Anda di halaman 1dari 5

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI


TUGAS KLIPING TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI

Ahmad Fajar Rizky


PO.62.20.1.17.201

POLTEKES KEMENKES PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN REGULER XX
2018
Pada 2009 saat PT Pertamina telah melakukan kegiatan akuisisi (Investasi Non-
Rutin) berupa pembelian sebagian asset (Interest Participating/ IP) milik ROC
Oil Company Ltd di lapangan Basker Manta Gummy (BMG) Australia
berdasarkan Agreement for Sale and Purchase-BMG Project tanggal 27 Mei 2009.
Motif pelaku :

Penyalahgunaan investasi Pertamina di Blok Basker Manta Gummy (BMG),


Australia.

Dalam pelaksanaanya, ditemui adanya dugaan penyimpangan dalam


pengusulan investasi yang tidak sesuai dengan Pedoman Investasi dalam
pengambilan keputusan investasi tanpa adanya kajian kelayakan berupa kajian
secara lengkap (akhir) atau final due dilligence dan tanpa adanya persetujuan dari
Dewan Komisaris.

Tindakan tersebut mengakibatkan peruntukan dan penggunaan dana


sejumlah US$ 31.492.851 serta biaya-biaya yang timbul lainnya (cash call)
sejumlah US$ 26.808.244 tidak memberikan manfaat ataupun keuntungan kepada
PT. Pertamina dalam rangka penambahan cadangan dan produksi minyak
nasional. Akibatnya justru kerugian keuangan negara, yang dalam hal ini dialami
Pertamina sebesar US$ 31.492.851 dan Aus$ 26.808.244 atau setara dengan Rp
568.066.000.000.
Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan, ditetapkan
sebagai tersangka perkara dugaan korupsi oleh Kejaksaan Agung. Menurut Kepala
Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, M Rum, Karen diduga
terlibat dalam penyimpangan investasi terhadap aset perusahaan minyak ROC Oil
Company Ltd.

Menurut Rum dalam siaran pers diterima pada Rabu (4/4), perkara itu dimulai
pada 2009, tak lama setelah Karen dilantik sebagai Dirut Pertamina.

Saat itu PT. Pertamina (Persero) membeli sebagian aset milik perusahaan ROC Oil
Company Ltd., di lapangan eksplorasi Basker Manta Gummy (BMG), Australia.
Kedua perseroan sepakat aset itu dilego dengan harga US$31,9 juta, pada 27 Mei
2009.

Dari hasil penyidikan jaksa, proses jual beli aset itu diduga menyimpang karena
tidak sesuai dengan pedoman investasi. PT Pertamina diduga tidak melakukan
kajian kelayakan berupa kajian secara lengkap akhir (Final Due Dilligence).
Bahkan, proses pembelian aset ROC Oil Ltd., itu tidak disetujui Dewan Komisaris
Pertamina.

Akibatnya, pembelian aset ROC Oil Ltd., sebesar US$31,492,851 serta biaya-biaya
yang timbul sebesar AU$ 26,808,244 tidak menguntungkan PT. Pertamina.

Padahal, Pertamina berharap dengan membeli aset ROC Oil Ltd., bisa menambah
cadangan dan produksi minyak nasional. Namun, dengan kekeliruan itu
mengakibatkan kerugian keuangan negara hingga Rp568 miliar.

Anda mungkin juga menyukai