Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang sering

diderita dan menjadi salah satu penyakit kronik yang serius di Indonesia.

Indonesia adalah Negara keempat di dunia yang paling padat dengan jumlah

penduduk 237,6 juta orang pada tahun 2010. Indonesia juga memiliki jumlah

pasien diabetes terbesar ketujuh (7,6 juta), meskipun prevalensi yang relative

rendah (4,8 % termasuk diabetes tipe 1 dan 2 pada individu berusia 20-79 tahun)

pada tahun 2012 (Soewondo dkk, 2013) dalam ( Lubis, Rahmat dan Rahardjo,

2015).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 melakukan

wawancara untuk menghitung proporsi diabetes mellitus pada usia 15 tahun ke

atas. Didefinisikan sebagai diabetes mellitus jika pernah di diagnosis menderita

kencing manis oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita kencing

manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering lapar,

sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan turun.

Hasil wawancara tersebut mendapatkan bahwa proporsi diabetes mellitus pada

Riskesdas 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007

(Kemenkes RI, 2014).

Setengah dari jumlah kasus diabetes mellitus tidak terdiagnosa karena

pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi.

1
Berdasarkan pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan jumlah penderita

diabetes mellitus di dunia tahun 1998 sebanayak 140 juta jiwa. Prediksi Dr Hilary

King dari WHO menyatakan akan meningkat menjadi 300 juta pada tahun 2025 (

Lubis, Rahmat dan Rahardjo, 2015).

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (ADA) dan

World Health Organization (WHO) dikategorikan menjadi DM tipe 1, tipe 2, dan

tipe lain. Dua tipe utama DM adalah tipe 1 dan tipe 2, namun bentuk tersering

adalah DM tipe 2, sekitar 85% dari kasus DM (Sacher dan McPherson, 2004)

dalam (Putri, 2015).

Diabetes mellitus tipe 1 disebut sebagai “diabetes mellitus yang

tergantung pada insulin”. Terkait dengan factor genetic dan sistem kekebalan

tubuh, yang mengakibatkan kerusakan sel-sel yang memproduksi insulin,

sehingga sel tidak mampu untuk memproduksi insulin yang dibutuhkan oleh

tubuh. Insulin dan glucagon dianggap sebagai hormone utama dalam homeostatis

metabolic karena keduanya secara terus-menerus berfluktuasi sebagai respon

terhadap pola makan kita sehari-hari.

Sampai saat ini melalui penelusuran kepustakaan sedikit sekali tulisan di

Indonesia mengenai karakteristik klinis dan laboratorium DM tipe-1. Hal ini

mengakibatkan banyak tenaga medis yang tidak mengetahuinya sehingga sering

sekali salah dalm mendiagnosis pasien DM tipe-1.

2
Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih

mendalam mengenai Regulasi level gula dalam darah oleh glucagon dan insulin

serta informasi mengenai Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT-1).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu untuk.

1. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme regulasi gula dalam darah

oleh hormone insulin dan glucagon.

2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai Diabetes Mellitus Tipe-1

serta hubungan regulasi gula darah terhadap penyakit DMT-1.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Regulasi Level Gula Darah oleh Glukagon dan Insulin

Gula dalam darah yang disebut glukosa berasal dari dua sumber, yaitu

makanan dan yang dproduksi oleh hati. Gula dari makanan yang masuk melalui

mulut dicerna oleh lambung dan diserap oleh usus, kemudian masuk ke dalam

aliran darah. Glukosa ini merupakan sumber energy utama bagi sel tubuh di otot

dan jaringan. Agar dapat melakukan fungsinya, gula membutuhkan insulin

(Tandra, 2017).

Hormon insulin merupakan salah satu hormone yang dihasilkan oleh

pancreas. Hormon ini berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.

Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya akan dirombak

menjadi glikogen untuk disimpan. Kekurangan hormone ini akan menyebabkan

penyakit diabetes yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah.

Kelebihan glukosa tersebut dikeluarkan bersama urin. Tanda-tanda diabetes

mellitus yang sering mengeluarkan urine dlam jumlah banyak, sering merasa haus

dan lapar, serta badan terasa lemas (Tandra, 2017).

Dalam pancreas juga ada sel α yang memproduksi hormone glucagon.

Bila kadar gula rendah, glucagon akan bekerja merangsang sel hati untuk

memecah glikogen menjadi glukosa (Tandra, 2017). Hal ini sejalan dengan

pemikiran Fried dan Hademenos (2005), glucagon yang dihasilkan dalam sel-sel α

pada jaringan pulau-pulau langerhens pancreas, juga bekrja sebagai antagonis

4
insulin. Akan tetapi, glucagon tidak memiliki efek pada otot dan mendorong

terjadinya glikogenolisis hanya di hati.

Kepulauan Langerhans ini menghasilkan hormone insulin dan glucagon

yang digunakan untuk mengatur jumlah gula dalam darah. Insulin akan mengubah

kelebihan glukosa darah menjadi glikogen untuk kemudian menyimpannya di

dalam hati dan otot. Suatu saat ketika tubuh membutuhkan tambahan energy,

glikogen yang tersimpan di dalam hati akan diubah oleh glucagon menjadi

glukosa yang dapat digunakan sebagai energy tambahan (Pangkalan ide, 2012).

Tubuh kita mempunyai hormone-hormon lain yang fungsinya

berlawanan dengan insulin, yaitu glucagon, epinefrin atau adrenalin, dan kortisol

atau hormone steroid. Hormon-hormon ini memacu hati mengeluarkan glukosa

sehingga gula darah bisa naik. Keseimbangan hormone-hormon dalam tubuh akan

mempertahankan gula darah kita tetap dalam batas normal (Tandra, 2017).

Regulasi gula darah merupakan suatu aspek yang luar biasa penting dari

homeostatis. Penanganan glukosa memiliki peran utama dalam pemanfaatan,

pengisian ulang, dan distribusi seluruh bahan bakar metabolic. Perubahan kadar

gula darah secara tajam akan menganggu kinerja dan kesehatan, bahkan

mengancam kehidupan. Pada kadar gula darah yang rendah, akan terjadi rasa

pening dan gejala-gejala malfungsi otak terkait. Hal itu disebabkan otak nyaris

sepenuhnya bergantung pada glukosa sebagai bahan bakar. Ketika kadar glukosa

meningkat jauh di atas 80 sampai 110 mg / 100 ml darah, yang dianggap sebagai

kadar normal, terjadilah gangguan aliran darah pada kapiler. Peningkatan kadar

gula darah dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan retina dan akhirnya

5
kebutaan, kerusakan ginjal, serta kerawanan terhadap infeksi dan bahkan

gangrene. Kerusakan kardiovaskular juga berasosiasi dengan kegagalan penjagaan

kondisi tunak kadar glukosa (Fried dan Hademenos, 2005).

Berbagai hormone bekrja bersama-sama untuk menjaga kadar gula darah

agar tetap stabil, tetapi yang paling penting adalah insulin yang merupakan suatu

peptide. Insulin adalah hormone pelindung homeostatis karbohidrat yakni insulin

mengurangi kadar gula dalam darah dengan cara mendorong pemanfaatan,

penyimpanan, dan koversi metabolic simpanan glukosa (Fried dan Hademenos,

2005).

Insulin luar biasa sensitive terhadap kadar gula darah, dan merupakan

bagian efektor dalam suatu sirkuit umpan balik negative yang menjaga

kekonstanan kadar tersebut. Begitu kadar gula darah mulai meningkat, sel-sel β

dari jaringan pulau-pulau Langerhans pada pancreas meningkatkan sintesis dan

pelepasan insulin. Efek dari meningkatnya titer insulin dalam darah adalah

reduksi konsentrasi gula,. Reaksi-reaksi yang diperantarai oleh insulin berikut ini

adalah menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darah:

1. Peningkatan pembentukan glikogen hepatic (hati) yang dipengaruhi oleh

peningkatan terinduksi-insulin dari glikogen sintetase, suatu enzim yang

mendorong penyimpanan glikogen

2. Peningkatan permeabilitas otot dan sel-sel lemak terhadap glukosa,

akibatnya sebagian glukosa dari darah yang mengalir melalui jaringan-

jaringan tersebut hilang.

6
3. Peningkatan oksidasi glukosa, sehingga suplai glukosa bebas pun

berkurang.

4. Peningkatan sintesis protein dari asam-asam amino, sehingga terjadi

ketergantungan yang lebih besar terhadap karbohidrat sebagai bahan

bakar, dan bukannya asam amino.

Gambar 2.1 Regulasi hormone insulin dan glucagon dalam


mempertahankan homeostatis gula darah dalam tubuh.

Insulin dan glucagon adalah dua hormone utama yang mengatur

mobilisasi dan penyimpanan bahan bakar. Fungsi keduanya adalah untuk

memastikan bahwa sel mendapat pasokan glukos, asam lemak, dan asam amino

secara terus-menerus untuk membentuk ATP dan memelihara sel.

Karena sebagian besar jaringan secara parsial atau total bergantung pada

glukosa untuk menghasilkan ATP dan untuk membentuk precursor jalur lain,

insulin dan glucagon harus mempertahankan kadar glukosa darah mendekati 80-

100 mg/dL walaupun kenyataannya bahwa asupan karbohidrat dalam satu hari

7
sangat bervariasi. Pemeliharaan kadar glukosa darah yang konstan (homeostatis

glukosa) memerlukan kedua hormone ini untuk mengatur metabolisme

karbohidrat, lemak, dan asam amino sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas

masing-masing jaringan. Pada dasarnya, asupan semua bahan bakar melalui

makanan yang melebihi kebutuhan segera akan disimpan, dan apabila timbul

kebutuhan, bahan bakar yang sesuai akan dimobilisasi.

Konsentrasi insulin dan glucagon dalam darah mengatur penyimpanan

dan mobilisasi bahan bakar. Insulin, yang dikeluarkan sebagai respon terhadap

ingesti karbohidrat, mendorong penggunaan glukosa sebagai bahan bakar dan

penyimpanan glukosa sebagai lemak dan glikogen. Insulin adalah hormone

anabolic utama dalam tubuh. Selain meningkatkan penyimpanan bahan bakar,

insulin meningkatkan sintesis protein dan pertumbuhan sel. Kadar insulin darah

menurun seiring dengan penyerapan dan penggunaan glukosa oleh jaringan.

Glukagon, hormone utama yang melawan kerjakerja insulin, berkurang sebagai

respon terhadap makanan karbohidrat dan meningkat selama keadaan puasa.

Konsentrasi glucagon di dalam darah member sinyal mengenai tidak adanya

glukosa dalam makanan, dan glucagon mendorong pembentukan glukosa melalui

glikogenolisis (penguraian glikogen) dan glukoneogenesis (sintesis glukosa dari

asam amino prekusor nonkarbohidrat lainnya). Peningkatan kadar glucagon

relative terhadap insulin juga merangsang mobilisasi asam lemak dari jaringan

adipose.

8
B. Definisi Diabetes Mellitus (DM)

Kencing manis atau penyakit gula, sudah dikenal sejak lebih kurang dua

ribu tahun yang lalu. Dua ahli kesehatan Yunani yaitu Celcus dan Areteus,

memberikan nama atau sebutan diabetes pada orang yang menderita banyak

minum dan banyak kencing. Oleh karena itu, hingga saat ini penderita banyak

minum dan banyak kencing tersebut, dalam dunia kedokteran dikenal dengan

istilah Diabetes Mellitus (bahasa latin: Diabetes = penerusan; mellitus= manis)

(Lenywati, 2001).

Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit

gangguan metabolic menahun akibat pancreas tidak memproduksi cukup insulin

atau tubuh tidak dapat mengunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin

adalah hormone yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi

peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Kemenkes,

2014).

Hiperglikemia atau gula darah yang meningkat, merupakan efek umum

dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan

kerusakan serius pada banyak system tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah

(WHO, 2011) dalam (Putri, 2015).

Terdapat dua kategori utama diabetes mellitus yaitu tipe 1 dan tipe 2.

Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/ childhood-onset

diabetes, ditandai dengan kurangnya insulin. Diabetes tipe 2, dulu disebut non-

insulin-dependent atau adult-onset diabetes, disebabkan penggunaan insulin yang

kurang efektif oleh tubuh (Kemenkes, 2014).

9
Menurut Kurniawaty (2014), menyatakan diabetes mellitus

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Diabetes mellitus tipe 1, terjadi destruksi sel β pancreas, umumnya

menjurus ke defisiensi insulin absolute akibat proses imunologik maupun

idiopatik.

b. Diabetes mellitus tipe 2, penyebab spesifik dari tipe diabetes ini masih

belum diketahui, terjadi gangguan kerja insulin dan sekresi insulin, bisa

predominan gangguan sekresi insulin ataupun predominan resistensi

insulin.

c. Diabetes mellitus tipe lain, disebabkan berbagai macam penyebab lainnya

seperti defek genetic fungsi sel beta, defek genetic pada kerja insulin,

penyakit eksokrin pancreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia,

infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan sindrom genetic lain yang

berkaitan dengan DM.

d. Diabetes mellitus gestational, yaitu diabetes yang terjadi pada kehamilan,

diduga disebabkan oleh karena resistensi insulin akibat hormone-hormon

seperti prolaktin, progresteron, estradiol, dan hormone plasenta.

C. Diabetes Melitus (DM) Tipe 1

Menurut Hospital Authority (2018) diabetes mellitus tipe 1 disebut

sebagai “diabetes mellitus yang tergantung pada insulin”. Terkait dengan factor

genetic dan sistem kekebalan tubuh, yang mengakibatkan kerusakan sel-sel yang

memproduksi insulin, sehingga sel tidak mampu untuk memproduksi insulin yang

10
dibutuhkan oleh tubuh. Kelompok orang yang sering mengidap penyakit ini

adalah anak-anak dan remaja, yang mewakili 3% dari jumlah seluruh pasien yang

ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarsi (2010), menyatakan bahwa penyakit

diabetes mellitus tipe-1 sering muncul pada penyakit otoimun yang berkaitan

dengan sel beta pancreas. Penyebab terbanyak adalah kesalahan reaksi otoimun

yag menhancurkan sel beta pancreas. Reaksi otoimun dapat dipicu oleh adanya

infeksi dalam tubuh.

Pankreas mengandung sekumpulan sel yang disebut kepulauan

Langerhens. Beberapa fungsi dari pancreas adalah:

1. Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glucagon, yang

menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan

dari hati.

2. Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang

mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot.

Insulin juga merangsang hati untuk mengubah glukosa menjadi glikogen

dan menyimpannya di dalam sel-selnya (Pangkalan ide, 2012).

Diabetes Mellitus Tipe-1 (diabetes juvenile) merupakan jenis diabetes

yang serius, diabetes ini mulai terjadi saat seseorang masih muda usianya, dan

nyaris harus selalu diatasi dengan injeksi insulin. Karenanya diabetes juvenile

dikenal juga sebagai diabetes mellitus tergantung insulin (insulin-dependent

diabetes mellitus). Insulin diinjeksi atau diimplantasi dalam suatu alat tetes

berkesinambungan di bawah kulit. Insulin tak dapat dimasukkan secara oral,

karena rentan terhadap penguraian oleh system pencernaan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya

yaitu :

1. Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit

gangguan metabolic menahun akibat pancreas tidak memproduksi cukup

insulin atau tubuh tidak dapat mengunakan insulin yang diproduksi

secara efektif.

2. Diabetes Mellitus Tipe 1 dikenal juga sebagai diabetes mellitus

tergantung insulin (insulin-dependent diabetes mellitus). terjadi

destruksi sel β pancreas, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolute akibat proses imunologik maupun idiopatik.

3. Regulasi gula darah merupakan suatu aspek yang luar biasa penting dari

homeostatis atau menjaga keseimbangan oleh hormone-hormon

diantaranya adalah insulin dan glukagon. Penanganan glukosa memiliki

peran utama dalam pemanfaatan, pengisian ulang, dan distribusi seluruh

bahan bakar metabolic.

12

Anda mungkin juga menyukai