ASPEK-ASPEK EVALUASI DALAM PELAKSANAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN KERJA - Arif Atul M (P1801209007)
ASPEK-ASPEK EVALUASI DALAM PELAKSANAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN KERJA - Arif Atul M (P1801209007)
LINGKUNGAN KERJA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………4
C. Tujuan……………………………………………………………………....4
BAB II PEMBAHASAN
Lingkungan Industri..........................................................................15
A. Kesimpulan……………………………………………………………….20
B. Saran………………………………………………………………………21
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai penyakit di tempat kerja. Selain itu, setiap tahun tercatat sekitar
400.000 kematian terjadi akibat zat-zat berbahaya di tempat kerja. Jumlah ini
merupakan bagian dari sekitar dua juta kecelakaan kerja dan 160 juta penyakit
Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya
angka kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus
tercatat 95.6650.961 orang pekerja, yang terdiri dari 58.779.722 laki-laki, dan
36.871.239 perempuan, dimana sekitar 70 % - 80 % nya bekerja pada sektor
informal baik di pedesaan maupun di perkotaan (Bank Data Depkes RI, 2003).
Jamsostek, tahun 2002 hingga Januari 2005 tercatat terjadi 305.068 kasus
kasus kecelakaan kerja. Dari jumlah itu, korban meninggal dunia mencapai
5.387 orang, cacat total 551, cacat sebagian 20.176, cacat fungsi 9.119, dan
yang berhasil sembuh adalah 269.835 orang. Akibat kecelakaan kerja tersebut,
miliar. Ini belum termasuk dana yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan. Di
tahun 2007, jumlah kecelakaan kerja sebanyak 65.474 kasus , dimana terdapat
1.451 orang yang meninggal, cacat tetap 5.326 orang dan sembuh tanpa cacat
(jurnalindonesia.com, 2008)
Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa
orang kerja [71 juta jam yang seharusnya dapat secara produktif digunakan
kecelakaan] dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah (Markkaen. 2004)
asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi dari pasar bebas Asean Free
Trade (AFTA) dan World Trade Organisazation (WTO) serta Asian Pasific
Economic Community (APEC) yang akan berlaku tahun 2020, dan untuk
juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri (Sutjana,
2006).
Hal ini bisa disebabkan antaralain oleh karena kondisi lingkungan kerja
yang tidak mendukung, artinya tidak memenuhi syarat-syarat yang baik yang
dapat menjamin bahwa kesehatan pekerja dapat tetap terjamin aman dari risiko
bahwa pabrik yang aman adalah pabrik yang efisien, apalagi untuk pabrik yang
luas dan besar, aman dari produktivitas. Pekerja pada pabrik yang aman dapat
lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja serta bebas dari pencemaran lingkungan menuju
B. Rumusan Masalah
kesehatan kerja?
industri?
lingkungannya?
C. Tujuan
industri
industri
PEMBAHASAN
dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja
(Notoatmodjo, 2008).
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering
dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
Tahun 1970)
atau batasan ini, bahwa kesehatan kerja mencakup dua hal, yakni:
berikut:
kenikmatan kerja
perusahaan tersebut
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai, apabila didukung
oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan
kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif
cukup, bebas dari debu, sikap dan badan yang baik, alat-alat kerja yang
utama yaitu;
1. Beban Kerja
Beban kerja dapat berupa beban fisik, beban mental, atau beban sosial
pelabuhan sudah tentu akan memikul beban fisik lebih besar dari pada
akan menanggung beban mental dan social lebih berat dari pada beban
fisiknya.
2. Beban Tambahan
udara yang panas, kelembaban yang tinggi atau suara yang rendah,
kerja misalnya: bau gas, uap atau asap, debu dan sebagainya
d. Faktor fisiologis yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh atau anggota badan, misalnya: meja atau kursi yang terlalu tinggi
atau pendek
bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antaralain: gizi dan kesehatan ibu, genetic
tubuh.
serasi di antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik
dan optimal. Oleh sebab itu, kesehatan kerja diperlukan untuk tetap menjaga
ketiga komponen di atas agar para pekerja tetap dapat bekerja secara optimal.
lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan
efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap
baik fisik maupun dalam hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang
bertujuan untuk:
perusahaan baik sektro industri kecil maupun sector industri non formal.
bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan
di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja harus menjadi prioritas dan komitmen semua
pihak baik pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan sampai ke seluruh
keselamatan kerja yang baik jelas mangkir kerja karena sakit akan menurun,
akan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja dengan produktivitas yang
Oleh karena itu, pemantauan lingkungan kerja menjadi hal yang mutlak
1. Penyehatan Air
3. Limbah
4. Pencahayaan ruangan
5. Kebisingan ruangan
6. Getaran di ruangan
7. Radiasi di ruangan
8. Vektor penyakit
9. Lokasi industri
11. Instalasi
12. Toilet
C. Jenis dan Tujuan Pemantauan/Pemeriksaan Lingkungan Kerja
penaatan pabrik akan selalu terdata. Selain itu, kegiatan pemeriksaan juga
pihak industri, yaitu sejauh mana upaya yang telah dilakukan di dalam
yang dimiliki
d. Untuk memantau kualitas limbah cair atau emisi yang lain dan bila
usaha yaitu pengawasan yang bersifat rutin dan pengawasan mendadak atau
dengan interval waktu tertentu atau berkala (missal: dilakukan setiap sebulan
bersifat rutin dilakukan pada kondisi kegiatan dan/atau usaha yang sudah
stabil, sedangkan sidak dilakukan pada kegaitan dan/atau usaha yang sedang
tergantung kebutuhan, misalnya pada jam satu dini hari tanpa pemberitahuan
Pengawasan juga dapat digolongkan menjadi dua tipe yang lain yaitu
(self monitoring) dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak lain, misalnya
pemerintah atau LSM. Self monitoring bersifat rutin dan dilakukan untuk
memenuhi persyaratan izin atau peraturan yang ada. Pengawasan jenis ini
Tujuannya adalah sebagai cross check atas hasil pengawasan yang telah
adalah:
5) Membuat buku jurnal harian dan bulanan serta format berita acara
kegiatan pemantauan.
ambien.
perusahaan.
11) Menyusun laporan per triwulan kepada, BAPEDALDA Kabupaten dan
akan melindungi para pejabat pengawan itu sendiri. Pejabat pengawas yang
handal tidak ada artinya bila akhirnya meninggal dunia dalam menjalankan
sendiri dan biasanya pihak pabrik menganggap pengawas itu sudah lebih
minyak dan gas akan selalu diberikan pengarahan terhadap kesehatan dan
wilayah tersebut.
sebagai berikut:
a. Persiapan pemeriksaan
b. Pengamatan ketaatan
(mapping)
d. Pembuatan laporan
Lingkungannya
e. Jenis dan jumlah limbah (cair, air limbah, padat dan gas)
pemeriksaan adalah
h. Pengelolaan air boiler pada waktu blow down atau over hand.
pengelolaan gas buag atau debu, kebisingan dan getaran yang perlu
c. Kamar pencucian
d. Halaman pabrik
e. Peralatan pabrik
darurat sesungguhnya
PENUTUP
A. Kesimpulan
tertentu
a. Persiapan pemeriksaan
b. Pengamatan ketaatan
(mapping)
d. Pembuatan laporan
berat
lingkungannya adalah:
B. Saran
kerja yang kondusif yang dapat tetap menjamin bahwa pekerja aman
yang baik hanya akan terwujud jika ada sinergitas kerja antara
Repository
Kimia.
Langga Press.
PT Asdi Mahasatya.
Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi ketiga.
Surabaya: Erlangga.
Indonesia.