Dhea Rainesty
(3506160201)
UNIVERSITAS GALUH
2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala Puji serta Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Lembaga
Swadaya Masyarakat yang insyaallah bermanfaat bagi kita semua.
Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
Dosen mata kuliah Psikologi Sosial, Orang tua, dan teman-teman yang sudah turut serta
membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga bisa selesai pada waktunya.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi yang membaca dan khususnya bagi kami
yang menulis.Walaupun kami tahu bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membacanya yang bersifat membangun
dalam perbaikan makalah ini.Semoga keberhasilan selalu berpihak kepada kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
2.3 Jenis-jenis, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi Lembaga Swadaya Masyarakat .............................. 9
2.4 Keunggulan dan Ciri-ciri Lembaga Swadaya Masyarakat .............................................................. 13
2.5 Hak dan Kewajiban Lembaga Swadaya Masyarakat ...................................................................... 13
2.6 Dinamika gerak LSM dalam periodesasi zaman pra-orba, pasca orba dan reformasi .................... 14
2.7 Contoh-contoh Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia ......................................................... 18
2.8 Kekurangan dan Kelebihan Lembaga Swadaya Masyarakat .......................................................... 18
2.9 Cara Mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat ........................................................................... 19
3.1 Bentuk Organisasi dari Lembaga Swadaya Masyarakat ................................................................ 21
3.2 Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia .................... 28
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 34
3.3 Kesimpulan...................................................................................................................................... 34
3.4 Saran ................................................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas salah satu bagian dari
organisasi nirlaba atau organisasi non profit, yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Organisasi LSM ini dapat membantu pemerintah untuk mengurangi
masalah sosial yang ada di Indonesia dengan visi dan misi LSM tersebut yang
dapat mendidik kita sebagai manusia untuk memiliki rasa tolong-menolong dan
solidaritas antar sesama manusia.
2
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat?
3. Bagaimana sejarah Lembaga Swadaya Masyarakat dalam masa pra-
orba, pasca orba dan reformasi?
4. Apa fungsi, tujuan, dan manfaat Lembaga Swadaya Masyarakat?
5. Apa saja hak dan kewajiban Lembaga Swadaya Masyarakat?
6. Apa saja peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam kehidupan
birokrasi di Indonesia?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dalam hal peranannya sebagai organisasi yang mempunyai peran non-
politik, LSM dinilai mampu melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dalam
hal penanggulangan kemiskinan. Beberapa LSM tahun 70-an yang terus
senantiasa aktif melakukan pendampingan dan pemberdayaan terhadap
masyarakat lemah / miskin adalah YLBHI, INFID, LP3ES, WALHI, JPPR, YTBI,
dan lain-lain.
Permasalahan utama yang sangat mendasar dalam hal pemberdayaan
masyarakat oleh LSM adalah stigma LSM yang tumbuh disebagian benak
masyarakat yang masih menaruh curiga terhadap kehadiran dan aktivitas dari
LSM. Pada satu sisi LSM dipersepsikan alat bagi neo liberalisme atau agen
Negara Asing, hal ini dikarenakan sebagian besar dana kegiatan-kegiatan yang
dilakukan LSM di Indonesia di danai oleh negara asing dan tentunya ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh NGO untuk memperoleh dana tersebut.
Disisi lain, sampai saat ini tidak ada mekanisme pertanggungjawaban LSM
terhadap masyarakat
Batasan fungsi dan peran LSM dibandingkan dengan pengertian aslinya (dalam
arti NGO) menjadi teredusir. Karena keberadaan LSM terutama saat ORBA sarat
dengan intervensi pemerintah, maka ada beberapa LSM yang kemudian dalam
pergerakannya memakai bentuk Yayasan, karena Yayasan lebih fleksibel.
Sampai saat ini, peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat
masih terbatas dan belum mampu sepenuhnya dalam penanggulangan kemiskinan.
Disinilah perlunya peran dan keterlibatan LSM dalam melaksanakan program dan
5
pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pula reposisi LSM di tengah
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat dalam bentuk :
1. LSM perlu memfasislitasi tumbuh kembangnya kelembagaan rakyat yang
kuat, yang bersifat sektoral, seperti pada organisasi buruh, petani,
masyarakat adat, dan lain-lain.
2. LSM perlu tampil ke publik luas, dalam arti semakin “go public” ke
masyarakat, sehingga posisi dan perannya mampu lebih dirasakan oleh
masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui penyebaran brosur, pertemuan
dengan masyarakat,kerja sama dengan media cetak-elektronik seluas-
luasnya.
3. LSM perlu semakin aktif dalam membangun hubungan dengan berbagai
elemen masyarakat sipil lainnya. Seperti media massa, mahasiswa, serikat
buruh, petani, partai politik dengan tetap mengedepankan nilai dan sikap
non-partisan.
4. Perlunya penguatan LSM sebagai sebuah entitas dan komunitas yang
spesifik di dalam masyarakat sipil, dan penguatan institusionalisasi LSM
dalam hal eksistensi, sumber daya manusia, sarana, dana, dan manajemen.
LSM juga perlu lebih membuka diri untuk menjadi organisasi yang lebih
berakar di masyarakat.
5. LSM juga dituntut untuk senantiasa membenahi kondisi internal dalam
tubuh. Organisasinya, mengingat ini seringkali tidak diperlihatkan dalam
forum evaluasi oleh LSM yang bersangkutan.
6
2. Kemampuan mengadaptasi perubahan lingkungan yang cepat dengan
tanpa kehilangan relevansi atau indentitas masing-masing organisasi,
3. Meningkatnya kualitas program dan pelayanan yang lebih berfokus,
berdampak dan juga luas atau besar.
Apa yang direfleksikan oleh LSM di Philipina tersebut sebenarnya sama dengan
yang dialami oleh LSM-LSM di Indonesia.
Kepemimpinan yang efektif mendorong keterlibatan dan partisipasi dari
anggota, staf, serta konstituen LSM dalam seluruh kegiatan LSM untuk menjamin
kesuksesan dan keberlanjutan (keberlangsungan) program dan organisasi.
Anggota dan konstituen LSM perlu bekerjasama dengan eksekutif dan pengurus
yayasan dalam menentukan dan membuat VISI organisasi, mengidentifikasi MISI
yang akan dipilih untuk mencapai visi serta menentukan sasaran yang obyektif
dan realitis.
Sumber daya manusia mempunyai arti semua orang yang terlibat dalam
kerja LSM, yaitu eksekutif, staff, anggota, volunteer, konstituen, donor, dan
pengurus yayasan. LSM perlu memberi insentif yang bervariasi untuk
penghargaan yang sesuai dengan motivasi kerjanya dan juga siap memberi sanksi.
Setiap LSM mempunyai budaya. Budaya ini dimunculkan dalam bagaimana
bekerja, berpikir, serta berperasaan untuk mencapai misi dan respon (tanggapan)
terhadap situasi yang mempengaruhi tujuan, program, dan pelaksanaannya.
Sistem dan prosedur keuangan harus terintegrasi dengan rencana strategis
dan rencana operasional dari suatu LSM, dan harus juga sesuai dengan kebutuhan
donor, serta konstituen. Suatu LSM perlu memiliki sumberdaya keuangan yang
bervariasi. Telah tumbuh kesadaran dalam LSM untuk memiliki donor yang
bervariasi, mengembangkan alternatif sumberdaya dalam komunitas mereka
(misalnya bantuan dalam bentuk barang dan pembayaran untuk layanan yang
diberikan), dan membangun kerjasama dengan perusahaan.
Indikator paling kuat untuk menilai efektivitas dan kesuksesan dari suatu
LSM adalah kualitas layanan mereka, yaitu layanan yang sesuai diberikan dalam
suatu pembiayaan yang selalu efisien. Dalam membangun hubungan kerjasama
yang positif dalam konteks yang lebih besar, LSM harus dikenal oleh pihak-pihak
yang tepat di dalam suatu masyarakat, menjaga kinerjanya, serta memperluas
7
pengaruhnya melalui kerjasama dengan pemerintah, jaringan donor, dan LSM lain
yang bekerja dalam sektor dan wilayah yang sama.
8
1. Sekretariat Bina Desa (SBD), berdiri 1974, merupakan forum dari
LSM yang bekerja di kawasan pedesaan.
2. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), berdiri 1976, merupakan
wadah kebersamaan LSM yang memusatkan perhatian pada upaya
pelestarian lingkungan
3. Forum Indonesia untuk Keswadayaan Penduduk (FISKA), berdiri
1983, merupakan forum LSM yang bergerak dibidang
kependudukan
4. Forum Kerjasama Pengembangan Koperasi (FORMASI), berdiri
1986, merupakan forum LSM yang bekerja mengembangkan
koperasi
5. Forum Pengembangan Keswadayaan (Participatory Development
Forum- PDF), berdiri 1991, merupakan peningkatan dari Forum
Kerjasama LSM -- PBB (NGO - UN Cooperation Forum) yang
didirikan pada 1988. PDF menggabungkan berbagai LSM
berinteraksi dengan Pemerintah, dunia usaha dan badan-badan
Internasional dalam suatu forum untuk mengembangkan peran
serta berbagai aktor dalam pembangunan.
Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada
dapat di kategorikan sebagai berikut :
1. Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang
memberikan dukungan biaya bagi kegiatan ornop lain.
2. Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah
yang melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah
dalam menjalankan kegiatanya.
3. Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu
seperti ornop pendidikan, ornop bantuan hukum, ornop jurnalisme,
ornop kesehatan, ornop pengembangan ekonomi dll.
9
4. Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang
melakukan kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang
dari kebijakan pemerintah. Ornop ini bertindak melakukan kritik
dan pengawasan terhadap keberlangsungan kegiatan pemerintah
B. Tujuan Lembaga Swadaya Masyarakat
10
tidak bisa bebas dalam melapor yang menjadi penyebab tawuran antar
sesama korban atau saksi. Nah, LSM ini akan memberikan
perlindungan kepada mereka sehingga para korban dan saksi ini tidak
perlu takut saat melaporkan sebuah tindakan kejahatan.
11
4. LSM juga harus ikut aktif dalam memelihara dan menciptakan
suasana yang kondusif di dalam kehidupan masyarakat bukan
sebaliknya justru membuat keadaan menjadi semakin kacau dengan
adanya isu-isu palsu yang meresahkan masyarakat.
5. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah penyalur aspirasi
atas hak dan kewajiban warga negara dan kegiatan dari masyarakat
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing
Lembaga swadaya masyarakat.
6. Lembaga swadaya masyarakat juga harus ikut menggali dan
mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggotanya
sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam hal ini sangatlah penting karena jika anggota dalam
lembaga swadaya masyarakat tidak memiliki potensi sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan akan menjadikan LSM seperti halnya
mayat hidup, yang ada keberadaannya namun tidak memiliki
nyawa di dalamnya.
7. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah yang ikut aktif
dalam perannya mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.
Serta dalam hal ini ikut menjaga kedaulatan negara serta menjaga
ketertiban sosial.
8. Sebagai salah satu cara bagi masyarakat untuk memberikan
asiprasinya, kemudian aspirasi ini ditampung oleh lembaga
swadaya masyarakat sesuai dengan tujuan LSM itu sendiri dan
kemudian akan disalurkan kepada lembaga politik yang
bersangkutan guna mencapai keseimbangan komunikasi yang baik
antara masyarakat dan pemerintahan seperti politik luar negeri
Indonesia
12
2.4 Keunggulan dan Ciri-ciri Lembaga Swadaya Masyarakat
13
Menunjang dan mempertahankan nama baiknya saat menyelenggarakan
program kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat dan para anggotanya.
Lembaga swadaya masyarakat berhak untuk melakukan hal atas hak-hak
yang telah dimilikinya.
Mempertahankan hak keberlangsungan lembaga swadaya masyarakat
tersebut sesuai dengan tujuan LSM tersebut.
Melakukan koordinasi dengan para anggota LSM untuk menjalankan
tujuan dan mempertahankan keberlangsungan hidup LSM tersebut.
Selain hak yang diperoleh lembaga swadaya masyarakat di atas, LSM juga
berkewajiban untuk :
2.6 Dinamika gerak LSM dalam periodesasi zaman pra-orba, pasca orba dan
reformasi
14
A. Periodesasi perkembangan LSM di zaman pra-ORBA
Pada era orde baru, strategi pembangunan LSM di Indonesia menurut David
Korten [6]dikelompokkan menjadi 3 genarasi, yaitu: generasi bantuan dan
15
kesejahteraan, generasi keswadayaan dalam skala local dan generasi
pembangunan yang berkelanjutan. Strategi pembangunan yang dikembangkan
oleh LSM ini tidak terlepas dari kebijakan LSM international yang juga
mendukung program yang bersifat karitatif.
Kemudian pada awal dasawarsa 1990-an, para aktivis LSM mulai melakukan
refleksi kritis terhadap peran, misi dan visi gerakannya. Para aktivis LSM saling
mempertanyakan kompetensi methodologis dan tehnis antar aktivis LSM dalam
16
memfasilitasi proses perubahan di Indonesia. Dalam berbagai pertemuan LSM,
selalu dilakukan outokritik, bahkan terjadi konflik antar aktivis LSM yang
mendukung perlunya pembangunan untuk menolong rakyat miskin dengan
aktivis LSM yang mulai ingin memperjelas perspektif idiologis, paradigma dan
landasan teoritis aktivis LSM tentang perubahan social. Ini yang membuat LSM
dizaman Soeharto LSM tidak begitu diminati banyak orang. Posisi lsm yang
berada diluar struktur pemerintahan membuat mereka tidak mau dikoptasi oleh
Negara. Lagipula pada zaman tersebut LSM lebih banyak didanai oleh donor
asing[7] misalnya, greenpeace Indonesia yang memiliki jaringan internasional dan
tidak bisa hidup tanpa bantuan dana dari greenpeace internasional. Adapula
contoh-contoh LSM yang lahir akibat dari keadaan pemerintahan politik penguasa
Soeharto adalah LBH,YLKI,LP3S
Memasuki di era reformasi, sejak masa itu sampai masa kini, perkembangan
lsm di Indonesia semakin pesat, visi, dan misi, pendekatan dan isu beragam.
Perkembangan LSM tidak bisa dilihat lagi secara linier mengikuti waktu dan
urusan generasi ke generasi. Maksudnya ada yang bekerja langsung melayani
masyarakat kecil dengan memperkuat kemampuan mereka, ada yang
memfokuskan kebijakan yang menguntungkan masyarakat bawah pula, ada juga
yang yang berusaha menjembatani berbagai sector : yang kuat dan yang lemah,
yang formal dan yang non-formal, dan berjalan secara serempak, tidak sembunyi-
sembunyi seperti zaman orde baru yang sangat alergi dengan organisasi yang
bersifat oposisi atau non-pemerintah.
Di era keterbukaan ini begitu orde baru tumbang, gerakan lsm ibarat jamur di
musim hujan. Menjadi tren , bahkan menjadi lahan kerja, sedang kegiatan LSM
saat ini meliputi kegiatan yang cukup luas[8] meliputi bidang-bidang lingkungan
hidup, konsumen, bantuan hokum, pendidikan dan latihan, perhutanan social,
koperasi, penerbitan, kesehatan keluarga dan program pengembangan pertanian
dan perjuangan upaya kesejahteraan kaum buruh.[9]
17
Menjamurnya lsm di zaman keterbukaan ini juga menjadi problematika
kedepannya, karena di situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu , solusi
tepat pun tak kunjung datang dari kalangan lsm . banyaknya lsm jadi-jadian
ataupun lsm yang partisan mendukung elite-elite parpol dan penguasa, bahkan
adapula yang menghancurkan gerakan rakyat, itu karena di era keterbukaan ini
bentuk demokrasi yang sudah semakin terbuka dan kepentingan ada dimana-
mana, maka LSM sebagai sebuah organisasi alternative non-pemerintahan pun
tidak luput dari sarat kepentingan.
18
setempat dan oleh karenanya mampu mengembangkan proyek-proyek
yang terintegarasi dan juga proyek-proyek sektoral.
3. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang paling membutuhkan
dan menciptakan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Metodologi dan tools yang bersifat partisipatif
5. Komitmen jangka panjang dan penekanan pada kesinambungan
6. Efektifitas biaya.
7. Kemampuan berkomunikasi kepada semua tingkatan, mulai dari
tetangga terdekat hingga tingkat tertinggi pada pemerintahan.
8. Kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.
19
kemajemukan/plural; kuat dan mandiri secara ekonomi; masyarakat adat yang
kuat dan mandiri; hutan dan ekosistem yang terjaga; pemberantasan korupsi;
pendidikan yang merata dan murah; parlemen/pemerintahan yang bersih dan
berwibawa; dan lain-lain.
Jika ingin mendirikan LSM untuk mencapai Visi ini tentunya harus diikuti
dengan kehendak bersama (bukan orang pribadi) untuk berserikat dan berkumpul
dalam satu wadah organisasi. LSM yang benar tidak pernah didirikan hanya oleh
satu orang namun soal ide bisa saja muncul dari satu orang. Jika kesamaan
pandangan, visi dan kehendak untuk berorganisasi sudah ada, maka beberapa
orang tersebut bisa membuat nama LSM yang ingin mereka dirikan, memilih
badan hukum apakah Perkumpulan atau Yayasan (baca juga tulisan: Badan
Hukum Untuk LSM), membentuk struktur, mendaftar ke notaris, dan sebaiknya
daftarkan juga ke pemerintahan daerah setempat (bagi sebagian LSM advokasi,
mendaftar ke pemerintah daerah kadang dihindari).
Hal penting lainnya untuk diingat dalam mendirikan LSM adalah motivasi
para pendirinya. Jangan heran melihat ada LSM yang didirikan hanya untuk
mendapatkan peluang proyek (terutama dari pemerintah), untuk memeras pihak-
pihak tertentu, untuk menjaga kekuasaan atau melindungi kepentingan seseorang
atau kelompok, sebagai batu loncatan meraih posisi politik tertentu, atau yang
terang-terangan untuk mencari kekayaan melalui LSM. LSM-LSM seperti ini ada
karena motivasi yang salah dan sudah sangat melenceng dari hakikat LSM itu
sendiri. Banyak organisasi yang berkedok LSM untuk maksud-maksud yang tidak
20
baik dan ini sudah menjadi masalah umum di Indonesia. Makanya jika anda ingin
mendirikan LSM, awali lah dengan niat untuk maksud yang baik demi
pembangunan sosial dan kepentingan masyarakat luas
Lembaga ini dibentuk untuk menyalurkan kepada lembaga dan masyarakat yang
membutuhkan. Dalam fungsinya sebagai lembaga donor, LSM dimungkinkan
untuk diberi kepercayaan oleh masyarakat mengemban tugas tertentu. Seperti
tempat penggalangan dana untuk korban bencana alam, penggalangan dana dan
sembako ketika hari raya keagamaan dan lain-lain. Dalam fungsi ini mungkin saja
LSM melakukan kesalahan-kesalahan ataupun penyelewengan. Disinilah dituntut
tanggung jawab dan juga transparansi LSM dalam melakukan tugasnya. Contoh
LSM yang berbentuk seperti ini di Indonesia seperti, Lembaga Pundi Amal, Tali
Kasih Indonesia, dan lain-lain.
3. Lembaga profesional
21
Bekerja berdasarkan satu isu berkaitan dengan profesi tertentu, misalnya:
kesehatan, ekonomi, HAM, kriminalitas dan lainnya. Lembaga ini punya andil
yang besar dalam mengusut dan juga menginvestigasi kasus-kasus yang berkaitan
tentang suatu permasalahan. Contohnya, ketika kasus pembunuhan aktivis HAM
Munir, dibentuk sebuah LSM yang bertugas mencari fakta tentang kasus tersebut.
Beberapa waktu kemudian LSM ini diubah fungsinya oleh Pemerintah sehingga
menjadi sebuah organisasi independent yang biayanya ditanggung Pemerintah.
Contoh lainnya adalah LSM Peduli Rakyat Lapindo (PRL) yang dengan sukarela
membantu korban bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo, dengan menggalang
dana dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat Korban bencana.
4. Lembaga oposisi
Selain pihak diatas, LSM juga menjalin kerjasama tergantung dari jenis
LSM maupun pihak yang di ikut sertakan dalam kegiatan tersebut. Bisa dari pihak
tersebut antara lain: petugas kemanan, Lembaga/Instansi yang kiranya terlibat,
22
dukungan dari partai politik, dll.
Untuk mewujudkannya di perlukan konsistensi dalam sebuah anggotanya, yang
mana itu merupakan komponen acuan penyelenggaraan. Menurut Drs. Bambang
Ismawan, MS komponen tersebuat yaitu:
penggalian motivasi,
konsolidasi organisasi,
penumbuhan dan pengembangan usaha,
23
1. Lebih khusus berperan sebagai “agen pembangunan” bagi masyarakat
lokal saat masyarakat melakukan perbandingan dan “bench mark dengan
reference group yang ada, sehingga masyarakat menjadi tahu posisi
mereka berada di mana.
2. LSM adalah lembaga yang memberikan kontribusi kepada perubahan.
Tetapi LSM itu bukan merupakan alat untuk perubahan itu sendiri. LSM
adalah gerakan non-massa. Dia merumuskan dan mengartikulasikan
kekuatan rakyat, serta bersolider dengan rakyat. Tetapi sebetulnya, LSM
sebagai organisasi non-massa, bukan kendaraan untuk perubahan itu
sendiri. Seharusnya organisasi massalah yang melakukan perubahan itu.
Militer, meskipun bukan organisasi massa, bisa melakukan perubahan
karena dia bersenjata. Ormas dan partai politiklah yang tepat. Kalau LSM
memang hanya beberapa orang yang terlibat. LSM bukannya tidak
penting, tetapi untuk perubahan aktual, LSM bukan kendaraan untuk
perubahan.
3. Bekerjasama dengan pemerintah meningkatkan keswadayaan dan
kemandirian masyarakat yang dilayani.
4. LSM adalah lembaga yang tidak semata-mata mencari keuntungan dan
merugikan masyarakat.
5. Dana operasionalnya berasal dari organisasi dan masyarakat yang hasilnya
kembali untuk mereka.
6. Semangat pengorbanan dalam membantu masyarakat demi terciptanya
masyarakat yang sejahtera menjadi motivasinya.
7. Prinsipnya tujuan LSM dari berbagai jaman adalah sama yaitu mencapai
tingkat kemandirian yang lebih tinggi dari masyarakat yang dilayani, tetapi
mereka mempunyai motivasi kerja yang berbeda dari zaman ke zaman.
LSM itu ada Karena masyarakat atau organisasi Indonesia yang secara
sukarela atau kehendak sendiri berniat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu
yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga yang lebih besar lagi sebagai wujud
partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya. LSM juga
berperan serta dalam ketrampilan berorganisasi dan ketrampilan berusaha
24
sehingga mampu untuk memberi pendidikan kader penggerak masyarakat yang
nantinya mampu mencetak masyarakat yang bertanggung jawab pada era
demokrasi ini. Kader – kader yang disiapkan antara lain :
25
2) Konsistensi
Aturan pada setiap daerah yang disesuaikan dengan lingkungan sosial politik di
daerah bersangkutan.
26
perwakilan masyarakat yang sesungguhnya yang lebih dekat dengan aktivitas dan
dapat ditangkap lebih mendalam oleh OMS.
Aspek di Masyarakat
27
menunjukkan keterbukaan ketika mereka hendak mengakses infromasi yang
dibutuhkan. Dalam mengakses informasi-informasi publik katakanlah seperti
anggaran, kalangan OMS kebanyakan merasa menghadapi kesulitan. Jika
akhirnya mereka memperoleh informasi, lebih sering menggunakan pendekatan
personal dengan pemerintah.
28
bidang-bidang lingkungan hidup, konsumen, bantuan hukum, pendidikan
dan latihan, perhutanan sosial, pengairan, koperasi, penerbitan, kesehatan
dan keluarga berencana, dan pengembangan pedesaan dan pertanian dan
lain-lain.
LSM sebagai bentuk Civil Society secara institusional bisa diartikan sebagai
pengelompokan dari anggota-anggota masyarakat sebagai warga Negara mandiri
yang dapat dengan bebas dan egaliter bertindak aktif dalam wacana dan praksis
mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada
umumnya. Termasuk didalamnya adalah jaringan-jaringan, pengelompokan-
pengelompokan sosial yang mencakup mulai dari rumah tangga organisasi-
organisasi sukarela, sampai dengan organisasi-organisasi yang mungkin pada
awalnya dibentuk oleh negara, tetapi melayani kepentingan masyarakat yaitu
sebagai perantara dari Negara disatu pihak dan individu dan masyarakat dipihak
lain. Namun demikian, LSM harus diartikan sebagai komponen publik dan civic.
Hal ini menandaskan keharusan adanya kebebasan dan keterbukaan untuk
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat serta kesempatan yang sama
dalam mempertahankan kepentingan-kepentingan di depan hukum, termasuk hak
gugat LSM.
Dalam pada itu, LSM sebagai civil society yang reflektif ini pun mengisyaratkan
pentingnya wacana publik dan oleh karena itu sekaligus keberadaan sebuah ruang
publik yang bebas. Pada ruang publik yang bebaslah, secara normatif, individu-
individu dalam posisinya yang setara, dapat melakukan pembelaan hukum dan
praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Secara filosofis, ia
dapat diartikan sebagai ruang dimana anggota masyarakat sebagaiwarga Negara
mempunyai akses sepenuhnya terhadap semua kegiatan publik. Mereka berhak
melakukan kegiatan-kegiatan secara merdeka di dalamnya, termasuk
menyampaikan pendapat secara lisan atau tertulis. Ruang Publik, secara
institusional termasuk wewenang menggugat tempat-tempat pertemuan umum,
parlemen, dan sekolah-sekolah.
29
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM, Partisipasi Masyarakat di atur dalam Bab
VIII Undang-Undang No.39 Tahun 1999, yang terdiri dari Pasal 100 sampai
dengan Pasal 103 mengandung kaidah yang penting mengenai partisipasi
masyarakat. Ditegaskan bahwa setiap orang, kelompok, organisasi politik,
organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau lembaga
kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakkan
dan pemajuan hak asasi manusia juga untuk menyampaikan laporan mengenai
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, untuk mengajukan usulan mengenai
perumusandan kebijakan yang berkaitan dengan HAM. Pasal 100 dan Pasal 101
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM tersebut, membuka peluang diterimanya
pengakuan hukum LSM, sehingga LSM dapat memiliki askes publik dalam
rangka kontrol terhadap pelayanan publik.
30
4. Program pengembangan usaha, baik produksi maupun pemasaran, dengan
berbagai kegiatan studi kelayakan, informasi pasar, organisasi produksi
dan pemasaran dan lain-lain.
5. Program penyediaan informasi tepat guna, sesuai dengan kebutuhan
kelompok swadaya dengan berbagai tingkat perkembangannya. Informasi
ini dapat berupa eksposure program, penerbitan buku-buku maupun
majalah-majalah yang dapat memberikan masukan-masukan yang
mendorong inspirasi ke arah inovasi usaha lebih lanjut.
31
permasalahan-permasalahan sosial yang terdapat dalam kelompok masyarakat.
Melalui sistem pendekatan terlibat langsung dengan kelompok, pola pembinaan
bersama kelompok yang bersangkutan mampu mengidentifikasikan permasalahan
yang dihadapi secara mendalam. Akibatnya penanganan terhadap masalah yang
dihadapi kelompok dapat dilakukan secara tepat sasaran dan lebih tuntas. Di
Samping itu, berkat interaksi yang intens antara para pembina dengan kelompok,
sementara para pembina telah dilatih secara khusus dan selalu diberikan masukan
untuk meningkatkan kemampuannya dalam membina kelompok dan
menghubungkannya dengan berbagai pelayanan setempat, maka terjadilah proses
transformasi sosial.
32
1. Dampak dalam Aspek Kemasyarakatan
33
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
3.4 Saran
Organisasi dan peran LSM semakin lama akan berkembang, namun
pahami peran dan karakteristiknya dalam penyebaran informasi yang bebas dan
bertindak aktif dalam masalah kemasyarakatan pada umumnya, pengelompokan-
pengelompokan sosial sebagai komponen publik. Hal ini karena adanya
34
keharusan,kebebasan dan keterbukaan untuk berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat serta kesempatan yang sama dalam mempertahankan
kepentingan-kepentingan di depan hukum sehingga tingkatkanlah kerjasama dan
kemitraan antara pemerintah dengan meningkatkan kerangka hukum dan cara-cara
lain untuk mencapai lingkungan yang memudahkan kerjasama antara pemerintah
dengan LSM, dan membangun kapasitas kerja serta dalam bidang pemerintahan
untuk berinteraksi dengan LSM serta pahamilah mengenai suatu hal yang akan
membuat mudah untuk menentukan sikap dalam merencanakan langka-langkah
sesuai dengan peran masing-masing di dalam masyarakat setelah itu berhati-
hatilah dalam bekerjasama, untuk membedakan antara LSM yang Murni
(genuine), dengan yang Palsu. Dengan hal ini maka terciptanya negara demokrasi
yang akan membangun masyarakat yang bertanggung jawab akan terwujudkan
melalui binaan Lembaga Swadaya Masyarakat yang terpercaya.
35
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
Gaffar, Affan. 2002. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jordan, Lisa dan Peter Van Tuijl, 2009 Akuntabilitas LSM Politik, Prinsip, dan Inovasi,
Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia.
Sejarah nasional dan umum, kehidupan politik Indonesia pasca kemerdekaan, SLTP 3
.kurikulum 1994.Bumi aksara. Jakarta
INTERNET
https://fredfender.wordpress.com/2010/12/07/makalah-ppknperan-lsm-dan-pemerintah-
dalam-melaksanakan-pembangunan-yang-berkelanjutan