Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial

Dosen: Asep Nurdin, S.IP., M.Si.

Dhea Rainesty

(3506160201)

Ilmu Pemerintahan II/IV/B

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL & POLITIK

UNIVERSITAS GALUH

2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala Puji serta Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Lembaga
Swadaya Masyarakat yang insyaallah bermanfaat bagi kita semua.

Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
Dosen mata kuliah Psikologi Sosial, Orang tua, dan teman-teman yang sudah turut serta
membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga bisa selesai pada waktunya.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi yang membaca dan khususnya bagi kami
yang menulis.Walaupun kami tahu bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membacanya yang bersifat membangun
dalam perbaikan makalah ini.Semoga keberhasilan selalu berpihak kepada kita semua.

Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih banyak.

Ciamis, 1 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 4

2.3 Jenis-jenis, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi Lembaga Swadaya Masyarakat .............................. 9
2.4 Keunggulan dan Ciri-ciri Lembaga Swadaya Masyarakat .............................................................. 13
2.5 Hak dan Kewajiban Lembaga Swadaya Masyarakat ...................................................................... 13
2.6 Dinamika gerak LSM dalam periodesasi zaman pra-orba, pasca orba dan reformasi .................... 14
2.7 Contoh-contoh Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia ......................................................... 18
2.8 Kekurangan dan Kelebihan Lembaga Swadaya Masyarakat .......................................................... 18
2.9 Cara Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat ........................................................................... 19
3.1 Bentuk Organisasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat ................................................................ 21
3.2 Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia .................... 28
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 34

3.3 Kesimpulan...................................................................................................................................... 34
3.4 Saran ................................................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keadaan sosial di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam


pemerintahan Indonesia, seperti kemiskinan ataupun kelaparan. Tak hanya itu,
masalah yang terjadi secara alami pun menjadi penyebab keadaan sosial yang
buruk, sebut saja bencana alam yang sering terjadi seperti halnya banjir, tanah
longsor, atau pun tsunami. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh ulah tangan
manusia yang tidak dapat melestarikan alam.
Pemberdayaan masyarakat miskin/kurang mampu tidak dapat dilakukan
dengan hanya melalui program peningkatan produksi, tetapi juga pada upaya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin. Terkait dengan
upaya tersebut, maka keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi
sangat penting untuk melakukan sinergi dengan lembaga pemerintah. Dalam
proses pendampingan pemberdayaan masyarakat miskin, LSM masih menghadapi
kendala baik eksternal maupun internal. Peran LSM di Indonesia mengalami
perkembangan dan transformasi fungsi, sesuai dengan paradigma pembangunan.
Kondisi dan paradigma yang ada saat ini adalah terbukanya era globalisasi
ekonomi yg diwujudkan dengan adanya proses internasional produksi,
perdagangan, dan pasar uang.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi jasa
sukarelawan untuk membantu sesama dalam mengurangi masalah sosial seperti
kemiskinan. Organisasi jasa sukarelawan ini termasuk ke dalam organisasi nirlaba
atau organisasi non profit. Apa itu organisasi nirlaba atau organisasi non profit?.
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang
bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik
perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).

1
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas salah satu bagian dari
organisasi nirlaba atau organisasi non profit, yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Organisasi LSM ini dapat membantu pemerintah untuk mengurangi
masalah sosial yang ada di Indonesia dengan visi dan misi LSM tersebut yang
dapat mendidik kita sebagai manusia untuk memiliki rasa tolong-menolong dan
solidaritas antar sesama manusia.

Keadaan sosial di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam


pemerintahan Indonesia, seperti kemiskinan ataupun kelaparan. Tak hanya itu,
masalah yang terjadi secara alami pun menjadi penyebab keadaan sosial yang
buruk, sebut saja bencana alam yang sering terjadi seperti halnya banjir, tanah
longsor, atau pun tsunami. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh ulah tangan
manusia yang tidak dapat melestarikan alam.

Pemberdayaan masyarakat miskin/kurang mampu tidak dapat dilakukan


dengan hanya melalui program peningkatan produksi, tetapi juga pada upaya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin. Terkait dengan
upaya tersebut, maka keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi
sangat penting untuk melakukan sinergi dengan lembaga pemerintah. Dalam
proses pendampingan pemberdayaan masyarakat miskin, LSM masih menghadapi
kendala baik eksternal maupun internal. Peran LSM di Indonesia mengalami
perkembangan dan transformasi fungsi, sesuai dengan paradigma pembangunan.
Kondisi dan paradigma yang ada saat ini adalah terbukanya era globalisasi
ekonomi yg diwujudkan dengan adanya proses internasional produksi,
perdagangan, dan pasar uang.

Dalam era Demokrasi sekarang ini memang keberadaan LSM sangat


diperlukan terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah publik yang cukup
berpengaruh, contohnya lumpur lapindo di Sidoarjo, bencana kelaparan
diberbagai daerah di Indonesia. LSM saat ini memiliki arti penting dalam
perjalanan demokrasi masyarakat Indonesia, terutama dalam era reformasi dan
globalisasi yang saat ini tengah melanda Indonesia.

2
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat?
3. Bagaimana sejarah Lembaga Swadaya Masyarakat dalam masa pra-
orba, pasca orba dan reformasi?
4. Apa fungsi, tujuan, dan manfaat Lembaga Swadaya Masyarakat?
5. Apa saja hak dan kewajiban Lembaga Swadaya Masyarakat?
6. Apa saja peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam kehidupan
birokrasi di Indonesia?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

LSM adalah sebuah organisasi yang didirikan pereorngan ataupun


sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada
masyarakat tanpa bertunjuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan
tersebut. Jenis dan kategroi LSM, yakni Organisasi Donor, Organisasi Mitra
Pemerintah, Organisasi Profesional, serta Organisasi Oposisi.
LSM sebagai suatu organisasi, khususnya organisasi non laba / non
profit, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan ormas, koperasi partai, bahkan
dengan perusahaan. Sebagai suatu organisasi maka apa yang diharapkan adalah
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuannya
tersebut maka organisasi perlu dikelola dengan baik.
Perjalanan LSM di Indonesia pada awal kemunculannya melalui
perspektif sejarah dan mengacu pada pembagian generasi, ada yang berpendapat
bahwa cikal-bakal LSM di Indonesia telah ada sejak pra-kemerdekaan. Lahir
dalam bentuk lembaga keagamaan yang sifatnya sosial/amal. LSM di Indonesia
dalam praktiknya juga masih terkungkung dalam wacana pembagunanisme
(developmentalisme) yang tidak kritis terhadap masalah-masalah ketimpangan
struktural, kelangkaan partisipasi, dan ketergantungan terhadap kekuatan diluar.
Tahun 50-an tercatat muncul LSM yang kegiatannya bersifat alternatif
terhadap program pemerintah, dua pelopornya adalah LSD (Lembaga Sosial
Desa) dan Perkumpulan Keluarga Kesejahteraan Sosial. Tahun 60-an lahir
beberapa lembaga yang bergerak terutama dalam pengembangan pedesaan. Pada
kurun waktu ini pula, lembaga-lembaga ini merintis jaringan kerjasama nasional,
misal lahir Yayasan Sosial Tani Membangun yang kemudian berkembang menjadi
Bina Desa, Bina Swadaya.

4
Dalam hal peranannya sebagai organisasi yang mempunyai peran non-
politik, LSM dinilai mampu melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dalam
hal penanggulangan kemiskinan. Beberapa LSM tahun 70-an yang terus
senantiasa aktif melakukan pendampingan dan pemberdayaan terhadap
masyarakat lemah / miskin adalah YLBHI, INFID, LP3ES, WALHI, JPPR, YTBI,
dan lain-lain.
Permasalahan utama yang sangat mendasar dalam hal pemberdayaan
masyarakat oleh LSM adalah stigma LSM yang tumbuh disebagian benak
masyarakat yang masih menaruh curiga terhadap kehadiran dan aktivitas dari
LSM. Pada satu sisi LSM dipersepsikan alat bagi neo liberalisme atau agen
Negara Asing, hal ini dikarenakan sebagian besar dana kegiatan-kegiatan yang
dilakukan LSM di Indonesia di danai oleh negara asing dan tentunya ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh NGO untuk memperoleh dana tersebut.
Disisi lain, sampai saat ini tidak ada mekanisme pertanggungjawaban LSM
terhadap masyarakat

Dalam penjelasannya, LSM mencakup antara lain :


1. Kelompok profesi yang berdasarkan profesinya tergerak menangani
masalah lingkungan.
2. Kelompok hobi yang mencintai kehidupan alam terdorong untuk
melestarikannya.
3. Kelompok minat yang berminat untuk membuat sesuatu bagi
pengembangan lingkungan hidup.

Batasan fungsi dan peran LSM dibandingkan dengan pengertian aslinya (dalam
arti NGO) menjadi teredusir. Karena keberadaan LSM terutama saat ORBA sarat
dengan intervensi pemerintah, maka ada beberapa LSM yang kemudian dalam
pergerakannya memakai bentuk Yayasan, karena Yayasan lebih fleksibel.
Sampai saat ini, peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat
masih terbatas dan belum mampu sepenuhnya dalam penanggulangan kemiskinan.
Disinilah perlunya peran dan keterlibatan LSM dalam melaksanakan program dan

5
pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pula reposisi LSM di tengah
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dalam bentuk :
1. LSM perlu memfasislitasi tumbuh kembangnya kelembagaan rakyat yang
kuat, yang bersifat sektoral, seperti pada organisasi buruh, petani,
masyarakat adat, dan lain-lain.
2. LSM perlu tampil ke publik luas, dalam arti semakin “go public” ke
masyarakat, sehingga posisi dan perannya mampu lebih dirasakan oleh
masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui penyebaran brosur, pertemuan
dengan masyarakat,kerja sama dengan media cetak-elektronik seluas-
luasnya.
3. LSM perlu semakin aktif dalam membangun hubungan dengan berbagai
elemen masyarakat sipil lainnya. Seperti media massa, mahasiswa, serikat
buruh, petani, partai politik dengan tetap mengedepankan nilai dan sikap
non-partisan.
4. Perlunya penguatan LSM sebagai sebuah entitas dan komunitas yang
spesifik di dalam masyarakat sipil, dan penguatan institusionalisasi LSM
dalam hal eksistensi, sumber daya manusia, sarana, dana, dan manajemen.
LSM juga perlu lebih membuka diri untuk menjadi organisasi yang lebih
berakar di masyarakat.
5. LSM juga dituntut untuk senantiasa membenahi kondisi internal dalam
tubuh. Organisasinya, mengingat ini seringkali tidak diperlihatkan dalam
forum evaluasi oleh LSM yang bersangkutan.

Untuk masa mendatang, hubungan antara LSM dengan kelembagaan lokal


perlu dieratkan karena lembaga di tingkat lokal adalah kekuatan yang potensial
bagi LSM sebagai organisasi yang indenpenden.
Dari refleksi yang dilakukan oleh LSM di Philipina (IIRR,1997) ada
beberapa alasan mengapa kinerja atau kualitas organisasi menjadi penting, yaitu
karena :
1. Kemampuan berkompetisi atau bersaing dengan LSM lain semakin besar
sebagai akibat semakin mengecilnya jumlah dana dan lembaga donor serta
sumberdaya-sumberdaya lain,

6
2. Kemampuan mengadaptasi perubahan lingkungan yang cepat dengan
tanpa kehilangan relevansi atau indentitas masing-masing organisasi,
3. Meningkatnya kualitas program dan pelayanan yang lebih berfokus,
berdampak dan juga luas atau besar.
Apa yang direfleksikan oleh LSM di Philipina tersebut sebenarnya sama dengan
yang dialami oleh LSM-LSM di Indonesia.
Kepemimpinan yang efektif mendorong keterlibatan dan partisipasi dari
anggota, staf, serta konstituen LSM dalam seluruh kegiatan LSM untuk menjamin
kesuksesan dan keberlanjutan (keberlangsungan) program dan organisasi.
Anggota dan konstituen LSM perlu bekerjasama dengan eksekutif dan pengurus
yayasan dalam menentukan dan membuat VISI organisasi, mengidentifikasi MISI
yang akan dipilih untuk mencapai visi serta menentukan sasaran yang obyektif
dan realitis.
Sumber daya manusia mempunyai arti semua orang yang terlibat dalam
kerja LSM, yaitu eksekutif, staff, anggota, volunteer, konstituen, donor, dan
pengurus yayasan. LSM perlu memberi insentif yang bervariasi untuk
penghargaan yang sesuai dengan motivasi kerjanya dan juga siap memberi sanksi.
Setiap LSM mempunyai budaya. Budaya ini dimunculkan dalam bagaimana
bekerja, berpikir, serta berperasaan untuk mencapai misi dan respon (tanggapan)
terhadap situasi yang mempengaruhi tujuan, program, dan pelaksanaannya.
Sistem dan prosedur keuangan harus terintegrasi dengan rencana strategis
dan rencana operasional dari suatu LSM, dan harus juga sesuai dengan kebutuhan
donor, serta konstituen. Suatu LSM perlu memiliki sumberdaya keuangan yang
bervariasi. Telah tumbuh kesadaran dalam LSM untuk memiliki donor yang
bervariasi, mengembangkan alternatif sumberdaya dalam komunitas mereka
(misalnya bantuan dalam bentuk barang dan pembayaran untuk layanan yang
diberikan), dan membangun kerjasama dengan perusahaan.
Indikator paling kuat untuk menilai efektivitas dan kesuksesan dari suatu
LSM adalah kualitas layanan mereka, yaitu layanan yang sesuai diberikan dalam
suatu pembiayaan yang selalu efisien. Dalam membangun hubungan kerjasama
yang positif dalam konteks yang lebih besar, LSM harus dikenal oleh pihak-pihak
yang tepat di dalam suatu masyarakat, menjaga kinerjanya, serta memperluas

7
pengaruhnya melalui kerjasama dengan pemerintah, jaringan donor, dan LSM lain
yang bekerja dalam sektor dan wilayah yang sama.

2.2 Sejarah Perkembangan Lembaga Swadaya Masyarakat

Sejarah Perkembangan LSM di Indonesia Istilah LSM didefinisikan secara


tegas dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 8/1990, yang
ditujukan kepada gubernur di seluruh Indonesia tentang Pembinaan Lembaga
Swadaya Masyarakat. Lampiran II dari Inmendagri menyebutkan bahwa LSM
adalah organisasi/lembaga yang anggotanya adalah masyarakat warganegara
Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri berniat serta
bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga
sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara
swadaya.

Dalam Pilot Proyek Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat


(PPHBK) istilah LSM mencakup pengertian LPSM (Lembaga Pengembangan
Swadaya Masyarakat) dan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). PPHBK yang
dikelola oleh Bank Indonesia dimaksudkan menghubungkan Bank (formal)
dengan KSM (non formal) dalam bidang permodalan. Sejak diperkenalkan Bank
Indonesia tahun 1988, skema HBK telah berjalan sangat baik, hingga September
2001, dilaksanakan di 23 propinsi, mencakup lebih dari 1000 kantor bank
partisipan, 257 LPSM, 34.227 kelompok swadaya masyarakat dengan anggota
sekitar 1.026.810 KK, menyalurkan kredit (akumulasi) Rp 331 milyar,
memobilisasi tabungan beku (akumulasi) Rp 29,5 milyar, dan tingkat
pengembalian kredit 97,3%.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian LSM mencakup


dua kategori yaitu KSM dan LPSM. Disamping itu ada kategori ketiga yang
disebut LSM Jaringan, yaitu suatu bentuk kerjasama antara LSM dalam bidang
kegiatan atau minat tertentu, misalnya :

8
1. Sekretariat Bina Desa (SBD), berdiri 1974, merupakan forum dari
LSM yang bekerja di kawasan pedesaan.
2. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), berdiri 1976, merupakan
wadah kebersamaan LSM yang memusatkan perhatian pada upaya
pelestarian lingkungan
3. Forum Indonesia untuk Keswadayaan Penduduk (FISKA), berdiri
1983, merupakan forum LSM yang bergerak dibidang
kependudukan
4. Forum Kerjasama Pengembangan Koperasi (FORMASI), berdiri
1986, merupakan forum LSM yang bekerja mengembangkan
koperasi
5. Forum Pengembangan Keswadayaan (Participatory Development
Forum- PDF), berdiri 1991, merupakan peningkatan dari Forum
Kerjasama LSM -- PBB (NGO - UN Cooperation Forum) yang
didirikan pada 1988. PDF menggabungkan berbagai LSM
berinteraksi dengan Pemerintah, dunia usaha dan badan-badan
Internasional dalam suatu forum untuk mengembangkan peran
serta berbagai aktor dalam pembangunan.

2.3 Jenis-jenis, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi Lembaga Swadaya


Masyarakat
A. Jenis-jenis Lembaga Swadaya Msyarakat

Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada
dapat di kategorikan sebagai berikut :
1. Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang
memberikan dukungan biaya bagi kegiatan ornop lain.
2. Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah
yang melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah
dalam menjalankan kegiatanya.
3. Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu
seperti ornop pendidikan, ornop bantuan hukum, ornop jurnalisme,
ornop kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dll.

9
4. Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang
dari kebijakan pemerintah. Ornop ini bertindak melakukan kritik
dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintah
B. Tujuan Lembaga Swadaya Masyarakat

1. Lembaga swadaya masyarakat perlindungan anak dan perempuan,


LSM ini bertujuan untuk melindungi anak dan kaum perempuan yang
mengalami penganiayaan dan kekerasan serta bentuk tindakan pidana
lainnya. hal ini sangat penting karena wanita di Indonesia masih
banyak terampas haknya sehingga kemungkinan mereka melaporkan
ke polisi mungkin masih sedikit. Jadi, LSM ini akan terus memberi
penyuluhan kepada masyarakat untuk melaporkan segala jenis
tindakan pidana kepada LSM tersebut dan LSM tersebut akan
menyampaikannya kepada pihak yang berwenang.
2. Lembaga swadaya pelindungan TKI dan TKW, hak-hak para pekerja
migran memang kerap kali diabaikan oleh pemerintah oleh karena itu
saat ini bermunculan LSM yang bertujuan untuk melindungi para TKI
dan TKW yang mendapatkan perlakukan tidak pantas di luar negeri
terutama bagi mereka yang menjadi pekerja buruh migrant.
3. Lembaga swadaya masyarakat peduli lingkungan alam, LSM ini
bertujuan untuk mengawasi dan ikut serta dalam perlindungan
lingkungan alam. Biasanya terdapat LSM masing-masing lebih khusus
ranahnya seperti LSM perlindungan hutan, LSM perlindungan flora
dan fauna yang terancam punah, LSM pecinta lautan dan segala yang
ada di dalamnya. LSM dengan tujuan ini juga sudah kian marak
perkembangannya seiring dengan rusaknya alam dan tidak adanya
perhatian pemerintah secara khusus.
4. Lembaga swadaya masyarakat perlindungan terhadap saksi dan
korban, LSM ini bertujuan untuk melindungi mereka yang menjadi
korban dan para saksi pada sebuah kasus baik tindak pidana maupun
perdata. Hal ini dilakukan karena ada banyak korban dan saksi yang
tidak melaporkan tindak kejahatan dikarenakan mereka diancam dan

10
tidak bisa bebas dalam melapor yang menjadi penyebab tawuran antar
sesama korban atau saksi. Nah, LSM ini akan memberikan
perlindungan kepada mereka sehingga para korban dan saksi ini tidak
perlu takut saat melaporkan sebuah tindakan kejahatan.

C. Tugas Pokok Lembaga Swadaya

1. Sebagai wadah yang menampung, memproses, mengelola dan atau


2. Melaksanakan semua bentuk aspirasi masyarakat dalam bidang
pembangunan;
3. Menumbuh kembangkan jiwa dan semangat serta memberdayakan
masyarakat dalam pembangunan;
4. Melaksanakan, mengendalikan dan mengawasi serta memotivasi
masyarakat secara dalam memelihara hasil pembangunan secara
berkesinambungan;
5. Turut serta menciptakan suasana yang kondusif;

D. Fungsi Lembaga Swadaya Masyarakat

1. Sebagai wadah organisasi yang menampung, memproses,


mengelola dan melaksanakan semua aspirasi masyarakat dalam
bidang pembangunan terutama pada bagian yang kerap kali tidak
diperhatikan oleh pemerintah.
2. Senantiasa ikut menumbuhkembangkan jiwa dan semangat serta
memberdayakan masyarakat dalam bidang pembangunan, ini
merupakan salah satu fungsi utama dari pembentukan lembaga
swadaya masyarakat itu sendiri.
3. Ikut melaksanakan, mengawasi, memotivasi dan merancang proses
dan hasil pembangunan secara berkesinambungan tidak hanya pada
saat itu juga. Dalam hal ini LSM harus memberikan penyuluhan
langsung kepada masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam
pembangunan.

11
4. LSM juga harus ikut aktif dalam memelihara dan menciptakan
suasana yang kondusif di dalam kehidupan masyarakat bukan
sebaliknya justru membuat keadaan menjadi semakin kacau dengan
adanya isu-isu palsu yang meresahkan masyarakat.
5. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah penyalur aspirasi
atas hak dan kewajiban warga negara dan kegiatan dari masyarakat
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing
Lembaga swadaya masyarakat.
6. Lembaga swadaya masyarakat juga harus ikut menggali dan
mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggotanya
sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam hal ini sangatlah penting karena jika anggota dalam
lembaga swadaya masyarakat tidak memiliki potensi sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan akan menjadikan LSM seperti halnya
mayat hidup, yang ada keberadaannya namun tidak memiliki
nyawa di dalamnya.
7. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah yang ikut aktif
dalam perannya mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.
Serta dalam hal ini ikut menjaga kedaulatan negara serta menjaga
ketertiban sosial.
8. Sebagai salah satu cara bagi masyarakat untuk memberikan
asiprasinya, kemudian aspirasi ini ditampung oleh lembaga
swadaya masyarakat sesuai dengan tujuan LSM itu sendiri dan
kemudian akan disalurkan kepada lembaga politik yang
bersangkutan guna mencapai keseimbangan komunikasi yang baik
antara masyarakat dan pemerintahan seperti politik luar negeri
Indonesia

12
2.4 Keunggulan dan Ciri-ciri Lembaga Swadaya Masyarakat

 Keunggulan Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat mempunyai banyak kelebihan


apabil dibandingkan dengan jenis organisasi lain. Kelebihannya
antara lain :

1. LSM dekat dengan masyarakat menengah ke bawah dan


merupakan organisasi yang terbuka sehingga memudahkan
informasi ke atas.
2. LSM mempunyai ektefitas biaya dan bebas dari yang apa
namanya korupsi.
3. LSM mempunyai pegawai yang semangat kerja dan
motivasinya sangat tinggi.
4. LSM mampu menerima feedback dengan baik.

 Ciri-ciri Lembaga Swadaya Masyarakat

Banyak yang belum bisa membedakan Lembaga Swadaya


Masyarakat dengan organisasi-organisasi lain yang ada di
Indonesia. Ada beberapa ciri-ciri yang sangat lekat dengan LSM :

1. Bukan bagian dari pemerintah, negara, ataupun birokrasi.


2. Dibuat tidak dengan tujuan untuk mendapatkan uang
3. Kegiatan yang sering dibuat didasari oleh untuk kepentingan
masyarakat

2.5 Hak dan Kewajiban Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat berhak untuk :

 Menyusun rencana kegiatan serta mengadakan berbagai kegiatan dalam


mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama antara anggota LSM

13
 Menunjang dan mempertahankan nama baiknya saat menyelenggarakan
program kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat dan para anggotanya.
 Lembaga swadaya masyarakat berhak untuk melakukan hal atas hak-hak
yang telah dimilikinya.
 Mempertahankan hak keberlangsungan lembaga swadaya masyarakat
tersebut sesuai dengan tujuan LSM tersebut.
 Melakukan koordinasi dengan para anggota LSM untuk menjalankan
tujuan dan mempertahankan keberlangsungan hidup LSM tersebut.

Selain hak yang diperoleh lembaga swadaya masyarakat di atas, LSM juga
berkewajiban untuk :

 Memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dengan sumber


pemasukan dan pengeluaran yang jelas.
 Senantiasa ikut serta dalam menghayati, mengamalkan dan mengawasi
jalannya pemerintahan berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar.
(baca : manfaat UUD Republik Indonesia)
 Mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan golongan, lebih
mementingkan kepentingan negara dari pada mementingkan kepentingan
perorangan dan senantiasa ikut serta dalam mengamankan negara kesatuan
republik Indonesia.
 Ikut memfasilitasi atau menghubungkan antara pemerintah dan masyarakat
terutama dari bawah ke atas karena hal ini kerap kali diabaikan.

2.6 Dinamika gerak LSM dalam periodesasi zaman pra-orba, pasca orba dan
reformasi

Jika melihat historisnya, lsm cukup fenomenal di awal-awal tahun


kemunculannya. Muncul sebagai pembangunan yang bersifat parsipatif. Mereka
sering bersebrangan dengan paradigma yang dikembangkan pemerintah.krisis
terhadap kebijakan pemerintah dan berusaha menyeimbanginya. Pada masa-
dahulu, beberapa lsm yang muncul berupaya menumbuhkan kesadaran kritis
masyarakat.

14
A. Periodesasi perkembangan LSM di zaman pra-ORBA

Perkembangan menuju lahirnya LSM di Indonesia pada zaman Soekarno atau


zaman Pra-Orba, tidak lepas dari situasi dan keadaan ekonomi saat itu, dimana
pada tahun 1950-an terjadi ketidakstabilan ekonomi nasional dan jatuh bangunnya
kabinet parlementer[4], menimbulkan kegoncangan pemerintahan republic
Indonesia yang masih baru itu. Tetapi keadaan dari situasi local,nasional dan
global yang saling berkaitan itu alternative gerakan pembangunan saat itu juga
gencar dilakukan oleh masyarakat sekitar, bahkan sebelum bibit-bibit munculnya
lsm di zaman ini tidak lepas dari pergerakan sejarah sebelumnya sejak zaman pra-
kemerdekaan ketika organisasi non pemerintahan yang masih dipegang oleh
jepang saat itu lahir dalam bentuk lembaga keagamaan yang sifatnya social,
lembaga non-pemerintahan yang dalam arti mengkonsolidasikan masyarakat
untuk segera melakukan percepatan persiapan kemerdekaan (cikal bakal
BPUPKI).

Di tahun 50-an tercatat muncul LSM yang kegiatannya bersifat alternative


terhadap program pemerintahan, dua pelopornya yaitu misalnya LSD (Lembaga
Sosial Desa) dan Perkumpulan Keluarga Kesejahteraan Sosial.

Di tahun 60-an lahir beberapa lembaga yang bergerak terutama dalam


pengembangan pedesaan.pendekatan dengan proyek usaha mikro yang merintis
jalannya lahir jaringan nasional ekonomi pedesaan yang berbentuk Yayasan Tani
yang dimana sejak zaman Orde Baru yayasan ini berkembang menjadiBina Desa /
Bina swadaya.[5] Situasi politik di akhir tahun 1960-an yang biasa kita dengar
dengan istilah “politik komando”, lsm saat itu memiliki motivasi
memperjuangkan agar pembangunan mendapat tempat yang memadai yaitu
melalui upaya-upaya peningkatan keswadayaan rakyat kecil, para petani didesa-
desa.

B. Periodesasi perkembangan LSM di zaman ORBA

Pada era orde baru, strategi pembangunan LSM di Indonesia menurut David
Korten [6]dikelompokkan menjadi 3 genarasi, yaitu: generasi bantuan dan

15
kesejahteraan, generasi keswadayaan dalam skala local dan generasi
pembangunan yang berkelanjutan. Strategi pembangunan yang dikembangkan
oleh LSM ini tidak terlepas dari kebijakan LSM international yang juga
mendukung program yang bersifat karitatif.

Generasi pertama, bantuan yang diberikan lebih kepada penanganan


kelaparan akibat banjir, akibat perang, dipengungsian dan bencana alam lainnya,
seperti: distribusi pangan, penyediaan tempat penampungan dan pengiriman tim
kesehatan.

Generasi kedua, yang muncul pada tahun 1970-an menurut Korten,


merupakan reaksi atas keterbatasan pendekatan bantuan dan kesejahteraan sebagai
strategi pembangunan. Pada generasi kedua ini LSM mulai melakukan
pengembangan masyarakat dengan penekanan pada swadaya local, seperti:
memperbaiki cara-cara bertani, memperbaiki infrastruktur local, pelayanan
kesehatan yang bersifat pencegahan, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah,
namun difokuskan pada wilayah-wilayah yang tidak terjangkau atau tidak
memadainya layanan pemerintah.

Generasi ketiga LSM sudah mengembangkan alternatif-alternatif baru yang


berbeda dengan pemerintah, namun mendukung modernisasi dan developmentalis
yang merupakan idiologi kapitalis yang selama ini dianut oleh pemerintah.
Artinya pada era orde baru LSM juga menggunakan paradigma developmentalis,
walaupun LSM mengerjakan apa yang tidak dikerjakan oleh pemerintah, tetapi
berada pada pola pemerintah.Setelah selama sekitar dua dasawarsa (1970-an –
1980-an) LSM bekerja tidak terjadi perubahan yang berarti pada masyarakat, baru
menyadari bahwa pendekatan developmentalis bukan suatu solusi melainkan
bagian dari masalah itu sendiri, sebab pendekatan tersebut malah menciptakan
ketergantungan. Dan setelah dikaji lebih dalam pendekatan developmentalis dan
modernisasi adalah bungkus baru dari kue lama kapotalisme.

Kemudian pada awal dasawarsa 1990-an, para aktivis LSM mulai melakukan
refleksi kritis terhadap peran, misi dan visi gerakannya. Para aktivis LSM saling
mempertanyakan kompetensi methodologis dan tehnis antar aktivis LSM dalam

16
memfasilitasi proses perubahan di Indonesia. Dalam berbagai pertemuan LSM,
selalu dilakukan outokritik, bahkan terjadi konflik antar aktivis LSM yang
mendukung perlunya pembangunan untuk menolong rakyat miskin dengan
aktivis LSM yang mulai ingin memperjelas perspektif idiologis, paradigma dan
landasan teoritis aktivis LSM tentang perubahan social. Ini yang membuat LSM
dizaman Soeharto LSM tidak begitu diminati banyak orang. Posisi lsm yang
berada diluar struktur pemerintahan membuat mereka tidak mau dikoptasi oleh
Negara. Lagipula pada zaman tersebut LSM lebih banyak didanai oleh donor
asing[7] misalnya, greenpeace Indonesia yang memiliki jaringan internasional dan
tidak bisa hidup tanpa bantuan dana dari greenpeace internasional. Adapula
contoh-contoh LSM yang lahir akibat dari keadaan pemerintahan politik penguasa
Soeharto adalah LBH,YLKI,LP3S

C. Periodesasi perkembangan LSM di zaman pasca Orba/ Reformasi

Memasuki di era reformasi, sejak masa itu sampai masa kini, perkembangan
lsm di Indonesia semakin pesat, visi, dan misi, pendekatan dan isu beragam.
Perkembangan LSM tidak bisa dilihat lagi secara linier mengikuti waktu dan
urusan generasi ke generasi. Maksudnya ada yang bekerja langsung melayani
masyarakat kecil dengan memperkuat kemampuan mereka, ada yang
memfokuskan kebijakan yang menguntungkan masyarakat bawah pula, ada juga
yang yang berusaha menjembatani berbagai sector : yang kuat dan yang lemah,
yang formal dan yang non-formal, dan berjalan secara serempak, tidak sembunyi-
sembunyi seperti zaman orde baru yang sangat alergi dengan organisasi yang
bersifat oposisi atau non-pemerintah.

Di era keterbukaan ini begitu orde baru tumbang, gerakan lsm ibarat jamur di
musim hujan. Menjadi tren , bahkan menjadi lahan kerja, sedang kegiatan LSM
saat ini meliputi kegiatan yang cukup luas[8] meliputi bidang-bidang lingkungan
hidup, konsumen, bantuan hokum, pendidikan dan latihan, perhutanan social,
koperasi, penerbitan, kesehatan keluarga dan program pengembangan pertanian
dan perjuangan upaya kesejahteraan kaum buruh.[9]

17
Menjamurnya lsm di zaman keterbukaan ini juga menjadi problematika
kedepannya, karena di situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu , solusi
tepat pun tak kunjung datang dari kalangan lsm . banyaknya lsm jadi-jadian
ataupun lsm yang partisan mendukung elite-elite parpol dan penguasa, bahkan
adapula yang menghancurkan gerakan rakyat, itu karena di era keterbukaan ini
bentuk demokrasi yang sudah semakin terbuka dan kepentingan ada dimana-
mana, maka LSM sebagai sebuah organisasi alternative non-pemerintahan pun
tidak luput dari sarat kepentingan.

2.7 Contoh-contoh Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia

1. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), berdiri tahun 1976,


merupakan wadah kebersamaan LSM yang memusatkan perhatian
pada upaya pelestarian lingkungan.
2. Forum Indonesia untuk Keswadayaan Penduduk (FISKA), berdiri
1983, merupakan forum LSM yang bergerak dibidang
kependudukan.
3. Forum Kerjasama Pengembangan Koperasi (FORMASI ) berdiri
1986, merupakan forum lsm yang memberdayakan koperasi.
4. Yayasan LBH Idonesia yang bergerak di bidang bantuan hokum.
5. Indonesia Corupption watch (ICW) komisi masyarakat untuk
penyelidikan korupsi.dan
6. Lingakaran Survei Indonesia (LSI) yang paling berpengaruh
dengan keseimbangan dan relevansinya sebagai alat kekuatan
politik.

2.8 Kekurangan dan Kelebihan Lembaga Swadaya Masyarakat

 Kelebihan Lembaga Swadaya Masyarakat

1. .Jaringan grassroots yang kuat.


2. Kemampuan melakukan inovasi dan beradaptasi, fleksibel dalam
mengadaptasi situasi setempat dan merespon terhadap kebutuhan

18
setempat dan oleh karenanya mampu mengembangkan proyek-proyek
yang terintegarasi dan juga proyek-proyek sektoral.
3. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang paling membutuhkan
dan menciptakan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Metodologi dan tools yang bersifat partisipatif
5. Komitmen jangka panjang dan penekanan pada kesinambungan
6. Efektifitas biaya.
7. Kemampuan berkomunikasi kepada semua tingkatan, mulai dari
tetangga terdekat hingga tingkat tertinggi pada pemerintahan.
8. Kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.

 Kelemahan Lembaga Swadaya Masyarakat

1. Keterbatasan keuangan (tingkat keberlanjutannya rendah)


2. Keterbatasan kapasitas institusi/kelembagaan
3. Tertutupnya/kurangnya komunikasi intern organisasi dan/atau
koordinasi
4. Intervensi dalam skala yang kecil
5. Kurangnya pemahaman akan konteks sosial ekonomi yang lebih luas
6. Sikap terpola (paternalistic) membatasi tingkat keterlibatan partisipatif
dalam desain program/proyek.
7. Terbatasnya cara pendekatan atas suatu masalah atau area.
8. “Kepemilikan teritorial” dari suatu daerah atau proyek mengurangi
kerjasama antara badan-badan, terlihat seperti ancaman atau adanya
persaingan

2.9 Cara Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat

Dalam era reformasi yang menjamin kebebasan berpendapat, berserikat


dan berkumpul saat ini, masih banyak yang bertanya bagaimana cara mendirikan
LSM. Seperti mendirikan organisasi pada umumnya, hal penting yang mendasari
pendirian LSM adalah para pendirinya harus memiliki visi dan tujuan yang sama
tentang kondisi masyarakat atau negara yang diinginkan. Misal masyarakat/negara
yang menghormati, memenuhi dan melindungi HAM; toleran dan mengakui

19
kemajemukan/plural; kuat dan mandiri secara ekonomi; masyarakat adat yang
kuat dan mandiri; hutan dan ekosistem yang terjaga; pemberantasan korupsi;
pendidikan yang merata dan murah; parlemen/pemerintahan yang bersih dan
berwibawa; dan lain-lain.

Jika ingin mendirikan LSM untuk mencapai Visi ini tentunya harus diikuti
dengan kehendak bersama (bukan orang pribadi) untuk berserikat dan berkumpul
dalam satu wadah organisasi. LSM yang benar tidak pernah didirikan hanya oleh
satu orang namun soal ide bisa saja muncul dari satu orang. Jika kesamaan
pandangan, visi dan kehendak untuk berorganisasi sudah ada, maka beberapa
orang tersebut bisa membuat nama LSM yang ingin mereka dirikan, memilih
badan hukum apakah Perkumpulan atau Yayasan (baca juga tulisan: Badan
Hukum Untuk LSM), membentuk struktur, mendaftar ke notaris, dan sebaiknya
daftarkan juga ke pemerintahan daerah setempat (bagi sebagian LSM advokasi,
mendaftar ke pemerintah daerah kadang dihindari).

Selanjutnya, tentu saja menjalankan LSM yang baru didirikan. Rumuskan


program sesuai visi misi awal. Namun akan lebih baik jika di awali dengan
perumusan rencana strategis atau strategic planning. Dari sana akan jelas program
dan kegiatan yang ingin dilaksanakan. Karena LSM bukanlah organisasi profit,
program yang telah disusun perlu dukungan pendanaan. Tapi ingat, pendanaan ini
bukan untuk pendiri dan pengurus LSM, namun semata-mata untuk program yang
akan dijalankan dan biaya operasional yang hitungannya pantas untuk itu. Tentang
sumber pendanaan LSM bisa dibaca di tulisan berjudul: Sumber Dana LSM

Hal penting lainnya untuk diingat dalam mendirikan LSM adalah motivasi
para pendirinya. Jangan heran melihat ada LSM yang didirikan hanya untuk
mendapatkan peluang proyek (terutama dari pemerintah), untuk memeras pihak-
pihak tertentu, untuk menjaga kekuasaan atau melindungi kepentingan seseorang
atau kelompok, sebagai batu loncatan meraih posisi politik tertentu, atau yang
terang-terangan untuk mencari kekayaan melalui LSM. LSM-LSM seperti ini ada
karena motivasi yang salah dan sudah sangat melenceng dari hakikat LSM itu
sendiri. Banyak organisasi yang berkedok LSM untuk maksud-maksud yang tidak

20
baik dan ini sudah menjadi masalah umum di Indonesia. Makanya jika anda ingin
mendirikan LSM, awali lah dengan niat untuk maksud yang baik demi
pembangunan sosial dan kepentingan masyarakat luas

3.1 Bentuk Organisasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat

Secara umum bentuk organisasi dari LSM dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:

1. Lembaga Mitra Pemerintah

Lembaga ini bekerja sama dengan pemerintah dalam menjalankan program-


program pemerintah. Dana yang digunakan bisa berasal dari pemerintah atau
dari lembaga donor lainnya. Ibarat simbiosis mutualisme, peran Pemerintah dan
LSM disini saling bantu membantu dan melengkapi satu sama lain. LSM
melakukan identifikasi di lapangan yang riil terhadap kebijakan yang akan
dilakukan Pemerintah. Sedangkan Pemerintah atau lembaga donor lainnya
memberikan kucuran dana dan teknis pelaksanaan kepada LSM tersebut.
Sehingga ada balancing policy antara LSM dan Pemerintah. Contoh LSM
seperti ini adalah Lembaga Pangan Independent (LPI) yang biasa menyalurkan
pupuk dan benih kepada petani dan Indonesia.

2. Lembaga Donor yang Mengumpulkan Dana

Lembaga ini dibentuk untuk menyalurkan kepada lembaga dan masyarakat yang
membutuhkan. Dalam fungsinya sebagai lembaga donor, LSM dimungkinkan
untuk diberi kepercayaan oleh masyarakat mengemban tugas tertentu. Seperti
tempat penggalangan dana untuk korban bencana alam, penggalangan dana dan
sembako ketika hari raya keagamaan dan lain-lain. Dalam fungsi ini mungkin saja
LSM melakukan kesalahan-kesalahan ataupun penyelewengan. Disinilah dituntut
tanggung jawab dan juga transparansi LSM dalam melakukan tugasnya. Contoh
LSM yang berbentuk seperti ini di Indonesia seperti, Lembaga Pundi Amal, Tali
Kasih Indonesia, dan lain-lain.

3. Lembaga profesional

21
Bekerja berdasarkan satu isu berkaitan dengan profesi tertentu, misalnya:
kesehatan, ekonomi, HAM, kriminalitas dan lainnya. Lembaga ini punya andil
yang besar dalam mengusut dan juga menginvestigasi kasus-kasus yang berkaitan
tentang suatu permasalahan. Contohnya, ketika kasus pembunuhan aktivis HAM
Munir, dibentuk sebuah LSM yang bertugas mencari fakta tentang kasus tersebut.
Beberapa waktu kemudian LSM ini diubah fungsinya oleh Pemerintah sehingga
menjadi sebuah organisasi independent yang biayanya ditanggung Pemerintah.
Contoh lainnya adalah LSM Peduli Rakyat Lapindo (PRL) yang dengan sukarela
membantu korban bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo, dengan menggalang
dana dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat Korban bencana.

4. Lembaga oposisi

Menjadi oposisi pemerintahan dan mengkritik kebijakan pemerintah dan


menjalankan program berdasarkan kritik tersebut atau alternatif lainnya. LSM
semacam bisa kita ambil contoh seperti ICW (Indonesian Corruption Watch) yang
biasa menginvestigasi dan mengkritik kasus-kasus korupsi yang dilakukan baik
oleh birokrat maupun anggota legislatif (DPR).
Karena LSM adalah organisasi/lembaga yang anggotanya adalah masyarakat
warganegara Republik Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri
berniat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh
organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan
kepada pengabdian secara swadaya,

maka secara tidak langsung pihak-pihak yang terlibat antara lain:

1. Warga/masyarakat sekitar yang terlibat


2. Sukarelawan yang menjadi anggota LSM
3. Pemerintah daerah sekitar.

Selain pihak diatas, LSM juga menjalin kerjasama tergantung dari jenis
LSM maupun pihak yang di ikut sertakan dalam kegiatan tersebut. Bisa dari pihak
tersebut antara lain: petugas kemanan, Lembaga/Instansi yang kiranya terlibat,

22
dukungan dari partai politik, dll.
Untuk mewujudkannya di perlukan konsistensi dalam sebuah anggotanya, yang
mana itu merupakan komponen acuan penyelenggaraan. Menurut Drs. Bambang
Ismawan, MS komponen tersebuat yaitu:

1) Kelompok swadaya perlu berorientasi pada upaya peningkatan


pendapatan. Dalam rangka ini perlu diupayakan terus-menerus
pemahaman dan peningkatan penyelenggaraan ekonomi rumah tangga
yang efektif, pemupukan modal swadaya serta pengembangan usahausaha
produksi dan pemasaran.
2) Kelompok swadaya perlu bersikap terbuka, yaitu terbuka terhadap
gagasan-gagasan baru serta terbuka terhadap kerjasama baru untuk
mencapai tingkat skala usaha yang lebih besar.
3) Kelompok swadaya perlu diselenggarakan dengan prinsip-prinsip
demokrasi dan partisipasi yang tinggi di antara anggota. Dalam rangka ini
perlu didorong agar pertemuan anggota dapat diselenggarakan secara ajeg
dan teratur satu bulan atau satu minggu sekali, pengurus dipilih dari antara
anggota, diselenggaraan secara teratur program pendidikan kader,
administrasi yang tertib dan terbuka, serta perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian kegiatan secara partisipatif.

Untuk mencapai kemantapan dalam pengetrapan kerangka acuan tersebut,


diperlukan proses pengentalan atau internalisasi di dalam kelompok swadaya
dengan tahap-tahap :

 penggalian motivasi,
 konsolidasi organisasi,
 penumbuhan dan pengembangan usaha,

Dalam menjalankan tugasnya LSM mempunyai karakteristik tertentu. Adapun


yang berhubungan dengan proses demokrasi antara lain:

23
1. Lebih khusus berperan sebagai “agen pembangunan” bagi masyarakat
lokal saat masyarakat melakukan perbandingan dan “bench mark dengan
reference group yang ada, sehingga masyarakat menjadi tahu posisi
mereka berada di mana.
2. LSM adalah lembaga yang memberikan kontribusi kepada perubahan.
Tetapi LSM itu bukan merupakan alat untuk perubahan itu sendiri. LSM
adalah gerakan non-massa. Dia merumuskan dan mengartikulasikan
kekuatan rakyat, serta bersolider dengan rakyat. Tetapi sebetulnya, LSM
sebagai organisasi non-massa, bukan kendaraan untuk perubahan itu
sendiri. Seharusnya organisasi massalah yang melakukan perubahan itu.
Militer, meskipun bukan organisasi massa, bisa melakukan perubahan
karena dia bersenjata. Ormas dan partai politiklah yang tepat. Kalau LSM
memang hanya beberapa orang yang terlibat. LSM bukannya tidak
penting, tetapi untuk perubahan aktual, LSM bukan kendaraan untuk
perubahan.
3. Bekerjasama dengan pemerintah meningkatkan keswadayaan dan
kemandirian masyarakat yang dilayani.
4. LSM adalah lembaga yang tidak semata-mata mencari keuntungan dan
merugikan masyarakat.
5. Dana operasionalnya berasal dari organisasi dan masyarakat yang hasilnya
kembali untuk mereka.
6. Semangat pengorbanan dalam membantu masyarakat demi terciptanya
masyarakat yang sejahtera menjadi motivasinya.
7. Prinsipnya tujuan LSM dari berbagai jaman adalah sama yaitu mencapai
tingkat kemandirian yang lebih tinggi dari masyarakat yang dilayani, tetapi
mereka mempunyai motivasi kerja yang berbeda dari zaman ke zaman.

LSM itu ada Karena masyarakat atau organisasi Indonesia yang secara
sukarela atau kehendak sendiri berniat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu
yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga yang lebih besar lagi sebagai wujud
partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya. LSM juga
berperan serta dalam ketrampilan berorganisasi dan ketrampilan berusaha

24
sehingga mampu untuk memberi pendidikan kader penggerak masyarakat yang
nantinya mampu mencetak masyarakat yang bertanggung jawab pada era
demokrasi ini. Kader – kader yang disiapkan antara lain :

 Kader untuk memimpin organisasi, baik organisasi kepentingan


maupun partai politik
 Kader untuk membentuk dan mengelola kelompok usaha
 Kader untuk penggerak unjuk rasa apabila mogok kerja
 Kader untuk berdialog dengan pemerintah dan pihak lain yang
terkait
 Kader untuk menyiapkan menjadi instruktur ada pelatihan kerja
kaum miskin lainnya.

Dalam mewujudkan kerja untuk keberhasilan LSM dalam memberdayakan kaum


miskin banyak ditentukan pendamping dalam berbagai kegiatan
pemberdayaannya. Mendampingi kaum miskin dapat dilakukan antara lain daam
kelompok usaha, memimpin organisasi kepentingan, memimpin partai politik
tingkat kecamatan dan desa derta melaksanakan unjuk rasa, dengan
pendampingan yang baik akan mempuat kaum miskin lebih cepat maju dalam
menumbuhkan rasa percaya diri merekas sehingga dengan seiring berjalannya
waktu maka proses pemberdayaan ini akan berhasil menjadi bertanggung jawab.
Adapun aspek yang melibatkan LSM hadir yaitu:

 Aspek dalam Pemerintahan

Aspek Regulasi. Terkait dengan regulasi, kenyataan yang ditemukan


menunjukkan bahwa berbagai regulasi di tingkat pusat dan daerah direspon secara
beragam oleh kalangan OMS (Organisasi Masyarakat Sipil). Masalah-masalah
yang ditemui dalam kaitannya dengan regulasi antara lain:

1) Kurang Maksimalnya Sosialisasi

Yang dilakukan sehingga regulasi tidak dipahami secara proporsional oleh


kalangan aktivis OMS

25
2) Konsistensi

Penegakan aturan yang beragam di berbagai daerah khususnya sejak era


pasca Orde Baru (era reformasi) dimana ada aturan yang diabaikan sementara di
pihak ada aturan yang berusaha ditegakkan namun tidak direspon secara sama dan
konsisten oleh aparat pemerintah di daerah, bahkan termasuk oleh kalangan LSM
sekalipun

3) Adanya Variasi Implementasi Berbagai

Aturan pada setiap daerah yang disesuaikan dengan lingkungan sosial politik di
daerah bersangkutan.

Aspek Partisipasi. Dalam hal peran pemerintah untuk menciptakan ruang


partisipasi yang terbuka, pada umumnya di berbagai daerah dikritik oleh kalangan
LSM. Jika diletakkan dalam kerangka pembangunan demokrasi dan upaya
pengembangan masyarakat sipil, menurut mereka, ruang partisipasi yang
diberikan kepada warga itu sebenarnya masih terbatas, bukan partisipasi yang
memberikan posisi warga secara bersifat otonom, tetapi lebih pada konteks
partisipasi yang meletakkan posisi warga sebagai objek atau justifikasi belaka.
Meskipun banyak yang mengakui bahwa dibanding era Orde Baru, kondisi
partisipasi yang berkembang sekarang lebih baik, namun hal itu dinilai masih
sesuai yang diharapkan.

Aspek Pendanaan dan Pemberdayaan Dalam banyak hal, dana pemerintah


jumlahnya banyak dikiritik oleh kalangan OMS khususnya LSM karena dianggap
terlalu mensyaratkan prosedur yang rumit untuk memperolehnya Terkait dengan
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah, oleh banyak
kalangan. OMS pola pendekatannya dianggap masih menggunakan pendekatan
“proyek”, bukan pada substansi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini
mengakibatkan program pemberdayaan dan dana pemerintah tidak hanya ditolak
namun bahkan ditentang oleh banyak OMS yang menuntut agar yang dijadikan
penekanan adalah pendekatan partisipatif dengan melibatkan suara dan

26
perwakilan masyarakat yang sesungguhnya yang lebih dekat dengan aktivitas dan
dapat ditangkap lebih mendalam oleh OMS.

Akses Informasi. Dalam hal akses informasi, kalangan LSM umumnya


menganggap masih terbatas. Umumnya kalangan OMS menganggap bahwa
pemerintah kurang menunjukkan keterbukaan ketika mereka hendak mengakses
infromasi yang dibutuhkan. Dalam mengakses informasi-informasi publik
katakanlah seperti anggaran, kalangan OMS kebanyakan merasa menghadapi
kesulitan. Jika akhirnya mereka memperoleh informasi, lebih sering menggunakan
pendekatan personal dengan pemerintah.

 Aspek di Masyarakat

Secara umum di berbagai daerah kenyataan yang ditemukan menunjukkan bahwa


kepercayaan (trust) masyarakat terhadap OMS masih tetap bertahan. Meski
demikian, ada hal yang menarik juga perlu dicatat yaitu bahwa di banyak daerah
tertentu di sisi lain justeru tidak dapat juga diabaikan terdapatnya gejala adanya
degradasi atau distrust yang menunjukkan terjadinya kemerosotan kepercayaan
masyarakat terhadap OMS khususnya LSM. Dalam kaitannya dengan nilai-nilai
lokal yang ada di suatu masyarakat, pada kenyataannya nilai-nilai tersebut ada
yang mendukung perkembangan masyarakat sipil dan di sisi lain ada pula yang
sifatnya menghambat. Walaupun konflik antara LSM dengan masyarakat tidak
pernah terjadi secara terbuka dan kalaupun tentu mungkin sangatlah kasuistik, di
berbagai daerah keberadaan OMS khususnya LSM tidak begitu mendapatkan
kepercayaan yang meluas untuk menjadi motor perubahan. Keberadaan LSM
tidak dianggap sebagai problem solver untuk setiap masalah sosial. Karena itu
pula, secara aktual LSM cenderung memiliki konstituen yang terbatas, tergantung
pada isu yang diperjuangkannya seperti misalnya untuk pengembangan desa atau
komunitas binaan dan garapan isu-isu yang spesifik lainnya. Hal ini menjadi
keterbatasan bagi LSM karena tidak mungkin menekuni semua bidang isu yang
justru amat kompleks dalam problem kehidupan keseharian masyarakat Akses
Informasi. Dalam hal akses informasi, kalangan LSM umumnya menganggap
masih terbatas. Umumnya kalangan OMS menganggap bahwa pemerintah kurang

27
menunjukkan keterbukaan ketika mereka hendak mengakses infromasi yang
dibutuhkan. Dalam mengakses informasi-informasi publik katakanlah seperti
anggaran, kalangan OMS kebanyakan merasa menghadapi kesulitan. Jika
akhirnya mereka memperoleh informasi, lebih sering menggunakan pendekatan
personal dengan pemerintah.

3.2 Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam kehidupan berdemokrasi di


Indonesia

LSM mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi


di Indonesia, karena lembaga tersebut mempunyai kedekatan yang lebih terhadap
masyarakat sekitarnya. Peran LSM tersebut antara lain:

1. Memberikan informasi satu arah misalnya lewat media masa, poster,


pembagian dokumen lewat pemda.
2. Memberikan pertukaran informasi dua arah yang melibatkan masyarakat:
kunjungan kedesa / rumah dan Tanya jawab, pertemuan khusus dengan
peserta-peserta yang diundang, pengumpulan pendapat, dan pengetahuan
dengan metode belajar bersama, bertindak bersama.
3. Masyarakat mendapatkan media sebagai penyalur inspirasinya yang dapat
diperjuangkan sekuat tenaga dengan dukungan LSM dan piha-pihak terkait
4. Masyarakat lebih mengenal lebih dekat LSM, bahwa pada saat ini ada
ratusan, bahkan ribuan LSM dengan full-timer. Bahkan ada yang lebih
besar organisasinya dengan ratusan tenaga full-timer.
5. Ada yang bekerja langsung melayani masyarakat kecil dengan
memperkuat kemampuan mereka.
6. Ada yang mengkhususkan kegiatan memperjuangkan kebijakan yang
menguntungkan masyarakat bawah.
7. Ada pula yang berusaha menjembatani berbagai sektor : yang kuat dengan
yang lemah, yang formal dengan non formal, inti dan plasma, tradisional
dan modern
8. Ada pula yang melaksanakan hal-hal tersebut secara serempak. Sedang
bidang kegiatan LSM saat ini meliputi kegiatan yang cukup luas, meliputi

28
bidang-bidang lingkungan hidup, konsumen, bantuan hukum, pendidikan
dan latihan, perhutanan sosial, pengairan, koperasi, penerbitan, kesehatan
dan keluarga berencana, dan pengembangan pedesaan dan pertanian dan
lain-lain.

LSM sebagai bentuk Civil Society secara institusional bisa diartikan sebagai
pengelompokan dari anggota-anggota masyarakat sebagai warga Negara mandiri
yang dapat dengan bebas dan egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis
mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada
umumnya. Termasuk didalamnya adalah jaringan-jaringan, pengelompokan-
pengelompokan sosial yang mencakup mulai dari rumah tangga organisasi-
organisasi sukarela, sampai dengan organisasi-organisasi yang mungkin pada
awalnya dibentuk oleh negara, tetapi melayani kepentingan masyarakat yaitu
sebagai perantara dari Negara disatu pihak dan individu dan masyarakat dipihak
lain. Namun demikian, LSM harus diartikan sebagai komponen publik dan civic.
Hal ini menandaskan keharusan adanya kebebasan dan keterbukaan untuk
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat serta kesempatan yang sama
dalam mempertahankan kepentingan-kepentingan di depan hukum, termasuk hak
gugat LSM.

Dalam pada itu, LSM sebagai civil society yang reflektif ini pun mengisyaratkan
pentingnya wacana publik dan oleh karena itu sekaligus keberadaan sebuah ruang
publik yang bebas. Pada ruang publik yang bebaslah, secara normatif, individu-
individu dalam posisinya yang setara, dapat melakukan pembelaan hukum dan
praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Secara filosofis, ia
dapat diartikan sebagai ruang dimana anggota masyarakat sebagaiwarga Negara
mempunyai akses sepenuhnya terhadap semua kegiatan publik. Mereka berhak
melakukan kegiatan-kegiatan secara merdeka di dalamnya, termasuk
menyampaikan pendapat secara lisan atau tertulis. Ruang Publik, secara
institusional termasuk wewenang menggugat tempat-tempat pertemuan umum,
parlemen, dan sekolah-sekolah.

29
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM, Partisipasi Masyarakat di atur dalam Bab
VIII Undang-Undang No.39 Tahun 1999, yang terdiri dari Pasal 100 sampai
dengan Pasal 103 mengandung kaidah yang penting mengenai partisipasi
masyarakat. Ditegaskan bahwa setiap orang, kelompok, organisasi politik,
organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga
kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakkan
dan pemajuan hak asasi manusia juga untuk menyampaikan laporan mengenai
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, untuk mengajukan usulan mengenai
perumusandan kebijakan yang berkaitan dengan HAM. Pasal 100 dan Pasal 101
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM tersebut, membuka peluang diterimanya
pengakuan hukum LSM, sehingga LSM dapat memiliki askes publik dalam
rangka kontrol terhadap pelayanan publik.

Dengan memahami informasi-informasi yang berpengaruh terhadap keberhasilan


penyelenggaraan kelompok swadaya, dapatlah kemudian disusun program-
program pengembangan yang merupakan peran LSM untuk mendorong
keberhasilan penyelenggaraan kelompok swadaya. Berdasarkan pengalaman ada 5
(lima) program pengembangan yang dapat disusun untuk mendorong keberhasilan
kelompok swadaya yang disalurkan melalui tenaga-tenaga pendamping kelompok,
yaitu :

1. Program Pengembangan sumber daya manusia, meliputi berbagai kegiatan


pendidikan dan latihan baik pendidikan dan latihan untuk anggota maupun
untuk pengurus yang mencakup pendidikan dan letihan tentang
ketrampilan mengelola kelembagaan kelompok, ketrampilan teknik
produksi, maupun ketrampilan mengelola usaha.
2. Program pengembangan kelembagaan kelompok, dengan membantu
menyusun peraturan rumah tangga, mekanisme organisasi, kepengurusan,
administrasi dan lain sebagainya.
3. Program pemupukan modal swadaya, dengan membangun sistem
tabungan dan kredit anggota serta menghubungkan kelompok swadaya
tersebut dengan lembaga-lembaga keuangan setempat untuk mendapatkan
manfaat bagi pemupukan modal lebih lanjut.

30
4. Program pengembangan usaha, baik produksi maupun pemasaran, dengan
berbagai kegiatan studi kelayakan, informasi pasar, organisasi produksi
dan pemasaran dan lain-lain.
5. Program penyediaan informasi tepat guna, sesuai dengan kebutuhan
kelompok swadaya dengan berbagai tingkat perkembangannya. Informasi
ini dapat berupa eksposure program, penerbitan buku-buku maupun
majalah-majalah yang dapat memberikan masukan-masukan yang
mendorong inspirasi ke arah inovasi usaha lebih lanjut.

Membawakan peran nyata dalam masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran


pembangunan, baik dalam pertanian dan pedesaan, dengan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan tersebut diatas, keberadaan LSM yang banyak itu akan
berdampak positif seperti antara lain:

1. Dampak dalam Aspek Sosial

Melalui proses pendidikan yang diberikan kepada kelompok swadaya diharapkan


wawasan pemikiran mereka pun semakin meningkat sehingga mempunyai
kemampuan untuk memikirkan banyak alternatif dalam usaha mencukupi
kebutuhan hidup. Peningkatan pendidikan yang terjadi pada kelompok swadaya
dapat melalui dua jalur, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Peningkatan
pendidikan secara langsung terjadi apabila kelompok swadaya mendapatkan
penyuluhan, pelatihan, konsultasi, dan sebagainya. Sedangkan, peningkatan
pendidikan secara tidak langsung terjadi sejalan dengan terintegrasinya orang-
orang desa dalam suatu kelompok swadaya. Melalui kelompok tersebut setiap
anggota berinteraksi menumbuhkan kesadaran akan posisi mereka. Penyadaran
diri merupakan langkah awal untuk memulai memikirkan alternatif-alternatif baru
yang mungkin dapat ditempuh dalam usaha memperbaiki tingkat kehidupan. Di
samping itu, dengan adanya kesadaran akan posisi yang dimilikinya menyebabkan
kelompok swadaya berani memperjuangkan hak-hak mereka dengan
mengaktualkan potensi yang ada pada mereka serta mengikis kelemahan-
kelemahan yang ada.
Melalui aktifitas yang dilakukan, intervensi pembinaan membantu pemecahan

31
permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat dalam kelompok masyarakat.
Melalui sistem pendekatan terlibat langsung dengan kelompok, pola pembinaan
bersama kelompok yang bersangkutan mampu mengidentifikasikan permasalahan
yang dihadapi secara mendalam. Akibatnya penanganan terhadap masalah yang
dihadapi kelompok dapat dilakukan secara tepat sasaran dan lebih tuntas. Di
Samping itu, berkat interaksi yang intens antara para pembina dengan kelompok,
sementara para pembina telah dilatih secara khusus dan selalu diberikan masukan
untuk meningkatkan kemampuannya dalam membina kelompok dan
menghubungkannya dengan berbagai pelayanan setempat, maka terjadilah proses
transformasi sosial.

1. Dampak dalam Aspek Ekonomi

Dalam, bidang ekonomi, intervensi pembinaan akan mampu mendorong


masyarakat kecil untuk melakukan pemupukan modal. Selama ini faktor yang
selalu dikemukakan tentang penyebab tidak berhasilnya masyarakat miskin dalam
memperbaiki kehidupan adalah karena mereka tidak mampu untuk melakukan
pemupukan modal yang dapat dipergunakan sebagai pengembangan usaha.
Dengan sistem kelompok, maka modal yang kecil dari setiap warga dapat
berkembang menjadi besar, sehingga dapat dipergunakan sebagai modal usaha. Di
samping itu, dengan adanya modal yang terkumpul dapat mengundang partisipasi
dana lebih besar dari pihak ketiga. Saat ini terbuka kemungkinan Bank melayani
kelompok-kelompok swadaya yang berstatus non formal. Kemampuan
permodalan kelompok yang semakin bertambah memberikan peluang semakin
besar untuk mengembangkan usaha produktif.

Usaha produktif yang dilakukan kelompok menyebabkan terbukanya kesempatan


kerja atau usaha bagi kelompok itu sendiri maupun masyarakat luas. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa satu usaha produktif yang dilakukan, misalnya
peternakan atau industri kecil, tentu memerlukan usaha lain untuk menunjang
keberhasilan usaha produktif pokok. Usaha-usaha lain dari usaha pokok inilah
yang membuka kesempatan kerja baru (diversifikasi) dan peningkatan pendapatan
warga masyarakat.

32
1. Dampak dalam Aspek Kemasyarakatan

Proses interaksi didalam kelompok dengan sesama anggota maupun dengan


berbagai sumber pelayanan dan pembinaan semakin meningkatkan wawasan
berbangsa dan bernegara. Adanya kelompok sebagai wadah mengaktualisasikan
diri warga masyarakat pedesaan menyebabkan mereka merasa terlibat dalam
proses pembangunan. Keterlibatan mereka dalam pembangunan tidak lagi pasif,
tetapi menjadi aktif karena telah turut berusaha dalam berbagai kegiatan produktif
yang memberikan andil dalam sistem perekonomian yang lebih luas.
Kesadaran untuk turut berperan serta dalam kegiatan kelompok tersebut
mempunyai dampak lebih lanjut, yaitu adanya kesediaan mereka untuk
berpartisipasi dalam program-program pembangunan yang ditawarkan
pemerintah. Proses pengembangan kemandirian dan kesadaran berpartisipasi telah
menjembatani kesenjangan sosial di tingkat lokal. Dengan menyempitnya
kesenjangan sosial berarti stabilitas sosial politik pun dapat terus berlanjut.
Sementara itu, pengalaman lapangan LSM yang merupakan hasil kaji tindak
(participatory action research) dapat merupakan rekomendasi bagi perbaikan dan
peningkatan dari pendekatan pembangunan.

33
BAB III

PENUTUP

3.3 Kesimpulan

LSM dan pemerintah (negara) merupakan mobilisator yang sama


tujuannya yaitu membangun negeri menuju yang lebih baik. LSM cenderung
melakukan aksi daripada teori dalam melaksanakan pembangunan negeri.
Bersama pemerintah, LSM membangun negeri menuju masa depan yang lebih
baik, dan kini LSM dapat disebut sebagai partner-nya pemerintah untuk
melaksanakan pembangunan, meskipun pelaksanaan program-program LSM
masih dibatasi oleh pemerintah agar pembangunan bangsa dapat terprogram tetapi
demokratisasi tetap dianut. Oleh karena itu, sebagai penerus bangsa sepatutnya
turut berperan dalam melakukan pembangunan agar tidak terjadi pemusatan
kekuasaan pada pemerintah

Hubungan negara masyarakat sipil di Indonesia sangat dipengaruhi oleh


konteks lokal (budaya masyarakat dan budaya politik), karakter organisasi
masyarakat sipil (SDM dan manajemen, finansial, model gerakan, jaringan), dan
dinamika ekonomi politik lokal dan nasional. Fakta-fakta yang ada menunjukkan
bahwa ciri-ciri khusus daerah seharusnya menjadi perhatian dalam perencanaan
pengembangan masyarakat sipil. Organisasi masyarakat sipil merupakan potensi
penting bagi proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Terdapat banyak LSM di
tingkat lokal yang telah memiliki kapasitas yang memadai dan mampu memberi
pengaruh positif dalam mengelola hubungan negara dan masyarakat sipil. LSM
umumnya sepakat dengan prinsip-prinsip kemandirian dan keswadayaan, namun
tidak seluruh LSM dapat mengimplementasikannya.

3.4 Saran
Organisasi dan peran LSM semakin lama akan berkembang, namun
pahami peran dan karakteristiknya dalam penyebaran informasi yang bebas dan
bertindak aktif dalam masalah kemasyarakatan pada umumnya, pengelompokan-
pengelompokan sosial sebagai komponen publik. Hal ini karena adanya

34
keharusan,kebebasan dan keterbukaan untuk berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat serta kesempatan yang sama dalam mempertahankan
kepentingan-kepentingan di depan hukum sehingga tingkatkanlah kerjasama dan
kemitraan antara pemerintah dengan meningkatkan kerangka hukum dan cara-cara
lain untuk mencapai lingkungan yang memudahkan kerjasama antara pemerintah
dengan LSM, dan membangun kapasitas kerja serta dalam bidang pemerintahan
untuk berinteraksi dengan LSM serta pahamilah mengenai suatu hal yang akan
membuat mudah untuk menentukan sikap dalam merencanakan langka-langkah
sesuai dengan peran masing-masing di dalam masyarakat setelah itu berhati-
hatilah dalam bekerjasama, untuk membedakan antara LSM yang Murni
(genuine), dengan yang Palsu. Dengan hal ini maka terciptanya negara demokrasi
yang akan membangun masyarakat yang bertanggung jawab akan terwujudkan
melalui binaan Lembaga Swadaya Masyarakat yang terpercaya.

35
DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU
Gaffar, Affan. 2002. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Jordan, Lisa dan Peter Van Tuijl, 2009 Akuntabilitas LSM Politik, Prinsip, dan Inovasi,
Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia.

Sejarah nasional dan umum, kehidupan politik Indonesia pasca kemerdekaan, SLTP 3
.kurikulum 1994.Bumi aksara. Jakarta

INTERNET

www.ekonomirakyat.org artkel 5.htm no 3 tahun 2003 ditulis oleh Bambang Ismawan


dengan judul partisipasi pembangunan LSM dalam membangun keswadayaa nmasyarakat

https://fredfender.wordpress.com/2010/12/07/makalah-ppknperan-lsm-dan-pemerintah-
dalam-melaksanakan-pembangunan-yang-berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai