Anda di halaman 1dari 3

BAB II

DASAR TEORI

A.Pengertian Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada kondisi
temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih dahulu
terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya diangkut oleh air,
udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan
pengendapan, membentuk sedimen. Material-material sedimen itu kemudian terkompaksi,
mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan sedimen.

Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi. Diperkirakan batuan sedimen mencakup
8% dari total volume kerak bumi.Studi tentang urutan strata batuan sedimen adalah sumber
utama untuk pengetahuan ilmiah tentang sejarah bumi, termasuk Paleogeografi,
paleoklimatologi dan sejarah kehidupan. Disiplin ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan asal
batuan sedimen disebut sedimentologi. Sedimentologi adalah bagian dari baik geologi
maupun geografi fisik dan tumpang tindih sebagian dengan disiplin lain dalam ilmu bumi,
seperti pedologi, geomorfologi, geokimia dan geologi struktur.

Batuan sedimen terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi. Materi hasil erosi terdiri atas
berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada juga yang ringan. Cara
pengangkutannya pun bermacam-macam seperti terdorong (traction), terbawa secara
melompat-lompat (saltation), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut
(solution).

B.Pengertian Stratigrafi

dari strata lain yang terletak di atas atau dibawahnya. William Smith, “Bapak stratigrafi”,
adalah Stratigrafi adalah ilmu mengenai strata. Stratum adalah suatu layer batuan yang
dibedakan orang yang pertama-tama menyadari kebenaan fosil yang terkandung dalam
sedimen. Sejak masa Smith, stratigrafi terutama membahas tentang penggolongan strata
berdasarkan fosil yang ada didalamnya. Penekanan penelitian stratigrafi waktu itu diletakkan
pada konsep waktu sehingga pemelajaran litologi pada waktu itu dipandang hanya sebagai
ilmu pelengkap dalam rangka mencapai suatu tujuan yang dipandang lebih penting, yakni
untuk menggolongan dan menentukan umur batuan.

Pada tahun-tahun berikutnya, pemelajaran minyakbumi secara khusus telah memberikan


konsep yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi. Konsep yang baru itu tidak hanya
menekankan masalah penggolongan dan umur, namun juga litologi. Berikut akan disajikan
beberapa contoh yang menggambarkan konsep-konsep tersebut di atas.

Moore (1941, h. 179) menyatakan bahwa “stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang
membahas tentang definisi dan pemerian kelompok-kelompok batuan, terutama batuan
sedimen, serta penafsiran kebenaannya dalam sejarah geologi.” Menurut Schindewolf (1954,
h. 24), stratigrafi bukan “Schichtbeschreibung”, melainkan sebuah cabang geologi sejarah
yang membahas tentang susunan batuan menurut umurnya serta tentang skala waktu dari
berbagai peristiwa geologi (Schindewolf, 1960, h. 8). Teichert (1958, h. 99) menyajikan
sebuah ungkapan yang lebih kurang sama dalam mendefinisikan stratigrafi sebagai “cabang
ilmu geologi yang membahas tentang strata batuan untuk menetapkan urut-urutan
kronologinya serta penyebaran geografisnya.” Sebagian besar ahli stratigrafi Perancis juga
tidak terlalu menekankan komposisi batuan sebagai sebuah domain dari stratigrafi (Sigal,
1961, h. 3).

Definisi istilah stratigrafi telah dibahas pada pertemuan International Geological Congress di
Copenhagen pada 1960. Salah satu kelompok, yang sebagian besar merupakan ahli-ahli
geologi perminyakan, tidak menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi
seperti yang telah dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu, “stratigrafi adalah ilmu
yang mempelajari strata dan berbagai hubungan strata (bukan hanya hubungan umur) serta
tujuannya adalah bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan mengenai sejarah geologi
yang terkandung didalamnya, melainkan juga untuk memperoleh jenis-jenis pengetahuan
lain, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai nilai ekonomisnya” (International
Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 9). Konsep stratigrafi yang luas
itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut yang, sewaktu memberikan komentar terhadap
berbagai definisi stratigrafi yang ada saat itu, menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-
usul, komposisi, umur, sejarah, hubungannya dengan evolusi organik, dan fenomena strata
batuan lainnya (International Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 18).
Karena berbagai metoda petrologi, fisika, dan kimia makin lama makin banyak digunakan
untuk mempelajari strata dan makin lama makin menjadi bagian integral dari penelitian
stratigrafi, maka kelihatannya cukup beralasan bagi kita untuk mengadopsi konsep stratigrafi
yang luas sebagaimana yang diyakini oleh subkomisi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai