Anda di halaman 1dari 18

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 99 %


kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu
di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO, 81% angka
kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post
partum (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id)
AKI di Indonesia merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu dengan meningkatkan kesehatan ibu dimana
target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah
kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu
ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium
masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus
kematian ibu yang dilaporkan di provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun
2012 sebanyak 178 kasus. Terjadi peningkatan yang signifikan dibanding tahun 2011 yaitu
sebanyak 152 kasus. Penyumbang kematian terbanyak adalah Kota Bandar Lampung dengan
kasus perdarahan ( 23% ), infeksi ( 2% ) ( Profil Dinkes Lampung, 2012)
Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas jika tidak tertangani
akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada kandung kemih maupun infeksi dari jalan
lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan kematian pada ibu nifas sebanyak
50 %.
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2009)
Diperkirakan bahwa 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Secara
nasional menurut Purwanto (2001), angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7%
dan 0,7% diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Dengan demikian asuhan pada masa
nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Ruptur perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama, dan tidak juga pada
persalinan berikutnya. Semua laserasi perineum, kecuali yang sangat super fisial akan disertai
perlukaan vagina bagian bawah dengan derajat yang bervariasi. Adapun faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum antara lain : posisi tubuh, paritas, janin
besar, ekstraksi vacum/forcep, cara meneran dan pimpinan persalinan yang salah.
Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi lainnya pada masa nifas
utamanya dengan ruptur pada perineum dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan antara lain perawatan perineum secara intensif.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis sebagai mahasiswa kebidanan
diwajibkan menerapkan “Asuhan Kebidanan Komperehensif” pada ibu nifas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas secara benar.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas fisiologis.
2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa ibu nifas fisiologis.
3. Mengantisipasi masalah potensial pada ibu nifas fisiologis.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas fisiologis.
5. Merencanakan asuhan yang akan diberikan pada ibu nifas fisiologis.
6. Mengimplementasikan rencana asuhan.
7. Mengevaluasi hasil asuhan.

1.3 Teknik Pengumpulan Data


1.3.1 Wawancara
Mengatakan tanya jawab langsung kepada klien guna mengetahui keluhan-
keluhan yang dirasakan, sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat dan
benar sesuai dengan masalah yang muncul.
1.3.2 Observasi
Melakukan pengamatan langsung kepada klien.
1.3.3 Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari sumber buku,status pasien,catatan medis,dan
catatan yang dapat mendukung terlaksananya asuhan dan dapat membandingkan
antara teori dan praktik.
1.3.4 Studi Pustaka
Membaca sumber buku sebagai pedoman dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam Asuhan Nifas terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari : Latar belakang, Tujuan, Metode Pengumpulan
Data dan Sistematika Penulisan.
BAB II :Tinjauan Pustaka Terdiri dari Konsep Nifas dan Management Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas.
BAB III :Tinjauan Kasus Terdiri dari Pengkajian, Intrepretasi data dasar, Antisipasi
Masalah Potensial, Identifikasi Kebutuhan Segera, Intervensi, Implementasi dan
Evaluasi.
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Nifas
2.1.1 Definisi
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan semula. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah
kelahiran plasenta sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi, 2011).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali ke keadaan semula (sebelum hamil). Masa
nifas berlangsung kira – kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).
Periode masa nifas (puerpurium) adalah periode waktu selama 6-8 jam minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-
alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari
adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).

2.1.2 Etiologi

Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan penting
lainnya, yakni hemokonsistensi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh
laktogenic hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar–kelenjar mammae (Winkjasastro,
2005)

2.1.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Ambarwati, dkk. 2009)
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Saleha, 2009)
2.1.4 Peran Bidan pada Masa Nifas
Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :
a. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati, dkk. 2009)

2.1.5 Klasifikasi Masa Nifas


Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :

1. Puerpurium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas

layaknya wanita normal lainnya.

2. Puerpurium intermediete

Yaitu suatu kepulihan secara menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

3. Purerpurium remote

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurn terutama apabila ibu selama hamil

atau persalinan mempunyai komplikasi (Dewi, 2011)

2.1.6 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a. Involusi

a) Pengertian

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi

sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

akibat kontraksi otot – otot polos uterus.

b) Proses involusi
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira – kira 2 cm dibawah

umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar

uterus kira – kira sama dengan berat uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat

1000 gram.

Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif

uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada

hyperplasia, penigkatan jumlah sel – sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel – sel yang

sudah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormone – hormone ini menyebabkan

terjadi autolysis. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a. Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine.

Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10

kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel

yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah

renik sebagai bukti kehamilan.

b. Atrofi aringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian

mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai

pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan desidua akan

mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi

menjadi endometrium yang baru.

c. Efek oksitosin (kontraksi)

Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi

uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan

retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat

implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan. Luka bekas perlekatan plasenta

memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

d. Bagian Bekas Implantasi Plasenta

Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar,

dimana pembuluh darah besar bermuara. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan

thrombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.

Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lochea.

Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal

dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. Luka sembuh sempurna pada 6 – 8 minggu

postpartum (Jannah, 2011)

Tabel Involusi Uterus


Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Diameter Keadaan serviks
bekas melekat
placenta (cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 12,5 Lembek
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 7,5 Beberapa hari setelah PP
2minggu Tak teraba diatas simfisis 350 3-4 dapat dilalui 2 jari akhir
6 minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 minggu pertama dapat
dimasuki 1 jari
8 minggu Sebesar normal 30

Sumber: (Dewi, 2011)

e. Perubahan Ligamen

Ligamen – ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan

dan partus, setelah janin lahir, berangsur – angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak

jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi

retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan

oleh karena ligament, fasia, dan jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendur

(Dewi, 2011)
f. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lochia mempunyai bau

amismeskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda pada setiap

wanita (Dewi, 2011)

Beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada masa nifas yaitu :

a. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa – sisa

selaput kebutuhan, sel – sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2

hari pasca persalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari post

partum.

b. Lokia sanguilenta berwarna merah kunig bersih darah dan lendir yang keluar pada

hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.

c. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari

lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi

kuning. Cairan tidah berdarah lagi pada hari ke-7 ssampai hari ke-14 pasca persalinan.

d. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Lokia alba mengandung terutama cairan serum,

jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit. Dimulai dari hari ke-14 sampai satu atau dua

minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas

leukosit dan sel – sel desidua.

e. Lokia Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

f. Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya (Saleha, 2009)

Normal :

1) Merah hitam (lochia rubra)

2) Bau biasa

3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil)
4) Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut

setiap 3-5 jam)

Abnormal :

1) Merah terang

2) Bau busuk

3) Mengeluarkan darah beku

4) Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam)

g. Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy/robekan, heacting

h. Keadaan anus : hemorroid

i. Keadaan ekstermitas : Varices, oedema, reflex patella (Priharjo, 2006)

j. Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnua trombosis degenerasi dan nekrosi pada

tempat implantasi plasenta, hari pertama tebalnya 2,2 mm pada hari ketiga mulai rata

sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta

(Saleha, 2009)

k. Servik

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warnanya merah kehitaman,

karena berisi pembuluh darah.konsistensi lunak biasanya terdapat laserasi karena terjadi

robekan kecil selama dilatasi, dan serviks tidak pernah kembali seperti keadaan semula

(Jannah, 2011)

l. Vulva danVagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses

pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu (Jannah, 2011)
m. Perineum

Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan kepala yang

bergerak maju. Pulihnya otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu post partum (Jannah, 2011)

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanan dua jam setelah persalinan.

Pada ibu nifas lama dan terlantar mudah terjadi nileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus

akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam

kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa juga terjadi

karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka perineum.

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilaan kembali normal

pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Disamping itu, kandung kemih pada

puerpurium mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu distensi

yang berlebihan,urine residual yang berlebihan. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami

distensi akan kembali normal pada dua minggu sampai delapan minggu setelah persalinan.

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi

lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus

jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendur.

5) Perubahan Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan pada sistem endokrin terutama pada hormon-

hormon yang berperan dalam proses tersebut.

Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, selama persalinan, hormon

oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, hal tersebut membantu

uterus ksembali kebentuk semula.

Prolaktin

Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya kelenjar ptituitary, bagian

belakang untuk mengeluarkan prolaktin horrmon ini berperan dalam pembesaran payudara

dan produksi ASI.

Esterogen Dan Progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum

dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat esterogen yang tinngi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Dan progesteron mempengaruhi otot-otot

halus yang mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dasar panggul, perineum dan vulva.

6) Perubahan Tanda –Tanda Vital

a) Suhu badan

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah partus dapat naik kurang dari

0,5°C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama

melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38°C,

mungkin terjadi infeksi pada klien.

b) Nadi dan pernafasan

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit setelah partus, dan suhu tubuh tidak

panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa

nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan

akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
c) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena

ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya

preeklamsia postpartum (Dewi dkk, 2011)

7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Denyut jantung, volumenya cukup dan curah jantung menungkat selama hamil, segera setelah

melahirkan keadaan tersebut akan meningkat lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah

biasanya melintasi utero/plasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum. Nilai curah jantung

mencapai puncak selama awal puerpurium 2-3 minggu setelah melahirkan curah jantung

berada pada tingkat sebelum hamil (Jannah, 2011)

2.1.6 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas

Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi oleh banyak faktor,

seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas

dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu.

Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu yaitu :

1. Taking On : Pada fase ini disebut meniru, fantasi wanita tidak hanya meniru tapi sudah

membayangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Pengalaman yang

berhubungan dengan masa lalu dirinya (sebelum proses) yang menyenangkan, serta harapan

untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan meninggalkan perannya masa lalu.

2. Taking In : Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif

dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkatan nutrisi ibu mungkin

dibutuhkan karena selera makan menandakan tidak berlangsung normal.

3. Taking Hold : Periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum ibu menjadi orang tua

yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu agak sensitif dan

merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut. Cenderung menerima nasihat bidan.
4. Letting Go : Periode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang ke rumah, pada ibu yang

bersalin di klinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh

keluarga (Dewi, 2011)

2.1.7 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan
pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan-pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya kompliasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjunan masa nifas:
Tabel Program dan kebijakan tekhik masa nifas
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam post Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia
partum uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan
serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang
cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.

II 6 hari post Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal,


partum uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan
cukup cairan
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta
tidak ada tanda- tanda kesulitan menyusui
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru
lahir.
III 2 minggu post Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
partum yang diberikan pada kunjungan 6 haru post partum
IV 6 minggu post Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
partum masa nifas
Memberikan konseling KB secara dini.
(Damayanti, dkk. 2011)

2.1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Mobilisasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa letih dan
sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan
dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian
menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga
mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dikonfirmasikan oleh sejumlah penelitian
yang terkontrol baik. Para wanita menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan lebih
kuat setelah ambulasi awal. Komplikasi kandung kencing dan konstipasi kurang sering
terjadi. Yang penting, ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi trombosis dan
emboli paru pada masa nifas.
Dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam postpartum. Perawatan
mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium
2) Mempercepat involusi alat kandungan
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.
Ambulasi dini adalah kebikjaksanan untuk secepat mungkin membimbing penderita
keluar dari tempatnya tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi dilakukan setelah 2 jam ibu boleh miring-miring ke
kanan atau kekiri untuk mencegah terjadinya trombosit.

Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah sebagai berikut :


1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3) Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/memelihara anaknya.
4) Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal
5) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka perut.
6) Tidak mmperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.
(Dewi, dkk. 2013)

Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit, misalnya
anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya. Penambahan kegiatan
dengan ambulasi dini harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah
bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya (Saleha, 2009)

b. Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat
25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat 3 kali
lipat dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan (Ambarwati, dkk. 2009)
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan
protein dan karbohidrat (Dewi, dkk. 2013)
Ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
1) Mengkonsusi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan.
4) Minum kapsul viamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.

c. Eliminasi
Miksi (BAK)
Ibu diminta untuk BAK 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Berikut
sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada ibu postpartum :
1) Berkurangnya tekanan intraabdominal
2) Otot-otot perut masih lemah
3) Edema uretra
4) Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009)
Ibu mampu BAK sendiri bila tidak segera ingin berkemih, maka dilakukan
tindakan berikut :
1) Dirangsang dengan mengalirkan air
2) Mengompres air hangat di atas simpisis
3) Saat sith bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilakukan kateterisasi. Hal ini dapat
membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu,
kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum (Dewi, dkk. 2013)

d. Defekasi
Harus dilakukan 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase
hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila
terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).
Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur :
1) Diet teratur
2) Pemberian cairan yang banyak
3) Ambulasi yang baik (Dewi, dkk. 2013)
Jika klien pada hari ke 3 belum juga buang besar maka diberikan laksan supositoria
dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diet
teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olah raga. (Ambarwati, dkk.
2009)

e. Kebersihan diri
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membesihkan daerah kelaminnya.
f. Istirahat
Istirahat pada ibu nifas harus cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan serta
untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal : mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi, memperlamabat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri.
(Rukiyah, dkk. 2011)
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Akan terasa lebih lelah bila partus
berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya
atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah
terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk
meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan (Dewi, dkk. 2011)

g. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa
dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang
baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasme akan menurun. (Ambarwati, dkk. 2009)
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

h. Keluarga berencana
Sebelum menggunakan metoge KB, hal- hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu
kepada ibu : bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,
kekurangannya, efek samping, bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat
mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui.

i. Senam nifas
Senam nifas diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung, jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa
menit setiap hari sangat membantu. (Rukiyah, dkk. 2011)
Senam yang pertama paling baik paling aman untuk memperkuat dasar panggul
adalah senam kegel. Segera lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila memang
memungkinkan. Meskipun kadang-kadang sulit untuk secara mudah mengaktifkan otot-otot
dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua, anjurkan agar ibu tersebut tetap
mencobanya. Senam kegel akan membantu penyembuhan postpartum dengan jalan membuat
kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul. Senam kegel
mempunyai beberapa manfaat antara lain membuat jahitan lebih merapat, mempercepat
penyembuhan, meredakan hemoroid, meningkatakan pengendalian atas urin. Caranya dengan
berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan sampai 5
hitungan. Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali (Ambarwati, dkk. 2009)

2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Anda mungkin juga menyukai