Kelompok - 2 Word
Kelompok - 2 Word
Disusun Oleh:
Cut Putri Arhandhi
Ernida Fermadani Harahap
Nailul Ramadhilla
Noval Syahputra
Riskha Nasution
Rizha Daina Arif Hasibuan
1
1. Aniseed (Pimpinella Anisum )
Antioksidan
Antimikroba
Kandungan Kimia:
Minyak Atsiri 1,5 – 5 %
Anetol 80 – 90 %
Flavonoid
-Sitosterol
Antihiperlipidemia
Bronkodilator
Ekspetoran
Minyak atsiri berfungsi sebagai antimikroba dengan cara merusak membran sitoplasma.
Sitoplasma dibatasi oleh membran sitoplasma yang merupakan penghalang dengan
permeabilitas yang selektif. Membran sitopla sma akan mempertahankan bahan-bahan
tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Jika terjadi
2
kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
matinya sel.
Minyak atsiri juga dapat sebagai antispasmodik, yaitu mampu mengurangi atau
menghentikan kejang otot di usus dengan memblok secara selektif sinaps muskarinik pada
saraf parasimpatik
Anetol memiliki efek sebagai ekspetoran dimana anetol merangsang pengeluaran sputum
dengan cara mengencerkan dahak
Struktur β-sitosterol mempunyai kemiripan dengan kolesterol, sehingga dapat
memblokir penyerapan kolesterol dengan cara penghambatan kompetitif. Meskipun β-
sitosterol tidak diserap dengan baik oleh tubuh (5-10%), bila dikonsumsi dengan kolesterol
secara efektif memblokir penyerapan kolesterol, yang mengakibatkan menurunkan kadar
kolesterol serum. Beta-sitosterol juga dapat meningkatkan profil lipoprotein (HDL, LDL),
oleh karena itu adas manis dapat dimamfaatkan sebagai antihiperlipidemia.
Flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan melalui dua mekanisme, yaitu
flavonoid menghambat kerja enzim yang terlibat dalam reaksi produksi anion superoksida,
flavonoid juga mengikat logam kelumit yang terlibat dalam reaksi yang menghasilkan radikal
bebas. Dengan potensial reduksi yang rendah, flavonoid memadamkan radikal dengan jalan
mereduksi radikal superoksida, peroksil, alkoksil, dan hidroksil. Radikal aroksil saling
bereaksi menghasilkan quinon yang stabil. Stabilnya aroksil ditentukan oleh adanya
delokalisasi elektron pada 2,3-ikatan ganda terkonyugasi dengan 4-okso. Mekanisme lain
yang dijalankan flavonoid dalam memadamkan radikal adalah dengan cara menyediakan sisi
pengikatan untuk radikal –radikal tersebut.
3
2. Cabai Merah ( Capsicum annuum L.)
Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan
anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu,
tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di
Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Cabai atau lombok termasuk dalam suku
rendah ataupun di dataran tinggi. Cabe bisa dikelompokkan menjadi cabe manis, (sweet),
agak pedas (mild), pedas sedang (medium), pedas (hot), dan sangat pedas (very hot). Cabe
manis biasanya berkisar di skala 0-1000 dalam satuan Scoville, contohnya yang biasa kita
sebut paprika (cabe gendut yang biasa ada di salad). Nama-nama asing seperti Pimentos,
Rellenos, dan Sweet Banana peppers juga masuk dalam kelompok ini. Skala 1000-3000
digolongkan ke tingkat agak pedas. Untuk kelompok ini sepertinya tidak ada yang familiar
dengan kita. Cabe merah besar yang biasa kita temui dan kita makan masuk di kelompok
4
2.2. Kandungan Senyawa Kimia Capsaicin
Antioksidan
Antiinflamasi
Antinosiseptiv
Antikoagulan
Antimikroba
Sebagai stimulan
Karminatif
Kapsaisin mencegah
terbentuknya kerak
pada pembuluh darah
Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan C serta mengandung minyak atsiri
capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan
Manfaat dari cabe sudah banyak diteliti, dan hasilnya ditemukan bahwa kandungan
cabe mampu membunuh bakteri merugikan dalam pencernaan, walaupun juga beresiko
mengiritasi dinding organ pencernaan. Pengaruh rasa (pedas) yang ditimbulkan oleh
capsaicin juga mampu menstimulasi aliran darah menjadi lebih cepat, menghalangi aktivitas
otak menerima rasa sakit dari system saraf kalau kita sedang sakit kepala, melonggarkan
penyumbatan lendir pada hidung dan tenggorokan, dan meningkatkan temperatur tubuh,
sehingga kita biasa berkeringat dan tidak mengantuk jika kepedasan. Dan ternyata
5
capsaicin juga bersifat antikoagulan, yaitu menjaga darah tetap encer dan mencegah
Kandungan bahan aktif capsaicin, telah dilaporkan dapat mengatur suhu tubuh,
menstimulasi sekresi dari cathecholamines, dan menekan akumulasi lemak tubuh yang telah
diuji pada binatang. Capsaicin sangat potensial sebagai terapi diet pada obesitas dan diabetes
(adipocytes) berkembang menjadi mature cell, dan beberapa studi melaporkan bahwa
capsaicin dapat mengurangi jumlah jaringan lemak dan level lemak dalam darah. Capsaicin
dapat menghambat pertumbuhan populasi dan induksi dari apoptosis (kematian sel
terprogram) pada 3T3-L1 preadipocytes [sel yang dapat distimulasi untuk membentuk sel
antioksidan yang penting dan dapat mengurangi atherosklerosis. Antioksidan adalah bahan
yang menghambat atau mencegah kerusakan atau kehancuran akibat oksidasi. Tindakan
oksidasi dari radikal bebas bisa dikendalikan atau bahkan dicegah oleh berbagai bahan
antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang
sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk
dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang diisolasi dari
sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Pratt,1992
6
Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti
tumbuhan/alga laut. Bahan pangan ini mengandung jenis senyawa yang memiliki aktivitas
karotenoid, tannin, peptida, melanoidin, produk-produk reduksi, dan asam-asam organik lain
Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat,
tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang kini banyak
diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan
dan cita rasanya menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh,
seperti dapat menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol, dan kadar gula darah, serta
dasar pertimbangan konsumen di negara-negara maju dalam memilih bahan pangan bukan
hanya bertumpu pada kandungan gizi serta kelezatannya, tetapi juga pengaruhnya terhadap
juga menemukan bahwa cabai merupakan tanaman yang kaya akan pigmen karotenoid,
precursor vitamin A, karotenoid merupakan komponen dasar dalam makanan dan mempunyai
peranan penting dalam kesehatan manusia. Menurut Ausich (1997), karotenoid memiliki
fungsi biologis yang sangat penting sebagai antioksidan, sistim imun, mencegah penyakit
degeneratif, anti-inflamasi, anti stress (Johnson & Schroeder, 1995). Karotenoid juga
memiliki efek memperlambat penuaan (spot penuaan dan kerutan) dan menyembuhkan
7
kelelahan otot, dapat melindungi kulit dari pengaruh buruk radiasi ultraviolet, dan
molekul beta-karoten yang dimakan dapat dirubah oleh enzim dalam usus halus menjadi dua
molekul vitamin A. Saat ini suplemen vitamin A sering diberikan dalam bentuk -karoten
bukan sebagai vitamin A aktif. Hal ini karena konsumsi dalam betakaroten dalam jumlah
banyak sampai saat ini diketahui tidak bersifat toksik, sedangkan konsumsi vitamin A aktif
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk fungsinya dalam
inhibitor protease, monoterpen, fitoestrogen, tersebut banyak terkandung dalam sayuran dan
kacang-kacangan, termasuk tanaman rempah dan obat. Menurut Craig (1999), diet yang
menyediakan berbagai komponen aktif fitokimia yang bermanfaat menjaga kesehatan dan
Analisis kandungan senyawa lebih lanjut menunjukkan bahwa kandungan yang paling
merupakan senyawa yang penting pada beberapa spesies Capsicum. Analisis kami
bahwa capsaicin dapat mengurangi jumlah jaringan lemak dan kadar lemak dalam darah.
Capsaicin dapat menghambat pertumbuhan populasi dan induksi dari apoptosis (kematian sel
terprogram) pada 3T3-L1 preadipocytes [sel yang dapat distimulasi untuk membentuk sel
8
lemak ) (Lin Hsu and Chin Yen, 2007). Pada beberapa penelitian terhadap tikus yang diberi
Kandungan bahan aktif capsaicin, telah dilaporkan dapat mengatur suhu tubuh,
menstimulasi sekresi dari cathecholamines, dan menekan akumulasi lemak tubuh yang telah
diuji pada binatang. Capsaicin sangat potensial sebagai terapi diet pada obesitas dan diabetes
(Misuda et al., 2003). Dengan demikian potensi cabe dengan kandungan capsaicinnya
mempunyai potensi yang baik untuk bahan diet untuk mencegah terjadinya kegemukan
(obesitas).
9
3.1 Kandungan Senyawa Kimia Taraxacum officinale F. H. Wigg
d) Melawan kanker
Daun bunga mengandung Vitamin A dan C mampu meningkatkan daya tahan tubuh
sehingga bermamfaat sebagai antibodi bagi penderita kanker.
10
e) Menurunkan tekanan darah
Dandelion adalah diuretik alami, yang membantu mengurangi tekanan darah dengan
mengekskresikan sodium melalui diuresis tanpa kehilangan kalium. Kelebihan sodium
dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah dengan konstriksi pembuluh darah,
sedangkan kalium membantu mengatur itu. Magnesium berfungsi melarutkan bekuan
darah dan merangsang produksi nitrat oksida, membantu untuk merelaksasi dan
vasodilatasi pembuluh darah untuk aliran darah yang lebih baik.
g) Mencegah Diabetes
Akar Dandelion terdapat zat kimia inulin dan levulin, rasanya pahit. zat ini mampu
memperlambat proses penyerapan gula pada intestin.
11
Echinacea memegang peranan penting pada pengobatan tradisional di Amerika. Nama
umumnya adalah cone flower, black susan, black sampson, Rudbeckia, Missouri snakeroot,
Red sunflower, coneflower ungu dan narrowleafed coneflower. Ekstrak echinacea sering
diresepkan sampai diperkenalkan pada tahun 1930-an. Tanaman obat ini menjadi populer
lagi pada tahun 1980-an (Riyadi, 2008).
Suplemen echinacea sp berisi ekstrak segar bagian tumbuhan yang berada diatas tanah
dan dipanen pada musim berbunga, meskipun bagian lain tumbuhan itu telah digunakan
untuk kepentingan medis. Dari 9 spesies, E.angustifolia, E.purpurea dan E.pallida sudah biasa
digunakan untuk mengobati common cold dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Meskipun sudah lama E.angustifolia diketahui mempunyai efek imunostimulasi yang besar
tetapi sekarang tidak banyak digunakan. E.purpurea lebih mudah dibudidayakan secara
komersial, sehingga merupakan spesies yang paling banyak digunakan di Amerika (Riyadi,
2008).
Imunostimulator
Penghambatan
Pengaktif Sistem hyaluronidase
Kekebalan Tubuh
Polisakarida
Flavonida
Glikosida
Alkylamides
Asam chicoric
Polyacetylenes
Phytosterol
Minyak essensial
Mineral
Anti inflammation
Antibacterial activy activy
Antiviral activity
12
meningkatkan
produksi IL-1, IL-
6, IL-10 dan TNF-α
Aktivitas
megendalikan Antihyaluronidas
TNF-α e
▪Imunostimulan
▪ Influenza
▪ Luka
▪Antibacteri
▪Antivirus
▪Antiinflamasi
Penghambatan Produksi
Meningkatkan Mediator Inflamasi
Produksi Antibodi
Aktifitas Sel-Sel
Darah Putih
13
4.3 Farmakologi (mekanisme kerja)
14
meningkatkan sistem kekebalan untuk mencegah sakit. Bahkan pada salah satu buku
yang berjudul “The AIDS Fighters” menyebutkan bahwa Echinacea mungkin dapat
membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang menurun pada penderita AIDS
(Riyadi, 2008).
e. Mekanisme kerja antiinflamasi : kandungan alkamides dan turunan asam kafeat pada
echinacea sebagai anti – inflamasi. Ekstrak alkohol dari Echinacea memberikan efek
anti inflamasi melalui penghambatan produksi inflamasi mediator tumor necrosis
factor alpha (TNF α) dan oksida nitrat (NO). Prostaglandin E2 (PGE2) adalah
mediator inflamasi penting yang dihasilkan melalui kaskade asam arakidonat. Peran
anti inflamasi Echinacea juga dimediasi melalui peraturan sendiri siklooksigenase 1
dan siklooksigenase 2 melalui penekanan aktivasi Prostaglandin E2. COX 1 dan COX
2 mengkatalisis reaksi mengkonversi asam arakidonat, yang dirilis oleh fosfolipase A,
untuk Prostaglandin E2. Wagner telah melaporkan lipoxygenase menghambat
aktivitas anti inflamasi disebabkan salah isobutylamides E. purpurea ini, asam
dodecatetraenoic (Kumar dan Ramaiah, 2011).
15
Daftar Pustaka
Astawan, M. 2003. Pangan fungsional untuk kesehatan yang optimal. Kompas Sabtu 23
Maret 2003.
Barclay, L. 2007. Chili May Attenuate Post Prandial Insulin Response. Medscape, Medical
News
Craig, W.J. 1999. Health-promoting properties of common herbs. Am. J. Clin. Nutr.
70(3): 491s−499s.
Hariana, Arief. (2013). 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Swadaya. Halaman :
28
Hofman, David. (2003). Medical Herbalism. Vermont : Healing Arts Press. Halaman : 12
Lin Hsu, Chin and Chin Yen,Gow. 2007. Effect of Capsaicin on Induction of Apoptosis and
Inhibition of Adipogenesis in 3T3-L1 Cells. Journal of Agricultural and Food
Chemistry,55 1730-1736. Departement of Food Science and Biotechnology, National
Chung Hsing University . 250 Kuokuang Road. Taichung 40227, Taiwan.
Mdidea. 2007. Capsicum, Cayenne, Red pepper, Capsicum frustecens. 2007. Exporting
Division. Extract Professional. http://www.mdidea.com
Muwarni, 2003. Kuning Telur Bukan Sekedar Warna. Laboratorium Biokimia Nutrisi
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
16
Riyadi, B. F. (2008). Efek Echinacea Terhadap Kemampuan Fagositosis dan Kadar Nictric
Oxide (NO) Makrofag Pada Adenokarsinoma Mammae Mencit C3H yang Mengalami
Stress. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro. Halaman : 29-33.
Widyarto, adrian. UjiAktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Keprok (Citrus nobilis
Lour.) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli. Surakarta : Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Halaman : 13
Trilaksani, W. 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap
Kesehatan. Graduate Program/S3. Institut Pertanian Bogor.
Wijayanti, Siti. (2014). Jurnal Kimia.: Metabolit Sekunder. Semarang : Universitas Negeri
Semarang. Halaman : 9
17