasien dan orang lain untuk mengenali dan klasifikasi rasa takut dengan
mengembangkan strategi klasifikasi penyesuaian yang dapat membantu
- Mendampingi pasien agar dapat menggunakan keterampilan penyesuaian dirinya
b. Post kemoterapi
1. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pemasukan yang
tidak adekuatkarena mual, muntah, anoreksia dan stomatis.
Hasil yang diharapkan :
- Masukan kalori meningkat, mampu menghabiskan makanan yang disediakan
- Berat badan meningkat
Intervensi :
- Kaji status nutrisi dan perkembanganya
- Ukur berat badan dan tinggi badan, bandingkan dengan berat badan ideal
- Kaji nilai laboratorium untuk albumin, hitung jenis, leukosit.
- Evaluasi adnya kelelahan, depresi, kecemasan dan nyeri
- Jelaskan tanda dan gejala yang dapat mengurangi masuknya nutrisi, mual, muntah, sakit
tenggorokan, sukar menelan dan perut terasa penuh
- Jaga kebersihan kulit
- Hindari makanan yang panas dan berbumbu
- Dorong keluarga untuk menyiapkan makanan yang disukai
- Jaga masukan cairan 2500 cc perhari
- Diit TKTP, timbang badan perminggu
- Jelaskan cara mengatasi perubahan selera
- Evaluasi status hidrasi dan turgor kulit
- Monitor keseimbangan cairan
- Jelaskancara mencegah konstipasi
- Kaji tanda dan gejala mual, muntah, frekuensi dan penyebabnya
- Perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum tidur
- Kontrol rasa terbakar pada mulut, perubahan terhadap makanan yang ditoleransi
- Ajarkan tanda-tanda yang membutuhkan tindak lanjut
Intervensi :
- Kaji masukan dan keluaran cairan
- Observasi turgor kulit, selaput lendir mulut
- Kaji berat badan dan tanda vital secara teratur
- Evaluasi nilai tes diagnostik
- Dorong pasien untuk minum 2500 cc/hari
- Pemberian IV bila diperlukan
- Identifikasi dan perhatikan efek samping yang mempengaruhi masukan cairan
- Kaji factor-factor yang dapat menimbulkan kehilangan cairan
4. Potensial gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fisik dan fungsi
akibat kemoterapi
Hasil yang diharapkan :
- Pasien menyadari adanya perubahan dalam harga dirinya
- Menunjukan usaha mengadakan perbaikan dengan konsep dirinya
Intervensi :
- Kaji factor pencetus dari : proses penyakit, pengobatan atau pengetahuan pasien.
- Evaluasi bagaimana diagnosa dan pengobatan mempengaruhi gaya hidup pasien
- Evaluasi system dukungan yang ada
- Tentukan strategi penyesuaian pasien/ keluarga
- Beri kesempatan diskusi tentang keadaan diri secara fisik dan peran fungsi dan
ketergantungan dan kemandirian
- Kaji kebutuhan akan konsultasi pada profesional
Intervansi :
- Tentukan tingkat ketergantungan pasien
- Kaji kesediaan keluarga dalam membantu pasien
- Dukung pasien
- Biarkan pasien melakukan hal yang dapat dilakukan tanpa bantuan
- Puji pasien atas perkembangan yang telah tercapai
- Bantu pasien dalam merencanakan asuhan jangka panjang, atur untuk perawatan di rumah
- Ajarkan keluarga untuk perawatan dirumah
Intervensi :
- Kaji kemampuan dan hasrat untuk belajar
- Kaji pengetahuan dan tingkat pemahaman tentang penyakitnya
- Kaji harapan dan hasil pengobatan tersebut, baik sebelum maupun sesudah pengobatan
- Jelaskan cara pemberian, frekuensi dan lamanya pengobatan ini
- Berikan bahan bacaan tentang pengobatan ini
- Jelaskan efek samping pengobatan : mual/ muntah
- Libatkan keluarga dalam perencanaan
Cara Kerja :
Umumnya mempengaruhi DNA dan kegiatan tidak terbatas pada sel neoplastik saja.
Kontra Indikasi :
- Depresi, Hipersensitivitas dari susmsum tulang
- Kehamilan dan laktasi
Pencegahan :
- Allopurinol menurunkan metabolisme dari mercaptopurine, racun dari methotrexate dapat
meningkatkan karena obat nephorotoxic lain atau dosis tinggi aspirin/ obat anti
peradangan.
- Depresi susmsum tulang menimbulkan ketagihan.
Implikasi Keperawatan :
Pengkajian :
- Kaji tanda gejala : demam, menggigil, sakit kerongkongan, tanda-tanda infeksi.
- Beri tahu dokter bila terjadi infeksi
- Monitor jumlah sel darah selama terafi, kaji perdarahan yang dapat terjadi (perdarahan
gigi, petechia dan lain-lain)
- Bila terjadi thrombocitopeni hindari penyuntikan i.m dan penekanan vena selama 10 menit.
- Monitor intake dan output, selera makan, intake nutrisi, konfirmasi dengan dokter untuk
pemberian obat antiemetik.
- Sesuaikan diet ang ditoleransi untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit dan status
nutrisi.
- Bila terjadi anemi, monitor peningkatan rasa lelah, dyspea, hipertensi orthostatic.
- Monitor tanda gejala gout (uric acid meningkat, sakit sendi dan edema)
- Dukung pasien untuk minum paling sedikit 2 liter/hari, alluporinol diberikan untuk
menurunkan uric acid, alkalinasi urine dapat diberikan untuk meningkatkan pengeluaran
uric acid
Potensial Diagnosa ;
- infeksi
- perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
- kurang pengetahuan tentang obat-obatan
Implementasi :
- cairan suntikan disiapkan khusus, gunakan sarung tangan, masker waktu melakukan
prosedur.
Obat-obatan Antineoplastin
1. Alkylating
- Busulpan
- Carboplastin
- Clhorambucil
- Cisplatin
- Cyclophoshamide
- Mechlorethamine
- prozerbazine
2. Antimetabolit
- Cytarabine
- Flouroucil
- Mercaptopurine
- Metritrexate
2. Laboratorium
1.2 Thrombositopenia
Diagnosis Keperawatan :
- Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perdarahan yang sulit dihentikan.
Implikasi Keperaweatan :
- periksa trombosit, terutama jika ada perdarahan, penggunaan obat-obatan
kemoterafi
- observasi tanda dan gejala perdrahan : [etechia, hematemesis, perdarahan rectal dan
laporkan pada dokter.
Leukopenia
Diagnosis Keperawatan :
- Potensial infeksi berhubungan dengan proses penyakit infeksi
- Potensial perlukaan berhubungan dengan infeksi akut dan nekrose jaringan.
Implikasi Keperawatan :
- ajarkan pasien untuk mengontrol efek samping dari obat-obatan paten yang
dapat menyebabkan penurunan leukosit darah, agranulosis.
- Anjurkan pasien leukopeni untuk menghindari dari orang yang macam-macam
kondisi penyakit menular.
- Monitor tanda vital, tanda dan gejala peradangan atau infeksi.
- Informasikan pada dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien (demam,nadi
meningkat, irama napas meningkat dan lekosit menurun)
C. MASTECTOMI
I. DEFINISI
Mastectomi adalah tindakan operasi untuk mengangkat payudara dan dilakukan untuk
pengobatan kanker payudara.
Macam tindakan :
Standar radical mastectomi
Extended radical mastectomi
Modified radical mastectomi
Total (simple) mastectomi
Prophylastic mastectomi
II. PENGKAJIAN
Post Operasi
a. Data subyektif
- Mengeluh rasa sakit di luka operasi
- Lengan sakit digerakan
- Menyatakan bahwa tubuhnya tidak sempurna, penampilan tidak menarik
- Bertanya apakah akan mempengaruhi keharmonisan keluarga
- Luka operasi etrasa kebal
c. Data Obyektif
- luka operasi
- lengan yang terpengaruh tidak dapat digerakan dengan bebas
- Tampak sedih, diam dan murung
Intervensi :
Kaji tanda dan gejala ketakutan, kecemasan
Kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan dan klarifikasi prosedur operasi.
Jelaskan semua prosedur diagnostic tes dan laboratorium
Berikan lingkungan yang tenang.
Bantu apsien untuk mengidentifikasi stressor khusus dan cara penanganan.
Sertakan keluarga dalam dukungan pada pasien.
Diagnosa Keperawatan 2
Kurang pengetahuan berhubungan dengan persiapan tindakan operasi dan sesudah
operasi
Intervensi
Kaji stressor yang ada pada pasien
Kaji sumber dukungan yang dapat digunakan
Dorong pasien untuk bertanya, mengungkapkan apa yang dipikirkan dan menyampaikan rasa
cemas
Jelaskan pada pasien pentingnya mengungkapkan emosi dan tekanan yang dialami
Ciptakan hubungan terapeutik
Dengarkan keluhan pasien
Libatkan keluarga untuk membantu pasien beradaptasi
Kolaborasikan dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.
b. Post-operasi
Diagnosa Keperawatan 1
Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi
Rencana tindakan :
- Kaji dan catat intesitas nyeri
- Jelaskan penggunaan drai/alat bantu
- Ajarkan dan anjurkan untuk menarik napas panjang dan batuk yang benar
- Beri obat analgetik sesuai pesanan dokter
- Kaji efek dari analgetik pada pasien tersebut
- Observasi dan catat tanda vital tiap 4 jam kalau perlu extra
- Observasi dan catat tanda perdarahan, bila perlu hubungi dokter
- Dampingi saat pasien merasa kesakitan atau nyeri
- Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien
- Beri lingkungan yang nyaman dan aman
Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan mobilisasi fisik/ keterbatasan rentang gerak lengan berhubungan dengan
efek dari operasi yang dilakukan
Rencana tindakan :
- Jelaskan penyebab keterbatasan aktifitas
- Jelaskan pentingnya : aktifitas bagi tubuh dan latihan
- Ajarkan (demonstrasikan) pasien untuk ltihan awal
- Gerakan tangan : flexi dan extensi jari pronasdi dan supinasi lengan
- Sesudah operasi : berikan bola tangan dari karet untuk digenggam pada tangan yang sakit
- Latihan untuk menggosok gigi dan menyisir rambut sendiri
- Berikan dukungan saat pasien melakukan latihan
- Kaji kembali sejauh mana kemampuan pasien dalam latihan
- Libatkan keluarga.
Diagnosa keperawatan 3
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan denag nefek dari tindakan mastectomy
Intervensi :
- Kaji perubahan emosi pasien sesudah operasi
- Dengarkan keluhan pasien
- Beri penjelasan apa yang dapat dilakukan pasien untuk tetap berpenampilan baik
- Anjurkan penggunaan pakaian yang tepat
- Kaji dukungan keluarga dan libatkan keluarga
- Dukungan suami sangat diperlukan
- Libatkan petugas pastoral jika diperlukan
Diagnosa keperawatan 4
Kesedihan yang diantisipasi berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
Intervensi
- Dampingi pasien dalam beradaptasi dengan perubahan fisiknya
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaanya
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan individu dan dukung untuk melakukan dari sisi
positif
- Kaji kebutuhan akan bantuan dari orang yang berwenang
Diagnosa keperawatan 5
Potensial infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
Intervensi :
- beri posisi semi fomler agar drain mengalir dengan lancar
- Observasi tanda dan gejala infeksi pada luka operasi
- Menjaga luka balutan agar tetap bersih, bebas dari kontaminasi
- Catat cairan yang keluar dari drain
- Observasi tanda-tanda vital
- Rawat luka dengan steril
- Tidak boleh mengukur tensi pada lengan dekat daerah operasi
Diagnosa keperawatan 6
Kurang pengetahuan berhubungan dengan program rehabilitasi sesudah operasi
Intervensi :
- Kaji pengetahuan pasien tentang tindakan/ latihan sesudah operasi
- Jelaskan tujuan dan manfaatnya latihan teratur
- Ajarkan latihan bertahap :
o Memanjat dinding
o Mengayun lengan
o Menarik satu siku direntangkan lebar
o Kaji kemampuan pasien melakukan latihan
o Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
o Ajarkan cara merawat luka
o Anjurkan untuk berkonsultasi pada rehabilitasi orthopedic atau agen yang menyediakan alat
bantu/ protese
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
a. Obat-obatan
1. Antibiotika
Penggunaan umum :
Untuk pengobatan dan pencegahan berbagai infeksi oleh bakteri
(lihat kembali brosur pada masing-masing obat)
Cara kerja :
Individu yang telah diketahui sangat sensitife terhadap antibiotic
Perhatian :
Perlu dilakukan modifikasi dosis untuk pasien yang menderita insufisiensi ginjal dan hepar. Perlu
hati-hati bila digunakan pada wanita hamil dan menyesui
Penggunaan “broad spectrum” anti infeksi dalam waktu lama dapat menyebabkan jamur menjadi
ganas atau resisten
Implikasi keperawatan
Pengkajian :
- Potensi infeksi
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan aturan/ cara pengobatan
- Ketidaktaatan menjalankan pengobatan
Implementasi :
Hampir semua anti infeksi harus diberikan dalam interval waktu yang sama dalam 24 jam, untuk
mempertahankan kadar dosis terapeutik obat tersebut dalam serum.
2. Analgetik
Analgetik narkotik
Analgetik non-narkotik/ non-steroid
Analgetik narkotik
Pemakaian umum :
Untuk nyeri/ sakit yang tidak teratasi dengan obat non-narkotik
Cara kerja :
Narkotika mempengaruhi susunan saraf pusat yang mengakibatkan perubahan persepsian respon
nyeri
Kontra indikasi :
Riwayat alergi
Pencegahan :
- Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan nyeri abdomen, trauma kepala, penyakit hati
atau mempunyai riwayat kecanduan
- Gunakan dosis kecil pada lansia atau penyakit pernafasan
- Penggunaan yang kronis menyebabkan toleransi dan membutuhkan dosis yang lebih besar
untuk mengurangi sakit
Implikasi keperawtan :
- kaji jenis, lokasi dan intensitas nyeri sebelum pemberian obat
- Kaji tensi, nadi pernafasan sebelum dan selama pemberian
- Penggunaan yang lama menyebabkan ketagihan
- Penggunaan dosis yang tinggi sering diperlukan untuk membebaskan nyeri pada terapi lama
- Kaji fungsi defekasi secara teratur
- Tingkatkan pemasukan cairan, pemakaian laksansia untuk mengurangi efek konstipasi
- Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan, kaji retensi urin yang dapat terjadi
- Pantau dengan ketat bila dosis perlu diulang
- Bila terjadi dosis berlebihan, pantau pasien secara ketat
Implementasi :
- jelaskan nilai terapeutik dari obat yang ditentukan (akan mempertinggi efek analgetik)
- Pemberian secara teratur lebih efektif dari pemberian sewaktu-waktu, dan lebih efektif
diberikan bila sakit belum menjadi hebat
- Pemberian bersama dengan non-narkotik dapat mempengaruhi ketagihan analgetik, di ijinkan
untuk dosis rendah
- Obat harus dihentikan secara bertahap setelah penggunaan dalam waktu lama
Evaluasi
Menuruinkan rasa nyaman nyeri tanpa ada perubahan pada tingkat kesadaran, status pernafasan
atau tekanan darah
Analgetin non-narkotik
Pemakaian umum :
Obat kelompok ini digunakan untuk mengontrol nyeri ringan-sedang, demam dan berbagai kondisi
peradangan seperti : rematoid, arthritis, osteoartritis.
Acetaminophen mempunyai kekuatan analgetik dan anti piretik tetapi tidak efektif sebagai anti
peradangan. Phenozopyridine digunakan sebagai analgetik saluran kemih saja.
Cara kerja :
Kelompok besar dari non narkotik analgetik adalah anti peradangan prostaglandin di susunan saraf
pusat dan vasodilatasi.
Kontra indikasi :
- Peka terhadap aspirin, merupakan kontra indikasi untuk golongan ini
- Hanya golongan acetaminophen yang aman untuk sekali-sekali dipakai pada kehamilan atau
menyusui
Pencegahan :
Penggunaan obat ini harus hati-hati pada pasien dengan riwayat gangguan perdarahan atau
perdarahan gastrointestinal, penyakit hati, ginjal atau jantung yang berat
Keamanan untuk wanita hamil tidak ditentukan
Interaksi :
Golongan ini memperpanjang waktu perdarahan dan potensial mempengaruhi antikoagulan,
thrombolitik
Penggunaan obat yang kronis dengan aspirin dapat menyebabkan meningkatnya efek sampingan
pada saluran pencernaan dan menurunkan efektifitas
Implikasi keperawtan :
Pengkajian
- Pasien dengan asma, alergi aspirin dan polip hidung mempunyai resiko untuk menjadi peka
terhadap reaksi obat tersebut
- Pantau adanya rhinitis, asma dan urtikaria
- Osteoartritis : kaji sakit dan rentang gerak sebelum dan sesudah pemberian 1-2 jam
- Nyeri/ sakit : kaji lokasi, lamanya, intensitas sebelum dan setelah 1 jam pemberian
Implementasi
- Pemberian bersama antara analgetik dan narkotik dapat mempunyai efek ketagihan bila perlu
dosis rendah dapat diberikan
- Agar pengaruhnya cepat berikan 30 menit sebelum atau 2 jam sesudah makan
- Dapat diminum bersama susu, makanan atau antacid untuk mengurangi iritasi
Evaluasi
- Menurunkan rasa nyeri
- Meningkatkan mobilitasi sendi
VI. PENYULUHAN
1. Latihan lengan post mastectomy
- Memanjat dinding
- Berdiri menghadap dinding dengan gerak sedikit mungkin
- Tekuk siku dan tempatkan telapak tangan didinding setinggi bahu
- Gerakan kedua tangan bergantian secara terkontrol dan sejauh mungkin sampai daerah inti
terasa tertarik
- Gerakan kedua tangan kembali ke tempat semula
- Tujuan untuk latihan eksistensi penuh dengan siku lurus
2. Mengayun lengan
- Bungkukan badan dari pinggang, kedua lengan relax dan tergantung bebas
- Ayun kedua lengan bersama dari kiri kekanan (gerakan dari kedua bahu)
- Ayun kedua lengan bersamaan dalam bentuk putaran
- Berdiri perlahan-lahan
3. Menarik tali
- Kaitkan tali pada tempat yang lebih tinggi
- Pegang kedua ujungnya dan gerakan tali dengan bebas dengan mengangkat lengan yang sakit
sampai inti terasa tertarik
4. Memutar tali
- Ikatkan salah satu ujung tali dipegangan pintu
- Ujung tali dipegang oleh lengan yang sakit
- Menjauh dari pintu sampai lengan tertarik
- Sejajar dengan pintu putar tali selebar mungkin
STANDAR
ASUHAN PELAYANAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
Ilieus obstruktif
Merupakan suatu syndrom yang sangat berbahaya dan membutuhkan tindakan segera
Menurut letaknya obstruktif dibagi kedalam 2 golongan :
- Obstruksi tinggi jika mengenai usus halus
- Obstruksi rendah jika mengenai kolon
Ilieus paralityca
Gangguan pasase usus oleh karena paralytik usus dimana syaraf dari usus sebagian/ seluruhnya tidak
bekerja
II. ETIOLOGI
Ilieus obstruksi, etiologinya :
- Refleks
- Peritaritis
- Obat-obatan
- Post operatif
- Sepsis
Hypovolemik
3 DS : Peristaltik usus menurun Nutrisi kurang dari
Klien mengeluh perut kebutuhan
mual, badan lemas,
klien puasa Distensi abdomen Distensi dan
DO : Absorbsi tggu
Keadaan umum klien
tampak lemah, bising
usus < 6 x/mnt Penekanan pada Penurunan
Distensi abdomen Lambung suplay nutrisi
Dlm jaringan
Lemah
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
Timbul kecemasan
V. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN
KRITERIA DAN RENCANA TINDAKAN)
1 2 3
1. Pola nafas tidak efektif Tujuan jangka panmjang :
berhubungan dengan adanya Pola nafas normal / efektif (16-20 x/mnt)
distensi abdomen, yang
ditandai dengan : Tujuan jangka pendek :
DS : Selama 3-4 hari perawatan ada perbaikan pada pola
Klien mengeluh sesak nafas dan nafas klien
perut kembung
DO : Kriteria :
- Respirasi > 24 x/mnt - Respirasi 16-20x/mnt
- Adanya distensi abdomen - Klien tidak tampak cemas
- Lingkar perut kurang lebih 67 - Distensi abdomen berkurang
cm
Rencana tindakan :
- Cbservasi pola nafas klien setiap 24 jam. Selama 24
jam selanjutnya setiap 4 jam sekali
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2
per nasal kanule
- Atur posisi tidur setengah duduk
- Monitor pemberian O2 per nasal kanule (bila
terpasang)
- Ajarkan latihan nafas dalam
2. Gangguan keseimbangan Tujuan jangka panjang :
cairan dengan adanya distnsi Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi
abdomen yang ditandai
dengan adanya distensi Tujuan jangka pendek :
abdomen yang disebabkan Selama 3-4 hari perawatan keseimbangan cairan dan
karena illeus, ditandai dengan: elektrolit terpenuhi
DS :
Klien mengeluh badan lemas Kriteria :
DO : - Badan klien lemas
- Klien tampak lemas - Distensi abdomen berkurang / (-)
- Distensi abdomen - Bising usus normal ( 8-12x/mnt)
- Bising usus lemah - Kelopak mata tidak cekung
- Kelopak mata cekung - Bibir tidak kering
- Bibir kering
Rencana tindakan :
- Observasi pemberian cairan parenteral
- Kolaborasi untuk pemasangan cathether
- Catat intake output selama 24 jam
- Obsevasi bising usus sertiap 3-4jam sekali
- Pertahankan agar klien tetep puasa
- Jaga klebersihan bibir klien
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan jangka panjang :
berhubungan dengan proses nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
digestivedan absorbsi karena
ileus ditandai dengan Tujuan jangka pendek :
DS : Selama 3-4 hari perawatan kebutuhan nutrisi
Klien mengeluh perut mual, badan terpenuhi
lemas klien puasa
DO : Kriteria :
- Keadaan klien tampak lemah - Mual berkurang
- Bising usus < 6x/ mnt - Bising usus normal 8-12x/mnt
- Distensi abdomen
Rencana tindakan :
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
anti emetik dan parenteral nutrisi
- Obsevasi cairan yang keluar dari magslang
- Berikan penjelasan tentang pentingnya puasa dan
pemasangan magslang
- Timbang berat badan tiap hari
4. Gangguan rasa nyaman nyeri Tujuan jangka panjang :
berhubungan dengan adanya Rasa nyaman terpenuhi
distensi abdomen ditandai
dengan : Tujuan jangka pendek :
DS : Selama 3-4 hari rasa nyaman terpenuhi
Klien mengeluh nyeri pada
abdomen Kriteria :
DO : - Klien tidak tampak kesakitan
- Klien tampak kesakitan - Klien bisa platus
- Ekpresi wajah tampak meringis - Bising usus normal 8-12x/mnt
- Nyeri pada skala 8 (0-10)
- Distensi abdomen Rencana tindakan :
- Bising usus lemah< 6x/mnt - Kaji tingkat nyeri
- Platus – - Obsevasi tanda-tanda vital
- NGT + - Atur posisi tidur senyaman mungkin
- Ajarkan pasien untuk melakukan tekhnik relaksasi
- Berikan terapi sesuai program
B. ETIOLOGI
Hal-hal yang dapat menyebabkan cedera kepala adalah :
- Terjatuh dari ketinggian, benturan dan pukulan
- Kecelakaan kerja dilingkungan industri
- Kecelakaan lalu lintas
- Kecelakaan saat olah raga seperti sepak bola, menyelam, tinju dll
- Trauma kelahiran
C. PATOFISIOLOGI
Cedera kepala diakibatkan karena adanya benturan kuat yang mengakibatkan struktur intrakranial
(otak, darah, cairan cerebrospinal) menjadi rusak, sehingga sukar diabsorbsi oleh
musculoligamentum (yang menjaga kepala). Tulang tengkorak yang elastis pada anak-anak
mengabsorbsi energi secara langsung dan mempengaruhi kepala dan memberikan proteksi pada
struktur intrakranial. Jaringan syaraf rentan, tetapi biasanya untuk sampai terjadi kerusakan berarti
harus ada tekanan yang kuat.
Benturan kuat dapat diakibatkan pukulan langsung pada kepala maupun bagian tubuh lain dengan
efek pantulan ke otak atau luka secara tidak langsung. Respon otak terhadap benturan adalah
berpindahnya rongga kranial ke depan. Otak dapat memantul atau berputar pada batang otak
yang disebabkan oleh defusi pada luka. Pergerakan otak ini dapat menyebabkan luka memar atau
luka robek akibat gesekan yang berlebihan pada permukaan kranial sebelah dalam. Frekuensi
kerusakan terbesar terjadi pada tulang frontal atau lobus temporal otak.
Repon anak-anak terhadap cedera kepala sangat berbeda dengan orang dewasa dan dipengaruhi
berat ringannya cedera kepala.
Besarnya ukuran kepala dan perkembangan musculoskeletal yang belum matang membuat anak
rawan terhadap akselerasi dan deselerasi. Lokasi/ daerah kulit kepala terdapat banyak aliran darah
sehingga pada anak dapat terjadi perdarahan yang menyebabkan kematian akibat adanya laserasi
yang hebat pada kulit kepala.
II. PENGKAJIAN
A. Data subjektif
- Perubahan tingkat kesedaran
- Sakit kepala
- Pusing, vertigo
B. Data objektif
- Postur
Rigiditas dekortikasi
Kekakuan seluruh tubuh
Gerakan sensoris/ motorik ekstremitas : unilateral, bilateral
Kelemahan, paresis, paralisis, gangguan rangsangan respons
- Perubahan mental
Peka rangsang
Gelisah
Kacau mental
Delirium
Stupor
Koma
- Respon pupil
Ukuran, kesamaan dan respon terhadap cahaya
Reflek kornea
- Integritas batang otak
Gerakan bola mata, reflek menelan
- Keefektifan jalan nafas
- Pupil tidak sama dan gerakan mata yang tidak terkoordinasi
- Edema periokular ekimosis
- Aktifitas kejang
- Hematemesis
- Muntah yang menyembur
- Laserasi dan abserasi di sekitar kepala dan wajah
- Drainase dari telinga dan hidung
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan atau penurunan tekanan darah
- Peningkatan kelemahan
- Paresis atau paralisis
- Asimetri faisal
- Afasia
- Kekakuan nukhal (kaku kuduk)
- Dehidrasi
- Poliuria
- Memar diatas arteri karotis
C. Test diagnostik
- Ro tengkorak (skedel)
Untuk mengetahui perubahan struktur tengkorak
- CT Scan kepala
Untuk mengetahui perubahan struktur tengkorak
- Angiograghy serebral
Untuk mengetahui hematoma serebral
- EEG
Untuk mengetahui pergeseran susunan garis tengah tengkorak
- Laboratorium
Pemeriksaan darah, Hb dan leukosit
III.PENATALAKSANAAN MEDIK
A. Konservatif
- Istirahat baring di tempat tidur
- Analgetik untuk mengurangi rasa sakit
- Pemberian obat penenang
- Pemberian obat golongan osmotik diuretik (seperti manitol) untuk mengatasi edema serebral.
- Setelah keluhan-keluahn hilang, maka mobilsasi dapat dilakukan secara bertahap, dimulai
dengan duduk di tempat tidur, berdiri lalu jalan.
B. Operatif
Operasi hanya dapat dilakukan pada kasus tertentu seperti pada perdarahan epidural dan
perdarahan subdural dengan maksud menghentikan perdarahan dan memperbaiki fraktur terbuka
jaringan otak yang menonjol keluar, atau pada fraktur dimana fragmen0-fragmen tulang masuk ke
dalam jaringan otak.
Rencana tindakan :
Periksa respon membuka mata, respon verbal dan kemampuan mengikuti perintah-printah
sederhana
Monitor tanda vital seperti tekanan darah, pernapasan dan nadi
Evaluasi ukuran pupil, resspon terhadap cahaya
Evaluasi pergerakan bola mata
Evaluasai replek kornea
Monitor suhu tubuh
Giagnosa keperawatan 2
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan terganggunya
sistem nerologi
Rencana tindakan :
Kaji kecepatan irama dan kedalaman pernafasan
Auskultasi suara nafas
Bila ada indikasi lakukan suction
Monitor pemakaian obat golongan sedativa
Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD
Kolaborasi untuk pemeriksaan rontgen thorax
Diagnosa keperawatan 3
Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot tubuh
Diagnosa keperawatan 4
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lemahnya
otot-otot mengunyah dan menelan
Rencana tindakan :
Kaji kemampuan menelan atau mengunyah
Dengarkan suara peristaltik usus
Timbang berat badan tiap hari
Kolaborasi dengan ahli diet
Kolaborasi dengan dokter tentang prosedur lain untuk intake nutrisi
Diagnosa keperawatan 5
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran dan
berkurangnya sensori
Rencana tindakan :
Menciptakan lingkungan yang tenang
Tutup jendela, trirai,matikan radio dan TV saat memberikan asuhan
Pangil pasien dengan menyebut namanya
Dorong pasien untuk membuat catatan tentang apayang dikerjakan
Diagnosa keperawatan 6
Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala, pusing berhubungan dengan kerusakan
jaringan otak dan perdarahan, serta meningkatnya tekanan intra kranial
Rencana tindakan :
A. Pemeriksaan diagnostik
Poto tengkorak (skedel)
Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan struktur dan jaringan
Imlpikasi keperawatan :
Jelaskan tujuan dan prosedur foto kepala
Jelasakan pada pasien bahwa pemeriksaan sinar X memerlukan waktu 10 - 15 menit
Jelaskan pada pasien mungkin dilakukan beberapa kali sinar X dengan posisi kepala yang
berbeda. Pasien dianjurkan menunggu di ruang tunggu sekitar 10 -15 menit setelah
dilakukan pemeriksaan sinar X untuk memastikan sinar X dapat dibaca.
CT Scan Kepala
Diagnosa Keperawatan :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur CT.
Resiko tinggi sehubungan dengan reaksi alergi terhadap zat kontras
Kecemasan berhubungan dengan prosedur pemenriksaan CT dan kemungkinan hasil
pemeriksaan.
Implikasi Keperawatan :
Jelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan kepada pasien.
Jelaskan pada pasien bahwa tanpa zat kontras CT kepala memerlukan waktu 30 menit dan
dengan menggunakan zat kontras perlu waktu 1 sampai 1,5 jam
Kaji riwayat alergi terhadap zat kontras pada pemeriksaan sinar X sebelumnya.
Dukung pasien dan keluarga.
Angiografi serebral
Diagnosa Keperawatan :
Pre pemeriksaan :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan angografi.
- Kaji riwayat hypersensitivitas terhadap zat kontras pda prosedur sinar X sebelumnya.
- Jelaskan bahwa saat zat kontras disuntikan mungkin akan terasa hangat/panas yang
akan hilang dalam 1 – 2 menit. Pasien harus tenag sehingga dapat diambil gambar
yang jelas.
- Jelaskan bahwa pemeriksaan tidak menyebabkan nyeri tetapi mungkin menyebabkan
rasa tidak nyaman.
- Observasi tanda-tanda vital
Pemeriksaan :
- Monitor tanda-tanda vital
- Kaji reaksi vasovagal (komlikasi umum: penurunan nadi. Dan tekanan darah, dingin
dan lembab)
Pasca pemeriksaan :
- berikanan tekanan pada lokasi penyuntikan sealama 5 – 10 menit.
- Monitor tanda-tanda vital.
- Berikan tirah baring 12 – 24 jam.
- Beri kompres dingin pada edema atau nyeri di lokasi penyuntikan.
- Kaji adanya kelemahan ekstermitas, bingung atau pembicaraan tidak jelas.
- Observasi ada reaksi alergi lambat terhadap zat kontras.
Elektroensefalogram (EEG)
Diagnosa Keperawatan :
B. Pemerikasan laboratorium
Leukosit
Diagnosa Keperawatan :
- Resiko tinggi infeksi sehubungan dengan proses penyakit infeksi.
- Resiko tinggi cedera sehubungan dengan infeksi akut dan nekrosis jaringan.
Implikasi Keperawatan :
- Observasi tanda-tanda vital, serta gejala dari peradangan dan infeksi.
- Informasikan kepada dokter tentang perubahan kondisi pasien seperti : demam,
peningkatan denyut nadi dan leukositosis.
Hemoglobin
Diagnosa Keperawatan :
Ganguan integritas jaringan sehubungan dengan hemoglobin yang rendah dan nutrisi
tidak adekuat
Implikasi Keperawatan :
Observasi tanda-tanda da gejala anemia.
Observasi tanda dan gejala dehidrasi.
Berikan makanan yang adekuat.
C. Obat-obatan
1. Anti Infeksi
Pemakain Umum
Untuk pengobatan dan pencegahan berbagai infeksi oleh bakteri.
Cara Kerja
Anti infeksi membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang rentan
(bakteriostatik). Tidak menghambat aktivitas virus / jamur.
Kontra Indikasi
Individu yang telah diketahui sangat sensitif terhadap antibiotik.
Perhatian
Perlu diketahui modifikasi dosis untuk pasien yang menderita insufisiensi ginjal dan hepar.
Penggunaan anti infeksi spektrum luas dalam waktu lama dapat menyebabkan jamur
menjadi ganas dan resisten.
Implikasi Keperawatan :
Pengkajian :
- Kaji tanda dan gejala sebelum dan selama terafi.
- Menentukan hypersensitivitas pada apsien yang mendapat penicilin atau
cepalosporin.
- Periksa kultur dan sensitivitas dari bahan (darah, urine, faeces, sekret tubuh,
sputum dll) sebelum mulai dengan pengobatan sesuai program medik.
- Ketidaktahuan menjalankan pengobatan.
Potensial Diagnosa keperawatan :
- Potensial infeksi
- Kurang pengetahuan sehubungan dengan aturan / cara pengobatan.
- Ketidatahuan menjalankan pengobatan.
Implementasi :
Hampir semua anti infeksi harus diberikan dalam inteval waktu yang sama selama 24
jam, untuk mempertahankan kadar dosis terafetik obat tersebut dalam serum.
Penyuluhan pasien /keluarga :
- ingatkan pasien untuk meneruskan minum obat dalam interval waktu yang sama
selama 24 jam, sampai habis walaupun sudah merasa lebih baik
- menganjurkan psien/keluarga untuk melaporkan tanda-tanda super infeksi (rasa
tebal pada lidah, gatal pada vagina / keluar cairan dan berbau khas) kepada
dokter.
- Anjurkan pasien untuk berobat ke dokter bila mengalami penigkatan suhu tubuh
dan diare, khussnya bila faces mengandung pus, darah atau lendir.
2. Analgetik
a. Anlgetik Narkotik
Pemakaian Umum
Untuk nyeri/ sakit yang tidak teratasi dengan obat non narkotik.
Cara kerja
Narkotik mempengaruhi susunan saraf pusat dan mengakibatkan perubahan persepsi
dan respon nyeri.
Kontra Indikasi
Pencegahan :
- Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan nyeri abdomen, trauma kepala,
penyakit hati atau riwayat kecanduan.
- Gunakan dosis kecil pada penyakit pernapasan
- Penggunaan kronis menyebabkan toleransi dan membutuhkan dosis yang
lebih besar untuk mengurangi sakit.
Implikasi Keperawatan
Pengkajian
- kaji jenis, lokasi da intensitas nyeri sebelum pemberian obat.
- Kaji tensi, nadi, pernapasan sebelum dan selama pemberian.
- Penggunaan yang lama dapat menyebabkan ketagihan, penggunaan dosis
tinggi sering diperlukan untuk membeaskan nteri pada terafi lama.
- Kaji fungsi defekasi secara teratur
- Tingkatkan pemasukan cairan, pemakaian lakssansia untuk mengurangi efek
konstipasi.
- Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan, kaji retensi urine yang dapat
etrjadi.
- Pantau dengan ketat kelebihan dosis perlu diulang.
- Awasai pasien dari kecelakaan/ cedera.
- Gangguan gastrointestinal pada pemberian obat antibiotik dalam dosis yang
besar dan lama.
Implementasi
- Jelaskan nilai terfeutik dari obat (akan mengurangi efek analgetik)
- Pemberian secara teratur lebih efektif dari pemberian sewaktu-waktu dan lebih
efektif diberikan bila sakit belum menjadi hebat.
- Pemberian bersama dengan analgetik non narkotik dapat mempengaruhi
ketagihan untuk itu diberikan dalam dosis rendah.
- Obat harus diberikan secara bertahap setelah penggunaan dalam waktu lama.
2. Diet
Untuk penyembuhan luka akibat cedera kepala, perlu pemberian makanan yang adekuat atau
bergizi.
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Pada orang dewasa digunakan “rumus 9“ yaitu : luas kepala dan leher, dada, punggung, tumit,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki
kiri masing-masing 90 %, sisanya 1 % adalah daerah genetalia.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif. Permukaan kepala anak jauh lebih
besar dan luas permukaan relatif, permukaan kaki lebih kecil karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20
untuk anak.
Untuk anak : Kepala dan leher 15 % bagian depan dan belakang masing-masing 20 %,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %, ekstremitas bawah dan kiri masing-masing
1%
FATOFISIOLOGI
Cedera luka bakar mempengaruhi semua sistem organ dan besarnya respon patologis, ini berkaitan
dengan luas dan lokasi luka tersebut.
Pada awalnya, terdapat dilatasi dari kapiler dan pembuluh darah kecil, dengan adanya peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini mengarah pada timbulnya kehilangan plasma dibawah epdermis,
sehingga menimbulkan edema.Pada luka bakar pada ketebalan penuh, kapiler pada area inidapat
mengalami kerusakan demikian juga sejumlah besar eritosit. Suplai darah pada darah pada daerah
ini akan berubah karena adanya kerusakan kapiler. Kerusakan kulit menyebabkan terjadinya
peningkatan kehilanhan cairan dengan penguapan eksudasi dan permukaan.
Bila luas luka bakar kurang dari 20 % biasanya mekanisme tubuh bisa mengatasinya, tetapi bila
diatas 20 % akan terjadinya syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti : gelisah, pucat,
dingin, berkeringat, nadi kecil cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah 8 jam. Setelah 12-14 jam permeabilitas
kapiler mulai membaik dan terjadi perbaikan permukaan cairan edema kembali ke pembuluh darah.
Ini ditandai demngan meningkatnya diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada jaringan kulit yang rusak merupakan medium yang
baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Kuman penyebab infeksi pada luka
bakar selain dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman. Saluran nafas atas dan
kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.
II. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
- Usia korban
- Riwayat kesehatan : penyakit yang
pernah diderita dan imunisasi yang pernah didapat
- Riwayat terjadinya luka bakar
- Apakah ada cidera yang bersamaan
- Nyeri pada daerah luka bakar
b. Data objektif
- prosentase luas permukaan tubuh yang terbakar
- Kedalaman luka bakar
- Letak anatomis luka bakar
- Kulit tampak kemerahan, gelembung/ melepuh
- Edema
- Suhu tubuh (bervariasi)
- Takikardi
c. Data laboratorium
Pemeriksaan darah, meliputi :
- Hematokrit meningkat
- Lekisit tinggi
- Trombosit turun
- Kalium turun, natrium klorida tinggi
- BUN tinggi
- Urine
- Terdapat hemoglobin, albumin, glukosa dan berat jenis
d. Data pemeriksaan diagnostik
- Foto thorax
- EKG : bila kekurangan ion K + terdapat segmen ST
e. Potensial komplikasi
- Sepsis
- Anemia
- Edema pulmonal
- Penurunan berat badan
- Bronchopneumonia
- Edema laring
- Kontraktur
- Ileus paralitik
- Cacat/ jaringan parut
III.PENATALAKSANAAN MEDIK
- Pemberian cairan parenteral dan elektrolit
- Pemasangan NGT
- Pemasangan kateter tetap
- Pemberian diit : NPO, TPN
- Pemberian therapi oksigen, vemtilator, ETT
- Perawatan luka
- Skin graff
- Pemberian narkotik, sedatif, analgetik, insulin, tetanus, broncholitik, steroid, diuretika, antasida,
antibiotik, vasodilatasi dan vitamin
- Monitor hemodinamik
- Fisiotherapi
- Pemberian transfusi
Diagnosa keperawatan 1
Kerusakan kulit berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan
Rencana tindakan :
- Monitor terhadap tanda-tanda klinis seperti : takikardia, penurunan tekanan darah, demam,
peningkatan pernafasan, penurunan bising usus, perubahan sensorum, perdarahan dan bau dari luka
- Observasi keadaan luka (warna, kekeringan dan luasnya)
- Tutupi luka dengan kain steril, antimikrobal, topikal sesuai program medik
- Jaga luka bakar agar tetap bersih
- Gunakan tehnik aseptik ketat untuk semua prosedur
- Pertahankan prosedur isolasi
- Perawatan dalam ruang isolasi, pengunjung tidak diperbolehkan masuk ruang isolasi
- Berikan proliferasi toksoid tetanus sesuai program medik
- Periksa biakan sesuai pesanan medik
Diagnosa keperawatan 2
Resiko tinggi terjadi perluasan luka berhubungan dengan kerusakan jaringan dan
immobilitas
Rencana tindakan :
- Cegah cedera tekanan dengan memberi bantalan pada bagian tonjolan tulang
- Lindungi luka dan kulit yang tidak cedera
- Lepaskan pakaian, perhiasan yang menyesakan
- Tinggikan ekstremitas untuk menghindari edema
- Observasi ekstremitas terhadap tanda-tanda dan gejala-gejala penurunan aliran darah
Diagnosa keperawatan 3
Resiko terjadi kontraktur berhubungan dengan immobilitas.
Rencana tindakan :
- kaji tingkat kemampuan mobilisasi
- Perhatikan posisi tubuh yang benar
- Observasi ekstremitas terhadap tanda-tanda dan gejala-gejala penurunan aliran darah
- Berikan latihan ROM pasien selama 5 menit setiap hari
Dignosa keperawatan 4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan kurang
dari yang dibutuhkan (hypeermetabolisme)
Rencana tindakan :
- Kaji kebiasaan makan sehari-hari/ selera makan
- Berikan diit tinggi protein, tinggi karbohidrat
- Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
- Monitor cairan masuk dan keluar
- Timbang berat badan setiap hari
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan pada saat makan
- Kolaborasikan dengan dokter untuk program konsul gizi
- Laksanakan program medik : infus makanan, antacida dan vitamin
Diagnosa keperawatan 5
Kecemasan anak dan keluarga berhubungan dengan hospitalisasi
Rencana tindakan :
- Kaji tingkat saling percaya pada pasien dan keluarga
- Dampingi pasien dan keluarga saat dibutuhkan
- Beri kesempatan untuk mengungkapkan rasa cemasnya
- Jelaskan tentang setiap tindakan yang akan diberikan
- Beri kesempatan kepada keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter
- Berikan masukan orang lain : pastoral
Diagnosa keperawatan 6
Kurang pengetahuan orang tua tentang pengetahuan keperawatan dirumah berhubungan
dengan kurangnya informasi
Rencana tindakan :
- Kaji tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan di rumah
- Beri kesempatan orang tua untuk bertanya
- Libatkan keluarga dalam keperawatan
- Anjurkan orang tua untuk segera ke dokter bila ada tanda-tanda infeksi seperti adanya demam,
nanah, kemerahan, gatal-gatal dan anak rewel.
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan laboratorium
1. Leukosit
Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan denhan cedera luka bakar
Implikasi keperawatan :
- Observasi tanda-tanda vital
- Perhatikan tehnik aseptik ketat untuk semua prosedur
- Kolaborasi dengan dokter mengenai perubahan kondisi pasien, misalnya bila suhu tinggi, nadi
cepat dan pernafasan cepat.
2. Albumin (serum)
Diagnosa keperawatan :
- Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan mempertahankan cairan vaskuler
akibat rendahnya albumin serum
- Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema periferakibat dari
penurunan kdar albumin serum
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrisi yang
buruk
Implikasi keperawatan :
- Periksa adanya edema perifer dan acites bila albumin rendah
- Kaji integritas kulit bila ada edma/ edema anasarka, lakukan tindakan untuk mencegah
kerusakan kulit
- Berikan makanan tinggi protein. Anjurkan pada klien untuk mempertahankan diet protein 50
gr/lebih perhari.
B. Realementasi cairan
Tujuan :
o Memperbaiki deficit cairan, elektrolit dan protein
o Mencegah pembentukan edema yang berlebihan
o Mempertahankan pengeluaran urine
VI. PENYULUHAN
Hasil yang ingin dicapai
Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendokumentasikan
Kondisi dan prosedur
Diet
Obat-obatan dan terapi
Aktifitas/perawatan diri
Pencegahan
Tindak lanjut
Metode
o Ceramah
o Diskusi
Materi
1. Kondisi dan perosedur
Pasien diberitahukan tentang perkembangan kondisi sesuai hasil wawancara dan pemeriksaan
fisik. Penjelasan prosedur tentang tes laboratorium dan tindakan diagnostik serta pengobatan atau
tindakan medik lain, misalnya infus, perawatan luka, penempatan ruang isolasi.
2. Diet
Tinggi karbohidrat dan protein harus tetap tinggi sampai luka sembuh. Dengan terjadinya
penyembuhan, diet berangsur-angsur dikurangi sesuai kebutuhan kalori yang normal. Setelah
penyembuhan sempurna metabolisme kembali normal dan BB akan bertambah jika kebiasdaan
makan tidak terkontrol dengan benar.
5. pencegahan
Pencegahan luka bakar dapat dilakukan dengan memperhatikan keamanan lingkungan :
Memperhatikan penempatan kompor, penyiompanan tempat air panas.
Hati-hati dalam mempersiapkan air mendidih.
Menjelaskan pada anak supaya tidak bermain api.
Melarang pada anak-anak bermain didapur bila ada yang masak.
Jauhkan stop kontak listrik dari jangkauan anak-anak.
Upayakan agar stop kontak listrik ditututp.
Simpan jat kimia pada tempat yang aman ( ogat-obatan, pembersih lantai, insektisida, zat
pembuat kue).
Hindari panas sinar matahari dalam waktu yang lama ( terutama diatas pukul 09.00 s/d 15.00).