Anda di halaman 1dari 10

MKM Vol. 03 No.

01 Juni 2008

HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN DAN AKSES


PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Serlie Littik1

Abstract: When people is sick, they will be faced into option to go to health
facilities, self-medication or doing nothing. Many factors are related with decision to
use health facilities. One of them is insurance ownership. This study will learn health
access relationship in NTT Province by using National Social Economic Survay
(Susenas) 2004. Adjusted Wald test was used to know relationship between health
insurance ownership and health service access. Study result found that there was
no relationship between health insurance ownership and health service access in
NTT Province.

Keywords: Access, Health Insurance, Susenas, adjusted wald test

PENDAHULUAN 8,36% (325.064 orang) dari 3.888.735


Latar Belakang penduduk (Dinkes NTT, 2003).
Visi Indonesia sehat bertujuan Propinsi NTT merupakan
agar masyarakat memiliki propinsi yang memiliki keragaman dari
kemampuan untuk menjangkau segi kondisi geografis. Daerah dengan
pelayanan kesehatan yang bermutu, banyak pulau dan topografi berbukit-
adil dan merata. Untuk dapat bukit ini merupakan propinsi termiskin
mengakses, maka pemerintah ke empat di Indonesia dengan
berkewajiban untuk menyediakan persentase penduduk miskin 30,74%
fasilitas pelayanan kesehatan. Sampai (BPS, 2003). Secara khusus untuk
saat ini telah banyak fasilitas sektor kesehatan, dari beberapa
pelayanan kesehatan yang dibangun indikator derajat kesehatan, Propinsi
pemerintah, dan pembangunan fisik NTT masih cukup jauh tertinggal di
ini sedikit banyak telah memberikan banding propinsi lainnya di Indonesia.
sumbangan terhadap meningkatnya Akses ke pelayanan kesehatan pun
status kesehatan. masih rendah. Handayani, dkk (2003)
Namun meningkatnya jumlah juga melaporkan bahwa akses
penduduk, bertambah banyaknya terhadap pelayanan rawat jalan,
masalah kesehatan, dan biaya dilihat dari penggunaan fasilitas
perawatan kesehatan yang terus pelayanan kesehatan (baik milik
meningkat, menyebabkan pemerintah maupun swasta) baru
peningkatan biaya kesehatan yang mencapai 50,7%. Sedangkan
harus ditanggung pemerintah padahal penduduk yang pernah mendapatkan
saat ini kemampuan pemerintah untuk rawat inap dalam setahun terakhir
menyediakan dana sangat terbatas. hanya 2,4% dari total penduduk.
Salah satu alternatif pembiayaan Salah satu cara meningkatkan
kesehatan adalah melalui asuransi status kesehatan adalah melalui
kesehatan. Dalam asuransi meningkatkan akses pelayanan
kesehatan, kerugian ekonomi akan kesehatan. Secara teori, salah satu
ditanggung bersama-sama diantara cara meningkatkan akses pelayanan
peserta. kesehatan adalah melalui pemberian
Saat ini baru sekitar 21% asuransi kesehatan sehingga
penduduk Indonesia yang memiliki masyarakat dapat lebih mudah
jaminan/asuransi kesehatan menjangkau pelayanan kesehatan
(www.waspada.co.id). Sedangkan yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan
Penduduk Propinsi NTT yang memiliki dengan adanya asuransi kesehatan,
jaminan/asuransi kesehatan hanya bisa mengurangi hambatan finansial

1
Staf Pengajar Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Undana
HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN DAN AKSES PELAYANAN
KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

masyarakat untuk menjangkau pesertanya ditawarkan kesempatan


pelayanan kesehatan. Selanjutnya untuk bersama-sama menanggung
dengan dikeluarkannya UU No. 40 kerugian ekonomi yang mungkin
tentang Sistem Jaminan Sosial timbul, dengan cara membayar premi
Nasional (SJSN) yang akan kepada perusahaan asuransi.
diberlakukan secara nasional, Asuransi kesehatan
termasuk di NTT, maka dirasakan merupakan salah satu upaya untuk
penting untuk mengetahui hubungan mendekatkan akses masyarakat kecil
asuransi dengan akses pelayanan ke pelayanan kesehatan. Seperti
kesehatan di propinsi ini. diketahui, selama ini biaya kesehatan
Penelitian ini bertujuan untuk di Indonesia amat mahal dan relatif
mengetahui hubungan antara belum terjangkau sebagian besar
kepemilikan asuransi kesehatan masyarakat Indonesia (Kompas, 08
dengan akses pelayanan kesehatan di Maret 2005). Kecenderungan
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). meningkatnya biaya pemeliharaan
Sedangkan manfaatnya adalah untuk kesehatan menyulitkan akses
menyediakan informasi yang masyarakat terhadap pelayanan
dibutuhkan untuk pengambilan kesehatan yang dibutuhkannya.
keputusan, khususnya dalam Keadaan ini terjadi terutama pada
pengalokasian sumber daya yang keadaan dimana pembiayaannya
terbatas untuk peningkatan akses harus ditanggung sendiri (out of
pelayanan kesehatan, yang pada pocket) dalam sistim tunai (fee for
akhirnya diharapkan akan dapat service) (www.jpkm-online.net).
meningkatkan status kesehatan Di Indonesia, berdasarkan
seluruh penduduk NTT. studi, 20% dari masyarakat terlindungi
oleh salah satu jaminan pemeliharaan
Asuransi kesehatan kesehatan (asuransi kesehatan) di
Pengertian dan Jenis Asuransi tahun 2001. Dari mereka yang
Kesehatan terlindungi oleh asuransi kesehatan,
Dalam hidup ini, manusia tidak kira-kira setengah dari mereka
bisa secara mutlak terhindar dari tergabung dalam Askes. Masyarakat
bahaya baik itu sakit, kecelakaan, yang berada di bawah garis
bencana alam, tindakan kriminal kemiskinan dan yang tinggal di daerah
bahkan kematian. Beberapa pedesaan tidak terlindungi oleh
diantaranya membawa dampak kebanyakan program kecuali oleh
berupa kerugian ekonomi. Salah satu Kartu Sehat (Riyadi, dkk., 2005).
cara yang dapat dilakukan untuk Ketersediaan asuransi
menghadapi kemungkinan kerugian kesehatan dalam data Susenas 2001
itu adalah melalui sistem asuransi yaitu merujuk pada keikutsertaan
(HIAA, 2000). penduduk menjadi peserta asuransi
Asosiasi Asuransi Kesehatan kesehatan. Jenis asuransi meliputi :
Amerika (HIAA) mendefinisikan Askes, Astek/Jamsostek,
asuransi kesehatan sebagai : Perusahaan/Kantor, Asuransi lain,
“…Plan of risk management that, for a Dana Sehat, Kartu Sehat dan JPKM.
price, offers the insured an opportunity Dalam penelitian ini, yang
to share the costs of possible dimaksud dengan kepemilikan
economic loss through an entity called asuransi kesehatan adalah
an insured.” ketersediaan asuransi untuk
Esensi asuransi adalah keperluan rawat jalan/rawat inap.
mendistribusikan resiko/bahaya, Untuk keperluan analisis, asuransi
(HIAA, 2000). Jadi asuransi pada kesehatan terbagi atas 4 kategori,
dasarnya adalah suatu menajemen yaitu : (1) Askes (Asuransi Kesehatan)
resiko, dimana kepada para adalah asuransi kesehatan bagi

53
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008

pegawai negeri dan pensiunan TNI, 2004; Setyowati dan A.Lubis, 2003;
dan keluarganya, yang dikelola oleh Trujillo, 2003; Yuliawati, 2002; Liu, et
PT Persero Askes. Termasuk pegawai al, 2002; Hsia, et al, 2000; Waters,
swasta yang ikut program Askes. (2) 2000). Dalam artikel khususnya,
Astek (Asuransi Tenaga Kerja) / Newacheck, et al (1998) menyatakan
Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga bahwa efek asuransi memberikan
Kerja) dan Perusahaan/kantor adalah hasil statistik yang signifikan
asuransi bagi tenaga kerja swasta meskipun beberapa variabel yang
yang dikelola oleh PT Astek. berpotensi sebagai comfounding,
Sedangkan yang dimaksud dengan seperti pendapatan keluarga dan
asuransi perusahaan/kantor adalah status kesehatan anak-anak telah
perusahaan/kantor yang menyediakan dikontrol. Anak-anak yang tidak
biaya atau tempat berobat bagi mempunyai asuransi mempunyai
karyawan dan mungkin keluarganya angka kunjungan (kontak dengan
bila sakit. (3) JPKM (Jaminan dokter) yang lebih rendah
pembiayaan kesehatan Masyarakat) dibandingkan dengan anak yang
adalah suatu cara penyelenggaraan mempunyai asuransi. Hal ini
pemeliharaan kesehatan paripurna disimpulkan dari penelitiannya
berdasarkan azas usaha bersama dan terhadap anak-anak di bawah usia 18
kekeluargaan yang berkesinam- tahun, dengan menggunakan data
bungan dan dengan mutu terjamin National Health Interview Survay
serta pembiayaan yang dilaksanakan tahun 1993-1994.
secara pra-upaya. Pembiayaan Hasil yang sama juga
secara pra-upaya adalah pembiayaan diperoleh Szilagyi, et al (2004) bahwa
kepada pemberi pelayanan kesehatan seperti halnya pada penggunaan
yang dibayar dimuka (pra-upaya) oleh bivariat, hasil analisis dengan
badan penyelenggara untuk multivariat mengindikasikan bahwa
memelihara kesehatan peserta JPKM. peningkatan-peningkatan akses
Pra-upaya juga berarti bahwa peserta terhadap pelayanan kesehatan tidak
JPKM membayar dimuka sejumlah disebabkan oleh faktor demografi atau
iuran secara teratur kepada badan faktor-faktor pelayanan kesehatan
penyelenggara agar kebutuhan yang pernah diterima. Jadi dapat
pemeliharaan kesehatannya terjamin. disimpulkan bahwa asuransi
(4) Kartu sehat adalah kartu yang meningkatkan akses, kesinambungan
digunakan untuk mendapatkan dan kualitas pelayanan kesehatan.
pelayanan kesehatan gratis bagi
keluarga tidak mampu, yang Akses pelayanan kesehatan
dikeluarkan oleh pemerintah Dalam penelitian ini, yang
setempat. dimaksud dengan akses adalah
Pengertian masing-masing kemudahan penggunaan fasilitas
asuransi di atas sesuai dengan pelayanan kesehatan oleh individu
Pedoman Pencacah Kor yang dengan kebutuhan akan pelayanan
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik kesehatan. Kebutuhan diukur sebagai
(BPS, 2003). Di luar kepemilikan gangguan kesehatan atau kesakitan
asuransi diatas, maka dikelompokkan yang dikeluhkan sendiri oleh individu
kedalam penduduk yang tidak yang bersangkutan.
mempunyai asuransi. Akses pelayanan kesehatan
untuk orang miskin di kawasan Asia
Kepemilikan asuransi kesehatan Tenggara, khususnya di Indonesia
Kepemilikan asuransi masih kurang. Bila hal tersebut tidak
kesehatan memberikan dampak diatasi, maka jumlah jenis penyakit
positif terhadap penggunaan/akses yang diderita penduduk akan tetap
fasilitas kesehatan (Hidayat, et al, tinggi (Suara Pembaruan, 16 Februari

54
HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN DAN AKSES PELAYANAN
KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2004). Akses pelayanan kesehatan di hubungan/perbedaan yang bermakna


seluruh Indonesia juga belum merata. atau Pvalue <= 0,05 berarti Ho ditolak
Ketidakmerataan pelayanan (Pv <= ), Uji statistik menunjukkan
kesehatan dasar di Indonesia terjadi adanya hubungan/perbedaan yang
karena masih terdapatnya perbedaan bermakna.
kesempatan mendapatkan akses dan
pemanfaatan akses terhadap HASIL
pelayanan kesehatan (Suara Karakteristik Responden
Pembaruan, 21 September 2004). Jumlah responden seluruhnya
adalah 1788. Dari total responden,
METODE PENELITIAN 48,49% diantaranya adalah laki-laki
Desain Penelitian dan 51,51% adalah perempuan.
Studi ini menggunakan data Sedangkan berdasarkan tipe daerah,
sekunder gabungan dari Kuesioner 83,05% responden tinggal di daerah
Modul Perumahan dan Kesehatan pedesaan sedangkan 16,95%
(VSEN2004.MPK) dan Kuesioner Kor responden tinggal di daerah
(VSEN2004.K) Susenas 2004, Subset perkotaan. Sebagian besar responden
data Propinsi NTT. Rancangan adalah individu yang telah menikah
Susenas 2004 ini dilakukan oleh (67,34%) dengan tingkat pendidikan
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan terbanyak (65,49%) adalah tamat
menggunakan desain cross sectional. pendidikan dasar (SD, SLB, MI, SLTP
dan MTs).
Populasi dan Sampel Data pekerjaan responden
Populasi sasaran yang digolongkan menjadi dua kelompok
termasuk sampel analisis ini adalah yaitu, responden yang mempunyai
semua penduduk di Propinsi NTT pekerjaan dan responden yang tidak
pada tahun 2004. Yang menjadi mempunyai pekerjaan
sampel penelitian ini adalah semua (menganggur/sekolah/pensiun).
individu yang menjadi sampel Pengelompokan tersebut dilakukan
Susenas 2004. karena data Susenas 2004 yang
digunakan tidak dapat
Analisis Data menggambarkan distribusi pekerjaan
Analisis Univariat dilakukan yang sebenarnya di Propinsi NTT.
untuk melihat sebaran/distribusi Berdasarkan pengelompokan
masing-masing variabel yang diteliti. tersebut, diperoleh persentase rata-
Dari hasil analisis univariat, pada rata responden yang bekerja adalah
beberapa variabel dilakukan 68,68% dengan pendapatan rata-rata
pengelompokkan menjadi variabel tiap rumah tangga Rp 488.714/bulan.
baru dengan kategori yang Variabel umur dikelompokkan
disesuaikan untuk keperluan analisis menjadi dua kelompok yaitu kelompok
selanjutnya. umur responden kurang dari 60 tahun
Analisis Bivariat dilakukan dan kelompok umur responden lebih
untuk melihat adanya dari atau sama dengan 60 tahun.
hubungan/perbedaan secara statistik Berdasarkan pengelompokan umur
antara tiap-tiap parameter (kategori). responden yang dilakukan, diperoleh
Uji yang digunakan adalah Adjusted rata-rata umur responden adalah 39
Wald Test. Uji kemaknaan dilakukan tahun.
dengan menggunakan =0,05 dan
confidence interval 95%, dengan Kepemilikan Asuransi
ketentuan jika : Pvalue > 0,05 berarti Sebanyak 64,97% penduduk
Ho gagal ditolak (Pv > ), Uji statistik NTT masih belum memiliki asuransi
menunjukkan tidak adanya kesehatan. Tabel 1 memberikan
gambaran masih rendahnya

55
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008

kepemilikan asuransi kesehatan di wawancara dilakukan. Seperti juga


Propinsi NTT. Kategori asuransi yang pada akses rawat inap sebelumnya,
paling banyak dimiliki oleh penduduk akses rawat jalan dibagi dalam 2 yaitu
di Propinsi NTT adalah Kartu Sehat. rawat jalan pada fasilitas kesehatan
Sedangkan kategori asuransi yang milik pemerintah dan pada fasilitas
paling sedikit dimiliki adalah kesehatan milik swasta.
Jamsostek.
PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Penduduk Menurut Kelemahan dalam penelitian
Kepemilikan Asuransi Kesehatan ini adalah dari cara pengukuran.
di Propinsi NTT Tahun 2004
Tipe Asuransi Jumlah (%) Pengukuran dilakukan oleh mantri
Tidak memiliki asuransi statistik dan mitranya, yang bukan
64,97
Kesehatan tenaga kesehatan sehingga ada
Askes 7,51 kemungkinan kekurangpahaman
Jamsostek 0,75 dalam penggalian data yang terkait
JPKM 2,17
dengan kesehatan. Mutu data
Kartu Sehat 24,36
dipengaruhi oleh ketrampilan
pengumpul data dalam menggali
Berdasarkan hasil uji Wald
informasi, mengingat data merupakan
(Adjusted Wald test), diketahui bahwa
kejadian pada kurun waktu satu bulan
faktor-faktor yang berhubungan
(untuk semua data) sampai satu tahun
dengan kepemilikan asuransi di
terakhir (khusus data rawat inap). Jadi
Propinsi NTT adalah umur
ada kemungkinan terjadi recall bias.
(Jamsostek), tingkat pendidikan dan
Menurut data Susenas 2004
wilayah (kecuali JPKM). Kepemilikan
yang diolah (tabel 1), cakupan
asuransi di daerah ini bukan karena
asuransi terbanyak di Propinsi NTT
kesadaran masyarakat sendiri untuk
berasal dari kartu sehat (24,36%).
membeli asuransi karena mereka
Penduduk yang memiliki asuransi tipe
lebih mementingkan pemenuhan
Askes 7,75% sedangkan kepemilikan
kebutuhan sehari-hari yang masih
JPKM hanya 2,17%. Persentase
berkekurangan.
kepemilikan terkecil adalah pada tipe
asuransi jamsostek (0,75%). Jadi,
Akses ke Fasilitas Pelayanan Rawat
masih ada 64,97% penduduk lainnya
Inap
yang tidak terlindungi oleh asuransi
Akses pelayanan rawat inap
kesehatan.
dalam penelitian ini diukur dari
Tingginya kepemilikan kartu
penggunaan pelayanan rawat inap
sehat berkaitan dengan banyaknya
dalam 1 (satu) tahun terakhir.
masyarakat tidak mampu di propinsi
Sebanyak 1,4% penduduk Propinsi
ini. Sedangkan rendahnya
NTT telah menggunakan fasilitas
kepemilikan asuransi tipe Jamsostek,
pelayanan rawat inap selama tahun
disebabkan karena Propinsi NTT tidak
2003.
mempunyai banyak sektor swasta
Dari hasil analisis (Tabel 3)
(seperti industri, perusahaan-
diketahui bahwa kepemilikan asuransi
perusahaan) yang secara formal
tidak berhubungan dengan
mampu memberikan asuransi
penggunaan pelayanan rawat inap
kesehatan bagi tenaga kerjanya.
dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Secara keseluruhan,
ditemukan bahwa asuransi tidak
Akses Pelayanan Rawat Jalan
berhubungan dengan akses
Akses rawat jalan dalam
masyarakat terhadap fasilitas
penelitian ini diukur berdasarkan
kesehatan. Hasil analisis memang
pemanfaatan fasilitas pelayanan rawat
menunjukkan bahwa terjadi sedikit
jalan selama 1 bulan sebelum
peningkatan penggunaan fasilitas

56
HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN DAN AKSES PELAYANAN
KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tabel 2. Distribusi Proporsi Penduduk Menurut Karakteristik Demografi, Wilayah, Kebutuhan kesehatan
dan Kepemilikan Asuransi di Propinsi NTT Tahun 2004

Distribusi Asuransi menurut Variabel Asuransi Kesehatan


Total
: Askes Jamsostek JPKM Kartu Sehat
Total kepemilikan asuransi 7,51 0,75 2,17 24,36 35,03
kesehatan di Prop NTT
Umur
<60 tahun 8,13 0,86 2,11 24,87 34,63
>=60 tahun 5.23 0 2,56 31,61 37,70
F (1, 97) 2,55 7,38** 0,29 2,03
Jenis kelamin
Laki-laki 8,16 0,71 2,29 25,3 36,69
Perempuan 7,37 0,78 2,05 23,26 33,46
F (1,97) 0,32 0,04 0,14 1,00
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah/ tidak tamat SD 0,42 0 2,01 32,93 32,15
Tamat Pend. Dasar 3,02 0,18 2,10 27,89 32,01
Tamat pend. Menengah 23,15 2,73 2,65 16,56 44,43
Tamat Pend.Tinggi 46,24 4,41 0 4,30 54,95
F (3,95) 41,51** 3,42* 1,74 12,28**
Pekerjaan
Tidak bekerja 9,77 1,09 2,65 24,12 37,63
Bekerja 6,83 0,59 1,95 24,47 33,83
F (1.97) 2,98 1,78 1,26 0,01
Status Perkawinan
Belum menikah 6,25 0,76 1,71 21,86 30,59
Menikah 8,65 0,85 2,31 24,76 36,58
Cerai hidup/mati 5,12 0 2,22 27,33 34,67
F (1,97) 2,96 0,02 0,28 1,03
Wilayah
Desa 4,98 0,07 2,56 26,94 34,55
Kota 20,79 3,96 0,33 12,21 37,29
F (1,97) 27,33** 7,88** 3,16 9,98**
Catatan : Total sample 1.788; F adalah Adjusted Wald Test; (**) signifikan pada level 1%; (*) signifikan
pada level 5%

Tabel 3. Distribusi Kepemilikan Asuransi terhadap Akses Rawat Inap pada Fasilitas Kesehatan milik
Pemerintah dan Swasta di Propinsi NTT Tahun 2004

Kepemilikan asuransi Pemerintah Swasta Total


Tidak punya asuransi 0,61 0 0,61
ASKES 2,21 1,49 3,70
Jamsostek 7,71 0 7,71
JPKM 5,23 0 5,23
Kartu Sehat 1,61 0,68 2,29
F (4,94) 2,37 2,15
Catatan : Total sample 1.788; F adalah Adjusted Wald Test; (**) signifikan pada level 1%; (*) signifikan
pada level 5%

Tabel 4. Distribusi Kepemilikan Asuransi terhadap Akses Rawat Jalan pada Fasilitas Kesehatan milik
Pemerintah dan Swasta di Propinsi NTT Tahun 2004

Kepemilikan asuransi Pemerintah Swasta Total


Tidak punya asuransi 10,38 4,74 15,12
ASKES 10,87 8,74 19,61
Jamsostek 7,71 3,09 38,58
JPKM 15,37 7,69 23,05
Kartu Sehat/Kartu Sehat 15,59 2,73 18,33
F (4,94) 1,28 2,27
Catatan : Total sample 1.788; F adalah Adjusted Wald Test; (**) signifikan pada level 1%; (*) signifikan
pada level 5%

57
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008

pelayanan kesehatan, tetapi hal itu Pemerintah ataupun pihak asuransi


tidak signifikan. perlu menyederhanakan prosedur
Penggunaan fasilitas klaim asuransi (birokrasi) agar tidak
pelayanan kesehatan ini berhubungan menjadi kendala penggunaan
erat dengan kejadian kesakitan, asuransi/jaminan pembiayaan
walaupun penyakit bukanlah satu- kesehatan oleh masyarakat
satunya faktor penentu orang mencari Hasil studi juga menunjukkan
pengobatan atau memanfaatkan bahwa kepemilikan kartu sehat yang
fasilitas kesehatan. Teori ini berlaku di hampir sama antar kuintil
Propinsi NTT. Banyak faktor lainnya pengeluaran. Bahkan 51%
yang mempengaruhi (tabel 4 dan 5). kepemilikan asuransi pada kelompok
terkaya (Q5) adalah dari kartu sehat.
SIMPULAN DAN SARAN Demikian juga dengan kelompok
Hasil analisis menunjukkan masyarakat kaya (Q4), yang
bahwa kepemilikan asuransi kepemilikan kartu sehatnya mencapai
kesehatan di Propinsi NTT tidak 74%. Di sini terlihat bahwa distribusi
berhubungan dengan pemanfaatan kartu sehat tidak tepat sasaran karena
fasilitas rawat jalan atau rawat inap kartu sehat adalah jaminan kesehatan
baik milik pemerintah maupun swasta yang diberikan oleh pemerintah bagi
(tabel 3). Hasil ini kontras dengan keluarga tidak mampu secara
hasil penelitian lainnya (Hidayat, et al, ekonomi. Karena itu, sosialisasi kartu
2004; Szilagyi, et al, 2004; Setyowati sehat di tingkat masyarakat dan
dan A.Lubis, 2003; Trujillo, 2003; pemberi pelayanan kesehatan sangat
Yuliawati, 2002; Liu, et al, 2002; Hsia, penting agar masyarakat juga turut
et al, 2000; Waters, 2000; Thabrany mengawasi distribusi kartu sehat
dan Pujianto, 2000; Newacheck, et al, tersebut.
1998). Walaupun memiliki asuransi,
masyarakat lebih memilih untuk DAFTAR RUJUKAN
mengabaikan keluhan kesehatan Ariawan, I (1996). Analisis Data
yang ada ataupun mencari Survai Dengan STATA. FKM UI,
pengobatan sendiri dibanding mencari Depok.
pengobatan ke fasilitas kesehatan.
Hal ini disebabkan karena beberapa Azwar, A (1996). Menjaga Mutu
hal. Pertama, letak fasilitas kesehatan Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar
yang cukup jauh (rata-rata 7 km) dari harapan, Jakarta.
tempat tinggal mereka, dengan
topografi yang tidak rata. Bahkan Biro Pusat Statistik (2004). SUSENAS
masih ada sekelompok masyarakat 2004: Pedoman Pencacah Kor. BPS,
yang tinggal 99 km dari fasilitas Jakarta.
kesehatan. Belum lagi ditambah
dengan transportasi umum yang Biro Pusat Statistik (2003). SUSENAS
cukup jarang ditemui dan relative 2004: Pedoman Modul Perumahan
mahal bagi mereka. Kedua, dan Pemukiman Kesehatan. Badan
rendahnya kualitas pelayanan Penelitian dan Pengembangan
kesehatan dan prosedur klaim yang Kesehatan. Depkes RI, Jakarta.
kurang sederhana.
Untuk itu, maka dapat Biro Pusat Statistik (2003). Statistik
disarankan agar dilakukan Indonesia 2002. BPS, Jakarta.
penyuluhan kesehatan untuk
meningkatkan status kesehatan Departemen Kesehatan Republik
masyarakat sehingga masyarakat Indonesia (2001). Indonesia Sehat
tidak hanya tergantung pada fasilitas 2010. Depkes RI, Jakarta.
pelayanan kesehatan. Selain itu,

58
HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN DAN AKSES PELAYANAN
KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Departemen Kesehatan Republik Liu GG, Zhao Z, Cai R, Yamada T and


Indonesia (2002). Profil Kesehatan Yamada T (2002). Equity in Health
Indonesia 2001. Depkes RI, Jakarta. Care Access To: Assessing The
Urban Health Insurance Reform in
Dinas Kesehatan Propinsi Nusa China. Soc Sci Med, 5(10): 1779-
Tenggara Timur, 2003. Profil 1794.
Kesehatan Nusa Tenggara Timur
2002. Dinkes, Kupang. Mills, A dan Lucy Gilson (1990).
Ekonomi Kesehatan Untuk Negara
Handayani, L., Siswanto, Nirmala A. Sedang Berkembang: Sebuah
Ma’ruf dan Dwi Hapsari (2003). Pola Pengantar. Dian Rakyat dan AKEK,
Pencarian Pengobatan di Indonesia. Jakarta.
Buletin Penelitian Kesehatan, 31 (1):
33-47. Nachrowi, N.J dan Hadius Usman
(2002). Penggunaan Teknik
Hastono, S.P (2001). Analisis Data. Ekonometri. Raja Grafindo Persada,
Modul. FKM UI, Depok. Jakarta.
Hosea, D (2001). Statistik
Menggunakan STATA 7.0. Elex Media Nadjib, Mardiati (1999). Pemerataan
Computindo, Jakarta. Pelayanan Rawat Jalan di Berbagai
Wilayah Indonesia. Disertasi. FKM UI,
Hidayat, B., Hasbullah T., Hengjin D Depok.
and Rainer S (2004). The Effect of
Mandatory Health Insurance on Equity Newacheck, P.W., et al (1998). Health
in Access to Outpatient Care in Insurance and Access to Primary
Indonesia. Health Policy and Care for Children. Special Article.
Planning, 19 (5): 332-335. Massachusetts Medical Society,
338(8): 513-519.
Hjortsberg, C (2003). Why Do the Sick
People Not Utilise Health Care? The Prayoga, Felly Senewe, dan Shelly
Case of Zambia. Health Economics, Cahyadi (2002). Aksesibilitas
12 : 755-770. Masyarakat ke Pelayanan Kesehatan.
Ringkasan Laporan Final dari
Hsia, J., et al (2000). Is Insurance a Lokakarya SURKESNAS mengenai
More Important Determinant of Health Bukti dalam Membuat Keputusan, 28
Care Access Than Received Health? Januari - 28 Maret 2002, Jakarta.
Evidence From Womens’s Health
Initiative. Journal of Womens’s Health Roemer, M.I (1991). National Health
and Gender-Based Medicine, 9 (8): Systems of the World. Volume One :
881-889. The Countries. Oxford University
Press, New York.
International Labour Organization
(ILO) (2002). Social Security and Sarafino, E.P (2002). Health
Coverage For All. Restructuring the Psychology: Biopsychosocial
Social Security Scheme in Indonesia- Interactions. Fourth Edition. John
Issue and Options. ILO, Jakarta. Wiley & sons Inc, New York.

Ilyas, Y (2003). Mengenal Asuransi Setyowati T dan Agustin Lubis (2003).


Kesehatan: Review Utilisasi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Manajemen Klaim dan Fraud. FKM UI, dan Jaminan Pemeliharaan
Depok. kesehatan. Buletin Penelitian
Kesehatan, 31(4): 177-185.

59
MKM Vol. 03 No. 01 Juni 2008

Situmorang, Y (2004). Aksesibilitas Kedokteran Indonesia, 50 (6) : 282 -


dan Faktor Lain Yang Berhubungan 289
Dengan utilisasi Pelayanan
Pengobatan di Puskesmas Baros oleh Thabrany, Hasbullah (2002). Asuransi
Masyarakat Kecamatan Baros Kota Kesehatan di Indonesia. Edisi Kedua.
Sukabumi. Tesis, FKM UI, Depok. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan UI,
Depok
StataCorp (2003). Getting Started
With STATA for Windows, Release 8. The Health Insurance Association of
Collage Station, Texas: Stata America (HIAA) (2000). The Health
Corporation. Insurance Primer. An Introduction to
How Health Insurance Works. HIAA,
StataCorp (2003). STATA Survey Amerika.
Data; Reference Manual, Release 8.
Collage Station, Texas: Stata Tjiptoherijanto, P dan Budhi soesetyo
Corporation. (1984). Ekonomi Kesehatan. PT
Rineka Cipta, Jakarta.
StataCorp (2001). STATA User’s
Guide, Release 7. Collage Station, Trujillo, A.J (2003). Medical Care Use
Texas: Stata Corporation. and Selection in a Social Health
Insurance With an Equalization Fund;
Sulastomo (1997). Asuransi Evidence From Colombia. Health
Kesehatan dan Managed Care. PT Economics 12: 231-246.
Asuransi Kesehatan Indonesia,
Jakarta. Valdivia M (2002). Public Health
Infrastructure and Equity in the
Supranto, J (2004). Analisis Utilization of Outpatient Health Care
Multivariat, Arti dan Interpretasi. Services in Peru. Health Policy Plan,
Rineka Cipta, Jakarta. 17 Suppl: 12-19.

Sutadji, O.A (2004). Pengalaman PT Yulianingsih (2001). Faktor-faktor


ASKES Dalam Menyelenggarakan yang berhubungan dengan
Asuransi Kesehatan Sosial Untuk Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Umum. Workshop Pada Keluarga Miskin di Propinsi
Menyongsong Asuransi Kesehatan Jawa Barat Tahun 1999. Skripsi. FKM
Nasional di Indonesia. Jakarta, 3-4 UI, Depok.
Maret 2004.
Yuliawati (2002). Faktor-Faktor
Szilagyi, P.G., et al (2004). Improve Sosiodemografi Yang Berhubungan
Access and Quality of Care After Dengan Pemanfaatan Pelayanan
Enrollment in The New York State Kesehatan Pada Masyarakat Banten
Children’s Health Insurance Program Tahun 2001. Skripsi FKM UI, Depok.
(SCHIP). Pediatric, 113 (5): 395 –
404. Waters, H.R (1999). Measuring The
Impact of Health Insurance With
Thabrany, Hasbullah (1995). Health Correction For Selection Bias-A Case
Insurance and The Demand for Study of Ecuador. Health Economics
Medical Care in Indonesia. Disertasi. 8: 473-483.
University of California, Berkeley.
Vera-Hernandez, A,M (1999).
Thabrany, H dan Pujianto (2000). Duplicate Coverage and Demand For
Asuransi Kesehatan dan Akses Health Care: The Case of Catalonia.
Pelayanan Kesehatan. Majalah Health Economics 8: 579-598.

60
HUBUNGAN ANTARA KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN DAN AKSES PELAYANAN
KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Artikel Elektronik:
BPS, Bappenas (2001). Indonesia, Trend Dalam Pengembangan
Laporan Pembangunan Manusia Kebijakan, Trend Dalam
2001; Menuju Konsensus Baru: Pembangunan Sosial Ekonomi,
Demokrasi dan Pembangunan Kesehatan dan Lingkungan, Sumber-
Manusia di Indonesia. Ringkasan Sumber Kesehatan, Pengembangan
Eksekutif. Di akses 7 April 2005. Sistem Kesehatan, Pelayanan
Kesehatan, Trend Dalam Status
JPKM Online (28 Maret 2005). Artikel. Kesehatan, Pandangan ke Depan
Diakses 7 April 2005. (2002). Di akses 7 April 2005. .

Kompas (08 Maret 2005). Askes Waspada Online (2 Maret 2004). Baru
Penduduk Miskin Mulai Dibagi. Artikel. 21% Penduduk Memiliki Jaminan
Diakses 7 April 2005, . Kesehatan. Artikel. Di akses 5 April
2005.
LPMI dan HDR-UNDP (03 agustus
2004). Artikel. Di akses 5 April 2005.
Rancangan Awal Rencana
Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025 (2005). Di akses
11 April 2005. .

Pembinaan Perkembangan Jaminan


Pemeliharaan Kesehatan di Indonesia
dan Pola Pemanfaatannya pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Makalah. Di akses 7 april 2005.

SMERU Indonesia (2000). Pelayanan


Kesehatan Selama Masa Krisis. Di
akses 5 April 2005. .

Suara pembaruan1(6 Pebruari 2004).


Kurang, Akses Pelayanan Kesehatan
untuk orang Miskin. Di akses 5 April
2005. .

Susenas, 2005. Hasil Awal Susenas


2004. Di akses 30 Juli 2005.
http://www.litbang.depkes.go.id

Tim SURKESNAS NIHRD Badan


Litbang Kesehatan Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
(2001). Laporan Data Susenas 2001 :
Status Kesehatan, Pelayanan
Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan
Kesehatan Lingkungan. Di akses 7
April 2005. .

Tjiptoherijanto, P., 2004. Jaminan


Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. Di
akses 7 April 2005. .

61

Anda mungkin juga menyukai