Anda di halaman 1dari 8

LATAR BELAKANG

Sirosis adalah kondisi terbentuknya jaringan parut di hati akibat kerusakan hati
jangka panjang (kronis). Penyakit ini berkembang secara perlahan dan
mengakibatkan jaringan yang sehat digantikan oleh jaringan parut. Jaringan parut
akan menghambat aliran darah yang melewati hati sehingga kinerja hati menjadi
terganggu atau bahkan terhenti.

Kerusakan pada hati yang disebabkan oleh sirosis tidak bisa diperbaiki dan bahkan
bisa menyebar lebih luas dan menyebabkan hati tidak bisa berfungsi dengan baik.
Kondisi inilah yang sering disebut dengan istilah gagal hati. Sebelum sirosis
menyebabkan gagal hati, perkembangannya berlangsung selama bertahun-tahun.
Umumnya, penanganan dilakukan hanya untuk memperlambat perkembangan
penyakitnya. Pada dasarnya, hati adalah organ yang sangat tangguh karena dapat
terus bekerja meski dalam keadaan rusak. Hati akan berusaha memperbaiki dirinya
sendiri hingga organ ini benar-benar rusak dan tidak bisa berfungsi lagi Sirosis
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya akibat virus hepatitis B, virus hepatitis
C, mengonsumsi minuman keras berlebihan, dan beberapa kondisi lain yang bisa
merusak jaringan hati. Selain itu, sirosis bisa disebabkan oleh penyakit hepatitis.
Hepatitis A ditularkan melalui makanan dan minuman, sehingga memastikan
kebersihan makanan dan minuman merupakan langkah pencegahan yang paling
tepat. Hepatitis B dan C adalah penyakit menular yang bisa diderita melalui
hubungan seks yang tidak aman atau berbagi jarum suntik di antara sesama
pengguna narkotika suntik. Agar tidak terjangkit hepatitis B dan C, sebaiknya Anda
menggunakan kondom saat berhubungan seks bebas atau tidak berbagi jarum
suntik. Vaksinasi juga tersedia untuk mencegah penyakit hepatitis B, tapi belum
tersedia vaksin untuk hepatitis C.

KOMPLIKASI

Komplikasi sirosis dapat terjadi secara fungsional, anatomi ataupun neoplastik.


Kelainan fungsi hepato-selular disebabkan gangguan kemampuan sintesis, detok-
sifikasi ataupun kelaian sistemik yang sering melibatkan organ ginjal dan endokrin.
Kelainan anatomis terjadi karena pada sirosis terjadi perubahan bentuk parengkim
hati, sehingga terjadi penurunan perfusi dan menyebabkan terjadinya hipertensi
portal, dengan perobahan alur pembuluh darah balik yang menuju viseral berupa
pirau baik intra maupun ekstra hepatal. Sirosis yang dibiarkan dapat berlanjut
dengan proses degeneratif yang neoplastik dan dapat menjadi karsinoma hepato-
selular. Komplikasi dari sirosis dapat berupa kelainan ginjal berupa sindroma
hepatorenal, nekrosis tubular akut. Juga dapat terjadi ensefalopati porto-sistemik,
perdarahan varises, peritonitis bakterialis spontan. epatitis adalah infeksi
peradangan hati. Ada banyak penyebab hepatitis. Hepatitis yang biasa disebabkan
oleh virus terbagi menjadi 5 kelompok, dari A sampai E. Hepatitis virus menyebar
karena paparan terhadap darah atau cairan tubuh yang terinfeksi lainnya, seperti air
mani dan cairan vagina. Kebersihan dan sanitasi yang buruk, serta infeksi HIV juga
dapat meningkatkan risiko berkembangnya hepatitis virus. Selain dari virus, hepatitis
juga bisa disebabkan oleh obat-obatan yang merusak hati, alkohol, dan autoimun.

Gejala dan tanda paling umum dari hepatitis antara lain adalah kelelahan, mual,
nafsu makan menurun, rasa tidak nyaman pada perut karena nyeri hati, urin
berwarna kuning keruh, kulit dan bagian putih mata menguning, serta mengalami
penurunan berat badan.

Jika hepatitis tak diobati, lama kelamaan akan berkembang menjadi kronis.
Biasanya hepatitis disebut kronis ketika sudah terjadi lebih dari 6 bulan. Jika terus
terjadi, bahkan hepatitis bisa berujung pada fibrosis atau sirosis hati. Hepatitis kronis
dapat berujung pada sirosis atau biasa disebut dengan fibrosis hati. Sirosis terjadi
karena jaringan hati yang mengeras sehingga menyebabkan hati tidak bisa
menjalankan fungsinya dengan baik. Jika sirosis sudah terlanjur parah, maka hati
akan benar-benar tidak berfungsi dan dapat menyebabkan hipertensi portal.

Hipertensi portal terjadi jika darah tidak bisa lagi mengalir dengan baik di area hati
dan terdapat tekanan lebih pada pembuluh vena portal yang langsung menuju organ
ini. Penyebab hipertensi portal umumnya adalah hepatitis B dan C. Inilah yang
menghubungkan antara hepatitis dan hipertensi.

Kondisi hipertensi portal yang disebabkan sirosis hati berbeda dengan kondisi
hipertensi pada umumnya. Kondisi hipertensi portal merupakan peningkatan tekanan
pembuluh darah di daerah porta sehingga membuat penderita sirosis hati memiliki
riwayat muntah darah, feses hitam, atau kaki bengkak. Sedangkan hipertensi yang
sering disebutkan pada umumnya, merupakan suatu kondisi di mana tekanan darah
seluruh tubuh mengalami peningkatan dari nilai normal.

Hipertensi (hipertensi sistemik) yang dikontrol terbukti dapat memperlambat


perkembangan hepatitis. Sebuah studi yang dilakukan oleh Parrilli dkk di Italia
kepada 95 pasien hepatitis kronis dihubungkan dengan hipertensi yang mereka
alami. Pasien dengan hipertensi yang dikontrol memiliki peluang terkena hepatitis di
umur yang lebih tua dibandingkan mereka yang tekanan darahnya tidak terkontrol.

Studi lainnya dengan metode penelitian kohort retrospektif selama 2 hingga 20 tahun
yang meneliti 254 pasien bahkan berhasil membuktikan secara nyata bahwa
tekanan darah yang terkontrol akan memperlambat perkembangan hepatitis yang
dialami.
GAMBARAN UMUM PASIEN

IDENTITAS PASIEN

- Nama : Tn. Hardyanto Amansyah Putra


- Umur : 49 thn
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : PNS
- Diagnosa : Sirosis Hepatis+ hipertensi

DATA SUBJEKTIF

1. Keluhan : Badan lemas, mata kuning, demam,


2. Pola Makan : Makan tidak teratur, suka minum minuman beralkohol

DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Antropometri

BB = 50kg
Tb = 160cm
IMT = BB Kg / TB m²
= 50 / 1,50² = 25,33 kg/ m².
2. Fisik
Perut membesar 2 bulan terakhir, mata kuning 2 minggu ini,
3. Klinis
 TD : 150/90 mmHg
 Nadi : 90 x/i
 Nafas : 20 x/i
 Suhu : 37,50 C
4. Biokimia
 Hb : 12 g/dL
 Natrium : 124 mmoL/L
 Kalium : 2.7 mmoL/L
 Chlorida : 97 mmoL/L
2. Dietary History
 Makan tidak teratur
 Suka mengkonsumsi minuman ber alkohol

3. Diagnosis Penyakit
Sinuisis Hepatis+Elektro Imbalance

B. NUTRITION DIAGNOSIS
1. Domain Intake
a. NI.1.5 : Malnutrisi (gizi lebih) berkaitan dengan berat badan yang
berlebihan ditandai dengan IMT= 25,33 kg/ m².

2. Domain Klinis
b. NC.2.2 : Perubahan nilai lab yang berkait gizi ditandai dengan tingginya
kadar kalium = 3,8 mmoL/L dan kadar hb pasien dibawah normal yaitu 11,4
g/dL

3. Domain Behavior
NB.1.7 : Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang terpapar
informasi yang akuran terkait gizi ditunjukan oleh mengkonsumsi bahan
makanan yang tidak sehat (suka mengkonsumsi saus dan suka
mengokonsumsi minuman penyegar)

C. NUTRITION INTERVENSI

a. Macam/Bentuk/Cara Pemberian
Macam : Diet Hati III Rendah Garam I
Bentuk : Makanan Biasa (MB)
Cara Pemberian : Makanan diet di berikan secara Oral.
b. Tujuan Diet
a. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut
dan/atau meingkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa
b. Mencegah katabolisme protein
c. Mencegah penurunan berat badan atau meingkatkan berat badan bila kurang
d. Mencegah atau mengurangi asites, varises, esophagus, dan hipertensi portal
e. Mencegah koma hepatik
c. Syarat Diet
a. Energi tinngi untuk mencegah pemecahan protein, yang di berikan bertahap
sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/kg BB
b. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang
mudah dicerna, bila pasien mengalami streatorea, gunakan lemak dengan
asam lemak rantai sedang, jenis lemak ini membutuhkan aktivitas lipase dan
asam empedu dalam proses absorbsirnya. Pemberian lemak sebanyak 45
gram dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak
c. Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5g/kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada
sirosis hati terkompesasi, protein diberikan sebanyak 1,25g/kg BB asupan
minimal protein hendaknya 0,8-1/kg BB Diet ini harus mengurangi status
ensefalopati, tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
d. Vitamin dan mineral di berikan sesuai dengan tingkat defisiensi, bila perlu di
berikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat
besi bila ada anemia
e. Natrium di berikan rendah, tergantung tingkat ederma dan asites, Bila pasien
mendapat diuretika, garam natrium dapat di berikan lebih leluasa.
f. Cairan di berikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi
g. Bentuk makanan lunak, bila ada keluhan mual dan muntah atau makanan biasa
sesuai kemampuan saluran cerna

4. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi


AMB = 656 + (9,6xBB) + (1,7xTB) – (4,7xU)
AMB = 656 + (9,6x50) + (1,7x160) – (4,7x46)
AMB = 656 + 480 + 272 – 216
AMB = 1624 kkal

TEE = AMB x F. Aktivitas x F. Stres


TEE = 1624 x 1,3 x 1,4
TEE = 2955,68 kkal

Protein = 15% x TEE = 15% x 2955,68: 4 = 111 gr


Lemak = 20% x TEE = 20% x 2955,68: 9 = 65,6gr
KH = 65% x TEE = 65% x 2955,68 : 4 = 480 gr
D. MONITORING DAN EVALUASI

Indikator Metode Target Hasil


pencapaian

FH. Pemberian edukasi tentang Pasien Pasien dapat


bahan makanan pengganti dapat merubah mengkonsumsi bahan
yang lebih terjangkau pola konsumsi makanan yang
dengan tanpa merubah nilai dilihat dari FFQ seimbang
gizi

FH.1.2.1 Comstock dan Asupan makan


Recall 24 jam pasien mencapai
100 % dari
kebutuhan

F.H Food Weighing / Asupan makan –


Penimbangan sisa pasien mencapai
makanan 100 % dari
kebutuhan dari
sisa makanan
DAFTAR PUSTAKA

http://www.budilukmanto.org/index.php/seputar-hepatitis/35-seputar-hepatitis/138-
seputar-hepatitis

Buku Penuntun diet, asuhan gizi klinik

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/hubungan-hepatitis-dan-hipertensi/
TUGAS NCP

SIROSI HEPATIS

BESTA RISMAN ZAI

P01031215008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2018/2019

Anda mungkin juga menyukai