Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

TEORI DAN PRAKTEK PERENCANAAN

PENERAPAN URBAN DESIGN PRINCIPLES PADA KOTA


MELBOURNE, AUSTRALIA (DEVELOPED COUNTRIES)
DISEBANDINGKAN DENGAN BANDUNG, INDONESIA
(DEVELOPING COUNTRIES)

OLEH :

Servasius M Said

Michael Hans Victor Kambu

I D G Naradhipa Hudyana

2018
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 2

1.1. Gambaran Umum.................................................................................. 2


1.1.1. Kota Melbourne .................................................................................... 2
1.1.2. Kota Bandung ....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7

2.1. Teori Urban Design ............................................................................... 7


2.1.1 Definisi Urban Design ............................................................................ 7
2.1.2 Figure Ground Theory ........................................................................... 7
2.1.3 Linkage Theory ..................................................................................... 8
2.1.4 Place Theory ......................................................................................... 9
2.2. Kota Layak Huni................................................................................... 11

BAB III Pembahasan ...................................................................................... 13

BAB IV Kesimpulan ....................................................................................... 26

4.1. Kesimpulan .......................................................................................... 26

Daftar Pustaka

1
BAB 1. PENDAHULUAN

Pada Tahun 2017 lalu The Economist Intelligence Unit (EIU) memperlihatkan daftar
kota dengan kualitas hidup terbaik di dunia. Kota-kota ini juga didapuk sebagai kota yang
paling layak ditinggali, sebanyak 140 kota di seluruh dunia diikutsertakan dalam penilaian
survei ini. EIU menilai kualitas kota dari lima kategori yaitu stabilitas, akses kesehatan,
lingkungan dan kebudayaan, pendidikan hingga infrastruktur. Tiap kota diberikan skor 1
sampai 100. Kota yang mendapat skor tertinggi dianggap memiliki kelayakan paling baik
sebagai tempat tinggal, dan Kota yang Layak mendapat penghargaan tersebut adalah Kota
Meulbourne di negara bagian Victoria Australia, Kota ini mendapatkan penghargaan Sejenis
untuk yang ketujuh kalinya. (sumber CNBC,28/08/2017)
Kota Meulbourne merupakan kota yang berhasil dalam menerapkan antara teori dan praktek
perencanaan sehingga mampu mengimplementasikan dengan baik kebutuhan akan sebuah
kota yang layak dijadikan hunian bagi penduduknya.

Tugas kali ini, kami coba membandingkan antara Kota Meulbourne sebagai kota
layak huni yang berada pada Negara Maju, dimana memiliki implementasi dari urban desain
dan urban planning yang baik, akan kami coba bandingkan dengan Kota Bandung di
Indonesia yang secara kualitas kenyamanan hidup di Indonesia masuk dalam kategori
berhasil dalam 5 tahun terakhir ini.

1.1 Gambaran Umum


 Kota Melbourne

Area wilayah Kota Melbourne merupakan daerah yang terletak di negara bagian Victoria
di australia, dengan luas wilayah mencapa 9992,7 Km persegi dengan jumlah penduduk
sebesar hampir 4,5 Juta jiwa, dan merupakan kota yang berfunsi sebagai ibukokta negara
bagian Victoria juga sebagai pusat bisnis, admiistrasi budaya dan rekreasi. Kota Melbourne
sendiri meliputi hanya 37,7 Km persegi dengan populasi yang mendiami pemukiman
disekitaranya berjumlah hanya 148.000 (pada tahun 2016). Melbourne dalam 180 tahun
berdirinya, daerah ini mengalami banyak pasang surut, dimulai dengan kejayaan para
pendulang emas, hingga keruntuhannya juga mengalami masa dua kali perang dunia hingga
ledakan penduduk akibat membanjirnya migrasi setelah perang Dunia ke-2, dan hari ini
Melbourne telah berada di tengah masa kejayaan Asia. Migrasi ke Benua Australia dimana
salah satu kota yang dituju adalah Kota melbourne maka menjadikan kota ini memiliki
keunikan karakter penduduk yang multi ras dan bangsa, dan hal diatas berdampak langsung

2
pada perencanaan kota Melbourne sendiri agar dapat menjadi kota yang layak huni dan
mendukung kebutuhan akan warga yang menghuninya.

Kota Melbourne dengan jumlah populasi penduduk sebesar 4,5 Juta jiwa dan
diprediksi akan mencapai 8 Juta jiwa pada tahun 2051, tentunya akan menghadapi banyak
masalah, dan butuh perencanaan yang terintegrasi dan konprehensif. Kota melbourne dalam
perencanaannya mengikuti kaidah yang berlaku secara umum bagi kota layak huni, dalam
cetak biru perencanaan 35 tahun 2017 -2050 dapat dibagi atas manajemen pertumbuhan
penduduk, pertumbuhan ekonomi, penciptaan hunian yang layak dan mudah diakses,
peningkatan transportasi, tanggap terhadap perubahan iklim, komunitas yang saling
terhubung.

Pada kesempatan ini kami melihat Kota Melbourne dari sisi perencanaan Ruang
Terbuka yang dapat dikelompokan sebagai bagian dari Kota yang tanggap terhadap
perubahan Iklim sekaligus sebagai Kota yang layak huni. Kota melbourne memiliki luas
wilayah ruang terbuka hijau 480 hektar atau sekitar 40 % dari total luas kota yang sebesar
8.831 Km Persegi dan wilayah terbuka seperti pedestrian . Kota Melbourne juga dikenal
karena taman taman Kota , kebun Kota, jalan-jalan yang ditumbuhi oleh Pepohonan disisi kiri
dan kanan jalan, juga jajaran bunga bunga indah yang mewarnai kebun dan taman , selain
indah dan hijau hal lain yang berdampak langsung terhadap kota adalah kota terasa lebih
sejuk sehingga membuat nyaman para pejalan kaki yang berjalan sepanjang trotoar atau
pedestrian yang tersebar di seluruh kota melbourne.

Dalam perencanaan kedepan dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan dan


hubungannya dengan Kota Hijau maka pemerintah kota Melbourne melakukan terobosan
terobosan yang inovatif seperti pengunaan atap hijau dan penghijauan vertikal yang
diharapkan dengan hal ini mampu menyerap panas pada bangunan tinggi sekaligus
menurunkan suhu dalam bangunan secara alami.

3
Gambar 1.1 Peta Melbourne

 Kota Bandung

Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat, memiliki luas 167.2965 km
persegi. Kota Bandung berada pada ketinggian 791m dpl dengan morfologi yang dikelilingi
oleh gunung – gunung dan berada ditengah seperti sebuah mangkok atau cekungan sehingga
rawan akan banjir, Kota ini dialiri oleh Sungai Cikapundung dan 18 Anak sungai diantaranya
sungai Cipaku, Cibeunying, Cipamokolan, cikapayang, Cipadung,dll yang bermuara ke
Sungai Ciliwung., beriklim pegunungan yang relatif sejuk dengan suhu rata rata harian 23,5
derajat celcius, memiliki curah hujan yang dari sedang sampai tinggi (Sumber RPJMD Kota
Bandung 2013-2018). Jumlah penduduk Kota Bandung pada tahun 2012 sebesar 2.455.517

4
Jiwa (Bps Kota Bandung) dengan rata rata pertumbuhan penduduk sejak tahun 2007-2012
sebesar 1,06 % yang berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk adalah 147 jiwa/ Km2 dan
diprediksi pada tahun 2018 ini jumlah penduduk kota bandung menjadi 2,5 Juta jiwa dengan
di dominasi oleh Suku bangsa Sunda, selanjutnya Jawa, Batak dan suku suku lainnyayang
berasal dari seluruh wiyah Indonesia, dengan mata pencaharian yaitu bertani, PNS,,
Pengusaha, Mahasiswa,dll.Bandung sendiri selsin terkenal akan keindahan Kotanya dan
Udaranya ang sejuk, juga memeiliki 3 Universitas Negeri ( ITB, UPI dan UNPAD) dan
banyak Universitas Swasta dan lembaga pendidikan ketrampilan yang jumlahnya mencapai
Ratusan sehingga menjadi daya tarik bagi banyak oarang untuk datang dan
berkuliah/kursus/belajar di kota ini.Penghasilan utama kota ini lebih banyak dihasilkan oleh
hasil industri kreatif dan kuliner kreatif yang memberi dampak langsung terhadap Industri
Pariwisata yaitu sebagai salah satu daya tarik pariwisata bagi Kota bandung.

Jaringan Trnsportasi dari dan menuju Kota bandung terdiri atas jaringan transportasi
Kereta api, Transportasi Jalan , Juga Transportasi Udara. Jalur Rel Kereta Api Utama Jakarta
Bandung juga dari jogja dan solo ke bandung terbentang dari barat ke timur, Untuk Jalan
Raya terdapat Jalan Tol Dalam Kota Bandung atau Bandung Inner Ring Road adalah jalan tol
yang melewati dalam Kota Bandung. Rencananya jalan tol ini berfungsi untuk memecah 50%
kemacetan kota Bandung. Panjang: 27,3 km,Ujung sebelumnya: Jalan Tol Purbaleunyi; Jalan
Tol Cipularang, Ujung berikutnya: Jalan Tol Cisumdawu; Jalan Tol Cileunyi-Garut-
Tasikmalaya (Wikipedia), sedangkan moda transportasi melewati Bandara Husein
Sastranegara.

5
Gambar 1.2 Peta Kota Bandung
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Urban Desain
2.1.1 Definisi Urban Design
Para ahli mendefinisikan pengertian mengenai urban design sebagai berikut:
1. Robert M. Beckley, (1979) Urban Design adalah suatu jembatan antara profesi
perencanaan kota dan arsitektur. Perhatian utama Urban Design adalah pada bentuk
fisik kota.
2. Minaret Branch (1995) Di dalam perencanaan kota komprehensif, perancangan kota
memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya dari berbagai aspek proses
perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia
terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter
spasial”
3. Harry Anthony (dalam buku Antoniades, 1986) memberi pengertian bahwa
perancangan kota merupakan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik, ekonomis untuk dibangun, dan
memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di dalamnya

2.1.2 Figure Ground Theory (solid-void plan)

Berisi tentang lahan terbangun (urban solid) dan lahan terbuka (urban void).
Pendekatan figure ground adalah suatu bentuk usaha untuk memanipulasi atau mengolah
pola existing figure grounddengan cara penambahan, pengurangan, atau pengubahan pola
geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara massa bangunan dengan
ruang terbuka.

1. Urban solid

Tipe urban solid terdiri dari:

1. Massa bangunan, monumen


2. Persil lahan blok hunian yang ditonjolkan
3. Edges yang berupa bangunan
2. Urban void
Tipe urban void terdiri dari:

1. Ruang terbuka berupa pekarangan yang bersifat transisi antara publik dan privat
2. Ruang terbuka di dalam atau dikelilingi massa bangunan bersifat semi privat sampai
privat
3. Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi aktivitas publik
berskala kota
4. Area parkir publik bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang berfungsi preservasi
kawasan hijau
5. Sistem ruang terbuka yang berbentuk linier dan curvalinier. Tipe ini berupa daerah aliran
sungai, danau dan semua yang alami dan basah.

2.1.3 Teori Keterkaitan (Linkage Theory)

Linkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu
dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik yang satu dengan
yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang
berbentuk segaris dan sebagainya. Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam
perekat kota yang sederhana, suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan
kegiatan yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Teori ini terbagi menjadi 3 tipe linkage
urban space yaitu:

1. Compositional form

Bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri secara 2 dimensi. Dalam tipe ini
hubungan ruang jelas walaupun tidak secara langsung

2. Mega form

Susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka berbentuk garis lurus dan


hirarkis.

3. Group form

1
Bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada sepanjang ruang terbuka. Kota-kota
tua dan bersejarah serta daerah pedesaan menerapkan pola ini.

2.1.4 Teori lokasi (Place Theory)

Teori ini berkaitan dengan space terletak pada pemahaman atau pengertian terhadap
budaya dan karakteristik manusia terhadap ruang fisik. Space adalah void yang hidup
mempunyai suatu keterkaitan secara fisik. Space ini akan menjadi place apabila diberikan
makna kontekstual dari muatan budaya atau potensi muatan lokalnya
Salah satu bentuk keberhasilan pembentuk place adalah seperti aturan yang
dikemukakan Kevin Lynch untuk desain ruang kota:

1. Legibillity(kejelasan)
Sebuah kejelasan emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya.
Artinya suatu kota atau bagian kota atau kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelas
mengenai distriknya, landmarknya atau jalur jalannya dan bisa langsung dilihat pola
keseluruhannya.
2. Identitas dan susunan
Identitas artinya image orang akan menuntut suatu pengenalan atas suatu obyek dimana
didalamnya harus tersirat perbedaan obyek tersebut dengan obyek yang lainnya, sehingga
orang dengan mudah bisa mengenalinya. Susunan artinya adanya kemudahan pemahaman
pola suatu blok-blok kota yang menyatu antar bangunan dan ruang terbukanya
3. Imageability
Artinya kualitas secara fisik suatu obyek yang memberikan peluang yang besar untuk
timbulnya image yang kuat yang diterima orang. Image ditekankan pada kualitas fisik
suatu kawasan atau lingkungan yang menghubungkan atribut identitas dengan
strukturnya.
Kevin Lynch menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah
kota, yaitu:
 Paths
Adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan
mudah. Paths berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api, dan yang lainnya.

2
 Edges
Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang merupakan
batas antara 2 jenis fase kegiatan. Edges berupa dinding, pantai hutan kota, dan lain-
lain.
 Districts
Districts hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan dari luar
apabila memiliki kesan visual. Artinya districts bisa dikenali karena adanya suatu
karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah.
 Nodes
Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk memasuki districts yang
berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi memecah, paths menyebar dan
tempat mengumpulnya karakter fisik.
 Landmark
Adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik
buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa
dengan mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan.

Gambar 2.1 Image Kota

4. Visual and symbol conection


 Visualconection
Visual conection adalah hubungan yang terjadi karena adanya kesamaan visual antara
satu bangunan dengan bangunan lain dalam suatu kawasan, sehingga menimbulkan
image tertentu. Visual conection ini lebih mencangkup ke non visual atau ke hal yang
lebih bersifat konsepsi dan simbolik, namun dapat memberikan kesan kuat dari
kerangka kawasan
Dalam pengaturan suatu landuse atau tata guna lahan, relasi suatu kawasan memegang
peranan penting karena pada dasarnya menyangkut aspek fungsional dan efektivitas.

3
Seperti misalnya pada daerah perkantoran pada umumya dengan perdagangan atau
fungsi-fungsi lain yang kiranya memiliki hubungan yang relevan sesuai dengan
kebutuhannya.
 Symbolicconection
Symbolic conection dari sudut pandang komunikasi simbolik dan cultural
anthropologymeliputi:
1. Vitality
Melalui prinsip-prinsip sustainance yang mempengaruhi sistem fisik, safety yang
mengontrol perencanaan urban struktur, sense seringkali diartikan sebagai sense of
place yang merupakan tingkat dimana orang dapat mengingat tempat yang merupakan
tingkat dimana orang dapat mengingat tempat yang memiliki keunikan dan
karakteristik suatu kota.
2. Fit
Menyangkut pada karakteristik pembangkit sistem fisikal dari struktur kawasan yang
berkaitan dengan budaya, norma dan peraturan yang berlaku.

2.2. Kota Layak Huni

Pengertian Kota Layak Huni adalah dimana masayarakat dapat hidup dengan nyaman
dan tenang dalam suatu kota. Menurut Halweg (1997), Kota yang layak huni adalah kota
yang dapat menampung seluruh kegiatan masyarakat dan kota yang aman bagi selutuh
masyarakat.

Dalam mewujudkan kota yang layak huni atau Livable City harus mempunyai prinsip
prinsip dasar. Prinsip dasr ini haru dimiliki oleh kota-kota yang inggin menjadikan kotanya
sebagai kota layak huni dan nyaman bagi masyarakat kota. Berikut ini merupakan
prinsipprinsip dasar untuk mewujudkan Livable City:

1. Menurut Lennard (1997), prinsip dasar untuk Livable City adalah:

 Tersedianya berbagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan (hunian yang layak,


air bersih, listrik).

 Tersedianya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial (transportasi publik, taman
kota, fasilitas ibadah/kesehatan/ibadah).

4
 Tersedianya ruang dan tempat publik untuk bersosialisasi dan berinteraksi.

 Keamanan, Bebas dari rasa takut.

 Mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya.

 Sanitasi lingkungan dan keindahan lingkungan fisik.

2.Menurut Douglass (2002), dalam Livable City dapat dikatakan bertumpu pada
4 (empat) pilar, yaitu:
 Meningkatkan sistem kesempatan hidup untuk kesejahteraan masyarakat.
 Penyediaan lapangan pekerjaan.
 Lingkungan yang aman dan bersih untuk kesehatan, kesejahteraandan untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
 Good governance

5
BAB 3. PEMBAHASAN.

Kota layak huni atau Livable City menurut Douglas (2002) memiliki 4 pilar seperti
yang di jelaskan pada bagian sebelumnya, dan pada saat ini kita akan membahas tentang
keempat hal itu pada penerapan di kota Melbourne yang dibandingkan secara langsung
dengan penerapannya di Kota Bandung dan bagaimana pencapaiannya sejauh ini.

1. Sosial ( Pilar 1. Meningkatkan Sistem Kesempatan Hidup untuk Kesejahteraan


Masyarakat)

Kota Melbourne memiliki penangan terhadap pilar ini meliputi aspek


penanganan yang lengkap dan menyeluruh dengan meninjau akan kesejahteraan bukan
hanya dari segi fisik saja namun juga dari segi non fisik, hal ini dapat kita lihat dimana
pada penanganan yang meliputi Perawatan anak, pendidikan, pelayanan kesehatan dan
pendukungnya, tempat berkumpul dan balai pertemuan, perpustakaan, penyelenggaraan
acara acara khusus kemasyarakatan, parkir dan ruang terbuka, manajemen bahaya dan
keselematan, olahraga dan rekreasi, komunitas yang kuat dan organisasi, berperahu dan
jalur-jalurnya.

Untuk Kota Bandung sendiri pilar pertama ini tertuang dalam visi misi Walikota
Bandung periode 2013- 2018 yang ditekankan secara khusu kepada misi 3 yaitu
Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing. Dimaksudkan
untuk mewujudkan warga Kota Bandung yang sehat, cerdas, dan berbudaya yang
bercirikan meningkatnya ketahanan keluarga, menurunnya jumlah Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), tingginya peran pemuda dalam pembangunan,
meningkatnya prestasi olah raga tingkat nasional dan internasional, terpeliharanya seni
dan warisan budaya, yang selanjutnya dijabarkan dalam bidang bidang Pendidikan,
perpustakaan,kesehatan,pertanian KB,pemberdayaan Perempuan dan perlindungan
anak, sosial,kepemudan dan olahraga, kebudayaan,pemeberdayaan msyarakat.

Pelayanan Kesehatan untuk Kota Bandung pada hari ini menunjukkan tingkat
pelayanan yang baik bukan saja dari sisi infrastruktur gedung namun juga dalam
pelayanan kesehatan yang semakin baik, dalam upaya pelayanana perpustakaan juga
terlihat ada banyak perpustakaan dan ruang baca yang mulai dikembangkan dalam 5
tahun terakhir yang menuajikan tempat yang nyaman untuk membaca buku dengan

6
akses mendapatkan buku yang muda serta banyaknya jumlah dan judul buku yang
disedikan. Pengembangan Seni dan Budaya bagi Walikota Ridwan kamil adalah dua
hal yang menjadi pilar utama dalam visi pembangunannya, berbudaya ini adalah kata
kunci yang membuat Kota bandung memiliki ciri dalam pengembangan Kotanya.
Ruang – ruang Kreatif untuk berekspresi disediakan sekaligus membuat Ruang
Terbuka Hijau yang lebih adaptif terhadap perilaku dan kebiasaan anak Muda Kota
Bandung, Taman dengan Tema tema tertentu seperti Taman Lansia, Taman Musik,
Taman Olahraga juga dikembangkan, Taman Film adalh satu ikon Bandung yang
memmberi warna sendiri. Hal hal yang terlihat di Bandung ini menjadikan Bandung
dengan IPM tertinggi sekaligus juga menaikan Indeks Kebahagiaan warganya.

2. Ekonomi ( Pilar 2. Penyediaan lapangan pekerjaan)

Kota Melbourne telah dalam data yang dikeluarakan pada bulan september
2018 menggambarkan dengan jelas hasil sensus City of Melbourne Census of Land Use
and Employment (CLUE) tahun 2017, dimana terangkum dengan beberapa hasil yang
dapat kami tampilkan disini diantaranya terdapat 461.000 pekerjaan di seluruh Kota
Melbourne. Naik dari 383.000 pada tahun 2007 (1,9 persen rata-rata peningkatan
tahunan), lalu Ekonomi Kota bernilai $ 94,96 miliar. Naik dari $ 92,1 miliar pada
tahun 2016, terdapat 37.400 pekerjaan baru yang dibuat di Docklands sejak 2007,
dengan total 58.600 pekerjaan.,selanjutnya ada 83.100 tempat tinggal di seluruh Kota
Melbourne. Naik dari 49.120 pada tahun 2007 (5,4 persen rata-rata peningkatan
tahunan).

Kota Bandung sendiri didalam Misi ke empat Membangun Perekonomian yang


kokoh, maju, dan berkeadilan dengan program programnya adalah Ketenagakerjaan,
Penanaman modal, Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah, Perdagangan,industri,
pariwisata, ketahanan pangan, perdagangan, dan pertanian adalah Dimaksudkan
untuk meningkatkan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja, menciptakan
iklim usaha yang kondusif, mengembangkan koperasi dan UMKM, mewujudkan
pariwisata yang berdaya saing dan bekelanjutan, Meningkatkan ketahanan pangan.
Mengembangkan sistem pembiayaan kota terpadu. Contoh program yang dapat dilihat
adalah Upaya menciptakan lapangan kerja adalah dengan memabngun kota baru di

7
kawasan Gedebage atau yang dikenal sebagai kota baru Summareon Bandung yang bisa
berdampak bagi pertumbuhan usaha dan investasi yang akan mendukung penyerapan
tenaga kerja yang tinggi. Kota Bandung sendiiri sangat disayangkan karena data
ketenaga kerjaan yang terupdate hanya berda pada hasil survey ekonomi 2010 dan
pendataan terakhir adalah pada tahun 2012.

3. Lingkungan ( Pilar 3. Lingkungan yang aman dan bersih untuk kesehatan,


kesejahteraandan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.)

Kota Melbourne pada aat ini mencanangkan untuk menjadi kota denga emisi
gas karbon terendah untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim, lingkungan yang
berkelanjutan membuat Kota Melbourne mengambil kebijakan untuk juga
mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi Nol persenpada tahun 2050 nanti.
Perencanaan Lingkungan dan transportasi yang terpadu dimana membuat
ketergantungan pada kendaraan seperti mobil dan motor pribadi juga direncanakan
dengan baik, disamping kesadaran untuk melakukan sosialisasi penangan bencana dan
mitigasi bencana yang baik dan terpadu demi penciptaan lingkungan yang lebih baik,
Kota Melbourne juga menggalakan penghematan penggunaan energi rumah tangga,
kemudian mendaur ulang air yang digunakan, dan penangan limbah yang baik.
Dimana kota ini akan menghasilkan lebih sedikit limbah, dengan teknologi pemulihan
sumber daya mengekstraksi nilai ekonomi dari daur ulang aliran limbah.hal yang
terakhir adlh menjadikan Kota Melbourne menjadi lebih sejuk, lebih hijau dan lebih
layak huni. Akses masyarakat ke ruang terbuka dan alam akan ditingkatkan dan
proses keanekaragaman hayati dan ekologi akan dijaga untuk generasi mendatang.

Implementasi. Kota Melbourne dalam pembangunan yang berkelanjutan


dengan konsep pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan ini dapat kita lihat dalam program yang ditawarkan kepada warga
atau penduduk Kota. Program dan penawaran untuk warga seperti program Love
Food Hate Waste (makan dengan mencermati makanan yang dimakan agar tidak
menimbulkan samapah),Program hadiah GreenMoney dimana Daur ulang, dihargai

8
dengan diskon dan penawaran khusus juga adanya Rumah pengomposan untuk
mengurangi sampah dapur dengan peternakan cacing atau tempat sampah kompos
selanjutnya juga ada program Spring Clean yaitu akses penawaran gratis dan layanan
ekstra untuk penduduk selama musim semi, dll.

Arah kebijakan Pengembangan Kinerja Pengelolaan PersampahanKota


bandung dengan program pengadaan bank sampahadalah untuk meningkatakan
kesadaran penduduk Kota bandung akan pentingnya pengelolaan sampah
domestik/rumah tangga yang bertanggung jawab selain itu hal lain yang enjadi
program adalah , juga terbangunnya infrastruktur tempat pengolahan sampah berbasis
teknologi ramah lingkungan. Kota Bandung Produktivitas sampah di kota
mentropolitan seperti Bandung yang notabene ibukota dari Jawa Barat pastilah tinggi.
Berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa—sampah yang dihasilkan bisa mencapai 1.500 –
1.600 ton dalam hitungan hari. secara umum 65% sampah masih didominasi oleh
sampah domestik. Dari jumlah itu, baru sekitar 300 ton per hari yang bisa diolah
menjadi bahan kerajinan, kompos, bahan bakar gas, dan listrik. Dari total sampah
yang dihasilkan, hanya 1200 ton sampah yang bisa diangkut ke tempat pembuangan
akhir (TPA). Sementara sisanya masih berada di tempat pembuangan sementara
(TPS) dan berserakan di sudut kota ataupun sungai.

9
Gambar3.1

Suasana di di tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung

Persoalan Sampah ini menjadi Persoalan Kebutuhan TPA bagi Kota


Bandung dan ketiadaan lahan yang cukup mengakibatkan Pemerintah Kota Bandung
merencanakan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Bandung
Timur, tepatnya di Wilayah Pengembangan Gedebage. Cara pengelolaan sampah yang
direncanakan adalah dengan menggunakan incinerator, dari sampah sebagai bahan
baku kemudian akan dihasilkan energi listrik. Pihak yang bertindak sebagai penyedia
sampah yang akan diolah di PLTSa adalah PD Kebersihan Kota Bandung. Energi
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 23/No.3 Desember 2012 227 listrik yang
dihasilkan rencananya akan dibeli oleh PT PLN. Secara teknis, metode yang
direncanakan akan diterapkan oleh Pemerintah Kota Bandung tersebut sesuai dengan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

10
4, Tata Kelola Pemerintahan (Pilar 4. )

Membentuk kota melalui kepemimpinan dan kemitraan adalah model


kepemimpinan yang dianut oleh Kota Melbourne dalam Tata Kela Pemerintahanya,
Perencanaan kota sangat rumit dengan tanggung jawab untuk perencanaan dan
kewenangan metropolitan yang dibagi di tiga tingkat pemerintahan yaitu tingkat
negara bagian, regional dan lokal menjadi tantangan utama untuk Rencana
Melbourne adalah memastikannya dilaksanakan dengan benar Perencanaan tersebut
melalui pengawasan yang berjenjang ini. Perencanaan Melbourne akan diawasi oleh
Departemen Lingkungan, Tanah, Air dan Perencanaan dan melibatkan partisipasi dari
banyak mitra pelaksana, termasuk departemen pemerintah, lembaga dan dewan lokal.
Kemitraan Metropolitan dan kelompok lain akan mendukung pelaksanaan banyak
tindakan Rencana Melbourne, termasuk keterlibatan dengan masyarakat setempat
tentang prioritas mereka. Kerangka pemantauan dan pelaporan telah dikembangkan
untuk melacak kemajuan pelaksanaan Perencanaan Melbourne. Perencanaan
Melbourne dan Rencana Implementasinya akan ditinjau secara resmi setiap lima
tahun, dengan Laporan kemajuan akan tersedia untuk umum dan diterbitkan setiap
tahun.

Pemerintah Kota Bandung sendiri telah pula mengadopsi nilai nilai yang
dianut oleh Kota Melbourne, dimana dalam implemnetasi pelaksanaanya telah
dilakukan upaya upaya untuk mewujudkan Pemerintahan Kota bandung yang
Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih, dan melayani Tujuan
pertama berkaitan dengan meningkatnya kinerja perencanaan pembangunan dengan
sasaran Meningkatnya Partisipasi masyarakat dalam perencanaan Tujuan kedua
adalah pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang merupakan taget kinerja yang harus
dicapai berdasarkan amanat dari RPJPD Kota Bandung. Mencermati hal diatas maka
dalam lima tahun ini telah dikembamgkan sistem pelayanan masyarakat yang berbasis
online sehingga memudahkan pelayanan maupun monitoring dan pengendalian atas
proses pembangunan di bandung. Yang meningkat pada meningkatnya Indeks
kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan Paratur pemerintah yang sekaligus juga
membuat peningkatan secara tidak langsung pada Indek Kebahagian Warga Kota
Bandung.

11
Table 3.1 Perbandingan anatra perencanaan dan implementasi anatar Kota Bandung dan Kota Melbourne dalam 3 perencaaan :

Kriteria Bandung Melbourne


Arah/Kebijakan Implementasi Arah/Kebijakan Implementasi
Mobilitas 1. Pembangunan Trotoar 1. Transform sistem  Buat sistem rel
transportasi Melbourne bergaya metro dengan
ruang tunggu terminal, serta
untuk mendukung kota frekuensi dan
bangunan publik yang yang produktif. keandalan dengan
2. Tingkatkan opsi
dilengkapai dengan fasilitas sistem “turn up and
perjalanan lokal untuk
bagi kaum difabel
go”
mendukung akses 20
menit.  Menyediakan akses
3. Tingkatkan efisiensi transportasi publik
2 pengiriman dan berkualitas tinggi ke
tingkatkan kapasitas area-area yang sibuk.
gateway sambil  Memberikan panduan
melindungi kenyamanan dan kepastian untuk
perkotaan penggunaan lahan dan
pengembangan
transportasi melalui
Jaringan Angkutan
Umum Utama dan
Jaringan
Pengangkutan Utama
 Meningkatkan
efisiensi jaringan jalan
tol
 Dukungan bersepeda
untuk penggunanya

 Buat lingkungan yang


ramah pejalan kaki

12
 Buat jaringan tautan
bersepeda untuk
perjalanan lokal
 Tingkatkan pilihan
transportasi lokal
 Cari sekolah dan
fasilitas regional
lainnya di dekat
transportasi umum
yang ada dan berikan
rute berjalan kaki dan
bersepeda yang aman
dan zona drop-off

 Mendukung kapasitas
gateway yang cukup
dengan akses lahan
yang efisien
 Tingkatkan volume
pengiriman yang
dilakukan di kereta
api
 Hindari dampak
negatif pergerakan
barang pada
kenyamanan
perkotaan
Kesehatan 1. Peningkatan Pelayanan  Peningkatan kualitas 1. Buat kota dengan akses  Buat lingkungan
20 menit berkendara di penggunaan campuran
Puskesmasdengan fasilitas Pelayanan kesehatan
pemukiman. dengan berbagai
ambulance 24 jam. terpadu dan pencegahan 2. Ciptakan lingkungan kepadatan penduduk.
yang mendukung  Mendukung jaringan
penyakit
komunitas yang aman

13
2. Peningkatan Pelayanan  Program layanan dan gaya hidup sehat pusat kegiatan
3. Memberikan infrastruktur lingkungan hidup
kepada masyarakat miskin kesehatan rujukan
sosial untuk mendukung
yang dirujuk  Meningkatkan sarana dan komunitas yang kuat  Meningkatkan
4. Berikan taman lokal dan lingkungan untuk
prasarana serta
3. Peningkatan standart lingkungan hijau bekerja memungkinkan
manajemen rumah sakit
sama dengan berjalan dan
pelayanan rumah sakit
bersepeda sebagai
bagian dari kehidupan
sehari-hari

 Memfasilitasi
pendekatan seluruh
pemerintah untuk
pengiriman
infrastruktur sosial
 Ciptakan lingkungan
kesehatan dan
pendidikan untuk
mendukung
lingkungan
 Mendukung layanan
komunitas nirlaba
untuk membangun
modal sosial dan
komunitas yang lebih
kuat
 Menyediakan dan
melindungi tanah
untuk kuburan dan
krematorium

14
 Kembangkan jaringan
ruang terbuka lokal
berkualitas tinggi
yang dapat diakses
 Mendukung kebun
masyarakat dan jalan-
jalan produktif

Keberlanjutan Kota 1. Pelaksanaan aksi Daerah  Perluasan Cakupan Uji 1. Transisi kota dengan  Efisiensi dan
emisi gas karbon manajemen energi,
Penurunan Emisi Gas Emisi Kendaraan
terendah guna air dan limbah
Rumah Kaca Bermotor menjadikan victoria bangunan melalui
sebagai kota dengan
2. Meningkatkan Cakupan  Program peningkatan pembangunan
target zero emisi gas
Lingkungan
Pelayanan Kebakaran kesigapan dan rumah kaca pada tahun
2050. berkelanjutan.
dan Bencana Pencegahan bahaya
2. Mengurangi  Memfasilitasi
3. Meningkatkan sarana kebakaran kemungkinan dan penggunaan
konsekuensi dari teknologi akan
dan prasarana  Program konservasi dan
peristiwa Bencana alam energi terbarukan
penanggulangan perlindungan sumber daya dan beradaptasi dengan  Melakukan
perubahan iklim Mitigasi Bencana
Kebakaran dan bencana alam.
3. Mengintegrasikan dan beradaptasi
4. Mendorong Peningkatan pengembangan perkotaan dengan dampak
dan manajemen siklus air perubahan iklim
Layanan dan akses
untuk mendukung kota
 memasukan
masyarakat terhadap air yang tangguh dan layak
huni Dampak perubahan
minum iklim sebagai
4. Membuat melbourne
menjadi lebih sejuk dan pertimbangan
lebih hijau dalam
perencanaan
infrastruktur

15
 Mengurangi
tekanan pada
pasokan air dengan
memanfaatkan
semua sumber air
dengan sebaik-
baiknya
 Meningkatkan
keselarasan antara
manajemen air
perkotaan dan
perencanaan
dengan
mengadopsi
pendekatan
pengelolaan air
terpadu
 Melindungi air,
drainase dan aset
sewerage

 Mendukung
Melbourne yang
lebih sejuk dengan
menghijaukan
kawasan perkotaan,
bangunan, koridor
transportasi dan
ruang terbuka
untuk menciptakan
hutan kota
 Memperkuat

16
jaringan ruang
terbuka
metropolitan yang
terintegrasi
 Lindungi dan
pulihkan habitat
alami
 Buat jaringan
ruang hijau yang
mendukung
konservasi
keanekaragaman
hayati dan peluang
untuk terhubung
dengan alam
 Meningkatkan
kualitas udara dan
mengurangi
dampak kebisingan
yang berlebihan
 Mengurangi emisi
polusi udara dan
meminimalkan
paparan polusi
udara dan
kebisingan yang
berlebihan
 Meningkatkan
pemulihan
ekonomi limbah
dan mengurangi
ketergantungan

17
pada TPA
 Melindungi
pengelolaan limbah
dan fasilitas
pemulihan sumber
daya dari
perambahan kota
dan menilai
peluang untuk
fasilitas limbah
baru

Sumber: Hasil Analisa Tim, 2018

18
BAB 4. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Secara umum arah perencanaan dan pembangunan Kota Melbourne diarahkan
untuk menjadikan Kota Melbourne sebagai salah satu kota yang paling dapat
ditinggali atau Kota Layak Huni di dunia dengan mengadopsi Pembangunan
berkelanjutan yang secara jangka panjang memperhatikan dan mengakomodasi
pertumbuhan Penduduk dan lapangan pekerjaan dimana didalamnya termasuk
melakukan hal- hal seperti Penyediaan Perumahan bagi kaum pekerja dengan
harga dan yang terjangkau, kemacetan, akses ke pekerjaan dan Pelayanannya, dan
perubahan iklim di masa depan.
Kota Bandung sendiri memiliki kemampuandalam pengelolaan Kota berbasis
pada Kota Layak Huni, ada banyak hal yang telah dilakukan namun belum
memiliki kesempurnaan, penataan pemukiman, Ruang terbuka Hijau dan
pengelolaan Sampah yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan yang
berkelanjutan sudah menjadikan Kota Bandung mulai terbebas dari sampah,
namun hal lain juga masih terasa kurang dan perlu dipertimbangkan
pelaksanaannya kedepan seperti pembanguna PLTsampah menjadi kebutuhan
yang mutlak dan harus direalisasikan mengingat keterbatasan ruang TPA, selalin
itu penciptaan Lapangan baru melalui pembangunan kota baru Sumerecon di
GedeBage harus direalisasikan guna mengantisipasi lonjakan pertumbuhan tenaga
kerja yang tinggi di daerah bandung maupun jawa barat.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Zucker, Paul. Town and Square: from the agora to the villagegreen. 1992

2. Trancik, Roger, Finding Lost Space: Theories of Urban Design. New York: Van Nostrand
Reinhold Company, 1986

3. Krier, Rob. Urban Space. New York: Rizzoli International Publicatons,Inc., 1972.

4. Lynch, Kevin. The Image of The City. Cambridge, Massachusetts: MIT Press, 1969.

5. Davis, Llwelyn. Urban Design Copendium. London : The Housing Corp. 2003.

6. Leon Krier, ‘City Within The City’

7. https://www.melbourne.vic.gov.au

8. http://planmelbourne.vic.gov.au

9. http://www.mongabay.co.id/2017/02/22/bandung-yang-terus-dirundung-masalah-sampah/

10. RPJMD Kota Bandung 2013 – 2018

11. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197212031999031-
WAHYU_SURAKUSUMAH/Permasalahan_sampah_kota_bandung_dan_alternatif_solusi
nya.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai