Anda di halaman 1dari 20

Referat

TRIGERMINAL NEURALGIA

Oleh:

Aziska Rani 04084821719141

Rini Astika, S.Ked 04054821820043

Pembimbing:

dr.Lidya Apriliana, Sp.S

BAGIAN/DEPARTEMEN NEUROLOGI
RUMAH SAKIT MUHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Trigerminal Neuralgia
Oleh:

Aziska Rani 04084821719141

Rini Astika, S.Ked 04054821820043

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang Periode 22
Oktober – 26 November 2018.

Palembang, Oktober 2018

dr. Lidya Apriliana, Sp.S

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tentang janin tunggal mati.
Referat ini merupakan salah satu syarat kepaniteraan klinik di
Bagian/Departemen Neurologi Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang
/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Lidya Apriliana, Sp.S selaku
pembimbing yang telah memberikan masukan dan pengayaan selama penulisan
dan penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, Oktober2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
1. Definisi.............................................................................................2
2. Anatomi............................................................................................2
3. Epidemiologi....................................................................................3
4. Etiologi.............................................................................................4
5. Patofisiologi......................................................................................4
6. Klasifikasi.........................................................................................6
7. Manifestasi Klinik............................................................................7
8. Diagnosis..........................................................................................8
9. Diagnosis Banding..........................................................................10
10. Tatalaksana......................................................................................11
11. Prognosis.........................................................................................13
BAB IV PENUTUP.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

Trigeminal neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu


sisi yang berulang akibat lesi di sepanjang nervus trigeminus. Rasa nyeri
disebabkan oleh terganggunya fungsi nervus trigeminal sesuai dengan daerah
distribusi persarafan salah satucabang nervus trigeminal yang diakibatkan oleh
berbagai penyebab.1,12

Serangan neuralgia Trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa


detik sampai dua menit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa
sepertiditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup berat, seperti
nyeriseperti saat terkena setrum listrik.1,2

Trigeminal Neuralgia merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapisangat


mengganggu kenyamanan hidup penderita. Angka kejadian trigerminal neuralgia
dilaporkan 4,3 per 100.000 populasi. Menurut jenis kelamin, perempuan lebih
banyak mengalami trigerminal neuralgia daripada laki-laki. Puncak kejadian
trigerminal neuralgia paking banyak ditemukan pada usia 60-70 tahun, trigerminal
neurarlgia jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun.3

Trigerminal neuralgia dapat mengenai satu atau lebih dari cabang nervus
trigeminus. Cabang yang paling sering terkena adalah cabang maksilaris dan yang
paling jarang yaitu cabang ophtalmikus. Wajah sebelah kanan lebih sering
mengalami trigerminal neuralgia daripada wajah sebelah kiri dengan rasio 1,5:1.3

Pemberianobat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup


efektif. Obat ini akanmemblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga
nyeri berkurang, hanyasaja banyak orang yang tidak mengetahui dan
menyalahartikan trigerminakl neuralgia sebagai nyeri yang ditimbulkan karena
kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Trigeminal neuralgia dikenal juga sebagai tic douloureux adalah nyeri pada
wajah akibat lesi di sepanjang cabang dari nervus cranialis ke-5 yaitu nervus
trigeminal. Gangguan dari nervus trigeminal dapat dirasakan sebagai rasa tajam
dan tertusuk pada pipi, bibir, dagu, hidung, dahi, maupun gusi pada salah satu
sisi wajah (unilateral). Rasa nyeri dapat terjadi dalam hitungan detik sampai
sekitar 2 menit. Episode nyeri ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu
hingga beberapa tahun3

Rasa nyeri ini dapat distimulasi oleh berbagai macam hal seperti mengunyah
atau menyentuh area-area tertentu yang terlokalisasi pada wajah (triggerr zone).
Trigger zone biasanya di plika nasolabialis dan atau dagu. Trigeminal neuralgia
merupakan salah satu bentuk nyeri neuropatik, dimana nyeri neuropatik ditandai
dengan adanya kerusakan saraf. 5

2. Anatomi

Nervus Trigeminus adalah nervus cranialis ke-5. Nervus ini terbagi menjadi
2 cabang. Cabang besar memerankan fungsi sensoris pada wajah, sedangkan
cabang yang lebih kecil memerankan fungsi motorik mengunyah. Fungsi
motorik diperankan oleh m. pterogoidesus lateralis untuk membuka rahang
bawah. Fungsi sensorik dibagi menjadi 3 ramus, yaitu ramus opthalmica, ramus
maxilla, dan ramus mandibula.
Ramus opthalmica mengurus sensibiltas wajah pada area dahi, mata,
hidung, kening, selaput otak, dan sinus paranasal. Ramus maxilaris mengurus
sensibiltas wajah pada area bibir atas, palatum dan mukosa hidung. Ramus

2
mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah, pipi, mukosa
pipi, dan telinga eksternal. Cabang V1 keluar melalui fissura orbitalis superior
bersama nervus III, IV, VI. Cabang V2 keluar melalui foramen rotundum.
Cabang V3 keluar melalui foramen ovale. Ganglion Nervus trigeminus adalah
Ganglion Gasseri. 6

Gambar 1. Anatomi Nervus Trigeminus

Sumber: Krafft, Rudolph M. Trigeminal Neuralgia. Northeastern Ohio


Universities College of Medicine, Rootstown. Ohio :2008

3. Epidemiologi

Trigerminal neuralgia merupakan diagnosis tersering dari nyeri wajah yakni


berkisar 4 dari 100.000 populasi.17 Laporan dari The National Institute of
Neurological Disorder and Stroke mengatakan bahwa penyakit ini dapat terjadi
pada semua umur namun yang terbanyak adalah umur 50 tahun keatas. 11 Pasien
yang mdnerita pada umur 20-40 biasanya disebabkan karena adanya lesi
demielinisasi sekunder pada pons yang disebabkan multiple sclerosis. Gender
yang lebih banyak menderita penyakit ini adalah perempuan dibanding dengan
laki laki. Rushton dan Olafson melaporkan bahwa 1% dari pasien yang

3
menderita neuralgia trigeminal adalah penderita multiple sclerosis. Pasien
dengan keadaan multiple sclerosis biasanya menderita neuralgia pada kedua sisi
wajahnya. 3

4. Etiologi
Etiologi sampai sekarang juga masih belum jelas, tetapi ada beberapa
penyebab yang berhubungan dengan gigi. Seperti diketahui N. V merupakan
satu-satunya serabut saraf yang kemungkinan selalu dihadapkan dengan keadaan
sepsis sepanjang hidup. Keadaan sepsis tersebut dapat berupa karies gigi, abses,
sinusitis, pencabutan gigi oleh berbagai sebab, infeksi periodontal, yang
kesemuanya diperkirakan dapat menjadi penyebab trigerminal neuralgia7

Tabel 1. Teori dari Etiologi Trigerminal Neuralgia17

5. Patofisiologi
Patofisiologi utama dari penyakit ini belum diketahui secara jelas.
Melihat gejala klinis dari penyakit ini, gejala yang terutama dirasakan adalah
nyeri pada area penjalaran nervus trigeminal. Oleh karena itu, neuralgia
trigeminal digolongkan dalam nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik sendiri
mekanismenya belum jelas. Biasanya nyeri trigeminal ini disebabkan karena
postherpetik (postherpetik neuralgia), post traumatik dan post operatif. 8
Patofisiologi dari trigeminal neuralgia ini dibagi menjadi mekanisme
sentral dan mekanisme perifer.Mekanisme perifer yang terjadi antara lain

4
ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V, ditemukannya malformasi
vaskular pada beberapa penderita trigerminal neuralgia, adanya tumor dengan
pertumbuhan yang lambat, adanya proses inflamasi pada N.V.Mekanisme sentral
sebagai penyebab trigerminal neuralgia salah satunya adalah multiple sclerosis
dimana terjadi demielinisasi secara meluas sehingga dapat mengenai nervus
trigeminus. Biasanya tidak ada lesi yang spesifik pada nervus trigeminus yang
ditemukan.9

Teori patofisiologi yang dipakai pada saat ini adalah kompresi pada
nervus trigeminus.3 Teori kompressi nervus trigeminus ini diungkapkan sebagai
berikut. Neuralgia trigeminal dapat disebabkan karena pembuluh darah yang
berjalan bersama nervus trigeminus menekan jalan keluar cabang cabang nervus
trigeminus pada batang otak, misalnya foramen ovale dan rotundum. Penekanan
yang paling sering terdapat pada ganglion gasseri, yaitu ganglion yang
mempercabangkan 3 ramus nervus trigeminus. Pembuluh darah yang berdekatan
dengan ganglion gasseri tersebut akan menyebabkan rasa nyeri ketika pembuluh
darah tersebut berdenyut dan bersentuhan dengan ganglion. Kompresi oleh
pembuluh darah ini lama kelamaan akan menyebabkan mielin dari nervus
tersebut robek/ rusak.10 Seperti yang diketahui, mielin membungkus serabut saraf
dan membantu menghantarkan impuls dengan cepat. Sehingga pada mielin yang
rusak, selain penghantaran impuls tidak bagus, akan terjadi rasa nyeri sebagai
akibat dari kerusakan jaringan mielinnya. Teori ini dibuktikan melalui bukti
bukti bahwa ketika dilakukan pemeriksaan penunjang, didapatkan adanya
kompresi sekitar 80-90% kasus pada arteri di area perjalanan nervus trigeminus,
dan rasa nyeri pada kasus ini hilang ketika dilakukan operasi dengan metode
dekompresi pembuluhdarah.8

Sedangkan pada multiple sclerosis dapat pula terjadi neuralgia trigeminal


karena adanya proses demielinisasi dari sistem saraf pusat sehingga dapat
mengenai nervus trigeminus..(11,12) Pada orang yang menderita tumor yang
mengenai nervus trigeminus, dapat pula terjadi neuralgia karena tumor menekan
nervus trigeminus. Mielin yang rusak dapat menyebabkan degenarasi akson

5
sehingga terjadi kerusakan saraf secara menyeluruh. Kerusakan mielin ini juga
mempengaruhi hilangnya sistem inhibisi pada saraf tersebut, sehingga impuls
yang masuk tidak diinhibisi dan terjadi sensibilitas yang lebih kuat dari yang
seharusnya dirasakan.10

2.6 Klasifikasi Trigeminal Neuralgia


Berdasarkan Etiologi
International headache society (IHS) mengklasifikasikan trigeminal
neuralgia dalam dua kategori berdasarkan etiologi:12
1. Trigeminal Neuralgia Klasik
Pada trigeminal neuralgia klasik tidak ada penyebab dari gejala yang
teridentifikasi selain kompresi vaskular.
2. Trigeminal Neuralgia Simptomatik

Pada trigeminal neuralgia simptomatik sering disebabkan oleh lesi


struktural seperti multiple sclerosis, aneurisma arteri basilar, atau tumor
(neuroma trigeminal, meningioma, epidermoid) pada cerebellopontine
angle.
Sedangkan untuk American Academy of Neurology (AAN) dan IASP
terdapat 1 kategori lagi yaitu trigeminal neuralgia idiopatik dimana pada
klasifikasi ini tidak terdapat penyebab yang jelas.

Berdasarkan Gejala13
Berdasarkan gejalanya, trigeminal neuralgia diklasifikasikan menjadi:
1) Typical Trigeminal Neuralgia (Tic Douloureux)
Tipe ini adalah tipe paling sering dijumpai pada TN, yang sebelumnya
disebut dengan klasik, idiopatik atau esensial. Trigeminal neuralgia tipikal
terjadi karena adanya penekanan serabut saraf trigeminal oleh pembuluh
darah, pembuluh darah yang tersering adalah arteri cerebellar superior.
Nyeri bersifat ringan dibandingkan TN atipikal.
2) Atypical Trigeminal Neuralgia
Atypical TN memiliki karakteristik unilateral, nyeri yang menonjol,
derajatnya berat dan konstan, dan nyeri seperti terbakar. Ada beberapa
yang mengatakan bahwa TN atipikal terjadi akibat progresi dari TN

6
tipikal. Beberapa membagi TN atipikal menjadi TN1 (TN klasik) dan TN2
(simptomatik).

2.7 Manifestasi Klinis


Gejala yang paling sering dikeluhkan berupa serangan nyeri pada wajah
unilateral yang bersifat episodik, spontan, menusuk dan seperti tersengat listrik
pada daerah wajah yang dipersyarafi oleh percabangan nervus trigeminus. Nyeri
bersifat progresif dalam waktu 20 detik, sehingga pasien terlihat kesakitan yang
kemudian menghilang dan menyisakan rasa terbakar yang bertahan beberapa detik
hingga menit.12
Neuralgia yang klasik biasanya memiliki titik picu (trigger point) daerah
wakah yang dipersyarafi nervus trigeminus cabang kedua atau ketiga (terutama
derah pipi dan dagu). Hanya >5% pasien yang memiliki titik picu di daerah nervus
trigeminus cabang pertama. Pada 60% kasus, nyeri berasal dari ujung mulut
hingga ke arah sudut rahang, sedangkan 30% dari bibir atas atau gigi taring atas
hingga ke sekitar mata dan alis.12
Nyeri tidak pernah menjalar dari satu sisi ke sisi lainnya, tetapi nyeri pada
beberapa kasus dapat bilateral, umumnya penyebab sentral berupa multiple
sclerosis. Umumnya akan ada periode bebas nyeri yang dapat berlangsung
beberapa minggu hingga tahun. Diantara dua serangan dapat terasa nyeri tumpul
yang bertahan dan menetap di beberapa kasus. Sesudah serangan nyeri umumnya
aka nada periode refrakter, yaitu suatu periode bebas rasa nyeri (kondisi tidak
dapat dipicu).12
Saat nyeri rekuren, titik picu umumnya akan berada pada tempat yang
sama. Pemeriksaan neurologis akan menunjukkan kondisi normal kecuali jika
dilakukan pemeriksaan segera setelah nyeri muncul, berupa berkurangnya fungsi
sensoris pada daerah nyeri. Sebanyak 60% pasien dapat melokalisasi titik picu
nyeri.12

2.8 Diagnosis

7
Diagnosis terutama berdasarkan nyeri yang khas pada daerah wajah yang
dipersyarafi n.trigeminal unilateral. Faktor pencetus nyeri adalah stimulus non
nyeri yang merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari seperti sentuhan, berbicara,
makan, minum, mengunyah, menyikat gigi, menyisir rambut, mencukur rambut,
terkena air saat mandi. Titik picu umumnya di daerah plika nasolabialis.

Kriteria diagnostic neuralgia trigeminal berdasarkan IHS adalah:12


1. Serangan nyeri paroksismal beberapa detik hingga 2 menit yang
melibatkan 1 atau lebih cabang N. trigeminal dan memenuhi kriteria B dan
C.
2. Nyeri paling sedikit memenuhi 1 karakteristik sebagai berikut:
a. kuat, tajam, superfisial atau rasa tertikam
b. Dicetuskan dari satu titik pada zona nyeri atau oleh satu faktor
pencetus.
3. Jenis serangan stereotipik pada setiap individu
4. Tidak ada deficit neurologis
5. Tidak berkaitan dengan organ lain.

Terdapat kriteria lain untuk penegakan diagnosis oleh IASP (International


Association for the Study of Pain)14
1. Nyeri orofacial yang didistribusikan pada daerah persyarafan trigeminal
pada wajah atau intraoral
2. Nyeri paroksismal
3. Nyeri dipicu oleh beberapa manuver tipikal

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan sewaktu terjadi
serangan, penderita tampak menderita sedangkan diluar serangan tampak
normal. Reflek kornea dan test sensibilitas untuk menilai sensasi pada ketiga
cabang nervus trigeminus bilateral. Membuka mulut dan deviasi dagu untuk
menilai fungsi otot masseter (otot pengunyahan) dan fungsi otot pterygoideus.
Pada trigeminal neuralgia biasa didapatkan sensibilitas yang terganggu pada
daerah wajah.13,14

Pemeriksaan Penunjang

8
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti CT scan kepala atau
MRI kepala. CT scan dan MRI digunakan untuk melihat apakah terdapat
tumor serta untuk mengetahui apakah penyebab TGN berasal dari kompresi
vaskular atau kelainan struktural. MRI juga diindikasikan pada penderita
dengan nyeri yang tidak khas distribusinya atau waktunya maupun yang tidak
respon pengobatan. Indikasi lain misalnya pada penderita yang onsetnya
masih muda, terutama bila jarang terjadi remisi dan terdapat gangguan
sensibilitas yang objektif. 14

Gambar. Gambaran MRI pada pasien 1) Neuralgia Trigeminal Klasik 2) Neuralgia


Trigeminal Simptomatik15

9
Gambar. Algoritma Diagnosis Trigeminal Neuralgia15
2.9 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari penyakit ini meliputi sindroma nyeri fasial
atipikal, nyeri kepala kluster, neuralgia pascaherpes dan nyeri akibat dari
penyakit pada gigi atau orbita. Pemeriksaan pencitraan yang ideal adalah
dengan MRI kontras untuk membedakan neuralgia klasik atau simptoamtik,
berupa adanya gambar kompresi saraf trigeminal oleh pembuluh darah atau
tumor.12
Tabel 2. Diagnosis Banding Trigeminal Neuralgia15

No Diagnosis Karakteristik penting


1 Infeksi gigi atau gigi patah Terlokalisir baik pada gigi, pembengkakan local dan
ditemukan hasil pemeriksaan gigi yang sesuai
2 Nyeri sendi Nyeri sering bersifat bilateral dan meluas ke daerah
temporomandibula telinga dan leher; gerakan membuka mulut terbatas
dan terdapat bunyi ‘klik’ saat membuka mulut

10
3 Nyeri persisten pada wajah Nyeri biasanya bilateral dan meluas ke luar daerah
(atypical facial pain) persyarafan n.trigeminal; nyeri biasanya
berlangsung terus-menerus, dari ringan sampai
berat
4 Migraine Biasanya didahului dengan aura; nyeri kepala
unilateral yang berat biasanya disertai dengan
muntah, fotopobia, fonopobia, dan kekakuan leher.
5 Arteritis temporal Sering terjadi pada lansia; nyeri temporal sifatnya
menetap dan biasanya disertai dengan klaudikasio
rahang, demam, dan penurunan BB; arteri temporal
biasanya keras, nyeri dan tidak pulsatif saat
diperiksa

Tabel 3. Diagnosis Banding TN berdasarkan Lokasi dan Durasi Nyeri16

2.10 Tatalaksana12

Prinsip utama tatalaksana nyeri trigeminal adalah mencari penyebab


utamanya, sebelum memberikan obat-obatan selama jangka panjang, dilanjutkan
dengan melakukan tindakan pembedahan jika memang ada kelainan structural.

1) Terapi Medikamentosa
Neuralgia trigeminal klasik umumnya akan responsif dengan terapi
medikamentosa. Sementara itu, tatalaksana neuralgia trigeminal simptomatik
harus disesuaikan dengan etiologinya. Terapi alternative seperti stimulus
mekanik, elektrik, atau termal dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
dengan efek samping yang lebih kecil dibanding dengan terapi
medikamentosa. Pilihan terapi yang dapat digunakan adalah oral berupa :
 Karbamazepin 100-600 mg/hari

11
 Pregabalin 150-300 mg/hari
 Gabapentin 1200-3600mg/hari
 Baklofen 60-80 mg/hari
 Fenitoin 200-400 mg/hari
 Lamotrigin 100-400 mg/hari
 Topiramat 150-300 mg/hari
 Oksabarzepin 300-2400mg/hari

Tabel 4. Dosis Obat Trigeminal Neuralgia dan Efek Samping Obat17

2) Terapi Non-medikamentosa
Tatalaksana pembedahan diindikasikan pada nyeri yang sulit dikontrol
walaupun sudah diberikan tatalaksana medikamentosa, atau pada nyeri yang
simptomatik akibat penekanan oleh arteri atau tumor. Terdapat 5 prosedur terapi
pembedahan pada neuralgia trigeminal sesuai dengan etiologinya, yaitu gamma
knife radiosurgery, radiofrequency electrocoagulation, injeksi gliserol, balloon
microcompresion, dan microvascular decompression. Namun terapi
pembedahan beresiko terjadinya anesthesia dolorosa, yaitu rasa baal yang
dipersyarafi nervus trigeminus.

Neuralgia trigeminal dapat menganggu kualitas hidup karena nyeri hebat


saat serangan dan berulang setiap saat. Hal ini dapat menyebabkan sindrom
nyeri kronik dan pasien depresi. Pasien akan membatasi aktivitas seperti
mengunyah sehingga akan kehilangan berat badan yang signifikan. Bahkan pada
kasus nyeri yang parah dapat mendorong pasien untuk bunuh diri.

12
Edukasi kepada pasien mengenai serangan nyeri dapat berulang, lalu
mengenai efek samping obat terutama antikonvulsan yang dapat menyebabkan
sedasi, ataksia serta mempengaruhi fungsi hati. Pasien juga diminta untuk
mengurangi maneuver-manuver yang memicu munculnya nyeri.

2.11 Prognosis17
Prognosis trigeminal neuralgia umumnya baik, meskipun serangan sering
berulang namun serangan dapat diatasi dengan medikamentosa atau prosedur
invasif. Kebanyakan pasien memiliki respon yang baik jika diterapi dengan
setidaknya satu obat dan dapat mengurangi gejala dalam jangka waktu yang lama.

BAB III

KESIMPULAN

Trigeminal neuralgia adalah nyeri pada wajah akibat lesi di sepanjang


cabang dari nervus cranialis ke-5 yaitu nervus trigeminal. Gangguan dari nervus
trigeminal dapat dirasakan sebagai rasa tajam dan tertusuk pada pipi, bibir, dagu,
hidung, dahi, maupun gusi pada salah satu sisi wajah (unilateral). Rasa nyeri
dapat terjadi dalam hitungan detik sampai sekitar 2 menit. Episode nyeri ini
dapat berlangsung dalam beberapa minggu hingga beberapa tahun. Rasa nyeri ini
dapat distimulasi oleh berbagai macam hal seperti mengunyah atau menyentuh

13
area-area tertentu yang terlokalisasi pada wajah (trigger zone).

Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur namun yang terbanyak adalah
umur 50 tahun keatas.Pasien yang menderita pada umur 20-40 biasanya
disebabkan karena adanya lesi demielinisasi sekunder pada pons yang
disebabkan multiple sclerosis. Patofisiologi utama pada TN belum diketahui
secara jelas. Klasifikasi TN berdasarkan IHS antara lain TN klasik dan
asimptomatik. Pada TN klasik terjadi kompresi nervus trigeminus oleh vaskular.
Sedangkan, pada TN simptomatik terjadi proses demielinisasi dari sistem saraf
pusat sehingga dapat mengenai nervus trigeminus (multiple sclerosis) atau
karena penekanan saraf oleh adanya massa/tumor.

Diagnosis TN harus dibedakan dengan gejala-gejala nyeri lainnya pada


daerah wajah seperti nyeri pada gigi, post-herpes neuralgia, nyeri kepala cluster
atau migrain. Trigeminal neuralgia sebagian besar respon terhadap pengobatan
medikamentosa, walaupun dalam beberapa kasus dilakukan prosedur
pembedahan. Medikamentosa yang digunakan adalah golongan karbamazepin,
gabapentine, lamotrigine dan phenytoin.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Gupta SK, Gupta A, Mahajin A, et al. Clinical insights in
Trigeminal Neuralgia. JK Science 2005; 7 (3): 181-184.2.

2. Mark Obermann. Treatment optionts in trigeminal neuralgia.


TherapeuticsAdvances in Neurological Disorders 2010; 3(2): 107-115.

3. Krafft, Rudolph M. Trigeminal Neuralgia. Northeastern Ohio


Universities College of Medicine, Rootstown. Ohio :2008

4. Meraj NS, Siddiqui S, Ranashinghe JS, et al. Pain management:


trigeminalneuralgia. Hospital Physician 2003; 3: 64-70.

5. Sunaryo, Utoyo. Neuralgia Trigeminal. PDGI Probolinggo. Indonesia :


2010.

6. Lumbantobing, S. M, et al. Neurologi Klinik – Pemeriksaan Fisik dan


Mental. 2012 ;51-53

7. Nurmiko, T.J, et al. Trigeminal Neuralgia-Patophysiology,


diagnosis,and current treatment. British Journal of Anaesthesia.
United Kingdom :2011

8. Benetto, Luke, et al. Trigeminal neuralgia and its management.


Institute of Clinical Neurosciences, University of Bristol, Frenchay
Hospital, Bristol : 2007

9. Joffroy, A, et al. Trigeminal neuralgia Pathophysiology and treatment.


Dept. of Neurosurgery, Erasmus Hospital, University of Brussels (ULB).
Belgium : 2001

10. Siddiqui, Meraj N, et al. Pain Management : Trigeminal Neuralgia.


Hospital Physician :2003

11. Mathews, Marlon S, et al. Trigeminal Neuralgia: Diagnosis


andNonoperative Management. 2010 ;163-5

12. Anindhita, T. Wiratman, W. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi


FK Universitas Indonesia, 2017; p598-600.

13. Srivastava, R. Jyoti, B. Diagnostic Criteria and Management of Trigeminal


Neuralgia : a review. Asian Pac Journal Health, 2015; 2 (1): p108-118.

15
14. Maarbejrgm, S. Cruccu, G. Trigeminal Neuralgia- diagnosis and treatment.
International Headache Society, 2017; vol 37(7), p648-657.

15. Cruccu, G. Finnerup, NB. Trigeminal Neuralgia. American Academy of


Neurology. 2016; p220-222

16. Nurmikko, TJ. Trigeminal Neuralgia. British Journal of Anaesthesia;


2001 : 87 (1): p117-132

17. Sabalys, Gintautas, G ,Juodzbalys, dan H, Wang. Aetiology and


Pathogenesis of Trigeminal Neuralgia: a Comprehensive Review. J Oral
Maxillofac Res: 2012: 3 (4)

16

Anda mungkin juga menyukai