Anda di halaman 1dari 4

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas 8,3 juta km2

yang terdiri dari 17.508 pulau dengan 81.000 km dari garis pantai. Perkiraan tangkapan
tahunan lestari dari Indonesia sendiri, untuk sumber daya laut adalah sekitar 6,2 juta
ton (Tuwo, 2004). Daerah pesisir dan laut Indonesia memberikan suatu habitat
menguntungkan bagi spesies teripang. Teripang (holothurians) adalah kelompok hewan
invertebrata laut dari kelas Holothuroidea (filum Echinodermata), dibedakan dalam
enam bangsa (ordo) yaitu Dendrochirotida, Aspidochirotida, Dactylochirotida, Apodida,
Molpadida, dan Elasipoda (Darsono, 2003). Teripang merupakan komponen penting
dalam rantai makanan (food chain) di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada
berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai
pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder) (Wulandari
dkk, 2012).

Jenis teripang yang dapat di konsumsi dan mempunyai nilai ekonomis penting
sampai saat ini di indonesia terbatas pada famili Holothuridae dan stichopodidae,yang
terdiri dari marga Holothuria,actinopyga,bohadschia,thelenota,dan sitichopus (Martoyo
et al.2006). kerr (200) mengemukakan nilai tambah lainya dari tripang selain memiliki
nilai ekonomis penting dan sebagai pangan fungsional tripang juga merupakan sumber
biofarmaka dari hasil laut. Pemanfaatan lain dari tripang juga di gunakan dalam industri
kosmetik. Kandungan kolagen yang terdapat dalam tripang mencapai 80% dari total
protein keseluruhan dalam tubuh tripang (ghufron dan kordi 2010).

Di perairan Indonesia saat ini terdapat sekitar 24 jenis teripang komersial,


termasuk ke dalam kelas Holothuroidea, famili Holothuriidae dan Stichopodidae (Aziz,
1997). Komoditi ini mempunyai prospek cukup baik dan bernilai ekonomis penting, baik
di pasar lokal maupun internasional karena kandungan atau kadar nutrisinya yang tinggi
: protein 43 %, lemak 2 %, kadar air 17 %, mineral 21 % dan kadar abu 7% (Martoyo
dkk, 1994). Sebagai komoditas perdagangan teripang bahkan juga merupakan salah
satu komoditas ekspor andalan Indonesia ke mancanegara. Permintaan akan komo
ditas teripang terutama untuk ekspor setiap tahunnya terus mengalami peningkatan,
yang menyebabkan penangkapan dan perburuannya di perairan Indonesia berlangsung
semakin intensif (Wisnubudi, 2013). Pada saat ini perburuan teripang tidak saja pada
jenis-jenis yang berharga mahal, tapi juga terhadap jenis-jenis yang murah yang pada
awalnya tidak menjadi perhatian. Tekanan eksploitasi terhadap jenis-jenis teripang
tersebut telah menyebabkan populasi alaminya sangat menurun. Hal ini bisa menjadi
masalah yang dilematis karena tidak ada usaha pengelolaan dan pelestariannya
(Darsono 2007).

Pada beberapa penelitian diketahui bahwa teripang mengandung flavonoid


(Memelona et al.dalam Indra, 2012). Beberapa golongan flavonoid telah dibuktikan
memiliki efek antiradang dengan menghambat enzim siklooksigenase atau
lipoksigenase yang dapat mengkatalis metabolisme asam 6 arakhidonat. Flavonoid
dalam bentuk glikosida memiliki sifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut air dan
alkohol. Berdasarkan penelitian Efek penyembuhan luka bakar menggunakan hewan uji
kelinci yang mengalami luka bakar diameter 1,5 cm. menunjukkan bahwa Ekstrak
methanol teripang konsentrasi 30% dalam sediaan gel memeiliki prosentase
penyembuhan luka 74.4% pada hari ke tujuh, sedangkan bioplacenton, kontrol positif,
memiliki prosentase penyembuhan luka 89,4%. Kondisi cedera, pasca operasi dan
kecelakaan merupakan keadaan yang tidak dapat dihindari sehingga rasa sakit akibat
peradangan (inflamasi) sering kali terjadi secara tiba – tiba pada manusia. Menurut
Mutschler dan Korolkovas dalam Djumain (2014)

Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh disebabkan adanya respons


jaringan terhadap pengaruh-pengaruh merusak, baik bersifat lokal maupun yang masuk
ke dalam tubuh. Pengaruh-pengaruh merusak ( noksi ) dapat berupa noksi fisika, kimia,
bakteri, parasit, asam, basa kuat dan bakteri. Sedangkan menurut Bagian Farmakologi
FKUI dalam Wahjo Dyatmiko dkk (2003) Bengkak atau inflamasi merupakan rangkaian
perubahan yang kompleks dalam jaringan akibat cedera jaringan, baik yang disebabkan
oleh bakteri, trauma, zat kimia, panas atau setiap fenomena lainnya. Respon inflamasi
ditandai dengan adanya warna merah karena adanya aliran darah yang berlebihan
pada daerah injuri, panas yang merupakan respon inflamatoris pada permukaan tu buh,
bengkak karena pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke daerah interstisial,
rasa nyeri karena adanya perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu
dan gangguan fungsi belum diketahui secara mendalam dengan jalan bagaimana
fungsi jaringan yang meradang terganggu. Berdasarkan data yang diterbitkan Cheri
dalam Djumain (2014) Penyakit inflamasi banyak dijumpai di Rumah sakit umum,
rumah sakit anak dan rumah sakit gigi, sehingga pemakain obat obat anti inflamasi dari
hari kehari terus meningkat dengan atau tanpa resep dokter.

Dalam penelitian ayumi yusida (2016) membuat formulasi sedian ektrak teripang
emas menghasilkan Karakteristik sediaan krim yang dihasilkan pada penelitian adalah
karakteristik sensori berkisar antara agak suka sampai suka, nilai pH 5,55-5,70,
stabilitas emulsi 100%, penyusutan berat sebesar 2,5-2,765% dan total mikroba <102
koloni/gram sesuai dengan SNI 16-4399-1996.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukanini adalah sebagai berikut:

a.berapa konsentrasi salep ekstrak Teripang pasir (Holothuria scabra) yang efektif
sebagai antiinflamasi dengan metode udem pada kaki kelinci jantan

b.Berapa % rendemen inflamasi pada tripang pasir (Holothuria scabra)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dilakuka ini adalah sebagai berikut :


a. Mengetahui jumlah % rendemen inflamasi pada teripang pasir (Holothuria scabra)
b. Mengetahui konsentrasi pada teripang pasir (Holothuria scabra) dengan menggunakan
metode udem

1.4 Hipotesis penelitian

Tahap produksi inflamasi

1.5 Manfaaat penelitian


Penelitian tripang pasir dalam sediaan gell ini semoga memberi informasi kepada
seluruh masyarakat bahwasanya tripang juga bisa menyembuhkan anti inflamasi
dan masih banyak kandungan bermanfaat di dalamnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Teripang Holothuria scabra

1. Klasifikasi

Menurut Wibowo et al. (1997) dan Martoyo et.al. (2004), klasifikasi

teripang Holothuria scabra (Gambar 1) :

Kingdom : Animalia

Phylum : Echinodermata

Class : Holothuridea

Order : Aspidochirotida

Family : Holothuriidae

Genus : Holothuria

Species : Holothuria scabra

Gambar 1. Holothuria scabra

Anda mungkin juga menyukai