Laporan Praktikum Kimia Klinik Kadar Glukosa
Laporan Praktikum Kimia Klinik Kadar Glukosa
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑖
Glukosa Darah (mg/dL) = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x kadar standar
72.81+184.56+101.75+186.14+205.09+167.72
= 6
918.07
= = 153.01
6
=
(153.01−72.81) 2 +(153.01−184.56) 2 +(153.01−101.75) 2 +(153.01−186.14) 2 +(153.01−205.09) 2 +(153.01−167.72) 2
√ 6−1
6432.04 + 995.4 +2627.59+1097.6+36130.41+216.38
=√
5
47499.42
=√ 5
= √9499.884
SD = 97.48
SD
Simpangan Baku Relatif = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%
97.48
= 153.01 𝑥 100%
= 0.6371 x 100%
= 63.71%
Sampel B (Sampel Santi); Uji Glukosa dengan kadar standar 200 mg/dL
Uji Absorbansi Glukosa Darah (mg/dL)
Blanko 0
Standar 1.140
1 1.352 237.19
2 0.572 100.35
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑢𝑗𝑖
Glukosa Darah (mg/dL) = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x kadar standar
𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 1 + 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 2
Rata-rata absorbansi sampel A = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ (𝑛) 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ
237.19+100.35
= 2
337.54
= = 168.77
2
= √4681.3
SD = 68.42
SD
Simpangan Baku Relatif = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%
68.42
= 168.77 𝑥 100%
= 0.4054 x 100%
= 40.54%
VI. PEMBAHASAN
Metode yang digunakan untuk percobaan pemeriksaan kadar glukosa adalah
menggunakan metode enzimatik. Metode enzimatik pada pemeriksaan glukosa darah
memberikan hasil dengan spesifitas yang tinggi, karena hanya glukosa yang akan
terukur. Cara ini adalah cara yang digunakan untuk menentukan nilai batas. Terdapat
dua macam metode enzimatik yang biasa digunakan yaitu glukosa oksidase dan metode
hexokinase.
Pada percobaan kali ini macam metode yang digunakan adalah metode glukosa
oksidase. Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah enzim glukosa oksidase
mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukanoat dan hidrogen peoksida
yang terbentuk bereaksi dengan fenol dan 4-aminoantipirin dengan bantuan enzim
peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat diukur
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 505 nm. Digunakan panjang
gelombang 505 nm karena panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang
yang menghasilkan absorbansi tertinggi. Maka akan terbentuk intensitas warna yang
terbentuk setara dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sampel.
Pemeriksaan kadar glukosa darah sangat diperlukan untuk mendiagnosis
patofisiologi penyakit yang berhubungan dengan ketidaknormalan regulasi gula darah
dalam tubuh. Ketidaknormalan tersebut dapat berupa terlalu berlebihnya glukosa dalam
darah (hiperglikemia) ataupun glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia). Salah
satu manifestasi klinis yang disebabkan oleh kelebihan glukosa darah yaitu diabetes
mellitus. Sehingga pemeriksaan kadar gula darah merupakan satu tindakan yang
digunakan untuk mendiagnosis dan pengontrolan penyakit diabetes melitus.
Glukosa dengan bantuan Glukosa Oksidase (GOD) membentuk asam glukanoat
dan peroksida. Peroksida yang dihasilkan bereaksi dengan 4-aminoantipirin yang
dikopling dengan fenol dan menghasilkan senyawa warna quinoneimina (chromagen).
Besarnya intensitas warna yang dihasilkan oleh senyawa quinoneimina tersebut
ekuivalen dengan kadar glukosa dalam serum darah. Sebelum diukur nilai absorbansi
dari larutan standar dan larutan uji, terlebih dahulu larutan tersebut dihangatkan pada
suhu 37oC selama 10 menit. Pengaturan suhu 37oC dimaksudkan agar enzim-enzim
yang digunakan dalam reaksi dapat bekerja secara optimal seperti berada pada kondisi
dalam tubuh.
Pada percobaan didapatkan hasil absorbansi pada larutan uji sampel A yaitu
0.415, 1.052, 0.580, 1.061, 1.169 dan 0.956 serta pada larutan uji sampel B yaitu 1.352
dan 0.572. Seharusnya hasil absorbansi yang didapatkan pada kedua larutan uji tersebut
tidak berbeda, sebab serum yang digunakan untuk di uji berasal dari sumber yang sama.
Perbedaan tersebut dapat timbul karena beberapa faktor, diantaranya yaitu:
a) Pengambilan serum yang kurang atau melebihi jumlah,
b) Kuvet yang kurang bersih sehingga dapat mempengaruhi hasil absorbansi dari
larutan uji.
c) Pengukuran dilakukan oleh individu yang berbeda sehingga besar kemungkinan
terjadi adanya perbedaan.
d) Pembuatan larutan standar dan larutan uji dilakukan oleh individu yang berbeda
Selanjutnya untuk menghitung kadar glukosa dalam serum tersebut maka nilai
absorbansi yang didapatkan dimasukan ke dalam rumus berikut:
Absorbansi Uji
Glukosa darah (mg/dL) = Absorbansi standar x Kadar standar
Setelah didapat glukosa darah dan rata-rata glukosa darah dari masing-masing
sampel maka dapat dihitung standar deviasi dan koefisien variasi atau simpangan baku
relatif dengan rumus berikut:
| 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑥| 2
SD =√ 𝑛−1
SD
Simpangan Baku Relatif = 𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%
Pada sampel A didapat simpangan baku relatif sebesar 63.71% dan pada sampel
B didapat simpangan baku relatif sebesar 40.54%. Sedangkan hasil simpangan baku
relatif yang baik adalah yang hasilnya < 2%. Sehingga dapat dikatakan hasil simpangan
baku relatif sampel A dan sampel B kurang baik karena hasilnya diatas 2%.
VII. KESIMPULAN
Penentuan kadar glukosa dapat dilakukan dengan metode enzimatis yaitu dengan
bantuan enzim glukosa oksidase dan peroksidase membentuk senyawa warna
Quinoneimina. Besarnya intensitas warna di ukur menggunakan spektrofotometer
sinar tampak pada panjang gelombang 505 nm.
Hasil pengukuran absorbansi larutan uji sampel A dan sampel B memiliki presisi
(ketelitian) yang kurang baik
Hasil simpangan baku relatif sampel A dan sampel B kurang baik karena hasilnya
diatas 2%
DAFTAR PUSTAKA
Utami, Prapti. 2004. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Jakarta: AgroMedia
Pustaka