Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

Bayi yang baru lahir ke dunia mengalami berbagai macam perubahan

yang didapatkan pada kondisi ektra-uterin. Perbedaan yang mencolok antara

kondisi rahim dan luar rahim membuat bayi harus berupaya keras beradaptasi

terhadap hal tersebut. Proses adaptasi ini akan menjadi lebih sulit pada bayi-

bayi risiko tinggi, yaitu bayi yang dilahirkan tanpa memperhatikan usia

gestasi dan berat badan yang memiliki kemungkinan lebih besar akan

mengalami morbiditas dan mortalitas[1]

Masalah yang paling sering terjadi pada bayi berdampak pada kondisi

fisiologis dan biokimiawi tubuh yang menyebabkan gangguan, seperti

hipoglikemia. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang

ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada

asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.[1]

Hipoglikemia adalah kadar glukosa plasma yang kurang dari 45 mg/dL

pada bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala. Bayi besar Masa

Kehamilan (SMK) merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat lahir pada

90 persentil menurut grafik Lubchenco.[2]

Secara klinis diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gabungan

dari adanya gejala hipoglikemia, kadar glukosa plasma rendah, dan respon

klinik yang positif terhadap pemberian gula.[3]

1
IDENTITAS PASIEN

Nama : By. Ny. R


Tanggal Lahir : 02 Juli 2017
Tanggal Masuk : 02 Juli 2017
Jenis Kelamin : Laki-laki

a. Anamnesis :

Riwayat Kelahiran :

Bayi laki-laki lahir di RS Undata pada tanggal 02 Juli 2017 dengan

persalinan sc atas indikasi bayi besar. Bayi lahir langsung menangis. Air

ketuban hijau. Sianosis (+), retraksi (+) merintih (+) menangis kuat. Anus

ada, berat badan lahir 4100 gram dan panjang badan lahir 51 cm. Apgar

skor 5/7

Riwayat Maternal :

Riwayat kehamilan ibu Riwayat maternal G1P0A0, usia ibu 35

tahun,. Riwayat pemeriksaan antenatal (+) 3 kali ke doter. Riwayat

penyakit yang diderita ibu hipertensi (-) selama kehamilan, riwayat

penyakit diabetes melitus (+), dan riwayat konsumsi obat-obatan saat

hamil (-).

b. Pemeriksaan Fisik

PEMERIKSAAN TANDA VITAL :

- Denyut Jantung : 140 x/menit

- Respirasi : 72 x/menit

- Suhu : 36,9 °C

- Capillary Refill Time : < 2 detik

2
PEMERIKSAAN FISIK :

 Berat Badan Lahir : 4100 gr

 Panjang Badan Lahir : 51 cm

 Lingkar Kepala : 34 cm

 Lingkar Dada : 37 cm

 Lingkar Perut : 35 cm

 Lingkar Lengan : 14 cm

 Sistem Neurologis : - Aktivitas bayi : cukup aktif

- Kesadaran : kompos mentis

- Fontanella : datar

- Refleks terhadap cahaya : (+/+)

- Kejang : (-)

 Sistem Respirasi : - Sianosis (+)

- Retraksi (+)

- Nafas cuping hidung (-)

- Merintih (+)

- Apneu (-)

- Bunyi nafas : bronchovesikuler

- Bunyi nafas tambahan (-)

Downe’s Score : - Frekuensi nafas : 1

- Retraksi : 1

- Sianosis : 1

- Udara Masuk : 0

3
- Merintih : 2

Total : 5

Kesimpulan : gangguan pernapasan sedang

 Sistem Kardiovaskuler : - Bunyi jantung : S1-S2 regular murni

- Bising jantung (-)

 Sistem Hematologi : - Pucat (-)

- Ikterus (-)

 Sistem Gastrointestinal : - Kelainan dinding abdomen (-)

- Muntah (-),Diare (-)

- Umbilikus : bernanah (-), iritasi (-), edema (-)

 Sistem Genital : - Anus imperforata (-)

 Pemeriksaan lain : - Ekstremitas : Akral hangat, lengkap

- Turgor : Baik

- Trauma Lahir :-

- Kelainan Kongenital : -

Ballard’s Score : Maturitas Neuromuskular Maturitas Fisik

- Sikap tubuh : 4 - Kulit : 4

- Persegi jendela : 3 - Lanugo : 4

- Recoil lengan : 3 - Permukaan Plantar :3

- Tanda selempang : 3 - Payudara : 3

- Sudut poplitea : 4 - Daun Telinga : 3

- Tumit ke telinga : 4 - Kelamin : 3

Total : 41

4
Estimasi Minggu Kehamilan : 40-42 minggu

Estimasi usia kehamilan menurut kurva


Lubscencho : bayi cukup Bulan (BCB) - Besar
Masa Kehamilan (BMK)

c. Pemeriksaan penunjang

- Darah rutin: RBC 4,58 x 106/mm3, Hb 14,5 g/dL, Plt 225 x 103/mm3,

WBC 29,8 x 103/mm3

- Gula Darah Sewaktu: 31 mg/dL

II. RESUME

Bayi laki-laki lahir dengan persalinan sc atas indikasi Makrosomial. Bayi

lahir langsung menangis. Air ketuban hijau. Sianosis (+) retraksi(+) merintih

(+) menangis kuat. Anus ada.Apgar skor 5/7. Riwayat maternal G1P0A0, usia

ibu 35 tahun, Riwayat diabetes melitus (+).

5
Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung 160 x/menit, respirasi

62 x/menit, suhu 36,0C, Capillary Refill Time : < 2 detik. Berat badan lahir

4100 gram. Skor Downe : 5 (gangguan napas sedang). Skor Ballard 41

dengan estimasi minggu kehamilan : 40-42 minggu. Estimasi usia kehamilan

berdasarkan Kurva Lubscenco : Bayi cukup Bulan – Besar Masa Kehamilan.

III. DIAGNOSIS KERJA

Bayi Aterm - Besar Masa Kehamilan + Hipoglikemia

IV. PENATALAKSANAAN

- Beri O2 4 LPM

- Injeksi Vit K 1 mg (IM)

- Gentamicin tetes mata

- IVFD Dextrose 10% 14 tpm (mikro)

- Bolus Dextrosa 10% 8 ml selama 1 menit

- Puasa sementara

Rumus perhitungan GIR:

𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 (𝑐𝑐/𝑗𝑎𝑚)𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑥𝑡𝑟𝑜𝑠𝑒 (%)


𝐺𝐼𝑅 =
6 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

10 𝑥 10
= = 2 mg/kg/menit
6 𝑥 4,1

Koreksi Cairan :
kecepatan cairan × 10
6=
6 × 4.1
147.6
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 = = 14
10

6
FOLLOW UP
Tanggal 03 Juli 2017

Subject Aktivitas bayi tampak aktif, menangis (+),gangguan napas (-),

sianosis(-), ikterus (-) berkeringat (+)

Object Keadaan umum : bayi tampak aktif


HR : 156 x/menit, RR : 122 x/menit, T: 36,9 °C, CRT: < 2 detik
Berat badan: 4100 gram
- Sistem neurologis: aktivitasaktif, refleks (+), tonus otot normal,
kejang (-).
- Status kardiovaskular: BJ S1 dan S2 murni reguler, HR: 156
x/menit, CRT < 2 detik.
- Status respiratorius: RR: 122 x/m, sianosis (-), retraksi dada (-).
Downe Score: 0 (Tidak ada gangguan napas).
- Status hematologis: anemia (-), ikterik (-).
- Status gastrointestinal: tampak datar, peristaltik (+).
- Mic (+), Mec (+).
- Hasil Pemeriksaan Darah Rutin dan GDS
WBC 29,8 x 103/mm3 4.0 – 10.0/uL
RBC 4,58 x 106/mm3 3,6 – 6,5 x 106/uL
HGB 21,9 g/dL 12 – 18 g/dL
HCT 58,3 % 35 – 52 %
PLT Plt 175 x 103/mm3 150 – 450 x 103/uL
GDS2 61 mg/dL >45 mg/dL
GDS3 26 mg/dL >45 mg/dL

Assesment Bayi Besar Masa Kehamilan (BMK) + Hipoglikemia

7
Plan  IVFD Dextrosa 10% 17 tpm (mikro)
 ASI/PASI 13cc/2jam
 Observasi TTV/jam
Kebutuhan bayi hari ke-2 dengan BB 4100 gram = 15 tetes/menit.
Rumus perhitungan GIR:

𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 (𝑐𝑐/𝑗𝑎𝑚)𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑥𝑡𝑟𝑜𝑠𝑒 (%)


𝐺𝐼𝑅 =
6 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

15 𝑥 10
= =6
6 𝑥 4,1

Tanggal 04 Juli 2017

Subject Aktivitas bayi tampak aktif, menangis (+),gangguan napas (-),

sianosis(-), ikterus (-) berkeringat (+)

Object Keadaan umum : bayi tampak aktif


HR : 138 x/menit, RR : 64 x/menit, T: 37,6 °C, CRT: < 2 detik
Berat badan: 4100 gram
- Sistem neurologis: aktivitasaktif, refleks (+), tonus otot normal,
kejang (-).
- Status kardiovaskular: BJ S1 dan S2 murni reguler, HR: 138
x/menit, CRT < 2 detik.
- Status respiratorius: RR: 64 x/m, sianosis (-), retraksi dada (-).
Downe Score: 0 (Tidak ada gangguan napas).
- Status hematologis: anemia (-), ikterik (-).
- Status gastrointestinal: tampak datar, peristaltik (+).
- Mic (+), Mec (+).
- Hasil Pemeriksaan Darah Rutin dan GDS
WBC 29,8 x 103/mm3 4.0 – 10.0/uL
RBC 4,58 x 106/mm3 3,6 – 6,5 x 106/uL

8
HGB 21,9 g/dL 12 – 18 g/dL
HCT 58,3 % 35 – 52 %
PLT Plt 175 x 103/mm3 150 – 450 x 103/uL
GDS4 68 mg/dL >45 mg/dL

Assesment Bayi Besar Masa Kehamilan (BMK) + Hipoglikemia

Plan  IVFD Dextrosa 10% 20 tpm


 ASI/PASI 13cc/2jam
 Observasi TTV/jam
Kebutuhan bayi hari ke-3 dengan BB 4100 gram = 20 tetes/menit.
Rumus perhitungan GIR:

𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 (𝑐𝑐/𝑗𝑎𝑚)𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑥𝑡𝑟𝑜𝑠𝑒 (%)


𝐺𝐼𝑅 =
6 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

20 𝑥 10
= =8
6 𝑥 4,1

Tanggal 05 Juli 2017

Subject Aktivitas bayi tampak aktif, menangis (+),gangguan napas (-),

sianosis(-), ikterus (-) berkeringat (+)

Object Keadaan umum : bayi tampak aktif


HR : 144 x/menit, RR : 54 x/menit, T: 36,7 °C, CRT: < 2 detik
Berat badan: 4100 gram
- Sistem neurologis: aktivitasaktif, refleks (+), tonus otot normal,
kejang (-).
- Status kardiovaskular: BJ S1 dan S2 murni reguler, HR: 144
x/menit, CRT < 2 detik.
- Status respiratorius: RR: 54 x/m, sianosis (-), retraksi dada (-).
Downe Score: 0 (Tidak ada gangguan napas).

9
- Status hematologis: anemia (-), ikterik (-).
- Status gastrointestinal: tampak datar, peristaltik (+).
- Mic (+), Mec (+).

- Hasil Pemeriksaan Darah Rutin dan GDS


WBC 29,8 x 103/mm3 4.0 – 10.0/uL
RBC 4,58 x 106/mm3 3,6 – 6,5 x 106/uL
HGB 21,9 g/dL 12 – 18 g/dL
HCT 58,3 % 35 – 52 %
PLT Plt 175 x 103/mm3 150 – 450 x 103/uL
GDS4 68 mg/dL >45 mg/dL
Assesment Bayi Besar Masa Kehamilan (BMK) + Hipoglikemia

Plan  IVFD Dextrosa 10% 15 tpm


 ASI/PASI 13cc/2jam
 Observasi TTV/jam
Kebutuhan bayi hari ke-4 dengan BB 4100 gram = 25 tetes/menit.
Rumus perhitungan GIR:

𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 (𝑐𝑐/𝑗𝑎𝑚)𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑥𝑡𝑟𝑜𝑠𝑒 (%)


𝐺𝐼𝑅 =
6 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

25 𝑥 10
= = 10
6 𝑥 4,1

Koreksi Cairan :

kecepatan cairan (cc/jam) × 10


6=
6 × 4.1

147.6
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 = = 14
10

10
V. DISKUSI

Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah <45 mg/dL,

gejalanya sering tidak jelas atau asimptomatik, diagnosis dini dan pengobatan

yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius. Sedangkan pada kasus

ini didapatkan kadar glukosa darah 31 mg/dl, Diagnosis berdasarkan gejala

klinis cukup sulit karena tidak adanya tanda patognomonik untuk keadaan ini,

secara pasti diagnosis hipoglikemia adalah berdasarkan pengukuran kadar

gula darah. Berdasarkan teori tersebut maka pada kasus ini dapat dinyatakan

bahwa pasien mengalami hipoglikemi.

.Pengendalian homeostatis glukosa pada orang dewasa dan anak

kemungkinan besar serupa, bila tidak identik. Namun beberapa aspek

homeostasis glukosa bersifat khas untuk bayi baru lahir dan anak-anak. Yang

pertama adalah pada saat transisi kehidupan intrauterus ke ekstrauterus; yang

kedua, adalah laju pemakaian glukosa pada bayi dan anak-anak relatif lebih

tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Bayi dan anak memiliki fluks

glukosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini sesuai

dengan proporsi massa otak bayi terhadap ukuran tubuhnya yang lebih tinggi

menyebabkan bayi dan anak lebih beresiko mengalami hipoglikemia. [1]

Saat dalam kandungan homeostasis glukosa janin dipertahankan oleh

ibu melalui plasenta untuk mempertahankan kebutuhan energi, dan janin

menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen pada usia trimester terakhir

(terutama bulan terakhir trimester ketiga). Sehingga Saat lahir, bayi normal

memiliki simpanan lemak dan glikogen yang memadai untuk menghadapi

11
kekurangan kalori dalam jangka pendek dan mampu memobilisasi substrat-

substrat sebagai sumber energi. Sesaat setelah pemotongan plasenta, enzim

mengaktifkan pemecahan glikogen kembali menjadi molekul glukosa.

Selanjutnya glukosa dilepaskan ke aliran darah untuk mempertahankan kadar

gula darah. Namun, simpanan glikogen pada bayi baru lahir terbatas dan

dalam waktu singkat neonatus kemungkinan besar akan bergantung pada

glukoneogenesis.[1]

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

dapat disimpulkan bahwa pasien pada kasus ini mengalami hipoglikemia.

Penyebab dan mekanisme dari hipoglikemia sebagai berikut :


1. Masukan gula dari makanan yang kurang (starvasi)
Keadaan ini dapat timbul akibat keterlambatan pemberian makanan pada
bayi baru lahir (pemberian ASI pertama dapat meningkatkan kadar gula
darah sebesar 18-27 mg/dL)
2. Penurunan masukan gula dari simpanan glikogen
Keadaan ini dapat terjadi pada IUGR, starvasi pada ibu hamil,
prematuritas, salah satu dari bayi kembar (yang kecil) pada periode
neonatal. Anak yang lebih besar usianya dengan cadangan glikogen yang
jelek akan mengalami hipoglikemi karena starvasi terutama bila disertai
gangguan gluconeogenesis.
3. Penurunan masukan gula karena gangguan gukoneogenesis dan
glikogenolisis.
Keadaan ini dapat terjadi pada Glycogen Storage Disease, galaktosemia,
intoleransi fruktosa, defisiensi GH (hipopituitarisme) dan insufisiensi
adrenokortikal
4. Pengeluaran berlebihan ke dalam simpanan (pada hiperinsulinisme)

12
Pada keadaan ini terjadi pengeluaran glukosa yang berlebihan dari cairan
ekstraseluler karena insulin mengubah pengeluaran glukosa ke bentuk
simpanannya yaitu lemak dan glikogen.
5. Pengeluaran yang meningkat Karena kebutuhan energi meningkat.
Penyebab pengeluaran gula yang meningkat antara lain sepsis, syok,
asfiksia, hipotermia dan panas.
Dari kasus kali ini, penyebab hipoglikemia adalah bayi dengan besar
masa kehamilan, dimana berat badan bayi saat lahir adalah 4100 gr, dan
menurut peritungan berdasarkan grafik lubschenko bayi masuk kedalam bayi
cukup bulan + besar masa kehamilan.
Tanda klinis hipoglikemia pada bayi baru lahir tidak spesifik. gejala
yang sering terlihat adalah tremor, bayi lemah, sianosis, kejang, apneu,
merintih, hipotoni, masalah minum, dan nistagmus.
Bayi yang resiko terkena hipoglikemia: [2]

1. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol
memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta
sehingga merangsang pembentukan insulin pada neonates. Saat lahir,
kadar glukosa darah tiba-tiba menurun karena pasokan dari plasenta
berhenti, padahal kadar insulin masih tinggi, sehingga terjadi
hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol kadar glukosa
darah pada ibu hamil.
2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari
ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal.
3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi
sudah mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat
cadangan glikogen, dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi
KMK mempunyai kecepatan metabolism lebih besar sehingga
menggunakan glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya
sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama.
Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan

13
lebih banyak perhatian. Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan
kadang masih hipoglikemia, sehingga memerlukan pemberian
sumplementasi dan kadang memerlukan cairan intravena sambil
menunggu ASI ibunya cukup.
4. Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru
terbentuk pada trimester ke-3 kehamilan, sehingga bayi lahir terlalu awal,
persediaan glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
5. Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai
berkurang. Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin
menggunakan cadangan glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal
sedikit, sehingga bayi muda mengalami hipoglikemia.
6. Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang
banyak sekali memakai persediaan glukosa. Pada merabolisme anaerob, 1
gram glukosa hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1
gram glukosa bisa menghasilkan 38 ATP.
7. Polisitemia. Bayi dengan polisitemia mempunyai risio tinggi untuk
terjadinya hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi
perlambatan aliran darah.
8. Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang
terlambat. Bayi dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa
darah tidak mencukupi.
9. Bayi yang mengalami stress selama kehamilan atau persalinan, misalnya
ibu hamil dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai
kecepatan metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih
besar dibandingkan bayi lain.
10. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu mendapatkan pengobatan
(terbutalin, propanolol), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa
intravena saat persalinan, dapat meningkatkan resiko hipoglikemia bada
bayinya.
Tata laksana pemberian ASI pada bayi hipoglikemia:[3]

a) Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)

14
1. Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar glukosa

darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml

ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor

atau susu formula);

2. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya

sampai kadarnya normal dan stabil;

3. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,

hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa intra

vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan yang

seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang intensif;

4. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah

terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah;

5. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan

konsentrasi glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah;

6. Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah,

konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi (misalnya

respon dari terapi yang diberikan).

b) Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25

mg/dL atau < 1,1 - 1,4 mmol/L

1. Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap

kilogram berat badan cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian

glukosa 10% intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR)

6-8 mg tiap kilogram berat badan tiap menit

15
2. Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan

melalui oral atau pipa orogastrik.

3. Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau

>2.5 mmol/L.

4. Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang

didapat.

5. Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi

hipoglikemia menghilang.

6. Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat

penurunan pemberian glukosa intra vena secara bertahap (weaning),

sampai kadar glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa

intra vena.Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk mencegah

hipoglikemia berulang.

7. Lakukan pencatatan manifasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining

glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi

klinik (misal respon dari terapi yang diberikan).

Prognosis hipoglikemia Jika tidak segera diatasi, hipoglikemia yang berat

dan berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan susunan saraf pusat

bahkan kematian dalam setiap golongan umur. Pada neonatus bahkan

hipoglikemia ringan dapat mengalami sekuele akibat mengalami

hipoglikemia, tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang

menyertai.[4]

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pelayanan Obstretri

Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: Departemen kesehatan Republik

Indonesia

2. Kosim, MS, dkk. 2009. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Ikatan

Dokter Anak Indonesia

3. Batubara JR, dkk. 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi 1. Jakarta;

Ikatan Dokter Anak Indonesia

4. McGowan, J. 2003. Neonatal Hypoglikemia. Pediatrics in Review.

American Association of Pediatrics Publication

5. Sallie, PG. 2007. Hypoglikemia in the Breastfeeding Newborn.

International Lactation Consultant Association

17

Anda mungkin juga menyukai