Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prolapsus uteri merupakan salah satu bagian dari prolapsus

genitalis, dimana frekuensi prolapsus genitalis di beberapa negara

berlainan, seperti di laporkan diklinik d’Gynecologie et Obstetrique

Geneva insidennya 5,7 %, dan pada priode yang sama di Hamburg 5,4

%. Di indonesia prolapsus uteri lebih sering dijumpai pada wanita yang

telah melahirkan, wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat. Pada

penyelidikan selama 2 tahun (2001-2002) yang dilakukan oleh Djafar

Siddik diperoleh 63 kasus prolapsus genitalis dari 5.372 kasus ginekologi

di rumah sakit Dr.Pirngadi di Medan, terbanyak pada grande multipara

dalam masa menopause, dan 31,74 % pada wanita petani, dari 63 kasus

tersebut 69 % berumur 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat

ditemukan pada wanita nullipara.

(attonk, prematuredoctor.blogspot.com/2010 diperoleh tanggal 26

Februari 2013)

Data yang di dapatkan di propinsi Jawa Barat bahwa, kejadian

prolapsus uteri berada pada peringkat kedua setelah myoma uteri. Sekitar

21% wanita menopouse dan beranak lebih dari 6 menderita prolapsus

uteri. (DINKESjabar.com. oleh : Suttoyo, diperoleh tanggal 26 februari

2013)

Sementara itu, berdasarkan data dari Dinkes Kota Cimahi,

gangguan ginekologi cukup banyak terjadi. Pada prolapsus uteri sendiri,

1
2

dari total kasus gangguan ginekologi, terdapat 29% yang mengalaminya.

(Dinkes Cimahi 2012)

Prolaps uteri terjadi karena kelemahan otot ligamen endopelvik

terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi

elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokele.

Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang

keregangannya. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan

menopause. Persalinan lama yang sulit, meneran sebelum pembukaan

lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan

pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot panggul yang tidak baik

(Wiknjosastro.2009 : 429).

Wanita yang baru saja melahirkan atau wanita yang sudah berkali-

kali melahirkan tergolong dalam kelompok wanita yang beresiko tinggi

menderita gangguan prolaps uteri. Tapi patut pula dicatat, peranakan

turun tidak hanya di derita oleh wanita yang pernah melahirkan saja,

artinya wanita yang belum pernah melahirkan pun dapat mengalami

gangguan ini, tapi kemungkinannya kecil. (dr.R Muharam SpOG, ahli

kebidanan dan kandungan dari bagian Obstetri dan Ginekologi

FKUI/RSCM Jakarta dalam www.anakku.net, diperoleh tanggal 24

Februari 2013)

Meskipun sudah dikenal sejak lama, kelainan ini tidak banyak

terungkap. Penderitanya masih malu untuk berobat, karena dianggap

sebagai penyakit kutukan. Karena dianggap memalukan, maka

penderitanya terutama wanita Indonesia sangat jarang berobat.

Fenomena penyakit ini seperti layaknya gunung es, yang terungkap


3

hanya permukaannya saja. Jumlah penderitanya lebih banyak dari yang

datang berobat. Mereka yang datang berobat setelah kondisinya sangat

parah, misalnya sudah perdarahan atau organ dalamnya turun

(www.sumeks.co.id, diperoleh tanggal 26 Februari 2013) .

Dari studi lapangan yang dilakukan oleh penulis, di dapatkan data

sebagai berikut :

Tabel 1.1

Hasil Studi Pendahuluan Gambaran Angka Kejadian Prolapsus

Uteri di RS Dustira dan RS Cibabat Tahun 2012

Total Pasien Kejadian Prolapsus Uteri


Rumah Sakit
Dustira 949 pasien 160 pasien

Cibabat 931 pasien 152 pasien

Dengan adanya fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Usia Dengan Kejadian Prolapsus Uteri di

Rumah Sakit Dustira Tahun 2012”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan

masalahnya adalah “Adakah hubungan antara usia dengan kejadian

prolapsus uteri di Rumah Sakit Dustira Tahun 2012 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara usia ibu dengan kejadian prolapsus

uteri di RS Dustira Tahun 2012


4

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran usia ibu di Poliklinik Kebidanan RS Dustira

Tahun 2012

b. Mengetahui gambaran kejadian prolapsus uteri di RS Dustira

Tahun 2012

c. Mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian prolapsus

uteri di Rumah Sakit Dustira Tahun 2012

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini penulis akan mampu menambah wawasan

serta lebih mengerti dan memahami teori-teori yang didapat selama

proses perkuliahan dimana berhubungan dengan gangguan alat-alat

ginekologi wanita, dan membandingkanya antara teori dan lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman untuk melakukan penelitian selanjutnya, juga menjadi

bekal bagi peneliti dalam memberikan pelayanan kesehatan saat

bekerja di lapangan nantinya.

b. Bagi RS. Dustira

Dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan tentang

kejadian prolaps uteri terutama dengan hubungan dengan usia

sehingga tenaga kesehatan dapat mengupayakan pencegahan

dengan penyuluhan bahwa wanita yang sudah masuk usia lanjut

memiliki resiko terjadinya prolaps.


5

c. Bagi STIKes Budi Luhur Cimahi

Menjadi sumber informasi dan data dasar khususnya

tentang kejadian prolaps uteri, sehingga dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai