Pengaruh Media Terhadap Kualitas Cabai Hias (Capsicum sp.) dalam Pot.
Cabai (Capsicum sp.) disamping bernilai komersial juga menarik bila dijadikan
sebagai tanaman hias. Kualitas cabai sebagai tanaman hias yang diharapkan diantaranya ialah
mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan pot, mempunyai banyak cabang
sehingga tanaman terlihat lebih rimbun, mempunyai banyak buah sebagai daya tarik tanaman
hias buah, dan mempunyai keragaan yang disukai oleh konsumen. Tanaman cabai hias
biasanya ditanam dalam pot, oleh karena itu perlu digunakan jenis media yang dapat
menunjang pertumbuhan tanaman, tidak mahal, dan bebas gulma, hama serta patogen
penyakit sehingga menghasilkan tanaman dengan kualitas yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media terhadap kualitas tiga
genotipe cabai sebagai tanaman hias dalam pot. Penelitian ini dilaksanakan di Agropromo
Nursery Departemen Budidaya Pertanian IPB, Baranang Siang- Bogor, pada elevasi 250 m di
atas permukaan laut. Penelitian dilakukan di bawah atap plastik dan naungan paranet 55%
dengan menggunakan rancangan petak terbagi RAK. Genotipe cabai (G) sebagai petak utama
dan media tanam (M) sebagai anak petak. Petak utama terdiri dari tiga taraf yaitu genotipe
Brazil (G1), genotipe Jepang (G2), dan genotipe Singapura (G3). Anak petak terdiri dari tiga
taraf media dengan perbandingan berdasarkan v/v yaitu arang sekam : tanah : pupuk kandang
dengan perbandingan 2:1:1 (M1), serbuk gergaji:tanah:pupuk kandang dengan perbandingan
2:1:1 (M2), dan kokopit:tanah:pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 (M3).
Percobaan terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dan 4 ulangan, maka terdapat 36 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 3 tanaman, maka total tanaman sebanyak 108.
Bibit cabai berasal dari Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Cipanas. Tanaman yang
digunakan berumur 6 minggu setelah semai (MSS), tinggi 4-6 cm, dan jumlah daun 6-8 helai.
Perlakuan media berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman, jumlah cabang, waktu bunga
pertama muncul, waktu buah pertama muncul, jumlah buah per cabang, jumlah bunga total
dan jumlah buah total. Respon genotipe berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman, jumlah
cabang, waktu bunga pertama muncul, waktu buah pertama muncul, rasio panjang dengan
diameter buah, persentase jumlah bunga yang menjadi buah per cabang, dan jumlah buah per
cabang. Respon genotipe terhadap media berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman, jumlah
cabang, waktu buah pertama muncul, persentase jumlah bunga yang menjadi buah per
cabang, dan jumlah buah per cabang.
Hasil uji kesukaan menunjukkan respon genotipe terhadap media berbeda nyata pada
pengamatan terhadap proporsional tanaman dengan pot, penampilan fisik tanaman,
penampilan warna daun dan buah, serta keragaan tanaman secara keseluruhan. Media M3
(kokopit:tanah:pupuk kandang) merupakan media terbaik untuk kualitas cabai hias dalam pot.
Genotipe G1 (Brazil) mempunyai jumlah bunga dan buah total terbanyak. Genotipe G2
(Jepang) mempunyai waktu bunga dan buah pertama muncul yang paling cepat. Genotipe G3
(Singapura) mempunyai jumlah cabang terbanyak.
Tanaman cabai hias pada media M3 (kokopit:tanah:pupuk kandang) mempunyai
keragaan terbaik pada 9 MSP (10 MST). Genotipe G1 (Brazil) dan G2 (Jepang) pada media
M3 (kokopit:tanah:pupuk kandang) mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan
pot, mempunyai banyak cabang dan buah, serta mempunyai keragaan yang disukai oleh
konsumen. Genotipe G3 (Singapura) pada media M3 (kokopit:tanah:pupuk kandang)
mempunyai tinggi tanaman yang tidak proporsional dengan pot tetapi mempunyai banyak
cabang dan buah sehingga tanaman terlihat lebih rimbun, dan keragaannya masih disukai
oleh konsumen.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media terhadap kualitas tiga
genotipe cabai sebagai tanaman hias dalam pot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Data diolah dengan uji F pada nilai α = 5%, apabila terdapat pengaruh perlakuan
yang berbeda nyata, selanjutnya data diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
taraf 5%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Keragaan Tanaman Cabai Hias Genotipe Brazil (G1) pada 10 MSP
Keterangan:
G1M1: Genotipe Brazil pada media arang sekam:tanah:pupuk kandang
G1M2: Genotipe Brazil pada media sebuk gergaji:tanah: pupuk kandang
G1M3: Genotipe Brazil pada media kokopit:tanah:pupuk kandang
Gambar 2. Keragaan Tanaman Cabai Hias Genotipe Jepang (G2) pada 10 MSP
Keterangan:
G2M1: Genotipe Jepang pada media arang sekam:tanah:pupuk kandang
G2M2: Genotipe Jepang pada media sebuk gergaji:tanah: pupuk kandang
G2M3: Genotipe Jepang pada media kokopit:tanah: pupuk kandang
Gambar 3. Keragaan Tanaman Cabai Hias Genotipe Singapura (G2) pada 10 MSP
Keterangan:
G3M1: Genotipe Singapura pada media arang sekam:tanah:pupuk kandang
G3M2: Genotipe Singapura pada media sebuk gergaji:tanah: pupuk kandang
G3M3: Genotipe Singapura pada media kokopit:tanah: pupuk kandang
a. Pertumbuhan Vegetatif
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan gejala-gejala yang saling
berhubungan. Pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan pertambahan ukuran (dan
biasanya dalam bobot kering) yang tidak dapat balik (irreversible). Sedangkan
perkembangan mencakup diferensiasi, dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi,
menyangkut spesialisasi secara anatomi dan fisiologis (Harjadi, 1996). Dalam penelitian
ini, pertumbuhan tanaman cabai hias ditunjukkan oleh perkembangan tinggi tanaman dan
jumlah cabang. Respon genotipe berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman pada 1-10
MSP (Tabel Lampiran 3). Diduga karena genotipe yang digunakan memang mempunyai
keragaan tinggi yang berbeda. Perlakuan media berbeda nyata pada peubah tinggi
tanaman pada 1-7 MSP. Media M3 memberikan tinggi tanaman yang paling tinggi yaitu
18.82 cm pada 7 MSP.
Respon genotipe terhadap media berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman pada
3-6 MSP (Tabel Lampiran 3). Genotipe G1 dan G2 mempunyai tinggi tanaman yang
paling tinggi pada media M3 yaitu 17.91 cm dan 10.06 cm, sedangkan genotipe G3
mempunyai tinggi tanaman yang paling tinggi pada media M2 yaitu 25.62 cm pada 6
MSP seperti disajikan pada Tabel 1. Grafik pertambahan tinggi tanaman genotipe G1
terlihat pada Gambar 4.
Tanaman genotipe G1 yang ditanam pada media M3 memberikan tinggi tanaman
yang paling tinggi. Grafik pertambahan tinggi tanaman genotipe G2 terlihat pada
Gambar 5. Tanaman genotipe G2 yang ditanam pada media M3 memberikan tinggi
tanaman yang paling tinggi. Grafik pertambahan tinggi tanaman genotipe G3 terlihat
pada Gambar 6. Tanaman genotipe G3 yang ditanam pada media M2 memberikan tinggi
tanaman yang paling tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter
pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman dan jumlah cabang), perlakuan media
M3 pada setiap genotipe memberikan respon paling baik yang ditunjukkan dengan
memiliki tinggi tanaman dan jumlah cabang terbaik. Media M1 memberikan respon
terendah yang ditunjukkan dengan memiliki tinggi tanaman dan jumlah cabang paling
rendah. Damayanti (2004) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa bibit mangga
yang diberi perlakuan media arang sekam menghasilkan ratarata pertambahan tinggi
tanaman total yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan media kokopit.
Hasil pengamatan menunjukkan media M1 memiliki respon pertumbuhan vegetatif
yang paling rendah. Diduga tanaman yang ditanam pada media M1 tidak menyerap hara
sebaik tanaman yang ditanam pada media M2 dan M3, selain itu karena media arang
sekam yang digunakan terlalu sarang. Damayanti (2004) menyatakan bahwa media arang
sekam yang sarang selain menyebabkan bibit mangga mudah rebah juga menyebabkan
menurunnya daya pegang terhadap air sehingga jenis pupuk yang bersifat cepat tersedia
lebih banyak terbawa oleh air siraman daripada terserap oleh tanaman. Kualitas cabai
hias yang diinginkan yaitu mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan pot dan
jumlah cabang yang banyak. Respon genotipe G1 dan G2 terhadap media M3
menghasilkan tanaman yang proporsional dengan pot.
Keragaan tanaman genotipe G1 dan G2 yang pendek memerlukan media yang
dapat memberikan tinggi tanaman paling tinggi dan mempunyai jumlah cabang yang
banyak agar proporsional. Genotipe G3 mempunyai keragaan tanaman yang tinggi
dengan tajuk yang menyebar. Tanaman genotipe G3 yang ditanam pada media M1
menghasilkan tanaman sesuai kualitas yang diinginkan karenamenghasilkan tanaman
yang tidak terlalu tinggi tetapi mempunyai jumlah cabang yang banyak. Menurut Bonar
et al. (1994) ukuran tanaman merupakan faktor yang penting dalam memilih tanaman
dalam pot.
b. Pertumbuhan Generatif
Respon genotipe berbeda nyata pada peubah waktu bunga pertama muncul (Tabel
Lampiran 4). Genotipe G2 mempunyai waktu bunga pertama muncul yangntercepat yaitu
29.66 HSP. Perlakuan media berbeda nyata pada peubah waktu bunga pertama muncul.
Media M3 memberikan waktu bunga pertama muncul yang tercepat yaitu selama 29.32
HSP seperti disajikan pada Tabel 3. Respon genotipe terhadap media tidak berbeda nyata
pada peubah waktu bunga pertama muncul (Tabel Lampiran 4). Ketiga genotipe
mempunyai waktu bunga pertama muncul yang terlama pada media M1. Genotipe G2
dan G3 mempunyai waktu bunga pertama muncul yang tercepat pada media M3 yaitu
25.99 HSP dan 33.58 HSP. Genotipe G1 mempunyai waktu bunga pertama muncul yang
tercepat pada media M2 yaitu 28.08 HSP walaupun tidak berbeda nyata dengan M3
(28.41 HSP) seperti disajikan pada Tabel 3.
Respon genotipe berbeda nyata pada peubah waktu buah pertama muncul (Tabel
Lampiran 4). Genotipe G2 mempunyai waktu buah pertama muncul yang tercepat yaitu
33.47 HSP. Perlakuan media berbeda nyata pada peubah waktu buah pertama muncul.
Media M3 memberikan waktu buah pertama muncul yang tercepat yaitu 33.33 HSP
seperti disajikan pada Tabel 4. Respon genotipe terhadap media berbeda nyata pada
peubah waktu buah pertama muncul. Ketiga genotipe memberikan waktu buah pertama
muncul terlama pada media M1. Genotipe G2 dan G3 mempunyai waktu buah pertama
muncul tercepat pada media M3 yaitu 29.25 HSP dan 39.00 HSP. Genotipe G1
mempunyai waktu buah pertama muncul tercepat pada media M2 yaitu selama 31.66
HSP seperti disajikan pada Tabel 4.
Media M3 selain memberikan pertumbuhan vegetatif yang baik, ternyata juga
mempunyai waktu pembungaan dan pembuahan yang tercepat. Diduga pertumbuhan
yang baik tersebut mengakibatkan penimbunan karbohidrat yang lebih cepat sehingga
tanaman lebih cepat memasuki fase generatif. Menurut Harjadi (1996) pada fase
vegetatif tanaman, karbohidrat digunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar
karbohidrat yang dibentuknya, dan pada fase reproduktif, karbohidrat disimpan
(ditimbun) dan tanaman tersebut menyimpan sebagian besar karbohidrat yang
dibentuknya. Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa terdapat hubungan
langsung antara pertumbuhan vegetatif dan pembentukan buah pada cabai. Cabai
membutuhkan pertumbuhan yang baik agar dapat menghasilkan buah lebih cepat dan
kualitas lebih baik. Hasil analisis media pada Tabel Lampiran 1 menunjukkan unsur P
pada media M3 paling tinggi diantara media yang lain. Diduga unsur P yang 23
mendorong tanaman pada media M3 cepat melakukan pembungaan.
Menurut Setyamidjaja (1986) unsur P mempunyai peranan mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah dan biji. Marschner (1995) menyatakan bahwa
penundaan pematangan buah terdapat pada tanaman tomat yang mengalami defisiensi
unsur P. Hasil penelitian Fitriasari (2002) melaporkan bahwa kadar P yang tinggi pada
tanaman violcesdapat mendorong pembentukan jumlah bunga yang banyak. Respon
genotipe berbeda nyata pada peubah rasio panjang dengan diameter buah (Tabel
Lampiran 4). Diduga karena bentuk buah pada ketiga genotipe memang berbeda.
Genotipe G1 mempunyai rasio panjang dengan diameter buah yang paling besar yaitu
sebesar 4.33. Genotipe G2 mempuyai rasio panjang dengan diameter buah yang
terkecilyaitu 1.78 seperti yang tersaji pada Tabel 5. Semakin besar rasio panjang dengan
diameter buah, maka bentuk buah semakin panjang dan kurus. Perlakuan media tidak
berpengaruh nyata pada rasio panjang dengan diameter buah.
Respon genotipe berbeda nyata pada peubah persentase jumlah bunga yang
menjadi buah per cabang pada 1-4 MSA dan 6 MSA (Tabel Lampiran 4). Genotipe G1
mempunyai persentase jumlah bunga menjadi buah per cabang yang tertinggi yaitu
77.64% pada 6 MSP. Perlakuan media tidak berbeda nyata pada peubah persentase
jumlah bunga yang menjadi buah per cabang. Media M1 24 memberikan persentase
jumlah bunga menjadi buah per cabang yang tertinggi yaitu sebesar 64.17% pada 6 MSA
seperti yang tersaji pada Tabel 6.
Respon genotipe terhadap media berbeda nyata pada peubah persentase jumlah
bunga yang menjadi buah per cabang pada 2 dan 6 MSA (Tabel Lampiran 4). Genotipe
G1 dan G3 mempunyai persentase jumlah bunga yang menjadi buah per cabang tertinggi
pada media M2 yaitu sebesar 96.67% dan 35.39%, sedangkan genotipe G2 mempunyai
persentase jumlah bunga yang menjadi buah per cabang tertinggi pada media M3 yaitu
sebesar 90.62% pada 6 MSA seperti disajikan pada Tabel 6.
Grafik persentase jumlah bunga yang menjadi buah per cabang setiap genotipe
terlihat pada Gambar 7. Tanaman genotipe G1 yang ditanam pada media M2
memberikan persentase jumlah bunga menjadi buah per cabang yang rata-rata tinggi
pada 1 MSA hingga 6 MSA. Tanaman genotipe G2 yang ditanam pada media M1 dan
M3 memberikan persentase jumlah bunga menjadi buah per cabang 25 yang tinggi pada
6 MSA. Tanaman genotipe G3 yang ditanam pada media M2 memberikan persentase
jumlah bunga menjadi buah per cabang yang rata-rata lebih tinggi daripada media lain
pada 2-4 MSA.
Media M3 selain memberikan pertumbuhan vegetatif yang baik, ternyata juga
mempunyai waktu pembungaan dan pembuahan yang tercepat. Diduga pertumbuhan
yang baik tersebut mengakibatkan penimbunan karbohidrat yang lebih cepat sehingga
tanaman lebih cepat memasuki fase generatif. Menurut Harjadi (1996) pada fase
vegetatif tanaman, karbohidrat digunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar
karbohidrat yang dibentuknya, dan pada fase reproduktif, karbohidrat disimpan
(ditimbun) dan tanaman tersebut menyimpan sebagian besar karbohidrat yang
dibentuknya. Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa terdapat hubungan
langsung antara pertumbuhan vegetatif dan pembentukan buah pada cabai. Cabai
membutuhkan pertumbuhan yang baik agar dapat menghasilkan buah lebih cepat dan
kualitas lebih baik. Hasil analisis media pada Tabel Lampiran 1 menunjukkan unsur P
pada media M3 paling tinggi diantara media yang lain. Diduga unsur P yang mendorong
tanaman pada media M3 cepat melakukan pembungaan. Menurut
Setyamidjaja (1986) unsur P mempunyai peranan mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji. Marschner (1995) menyatakan bahwa penundaan pematangan
buah terdapat pada tanaman tomat yang mengalami defisiensi unsur P. Hasil penelitian
Fitriasari (2002) melaporkan bahwa kadar P yang tinggi pada tanaman violces dapat
mendorong pembentukan jumlah bunga yang banyak. Respon genotipe berbeda nyata
pada peubah rasio panjang dengan diameter buah (Tabel Lampiran 4). Diduga karena
bentuk buah pada ketiga genotipe memang berbeda. Genotipe G1 mempunyai rasio
panjang dengan diameter buah yang paling besar yaitu sebesar 4.33. Genotipe G2
mempuyai rasio panjang dengan diameter buah yang terkecil yaitu 1.78 seperti yang
tersaji pada Tabel 5. Semakin besar rasio panjang dengan diameter buah, maka bentuk
buah semakin panjang dan kurus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Media mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang, waktu bunga pertama
muncul, waktu buah pertama muncul, jumlah buah per cabang, jumlah bunga total, dan
jumlah buah total. Media M3 (kokopit:tanah:pupuk kandang) merupakan media yang
terbaik untuk kualitas cabai hias dalam pot. Genotipe G1 (Brazil) mempunyai jumlah
bunga dan buah total terbanyak. Genotipe G2 (Jepang) mempunyai waktu bunga dan
buah pertama muncul yang paling cepat. Genotipe G3 (Singapura) mempunyai jumlah
cabang terbanyak.
Perlakuan media M3 (kokopit:tanah:pupuk kandang) memberikan kualitas cabai
hias paling baik yaitu memberikan respon terbaik pada peubah tinggi tanaman pada
genotipe G1 (Brazil) dan G2 (Jepang), serta jumlah cabang, jumlah bunga total, dan
jumlah buah per cabang pada setiap genotipe. Tanaman cabai hias pada media M3
(kokopit:tanah:pupuk kandang) mempunyai keragaan terbaik pada 9 MSP (10 MST).
Genotipe G1 (Brazil) dan G2 (Jepang) pada media M3 (kokopit:tanah:pupuk kandang)
mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan pot, mempunyai banyak cabang
dan buah, serta mempunyai keragaan yang disukai oleh konsumen. Genotipe G3
(Singapura) pada media M3 (kokopit:tanah:pupuk kandang) mempunyai tinggi tanaman
yang tidak proporsional dengan pot tetapi mempunyai banyak cabang dan buah sehingga
tanaman terlihat lebih rimbun, dan keragaannya masih disukai oleh konsumen.
5.2. Saran
Disarankan untuk menanam cabai hias genotipe Brazil, Jepang, dan Singapura
pada media campuran kokopit:tanah:pupuk kandang.
DAFTAR PUSTAKA