Referat-Trigerminal Mialgia
Referat-Trigerminal Mialgia
TRIGERMINAL NEURALGIA
Oleh:
Pembimbing:
BAGIAN/DEPARTEMEN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT MUHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Trigerminal Neuralgia
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang Periode 22
Oktober – 26 November 2018.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tentang janin tunggal mati.
Referat ini merupakan salah satu syarat kepaniteraan klinik di
Bagian/Departemen Neurologi Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Lidya Apriliana, Sp.S selaku
pembimbing yang telah memberikan masukan dan pengayaan selama penulisan
dan penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Palembang, Oktober2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
1. Definisi.............................................................................................2
2. Anatomi............................................................................................2
3. Epidemiologi....................................................................................3
4. Etiologi.............................................................................................4
5. Patofisiologi......................................................................................4
6. Klasifikasi.........................................................................................6
7. Manifestasi Klinik............................................................................7
8. Diagnosis..........................................................................................8
9. Diagnosis Banding..........................................................................10
10. Tatalaksana......................................................................................11
11. Prognosis.........................................................................................13
BAB IV PENUTUP.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Trigerminal neuralgia dapat mengenai satu atau lebih dari cabang nervus
trigeminus. Cabang yang paling sering terkena adalah cabang maksilaris dan yang
paling jarang yaitu cabang ophtalmikus. Wajah sebelah kanan lebih sering
mengalami trigerminal neuralgia daripada wajah sebelah kiri dengan rasio 1,5:1.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Trigeminal neuralgia dikenal juga sebagai tic douloureux adalah nyeri pada
wajah akibat lesi di sepanjang cabang dari nervus cranialis ke-5 yaitu nervus
trigeminal. Gangguan dari nervus trigeminal dapat dirasakan sebagai rasa tajam
dan tertusuk pada pipi, bibir, dagu, hidung, dahi, maupun gusi pada salah satu
sisi wajah (unilateral). Rasa nyeri dapat terjadi dalam hitungan detik sampai
sekitar 2 menit. Episode nyeri ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu
hingga beberapa tahun3
Rasa nyeri ini dapat distimulasi oleh berbagai macam hal seperti mengunyah
atau menyentuh area-area tertentu yang terlokalisasi pada wajah (triggerr zone).
Trigger zone biasanya di plika nasolabialis dan atau dagu. Trigeminal neuralgia
merupakan salah satu bentuk nyeri neuropatik, dimana nyeri neuropatik ditandai
dengan adanya kerusakan saraf. 5
2. Anatomi
Nervus Trigeminus adalah nervus cranialis ke-5. Nervus ini terbagi menjadi
2 cabang. Cabang besar memerankan fungsi sensoris pada wajah, sedangkan
cabang yang lebih kecil memerankan fungsi motorik mengunyah. Fungsi
motorik diperankan oleh m. pterogoidesus lateralis untuk membuka rahang
bawah. Fungsi sensorik dibagi menjadi 3 ramus, yaitu ramus opthalmica, ramus
maxilla, dan ramus mandibula.
Ramus opthalmica mengurus sensibiltas wajah pada area dahi, mata,
hidung, kening, selaput otak, dan sinus paranasal. Ramus maxilaris mengurus
sensibiltas wajah pada area bibir atas, palatum dan mukosa hidung. Ramus
2
mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah, pipi, mukosa
pipi, dan telinga eksternal. Cabang V1 keluar melalui fissura orbitalis superior
bersama nervus III, IV, VI. Cabang V2 keluar melalui foramen rotundum.
Cabang V3 keluar melalui foramen ovale. Ganglion Nervus trigeminus adalah
Ganglion Gasseri. 6
3. Epidemiologi
3
menderita neuralgia trigeminal adalah penderita multiple sclerosis. Pasien
dengan keadaan multiple sclerosis biasanya menderita neuralgia pada kedua sisi
wajahnya. 3
4. Etiologi
Etiologi sampai sekarang juga masih belum jelas, tetapi ada beberapa
penyebab yang berhubungan dengan gigi. Seperti diketahui N. V merupakan
satu-satunya serabut saraf yang kemungkinan selalu dihadapkan dengan keadaan
sepsis sepanjang hidup. Keadaan sepsis tersebut dapat berupa karies gigi, abses,
sinusitis, pencabutan gigi oleh berbagai sebab, infeksi periodontal, yang
kesemuanya diperkirakan dapat menjadi penyebab trigerminal neuralgia7
5. Patofisiologi
Patofisiologi utama dari penyakit ini belum diketahui secara jelas.
Melihat gejala klinis dari penyakit ini, gejala yang terutama dirasakan adalah
nyeri pada area penjalaran nervus trigeminal. Oleh karena itu, neuralgia
trigeminal digolongkan dalam nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik sendiri
mekanismenya belum jelas. Biasanya nyeri trigeminal ini disebabkan karena
postherpetik (postherpetik neuralgia), post traumatik dan post operatif. 8
Patofisiologi dari trigeminal neuralgia ini dibagi menjadi mekanisme
sentral dan mekanisme perifer.Mekanisme perifer yang terjadi antara lain
4
ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V, ditemukannya malformasi
vaskular pada beberapa penderita trigerminal neuralgia, adanya tumor dengan
pertumbuhan yang lambat, adanya proses inflamasi pada N.V.Mekanisme sentral
sebagai penyebab trigerminal neuralgia salah satunya adalah multiple sclerosis
dimana terjadi demielinisasi secara meluas sehingga dapat mengenai nervus
trigeminus. Biasanya tidak ada lesi yang spesifik pada nervus trigeminus yang
ditemukan.9
Teori patofisiologi yang dipakai pada saat ini adalah kompresi pada
nervus trigeminus.3 Teori kompressi nervus trigeminus ini diungkapkan sebagai
berikut. Neuralgia trigeminal dapat disebabkan karena pembuluh darah yang
berjalan bersama nervus trigeminus menekan jalan keluar cabang cabang nervus
trigeminus pada batang otak, misalnya foramen ovale dan rotundum. Penekanan
yang paling sering terdapat pada ganglion gasseri, yaitu ganglion yang
mempercabangkan 3 ramus nervus trigeminus. Pembuluh darah yang berdekatan
dengan ganglion gasseri tersebut akan menyebabkan rasa nyeri ketika pembuluh
darah tersebut berdenyut dan bersentuhan dengan ganglion. Kompresi oleh
pembuluh darah ini lama kelamaan akan menyebabkan mielin dari nervus
tersebut robek/ rusak.10 Seperti yang diketahui, mielin membungkus serabut saraf
dan membantu menghantarkan impuls dengan cepat. Sehingga pada mielin yang
rusak, selain penghantaran impuls tidak bagus, akan terjadi rasa nyeri sebagai
akibat dari kerusakan jaringan mielinnya. Teori ini dibuktikan melalui bukti
bukti bahwa ketika dilakukan pemeriksaan penunjang, didapatkan adanya
kompresi sekitar 80-90% kasus pada arteri di area perjalanan nervus trigeminus,
dan rasa nyeri pada kasus ini hilang ketika dilakukan operasi dengan metode
dekompresi pembuluhdarah.8
5
sehingga terjadi kerusakan saraf secara menyeluruh. Kerusakan mielin ini juga
mempengaruhi hilangnya sistem inhibisi pada saraf tersebut, sehingga impuls
yang masuk tidak diinhibisi dan terjadi sensibilitas yang lebih kuat dari yang
seharusnya dirasakan.10
Berdasarkan Gejala13
Berdasarkan gejalanya, trigeminal neuralgia diklasifikasikan menjadi:
1) Typical Trigeminal Neuralgia (Tic Douloureux)
Tipe ini adalah tipe paling sering dijumpai pada TN, yang sebelumnya
disebut dengan klasik, idiopatik atau esensial. Trigeminal neuralgia tipikal
terjadi karena adanya penekanan serabut saraf trigeminal oleh pembuluh
darah, pembuluh darah yang tersering adalah arteri cerebellar superior.
Nyeri bersifat ringan dibandingkan TN atipikal.
2) Atypical Trigeminal Neuralgia
Atypical TN memiliki karakteristik unilateral, nyeri yang menonjol,
derajatnya berat dan konstan, dan nyeri seperti terbakar. Ada beberapa
yang mengatakan bahwa TN atipikal terjadi akibat progresi dari TN
6
tipikal. Beberapa membagi TN atipikal menjadi TN1 (TN klasik) dan TN2
(simptomatik).
2.8 Diagnosis
7
Diagnosis terutama berdasarkan nyeri yang khas pada daerah wajah yang
dipersyarafi n.trigeminal unilateral. Faktor pencetus nyeri adalah stimulus non
nyeri yang merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari seperti sentuhan, berbicara,
makan, minum, mengunyah, menyikat gigi, menyisir rambut, mencukur rambut,
terkena air saat mandi. Titik picu umumnya di daerah plika nasolabialis.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan sewaktu terjadi
serangan, penderita tampak menderita sedangkan diluar serangan tampak
normal. Reflek kornea dan test sensibilitas untuk menilai sensasi pada ketiga
cabang nervus trigeminus bilateral. Membuka mulut dan deviasi dagu untuk
menilai fungsi otot masseter (otot pengunyahan) dan fungsi otot pterygoideus.
Pada trigeminal neuralgia biasa didapatkan sensibilitas yang terganggu pada
daerah wajah.13,14
Pemeriksaan Penunjang
8
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti CT scan kepala atau
MRI kepala. CT scan dan MRI digunakan untuk melihat apakah terdapat
tumor serta untuk mengetahui apakah penyebab TGN berasal dari kompresi
vaskular atau kelainan struktural. MRI juga diindikasikan pada penderita
dengan nyeri yang tidak khas distribusinya atau waktunya maupun yang tidak
respon pengobatan. Indikasi lain misalnya pada penderita yang onsetnya
masih muda, terutama bila jarang terjadi remisi dan terdapat gangguan
sensibilitas yang objektif. 14
9
Gambar. Algoritma Diagnosis Trigeminal Neuralgia15
2.9 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari penyakit ini meliputi sindroma nyeri fasial
atipikal, nyeri kepala kluster, neuralgia pascaherpes dan nyeri akibat dari
penyakit pada gigi atau orbita. Pemeriksaan pencitraan yang ideal adalah
dengan MRI kontras untuk membedakan neuralgia klasik atau simptoamtik,
berupa adanya gambar kompresi saraf trigeminal oleh pembuluh darah atau
tumor.12
Tabel 2. Diagnosis Banding Trigeminal Neuralgia15
10
3 Nyeri persisten pada wajah Nyeri biasanya bilateral dan meluas ke luar daerah
(atypical facial pain) persyarafan n.trigeminal; nyeri biasanya
berlangsung terus-menerus, dari ringan sampai
berat
4 Migraine Biasanya didahului dengan aura; nyeri kepala
unilateral yang berat biasanya disertai dengan
muntah, fotopobia, fonopobia, dan kekakuan leher.
5 Arteritis temporal Sering terjadi pada lansia; nyeri temporal sifatnya
menetap dan biasanya disertai dengan klaudikasio
rahang, demam, dan penurunan BB; arteri temporal
biasanya keras, nyeri dan tidak pulsatif saat
diperiksa
2.10 Tatalaksana12
1) Terapi Medikamentosa
Neuralgia trigeminal klasik umumnya akan responsif dengan terapi
medikamentosa. Sementara itu, tatalaksana neuralgia trigeminal simptomatik
harus disesuaikan dengan etiologinya. Terapi alternative seperti stimulus
mekanik, elektrik, atau termal dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
dengan efek samping yang lebih kecil dibanding dengan terapi
medikamentosa. Pilihan terapi yang dapat digunakan adalah oral berupa :
Karbamazepin 100-600 mg/hari
11
Pregabalin 150-300 mg/hari
Gabapentin 1200-3600mg/hari
Baklofen 60-80 mg/hari
Fenitoin 200-400 mg/hari
Lamotrigin 100-400 mg/hari
Topiramat 150-300 mg/hari
Oksabarzepin 300-2400mg/hari
2) Terapi Non-medikamentosa
Tatalaksana pembedahan diindikasikan pada nyeri yang sulit dikontrol
walaupun sudah diberikan tatalaksana medikamentosa, atau pada nyeri yang
simptomatik akibat penekanan oleh arteri atau tumor. Terdapat 5 prosedur terapi
pembedahan pada neuralgia trigeminal sesuai dengan etiologinya, yaitu gamma
knife radiosurgery, radiofrequency electrocoagulation, injeksi gliserol, balloon
microcompresion, dan microvascular decompression. Namun terapi
pembedahan beresiko terjadinya anesthesia dolorosa, yaitu rasa baal yang
dipersyarafi nervus trigeminus.
12
Edukasi kepada pasien mengenai serangan nyeri dapat berulang, lalu
mengenai efek samping obat terutama antikonvulsan yang dapat menyebabkan
sedasi, ataksia serta mempengaruhi fungsi hati. Pasien juga diminta untuk
mengurangi maneuver-manuver yang memicu munculnya nyeri.
2.11 Prognosis17
Prognosis trigeminal neuralgia umumnya baik, meskipun serangan sering
berulang namun serangan dapat diatasi dengan medikamentosa atau prosedur
invasif. Kebanyakan pasien memiliki respon yang baik jika diterapi dengan
setidaknya satu obat dan dapat mengurangi gejala dalam jangka waktu yang lama.
BAB III
KESIMPULAN
13
area-area tertentu yang terlokalisasi pada wajah (trigger zone).
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur namun yang terbanyak adalah
umur 50 tahun keatas.Pasien yang menderita pada umur 20-40 biasanya
disebabkan karena adanya lesi demielinisasi sekunder pada pons yang
disebabkan multiple sclerosis. Patofisiologi utama pada TN belum diketahui
secara jelas. Klasifikasi TN berdasarkan IHS antara lain TN klasik dan
asimptomatik. Pada TN klasik terjadi kompresi nervus trigeminus oleh vaskular.
Sedangkan, pada TN simptomatik terjadi proses demielinisasi dari sistem saraf
pusat sehingga dapat mengenai nervus trigeminus (multiple sclerosis) atau
karena penekanan saraf oleh adanya massa/tumor.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Gupta SK, Gupta A, Mahajin A, et al. Clinical insights in
Trigeminal Neuralgia. JK Science 2005; 7 (3): 181-184.2.
15
14. Maarbejrgm, S. Cruccu, G. Trigeminal Neuralgia- diagnosis and treatment.
International Headache Society, 2017; vol 37(7), p648-657.
16