Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI SOSIAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Tata nilai sosial kemasyarakatan yang Islami

Pengertian nilai sebagaimana dikutip berikut ini, A value, says Webster (1984), is “ a
principle, standart, or quality regarded as worthwhile or desirable”, yakni nilai adalah prinsip,
standart atau kualitas yang dipandang bermanfaat dan sangat diperlukan. Nilai adalah “suatu
keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekolompok orang untuk
memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”.
Pembahasan mengenai nilai sangat berkaitan dengan pembahasan etika. Kajian mengenai
nilai dalam filsafat moral sangat bermuatan normatif dan metafisika.
Menurut Daradjat (1995) moral adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai
masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa
tanggung jawab atas kelakuan (tindakan) tersebut. Tindakan itu haruslah mendahulukan
kepentingan umum dari pada keinginan umum daripada keinginan/kepentingan pribadi.
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu ---kecil atau besar-- yang terikat oleh
satuan, adat istiadat, ritus atau hukum khas, dan hidup bersama (Shihab, 2007). Masyarakat
juga sering dikenal dengan istilah society yang berarti sekumpulan orang yang membentuk
sistem, yang terjadi komunikasi di dalam kelompok tersebut. Masyarakat juga bisa diartikan
sekelompok orang yang saling berhubungan dan kemudian membentuk kelompok yang lebih
besar. Biasanya masyarakat sering diartikan sekelompok orang yang hidup dalam satu wilayah
dan hidup teratur oleh adat di dalamnya (Rohman, 2013).
Jika kita padukan definisi tersebut dengan ajaran Islam, maka moral adalah sangat penting
dimana kejujuran, kebenaran, keadilan dan pengabdian adalah diantara kita. Berdasarkan
definisi tentang moral, maka defini tersebut menunjukkan bahwa moral sangat penting
ditumbuhkan pada setiap orang dan bangsa. Jika moral masyarakat sudah rusak, ketentraman
dan kehormatan bangsa akan hilang. Untuk memelihara kelangsungan hidup, maka sangat
diperlukan adanya moral yang baik dan Islam memberikan sistem nilai dan moral yang
dikehendaki Allah SWT, yang harus diwujudkan dalam perilaku hamba-hamba-Nya dalam
masyarakat.
Arifin (1994) mendefinisikan tentang sistem nilai dan moral adalah suatu keseluruhan
tatanan yang berdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lainnya saling
mempengaruhi atau saling bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat
berorientasi kepada nilai dan moralitas Islam. Dengan adanya sistem nilai atau sistem moral
yang dijadikan kerangka acuan yang menjadi rujukan cara berfikir dan berperilaku lahiriyah
dan rohaniyah manusia muslim adalah nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama islam
sebagai wahyu Allah swt, yang diturunkan kepada utusan-Nya Muhammad saw. Diman nilai
dan moralitas Islami tersebut bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu tidak terpecah-pecah
bagian satu dengan yang lainnya berdiri sendiri. Suatu kebulatan nilai dan moralitas
mengandung kaidah atau pedoman yang menjadi landasan segala amal perbuatan.
Al-Qur’an selain sebagai kitab suci bagi umat Islam, juga merupakan kitab yang
memberikan pedoman untuk hidup secara individu dengan individu lain, maupun secara
bersama (sosial) bagi umat manusia. Kitab ini sekaligus juga memberikan petunjuk dan ajaran
dalam membangun hubungan antar individu, masyarakat dengan Tuhannya (Rohman, 2013).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, nilai-nilai Islam atau nilai keislman adalah :
Nilai-nilai keislaman merupakan bagian dari nilai material yang terwujud dalam kenyataan
pengalaman rohani dan jasmani. Nilai-nilai Islam merupakan tingkatan integritas kepribadian
yang mencapai tingkat budi (insan kamil). Nilai-nilai Islam bersifat mutlak kebenarannya,
universal dan suci. Kebenaran dan kebaikan agama mengatasi rasio, perasaan, keinginan,
nafsu-nafsu manusiawi dan mampu melampaui subyektifitas golongan, ras, bangsa, dan
stratifikasi sosial.
Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam
masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk
mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga
berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial.
Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan
peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil
berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat
solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota
kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat
pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar
orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

Ciri-ciri orang yang mempunyai jiwa sosial :

1. Tidak sombong
2. Mempunyai penalaran dan rasa untuk saling membantu (rasio dan jiwa menyatu)
3. Tanggap, serta mempunyai empati terhadap sesuatu disekitarnya (rasa tenggang rasa),
gotong royong, tidak acuh tak acuh)
Di dalam Hadist Arbain Nawawi telah dijelaskan bahwasannya nabi telah bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia berkata
yang baik, atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian
hendaklah ia menghormati tetangganya.dan hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR.
Bukhori Muslim).

Dari hadist diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya kita disuruh menghormati
tetangga(misalkan: kita di undang untuk hajatan, lalu kita datang) ataupun menghormati tamu
(memanusiakan manusia, artinya: diberi minum, jangan di biarkan saja), hal semacam itu
semua adalah contoh kecil dari kehidupan kita, karna kita adalah mahluk sosial(saling gotong
royang/bahu membahu dengan sesama tidak memandang dari segi apapun baik agama, ras,
suku,dll).

B. Macam-macam interaksi Sosial


Menurut Marwati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Interaksi antara individi dengan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika
hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal
balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antara individu dengan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial
individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisI
3. Interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak
pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
Macam-macam interaksi sosial diatas terdapat juga didalam al-Qur’an, dalam surat al-
Hujarat ayat 13:
”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal....... “

(saling mengenal) disini tidak diartikan dengan makna sesempit mungkin, tapi dapat
diartikan secara universal dalam artian bisa antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
Allah SWT menganjurkan dalam al-Qur’an tepatnya pada surat al-Maun: yang dimana inti dari surat
tersebut Allah memeringatkan kepada kita.

“Barang siapa yang menghardik anak yatim, tidak mau menolong orang yang kesusahan dan
pada saat itu mereka sangat membutuhkan pertolongan, dan enggan menolongnya, maka
celakalah baginya karna sesungguhnya adzab Alloh akan menimpa kepada orang-orang yang
berperilaku egoistis”.

Dengan penjelasan yang lebih spesifik bahwasanya Al- Ma’un adalah sebuah surat yang terdapat pada
juz terakhir dari Al-Qur an. juz ke ligapuluh. Didalamnya, ia memuat pesan-pesan kepedulian sosial
sebagaimana digaungkan kaum pro-rakyat terlindas (sosialis) yang hendak membebaskan kaum mus-
tadafin dari ketertindasan. Sejatinya Al-Qur an pun tak kalah lantang berteriak-teriak tentang hak
kaum tertindas yang di antaranya dipersonifikasi sebagai anak yatim dan orang miskin.

Rasulullah bersabda sebagai pengingat guna memiliki kesalehan sosial:

"Orang yang menolak untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan tetangganya, pada hari


kiamat Allah akan menolak untuk memberikan kebaikanNya dan meninggalkan orang itu
sendirian, dan alangkah buruknya bagi siapapun yang Allah tinggalkan sendirian".

Jadi dapat dikeatahui bahwa sebenarnya perspektif umum dan prespektif islam dalam al-Qur’an
mengenai nilai-nilai sosial itu ada korelasi yang setara diantara keduanya, dapat dikatakan saling
melengkapi.

Nilai-nilai keislaman atau agama mempunyai dua segi yaitu: “segi normatif” dan “segi
operatif”. Segi normativ menitik beratkan pada pertimbangan baik buruk, benar salah, hak dan batil,
diridhoi atau tidak. Sedangkan segi operatif mengandung lima kategori yang menjadi prinsip
standarisasi prilaku manusia, yaitu baik buruk, setengan baik, netral, setengah buruk dan buruk. Yang
kemudian dijelaskan sebagai berikut:

1. Wajib (baik)
Nilai yang baik yang dilakukan manusia, ketaatan akan memperoleh imbalan jasa (pahala)
dan kedurhakaan akan mendapat sanksi.
2. Sunnah (setengah baik)
Nilai yang setengah baik dilakukan manusia, sebagai penyempurnaan terhadap nilai yang
baik atau wajib sehingga ketaatannya diberi imbalan jasa dan kedurhakaannya tanpa
mendapatkan sangsi.
3. Mubah (netral)
Nilai yang bersifat netral, mengerjakan atau tidak, tidak akan berdampak imbalan jasa
atau sangsi.
4. Makruh (setengah baik)
Nilai yang sepatutnya untuk ditinggalkan. Disamping kurang baik, juga memungkinkan
untuk terjadinya kebiasaan yang buruk yang pada akhirnya akan menimbulkan
keharaman.
5. Haram (buruk)
Nilai yang buruk dilakukan karena membawa kemudharatan dan merugikan diri pribadi
maupun ketenteraman pada umumnya, sehingga apabila subyek yang melakukan akan
mendapat sangsi, baik langsung (di dunia) atau tidak langsung (di akhirat) (Muhaimin,
1993).

Nilai-nilai Yang Dituntut Islam

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:

a. Nilai logika adalah nilai benar salah.

b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.

c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.

Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau
buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai
moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih
terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

Menutur S. Bekti Istiyanto masyarakat Islam memiliki peran dan karakteristik sebagai berikut:
PERAN MASYARAKAT BAGI TERWUJUDNYA CITA RASA ISLAM :
1. Memantapkan nilai Islam, menegakkan dan menyebarkannya
2. Mewujudkan dalam realita kongkrit dan kondisi praktis
3. Menutup rapat semua jendela kebencian terhadap Islam
KARAKTERISTIK MASYARAKAT ISLAM

Sebuah masyarakat unik : sebagai masyarakat yang rabbani, manusiawi dan seimbang (harmonis).
Sebuah kehidupan masyarakat yang diarahkan oleh aqidah Islam, disucikan oleh ibadah-ibadahnya,
dipimpin oleh manhaj dan fikrah Islam, digerakkan oleh cita rasa Islam, dikendalikan oleh akhlak Islam,
dihiasi oleh oleh adab Islam, didominasi oleh nilai-nilai Islam, diatur oleh undang-undang syari’at
Kesimpulan

Nilai-nilai sosial islam dalam al-Qur’an menjelaskan tentang sikap, tanggap, tingkah laku kita terhadap
seseorang yang ada disekitar kita, apabila ada seseorang yang sedang memerlukan bantuan marilah
kita bantu, janganlah kita acuh tak acuh, karna kita adalah mahluk sosial. Mahluk yang tidak bisa hidup
sendiri dan pasti memerlukan bantuan orang lain. Dan diatas tadi sudah dijelaskan pada surat al-
Maidah ayat 2, kemudian pada hadist Arbain Nawawi juga sudah, berarti sudah jelas bahwasannya
kita benar-benar ada interaksi antara mahluk satu dengan yang lain, individu dengan individu, individu
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Dan sudah dijelaskan pada surat al-Maun
bahwasannya alloh telah memeringatkan kita agar tidak menghardik anak yatim, dan saling
ta’awanu(tolong-menolong).

Daftar Pustaka

Shihab, M. Quraish. (2007). Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan


Daradjat, Zakiyah. (1995). Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
Ruhama
Rohman, Abid. (2013). Jurnal Sosiologi Islam, Vol.3, No. 1
Arifin, H.M. (1994). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
Muhaimin, dkk. (1993). Pemikiran Pendidikan Islam “Kajian Filosof dan Kerangka
Dasar Operasional”. Bandung: Trigenda Karya
Al-Qur’an Terjemah “Al-Jumanatul ‘Ali”, CV. Penerbit J-ART, 2004.

Imam An-nawawi, Arbain Nawawi. penerbit Departemen Agama Saudi Arabia, 1422 H/2001 M, Hal
38.
http://jurnal-sdm.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 maret 2011, jam 13.14 WIB.
Al-Qur’an Terjemah “Al-Jumanatul ‘Ali”,CV. Penerbit J-ART, 2004 hal.518.
http://bataviase.co.id, diakses pada tanggal 20 maret 2011, jam 15:25.
Nur ats-tsaqalin. Jilid 5 hal. 679.

Anda mungkin juga menyukai