Pendahuluan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas secara benar.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas fisiologis.
2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa ibu nifas fisiologis.
3. Mengantisipasi masalah potensial pada ibu nifas fisiologis.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas fisiologis.
5. Merencanakan asuhan yang akan diberikan pada ibu nifas fisiologis.
6. Mengimplementasikan rencana asuhan.
7. Mengevaluasi hasil asuhan.
2.1.2 Etiologi
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan penting
lainnya, yakni hemokonsistensi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh
laktogenic hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar–kelenjar mammae (Winkjasastro,
2005)
1. Puerpurium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas
2. Puerpurium intermediete
Yaitu suatu kepulihan secara menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Purerpurium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurn terutama apabila ibu selama hamil
a. Involusi
a) Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
b) Proses involusi
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira – kira 2 cm dibawah
umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira – kira sama dengan berat uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat
1000 gram.
Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif
uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada
hyperplasia, penigkatan jumlah sel – sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel – sel yang
sudah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormone – hormone ini menyebabkan
a. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10
kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel
yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah
b. Atrofi aringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian
mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan desidua akan
mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan
retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat
Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar,
dimana pembuluh darah besar bermuara. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan
Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lochea.
Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal
dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. Luka sembuh sempurna pada 6 – 8 minggu
e. Perubahan Ligamen
Ligamen – ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan
dan partus, setelah janin lahir, berangsur – angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan
oleh karena ligament, fasia, dan jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendur
(Dewi, 2011)
f. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lochia mempunyai bau
amismeskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda pada setiap
Beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada masa nifas yaitu :
a. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa – sisa
selaput kebutuhan, sel – sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2
hari pasca persalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari post
partum.
b. Lokia sanguilenta berwarna merah kunig bersih darah dan lendir yang keluar pada
c. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari
lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi
kuning. Cairan tidah berdarah lagi pada hari ke-7 ssampai hari ke-14 pasca persalinan.
d. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Lokia alba mengandung terutama cairan serum,
jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit. Dimulai dari hari ke-14 sampai satu atau dua
minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas
e. Lokia Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
Normal :
2) Bau biasa
3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil)
4) Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut
Abnormal :
1) Merah terang
2) Bau busuk
j. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnua trombosis degenerasi dan nekrosi pada
tempat implantasi plasenta, hari pertama tebalnya 2,2 mm pada hari ketiga mulai rata
sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta
(Saleha, 2009)
k. Servik
karena berisi pembuluh darah.konsistensi lunak biasanya terdapat laserasi karena terjadi
robekan kecil selama dilatasi, dan serviks tidak pernah kembali seperti keadaan semula
(Jannah, 2011)
l. Vulva danVagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu (Jannah, 2011)
m. Perineum
Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan kepala yang
bergerak maju. Pulihnya otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu post partum (Jannah, 2011)
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanan dua jam setelah persalinan.
Pada ibu nifas lama dan terlantar mudah terjadi nileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus
akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam
kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa juga terjadi
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilaan kembali normal
pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Disamping itu, kandung kemih pada
puerpurium mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu distensi
yang berlebihan,urine residual yang berlebihan. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami
distensi akan kembali normal pada dua minggu sampai delapan minggu setelah persalinan.
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendur.
Selama proses kehamilan dan persalinan pada sistem endokrin terutama pada hormon-
Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, selama persalinan, hormon
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, hal tersebut membantu
Prolaktin
belakang untuk mengeluarkan prolaktin horrmon ini berperan dalam pembesaran payudara
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum
halus yang mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dasar panggul, perineum dan vulva.
a) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah partus dapat naik kurang dari
0,5°C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38°C,
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit setelah partus, dan suhu tubuh tidak
panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa
nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya
Denyut jantung, volumenya cukup dan curah jantung menungkat selama hamil, segera setelah
melahirkan keadaan tersebut akan meningkat lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah
biasanya melintasi utero/plasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum. Nilai curah jantung
mencapai puncak selama awal puerpurium 2-3 minggu setelah melahirkan curah jantung
Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas
dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu.
Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu yaitu :
1. Taking On : Pada fase ini disebut meniru, fantasi wanita tidak hanya meniru tapi sudah
berhubungan dengan masa lalu dirinya (sebelum proses) yang menyenangkan, serta harapan
untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan meninggalkan perannya masa lalu.
2. Taking In : Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkatan nutrisi ibu mungkin
3. Taking Hold : Periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum ibu menjadi orang tua
yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu agak sensitif dan
merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut. Cenderung menerima nasihat bidan.
4. Letting Go : Periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, pada ibu yang
bersalin di klinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh
a. Mobilisasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa letih dan
sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan
dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian
menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga
mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dikonfirmasikan oleh sejumlah penelitian
yang terkontrol baik. Para wanita menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan lebih
kuat setelah ambulasi awal. Komplikasi kandung kencing dan konstipasi kurang sering
terjadi. Yang penting, ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi trombosis dan
emboli paru pada masa nifas.
Dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam postpartum. Perawatan
mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium
2) Mempercepat involusi alat kandungan
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.
Ambulasi dini adalah kebikjaksanan untuk secepat mungkin membimbing penderita
keluar dari tempatnya tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi dilakukan setelah 2 jam ibu boleh miring-miring ke
kanan atau kekiri untuk mencegah terjadinya trombosit.
Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit, misalnya
anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya. Penambahan kegiatan
dengan ambulasi dini harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah
bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya (Saleha, 2009)
b. Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat
25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat 3 kali
lipat dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan (Ambarwati, dkk. 2009)
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan
protein dan karbohidrat (Dewi, dkk. 2013)
Ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
1) Mengkonsusi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan.
4) Minum kapsul viamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
c. Eliminasi
Miksi (BAK)
Ibu diminta untuk BAK 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Berikut
sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum :
1) Berkurangnya tekanan intraabdominal
2) Otot-otot perut masih lemah
3) Edema uretra
4) Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009)
Ibu mampu BAK sendiri bila tidak segera ingin berkemih, maka dilakukan
tindakan berikut :
1) Dirangsang dengan mengalirkan air
2) Mengompres air hangat di atas simpisis
3) Saat sith bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilakukan kateterisasi. Hal ini dapat
membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu,
kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum (Dewi, dkk. 2013)
d. Defekasi
Harus dilakukan 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase
hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila
terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).
Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur :
1) Diet teratur
2) Pemberian cairan yang banyak
3) Ambulasi yang baik (Dewi, dkk. 2013)
Jika klien pada hari ke 3 belum juga buang besar maka diberikan laksan supositoria
dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diet
teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olah raga. (Ambarwati, dkk.
2009)
e. Kebersihan diri
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membesihkan daerah kelaminnya.
f. Istirahat
Istirahat pada ibu nifas harus cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan serta
untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal : mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi, memperlamabat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri.
(Rukiyah, dkk. 2011)
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Akan terasa lebih lelah bila partus
berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya
atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah
terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk
meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan (Dewi, dkk. 2011)
g. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa
dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang
baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasme akan menurun. (Ambarwati, dkk. 2009)
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
h. Keluarga berencana
Sebelum menggunakan metoge KB, hal- hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu
kepada ibu : bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,
kekurangannya, efek samping, bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat
mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui.
i. Senam nifas
Senam nifas diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung, jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa
menit setiap hari sangat membantu. (Rukiyah, dkk. 2011)
Senam yang pertama paling baik paling aman untuk memperkuat dasar panggul
adalah senam kegel. Segera lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila memang
memungkinkan. Meskipun kadang-kadang sulit untuk secara mudah mengaktifkan otot-otot
dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua, anjurkan agar ibu tersebut tetap
mencobanya. Senam kegel akan membantu penyembuhan postpartum dengan jalan membuat
kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul. Senam kegel
mempunyai beberapa manfaat antara lain membuat jahitan lebih merapat, mempercepat
penyembuhan, meredakan hemoroid, meningkatakan pengendalian atas urin. Caranya dengan
berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan sampai 5
hitungan. Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali (Ambarwati, dkk. 2009)