Gambar 1.1
Daftar korban tragedi Bhopal (Sumber: downtoearth.org.in)
Zat Pencemar
Metil isosianat (MIC) adalah senyawa kimia yang berasal dari
kelompok isosianat. Metil isosianat, H3C-N=C=O) juga digunakan sebagai
salah satu bahan gas air mata. MIC bersifat reaktif dan dapat meledak bila
dicampur dengan udara. Nilai ambangnya mencapai 0,02 ppm.
Dengan ledakan gas di pabrik Union Carbide di Bhopal, India, 1984,
yang menyebabkan banyak air terkontaminasi dalam tank yang memuat 43
ton MIC. Sebuah reaksi kuat dimulai dan aerosol tersebar ke seluruh kota.
Metil isosianat yang tersebar bereaksi dengan air di udara dan
membentuk monoetilamin yang lebih tak berbahaya. Karena mungkin fosgen
digunakan dalam produksi itu, pada suhu yang cukup tinggi, yang amat
mungkin, juga terbentuk hidrogen sianida (HCN). Di samping itu ada karbon
dioksida, gas NOx, trimer MIC dan sejumlah senyawa lain dalam aerosol itu.
Karena pelepasan terjadi sebagian dari ketinggian yang amat sangat,
gas mengandung konsentrasi lain dari senyawa lain pada ketinggian berbeda
dan jark dari pabrik. Gas itu menjadi lebih berat di udara dan kemudian
mendorong keluar dari markniveau tersebut.
Dampak Pencemaran
Sebagian besar merasa tercekik akibat menghirup gas, nyeri
pernapasan, sakit mata, hingga pembengkakan otak sebelum kematiannya.
Hampir 100.000 orang juga mengalami berbagai gangguan kesehatan akibat
paparan gas berkepanjangan di tahun-tahun setelah tragedi Bhopal.
Gambar 1.2
Nelson's Column selama terjadinya Kabut Asap Besar pada tahun 1952.
Kabut Asap London '52 atau Kabut Asap Besar (bahasa Inggris:The
Great Smog) adalah suatu peristiwa polusi udara parah yang melanda
Kota London, Inggris pada bulan Desember 1952.[1] Peristiwa ini terjadi
pada musim dingin diakibatkan oleh cuaca dingin yang bercampur dengan
fenomena meteorologi antisiklon dan kondisi cuaca yang berangin. Polusi
udara sebagian besar berasal dari penggunaan batubara yang kemudian
membentuk lapisan tebal kabut asap di langit kota. Peristiwa ini berlangsung
dari hari Jumat, 5 Desember sampai hari Selasa, 9 Desember 1952, dan
kemudian tersebar dengan cepat ke seluruh kota setelah perubahan cuaca.
Meskipun menyebabkan gangguan besar pada jarak pandang
penglihatan, dan bahkan juga merambah ke area di dalam ruangan, peristiwa
ini tidak dianggap sebagai peristiwa penting pada saat itu, karena London
telah melalui berbagai peristiwa yang berhubungan dengan polusi udara pada
masa lalu. Namun, laporan medis dalam minggu-minggu berikutnya
memperkirakan bahwa lebih dari 4.000 orang tewas dan 100.000 lebih
mengalami gangguan pernapasan akut akibat menghirup kabut asap.
Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa jumlah korban tewas jauh
lebih besar, yaitu sekitar 12.000 jiwa.[2]
Peristiwa ini dianggap sebagai polusi udara terburuk dalam sejarah
Inggris,[3] dan menghasilkan pengaruh besar terhadap penelitian lingkungan,
peraturan pemerintah, dan kesadaran publik tentang hubungan antara kondisi
udara yang bersih dengan kesehatan.[2] Peristiwa Kabut Asap Besar ini
menyebabkan beberapa perubahan dalam praktik dan peraturan pemerintah
mengenai udara bersih, termasuk dengan disahkannya Undang-Undang Udara
Bersih pada tahun 1956.[4]
Zat Pencemar
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih
substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami
maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahayadianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat
langsung dan lokal, regional, maupun global. Pencemaran udara di dalam
ruangan dapat mempengaruhi kesehatan manusia sama buruknya dengan
pencemaran udara di ruang terbuka.
Bahan pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan manusia ini
konsentrasinya relative tinggi dibandingkan dengan yang sudah ada di udara,
terjadi secar alami, sehingga dapat mengganggu sistem kesetimbagan dinami
di udara dan dengan demikian dapat mengganggu kesejahteraan manusia dan
lingkungannya, Gas-gas CO,SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair
yang dapat mencemari udara secara alami ini disebut bahan pencemar udara
alami, sedangkan yang dihasilkan kerana kegiatan manusia disebut bahan
pencemar buatan.
Gambar 1.3
Biomagnificatin dan Bioaccumulation
Gambar 1.4
Effect of Mercury on Neuron
Gambar 1.5
Memorial of Minamata victims
c. Dampak tragedi
Setelah kejadian ini, dalam proses yang panjang, para korban yang terkena
dampak mercury menuntut ke pemerintahan dan Chisso sebagai sumber dari
pencemaran ini. akhirnya pemerintah dan Chisso menyediakan ganti rugi
kepada para korban yang telah didata, dan dilakukan perawatan dan
rehabilitasi yang dibiayai oleh pemerintah Jepang dan Chisso sendiri.
Pada tahun 1968, Chisso menghentikan produksi asam asetatnya, seiring
dengan hal itu kadar mercury yang terkandung dalam tubuh ikan dan hewan
invertebrata laut lainnya mulai berkurang. Untuk mengantisipasi ikan yang
telah terkontaminasi mercury, pemerintah Jepang memasang jaring di teluk
Minamata, supaya ikan-ikan dan hewan invertebrata air lainnya tidak tersebar
jauh.
Karena ikan-ikan yang mengandung mercury membuat mata pencaharian
para nelayan menjadi hilang. Hal ini diantaisipasi oleh pemerintah dan Chisso,
semua ikan-ikan yang di dalam jaring di teluk Minamata ditangkap oleh para
nelayan, selanjutnya ikan-ikan tersebut akan dibeli oleh Chisso untuk
dimusnahkan.
Kandungan merkuri yang terdapat pada ikan-ikan dan invertebrata air
telah berkurang, dan juga penangkapan ikan-ikan yang mengandung merkuri,
Gambar 1.6
Sorting the garbage
Pada saat ini, teluk minamata sudah bersih dan bebas dari merkuri, seperti
yang diinformasikan oleh pemerintah daerah Kumamoto, bahkan teluk
Minamata merupakan teluk yang terbersih di prefecture Kumamoto. Area ini
juga dijadikan sebagai Eco-tourism, yang mengjarkan kita bagaimana hidup
sehat dan menjaga lingkungan sehingga kita dan anak cucu kita bisa hidup
pada masa yang akan datang.
Gambar 1.7
Minamata disease memorial Monument, Minamata, Kumamoto, Japan
mineral sulfida pada kedalaman 66-330 kaki di bawah sungai utama yakni sungai
Gangga yang mengalir di 2 negara yakni India dan Bangladesh.
Di bawah ini terdapat Gambar 1.8 mengenai dampak arsen di wilayah
Bangladesh. Negara Bangladesh memiliki kandungan arsen tinggi di dalam
lapisan tanahnya. Arsen yang sering ditemukan dalam bentuk cebakan secara
natural terurai dengan bantuan pH yang tinggi. Pada pH tertentu arsen mudah
terurai dari cebakannya, selanjutnya arsen akan larut dalam air yang mengalir di
sungai setempat. Arsen yang larut dalam air juga meresap ke dalam air tanah dan
dikonsumsi oleh penduduk setempat.
Gambar 1.8
Mengenai dampak arsen di wilayah Bangladesh
Zat Pencemar
Arsen dalam air tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk
tereduksi terbentuk dalam kondisi anaerobik, sering disebut arsenit. Bentuk
lainnya adalah bentuk teroksidasi, terjadi pada kondisi aerobik, umum disebut
sebagai arsenat (Jones, 2000). Arsen merupakan unsur dari komponen obat
sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida misalnya pernah digunakan
sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam jangka panjang,
penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya gejala
intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk
infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, sprirocheta, dan bahan
pigmen untuk industri cat, enamel dan plastik.
Arsen ditemukan dalam 200 bentuk mineral, diantaranya arsenat
(60%), sulfida dan sulfosalts (20%), dan kelompok kecil berupa arsenida,
arsenat, oksida silikat, dan arsen murni (Onishi, 1969). Mayoritas arsen
ditemukan dalam kandungan utama asenopyrite (FeAsS), realgar (As4S3),
dan orpiment (As2S3). Realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3) biasanya
menurunkan bentuk dari arsen itu sendiri. Kondisi natural lainnya yakni
loellingite (FeAs2), safforlite (CoAs), nicolite (NiAs), rammelsbergit
(NiAs2), arsenopyrite (FeAsS), kobaltite (CoAsS), enargite (Cu3AsS4),
gerdsorfite (NiAsS), glaucodot ((Co,Fe)AsS), dan elemen arsen (Greenwood
dan Earnshaw, 1989).
Kondisi As di Alam. Dalam lingkungan perairan, kondisi dalam
tekanan oksidasi arsen membentuk pentavalent arsenat (As(V)), dimana dalam
kondisi sebaliknya saat tereduksi membentuk trivalent arsenit (As(III)), dan
mobilitas serta penyerapan oleh sedimen, tanah lempung, dan mineral tanah
bergantung pada bentuk arsennya. Dalam kondisi anoksik, aktivitas mikrobial
dapat membentuk arsen dalam metilat, yang mana berbentuk padat dan
mampu masuk ke lapisan atmosfer (Nriagu et al., 2007).
Dampak Pencemaran
Arsenik memang dikenal karsinogen atau dapat menyebabkan kanker.
Orang yang terlalu banyak terkena zat arsen dari konsumsi air minum disebut
arsenikosis. Korban dari arsenikosis ini tidak akan berdampak dalam waktu
dekat, namun dampaknya baru terlihat setelah dalam jangka waktu yang lama
(long-term). Berbagai dampak diantaranya pigmentasi kulit, gangren, dan
keratosis, itu pun baru terlihat minimal 5 tahun terkena arsenik yang
terakumulasi. Karena keracunan arsen ini tidak langsung dapat dilihat, maka
tindakan yang paling mungkin adalah tindakan pencegahan (Paul, 2004).
5. Tragedi Chernobyl
Tragedi Chernobyl terjadi pada 26 April 1986 di kota Pripyat, Ukraina.
Tragedi ini menjadi tragedi nuklir terbesar di dunia saat Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl meledak. Ledakan tersebut melepaskan partikel
radioaktif dalam jumlah besar ke atmosfer bumi yang kemudian menyebar ke
wilayah sepanjang perbatasan Ukraina, Rusia, Belarusia, dan sejumlah negara di
Eropa Utara.
Gambar 1.9
Kota hantu Pripyat setelah tragedi Chernobyl (Sumber: konsciouskloud.com)
Tragedi Chernobyl merupakan insiden nuklir terburuk di dunia dinilai dari hal
kerugian finansial dan juga korban jiwa. Ledakan reaktor nuklir Chernobyl
menewaskan 32 orang dan puluhan lainnya menderita luka radiasi dalam beberapa
hari pertama bencana terjadi.
dekat Pripyat di Ukraina meledak. Akibatnya, isotop radioaktif dalam jumlah besar
tersebar ke atmosfer di seluruh kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa. Bencana
nuklir ini dianggap sebagai kecelakaan nuklir terburuk sepanjang sejarah, dan
merupakan satu dari dua kecelakaan yang digolongkan dalam level 7 pada Skala
Kejadian Nuklir Internasional (kecelakaan yang lainnya adalah Bencana nuklir
Fukushima Daiichi).[1] Jumlah pekerja yang dilibatkan untuk menanggulangi bencana
ini sekitar 500.000 orang, dan menghabiskan dana sebesar 18 miliar rubel dan
mempengaruhi ekonomi Uni Soviet.[2] Ribuan penduduk terpaksa diungsikan dari
kota ini.
36 jam setelah insiden ini, otoritas Soviet memberlakukan zona eksklusi 10-
kilometer yang menyebabkan evakuasi cepat 49.000 orang beserta hewan mereka,
terutama dari pusat populasi terbesar dekat reaktor, kota Pripyat.[10] Meskipun tidak
dikomunikasikan saat itu, evakuasi langsung setelah insiden tidak disarankan karena
jalanan keluar kota dipenuhi dengan debu yang berisi partikel nuklir didalamnya,
kotanya sendiri cukup aman karena diuntungkan oleh arah angin, sehingga penduduk
disarankan untuk berdiam di rumah sebelum dievakuasi sebelum arah angin
berubah.[10]