Anda di halaman 1dari 14

Herbal Medicine

Lidah Buaya (Aloe vera L. / Aloe barbadensis Miller.)


Jeringau (Acorus calamus L.)
Bayberry (Myrica cerifera L.)
Ginko biloba (Ginkgo biloba L.)

Oleh:
Kelompok 1
Asyura Yani (153202072)
Emmy Hartanty (153202080)
Azis Setiawan (153202086)
Fhizri Ayuningtyas (153202092)
Fauzi (153202093)
Nurhasanah Rumanda (153202031)

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
MEDAN
2015
Lidah Buaya
(Aloe vera L. / Aloe barbadensis Miller.)
Taksonomi
Klasifikasi dari tanaman Lidah Buaya :
Divisi : Spermatohyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Spesies : Aloe barbadensis Miller
Aloe vera L.
Deskripsi
Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang bersifat
sukulen, dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek, mempunyai
daun yang bersap-sap melingkar (roset), panjang daun 40-90 cm, lebar 6-13 cm, dengan
ketebalan lebih kurang 2,5 cm di pangkal daun serta bunga berbentuk lonceng
(Furnawanthi, 2007).

Kandungan Kimia
Adapun kandungan kimia yang terdapat pada lidah buaya adalah: Lignin,
Saponin, Komplek Anthraquinone aloin, barbaloin, iso-barbaloin, anthranol, aloe
emodin, anthracene, aloetic acid, ester asam sinamat, asam krisophanat, eteral oil,
resistanol, Vitamin B1, B2, niacinamida, B6, cholin, asam folat, Enzim oksidase,
amilase, katalase, lifase, protease,Mono dan polisakarida, selulosa, glukosa, mannose,
aldopentosa, rhamnosa, kromium, inositol, vitamin A, dan getah kering lidah buaya.

Manfaat Tumbuhan
• Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi, sehingga memudahkan
peresapan gel ke kulit, Mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat
antiseptik
• Bahan pencuci yang sangat baik Bahan laksatif
• Penghilang rasa sakit
• Mengurangi racun
• Senyawa antibakteri
• Mempunyai kandungan antibiotik
• Bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara normal dan sehat.
• Mengatur proses-proses kimia dalam tubuh
• Menyembuhkan luka dalam dan luar.
• Memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
• Berfungsi untuk memproduksi mucopolisakarida
• Menurunkan kadar gula darah (Jatnika& Saptoningsih, 2009)

Mekanisme Kerja Lidah Buaya (Aloe vera L. )

1. Sebagai Antiinflamasi
Lidah buaya (Aloe vera L.) tidak memiliki mekanisme tunggal. Lidah buaya
mengandung asam amino seperti phenylalanine dan trytophane yang memiliki
aktifitas anti-inflamasi. Asam salisilat dalam lidah buaya mencegah biosintesis
prostaglandin dari asam arakidonat, karena penghambatan pelepasan mediator,
seperti histamin dan serotonin, aloe vera dapat menghambatan pembentukan
siklooksigenase.
2. Sebagai Laksatif
Lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki efek sebagai pencahar lebih kuat
dibanding Cascara sagrada, Cassia sena, Rheum officinale (akar kelembak)
dan Cassia alata (ketepeng kebo). Terjadinya efek laksan ini diakibatkan oleh
adanya pelepasan elektrolit dan air ke dalam lumen dari usus yang
menghambat terjadinya reabsorbsi dalam colon sehingga adanya pertambahan
volume dalam usus akan memacu terjadinya peristaltik.

3. Sebagai antibakteri
Lidah buaya (Aloe vera L.) mengandung senyawa fenol memiliki aktivitas
antibakteri dengan berinteraksi dengan sel bakteri, melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan hidrogen. Pada konsentrasi rendah, terbentuk kompleks
protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian
kemudian fenol bekerja dengan mencegah biosintesis prostaglandin dari asam
arakidonat.
Pada konsentrasi tinggi dia dapat berkoagulasi dengan protein seluler dan
membran sitoplasma melalui lisis, saat lapisan fosfolipid di sekeliling dalam
kondisi sangat tipis sehingga fenol dapat berpentrasi dengan mudah dan merusak
isi sel.
4. Menurunkan kadar gula darah
Lidah buaya (Aloe vera L.) mengandung zat aloe emodin, sebuah senyawa
organik dari golongan antrakuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin
seperti pencerap insulin-beta dan substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan
meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase 3
beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah. Aloe vera L.
mengandung senyawa organik aloe emodin yang tergolong dalam senyawa
antraquinone yang mempunyai kemampuan menurunkan kadar gula darah.
Jeringau
(Acorus calamus L.)
Taksonomi
Adapun Sistematika tumbuhan dari jeringau adalah:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocoiyledonae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Genus : Acorus
Spesies : Acorus calamus L.

Deskripsi
Jeringau merupakan herba menahun dengan tinggi sekitar 75 cm. Tumbuhan ini
biasa hidup di tempat yang lembab, seperti rawa dan air pada semua ketinggian tempat.
Batang basah, pendek, membentuk rimpang, dan berwarna putih kotor. Daunnya
tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang 60 cm, lebar sekitar 5 cm, dan
warna hijau. Bunga majemuk bentuk bonggol, ujung meruncing, panjang 20–25 cm
terletak di ketiak daun dan berwarna putih. Perbanyakan dengan setek batang, rimpang,
atau dengan tunas-tunas yang muncul dari buku–buku rimpang. Jeringau mempunyai
akar berbentuk serabut (Kardinan, 2004).

Kandungan kimia
Acorus calamus L. mengandung saponin dan flavonoid, dan juga mengandung minyak
atsiri antara lain mengandung eugenol, asaron (alfa dan beta asaron), kalameon,
kalamediol, isokalamediol, preisokalmendiol, akorenin, akonin, akoragermarkon,
akolamonin, isoakolamin, siobunin, isosiobunin, dan episiobunin.

Manfaat Tanaman
Tanaman Acorus calamus L. banyak digunakan sebagai obat sakit perut dan penyakit
kulit Rimpang jeringau berkhasiat sebagai karminatif, spasmolitik dan diaforetik yang
bermanfaat untuk obat penenang, lambung, penenang pencernaan, obat limpa,
menghilangkan sakit, menambah nafsu makan, tonik, meredakan radang, melegakan
hidung tersumbat dan bahan antiseptik. Selain itu Jeringau juga dapat memberikan efek
relaksasi pada otot dan efek sedatif (penenang) terhadap system saraf pusat.

Efek Samping
jika digunakan dalam jumlah banyak dapat meningkatkan aktivitas mental (psikoaktif).
Di samping itu asaron dari Acorus calamus L. juga merupakan senyawa alami yang
potensial sebagai pemicu timbulnya kanker, apalagi jika tanaman ini digunakan dalam
waktu lama. Dringo bisa menyebabkan penumpukan cairan di perut, mengakibatkan
perubahan aktivitas pada jantung dan hati, serta dapat menimbulkan efek berbahaya
pada usus.
Bayberry
(Myrica cerifera L.)
Taksonomi
Adapun Sistematika tumbuhan Bayberry adalah:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Fagales
Suku : Myricaceae
Genus : Myrica
Spesies : Myrica cerifera L.
Deskripsi
Bayberry juga dikenal sebagai wax myrtle, waxberry, candelberry. Bayberry
adalah tanaman pohon belukar. Semua jenis dari bayberry diklasifikasikan ke dalam
famili Myricaceae. Beberapa varietas ditemukan di hampir seluruh dunia, seperti
Jepang, Amerika Selatan, India Barat, dan Inggris. Pohon ini tumbuh dengan ketinggian
3-8 kaki (1-2.4 m). Myrica cerifera lebih dikenal dengan nama Bayberry Amerika
karena umumnya tumbuhan ini lebih banyak ditemukan di Amerika.
Kandungan Kimia
Flavonoid (myricitrin), tanin 3.9% (kulit), terpenoid (myricadiol, taraxerol,
taraxerone), albumin, pewarna merah, gum, resin, pati dan wax yang mengandung
palmitat, miristat, laurat. Myricadiol memiliki dampak sedikit pada tingkat kalium dan
natrium, sementara zat yang disebut myricitrin memiliki sifat antibiotik.
Manfaat Tanaman
Bayberry dinyatakan memiliki sifat antipiretik, stimulan peredaran darah,
antimuntah, dan kemampuannya dalam mengeluarkan keringat. Bayberry telah
digunakan untuk mengobati diare, pilek, dan khusus untuk kolitis mukosa. Larutannya
telah digunakan sebagai obat kumur untuk sakit tenggorokan, dan sebagai larutan untuk
keputihan. Bubuk kulit akar telah digunakan secara topikal untuk penyakit ulkus.
Secara in vitro dan penelitian terhadap hewan: Myricitrin telah dilaporkan menunjukkan
choleretic (zat yang meningkatkan sekresi empedu), bakterisida, paramecicidal, dan
aktivitas spermatocidal; myricadiol memiliki aktivitas mineralokortikoid (sub-tipe dari
golongan hormon kortikoid yg berfungsi sebagai regulasi ekskresi cairan elektrolit pd
ginjal). Tanin diketahui memiliki sifat astringent.
Ginkgo biloba
(Ginkgo biloba L. )
Taksonomi

Adapun sistematika dari gingko biloba adalah


Divisio : Ginkgophyta
Class : Ginkgoopsida
Ordo : Ginkgoales
Famili : Ginkgoaceae
Genus : Ginkgo
Spesies : Ginkgo biloba L.

Deskripsi
Ginkgo adalah nama tanaman hias besar yang tumbuh subur di daerah beriklim sedang
mulai dari daratan Eropa sampai Amerika Serikat. Tinggi pohon Ginkgo biloba dapat
mencapai 30 atau 40 meter dan lebarnya sekitar 8 meter. Batangnya memiliki diameter
3 atau 4 meter, lurus dan bercabang. Daun berukuran 5-10 cm (2-4 inchi) Selama musim
semi daun berwarna hijau, dan berubah menjadi kuning emas saat gugur. Daun dari
pohon ini bentuknya menarik dan unik dibanding pohon lainnya. Bentuknya 1/4 bundar,
bagian ujungnya berliku-liku. Selintas mirip kipas terbuka. Seperti halnya suflir, daun
ginkgo pun sama-sama sulit basah jika tertimpa air.

Kandungan
Pohon ginkgo biloba mengandung 2 komponen yang bermanfaat sebagai herbal
yaitu flavonoids dan terpenoid. Komposisi flavonoid yang utama adalah quercetin,
kaemferol, isorhamnetin, sciadopitysin, ginkgetin, isoginkgetin (Jutetzek, 1997).
Sedangkan komponen terpenoid terdiri atas bilobalide dan ginkgolides.

Manfaat Tanaman
Flavonoid yang terkandung pada ginkgo biloba dapat melindungi saraf, otot
jantung, pembuluh darah dan retina dari kerusakan. Sedangkan terpenoidnya (seperti
ginkgolides dan bilobalide) dapat meningkatkan fungsi otak, meningkatkan aliran darah
dengan melebarkan pembuluh darah dan mengurangi kekakuan trombosit.
Mekanisme Kerja Senyawa Flavonoid dan Terpenoid pada Ginkgo biloba L.

1. Flavonoid
Flavonoid mempunyai efek sebagai antioksidan. Flavonoids ini dapat
menurunkan jumlah radikal bebas yaitu dengan cara menurunkan sel-sel
membran lipid peroksidase sehingga dapat melindungi sel. Lipid peroksidase ini
apabila berikatan dengan radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel
membran dan menambah produksi radikal bebas.
2. Terpenoids
Terpenoids pada Ginkgo biloba terdiri atas bilobalide dan ginkgolides.
Bilobalides ini berhubungan erat dengan ginkgolides. Bilobalides memunyai
efek perlindungan terhadap sel-sel syaraf melalui regenerasi sel-sel syaraf
motorik. Sedangkan ginkgolides dapat menghambat aktivitas dari platelet
activating factor.

Efek Samping
Efek samping yang mungkin dijumpai adalah gangguan gastrointestinal, sakit
kepala, dan kelelahan. Tetapi pada satu penelitian pernah dijumpai perdarahan
intrakranial paska pemberian ginkgo biloba dengan dosis tinggi (Bent, et al., 2000)
Daftar Pustaka

Arianti, K. (2012). Daya hambat ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis
Miller) Terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923
DAN Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi XVI (1) : 1 – 4
Aveonita, A. (2015). Effect Of Aloe Vera In Lowering Blood Glucose Levels On
Diabetes Melitus. J majority (4) : 2
Bent, S., Goldberg, H., Padula, A. (2005). Spontaneous bleeding associated with ginkgo
biloba : a case report and systematic review of literature. J. Gen Intern. Med.
20 (7) : 657-661.
Devaraj, A. (2011). Evaluation Of Anti-inflammatory Activity And Analgesic Effect Of
Aloe Vera Extract In Rats. Thirunethiran karpagan et al. IRJP 2 (3): 103-110
Furnawanti L., (2007). Khasiat dan manfaat lidah buaya si tanaman ajaib. Edisi 8.
Jakarta selatan: PT. Agro Media Pustaka. Halaman. 1-11.
Grieve, M. and C.F. Leyel Barnes. A Modern Herbal: The Medical, Culinary, Cosmetic
and Economic Properties, Cultivation and Folklore of Herbs, Grasses, Fungi,
Shrubs and Trees With All of Their Modern Scientific Uses. Barnes and Noble
Publishing, 1992. http://natureforcities.snre.umich.edu
Jatnika, A & Saptoningsih. (2009). 1001 Obat Herbal, Cetakan. 1. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Juretzek, W. (1997). Recent Advances in Ginkgo Biloba Extract (Egb 761), Springer-
Verlag : 341-358.
Kapadia GJ et al. Carcinogenicity Of Camellia Sinensis (tea) and some tannin -
containing folk medicinal herbs administered subcutaneously in rats. JNat!
Cancer Inst 1976; 57:207-209.
Kapadia GJ et al.Carcinogenicity of some folkmedicinal herbs in rats. JNatl Cancer
Inst1978;60: 683-686.
Kardinan, A. (2004). Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Paul BD et al. Isolation of myricadiol, myricitrin, taraxerol and taraxerone from Myrica
cerifera L.root bark. JPharm Sci1974; 63: 958-959.
Rismunandar. (1988). Rempah-Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru.

Anda mungkin juga menyukai