Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi
Pneumathorak aadalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
Pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-
paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumotoraks dapat
terjadi secara spontan maupun traumatic. Pneumotoraks spontan di bagi
menjadi primer dan sekunder, primer jika penyebabnya tidak diketahui,
sedangkan sekunder jika ada latar belakang penyakit paru. Pneumotorak
traumatic di bagi menjadi pneumotorak traumatic iatrogenic dan bukan
iatrogenic.

B. Etiologi
1. Segala bentuk trauma dada
2. Spontan → sering kali di dapat penyakit dasar berupa :
a) TBC paru
b) Bronkhitis kronis
c) Emfisema
d) Kanker paru

C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya Pneumotoraks diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1. Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi
jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini
diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-
paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang
pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya
adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit
paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis
kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
2. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan
kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari
tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis).
3. Pneumotoraks karena tekanan
Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-
paru mengalami kollaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi
pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.

D. Patofisiologi
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan
intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks
dan udara dari luaryang tekanannya nol akan masuk ke bronchus sehingga
sampe ke alveoli. Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada
sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan dialveolus
ataupun di bronchus, sehingga udara ditekan keluar melalui bronchus.
Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan
intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin atau
mengejan, karena pada keadaan ini glotis tertutup. Apabila dibagian perifer
dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronkhus atau alveolus
itu akan pecah atau robek.
Secara singkat proses terjadinya pneumothoraks adalah sebagai berikut:
1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara
masuk kea rah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar,
tekanan dalam alveoli akan meningkat.
2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah
faktor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.
3. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan
jaringan fibrosis di peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum,
dan menyebabkan pneumothoraks.
E. Pathway

Trauma tajam dan Torak


tumpul

Akumulasi cairan
Pneumotorak
dalam kavum
plueura

Ekspansi paru Pemasangan WSD Diskontinuitas


jaringan

Ketidakefektifan Thorakdrains Resiko infeksi


pola nafas bergeser integritas kulit

Merangsang Merangsang
reseptor nyeri pada reseptor nyeri pada
pleura viseralis dan periver kulit
perietalis

Nyeri akut
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kardiomiopati antara lain:
1. Infeksi
2. CHF
3. Hipertensi
4. Disritmia
5. Hemolisis dan hambatan mekanis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tension Penumototrax
2. Penumotoraks Bilateral
3. Emfiema

H. Manifestasi Klinis
1. Sesak dapat sampai berat, kadang bisa sampai hilang dalam 24 jam
apabila sebagian paru yang kolaps sudah mengembang kembali.
2. Distres pernapasan berat, agitasi, sianosis, dan takipnea berat.
3. Takikardi dan peningkatan awal TD diikuti dengan hipotensi sesuai dengan
penurunan curah jantung.
4. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a) Hidung tampak kemerahan
b) Cemas, stres, tegang
c) Tekanan darah rendah (hipotensi)
d) Nyeri dada

I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks antara
lain dengan melakukan :
1. Tindakan medis
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura
menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama
ditunjukan pada pneumothoraks tertutup atau terbuka,sedangkan untuk
pneumothoraks ventil tindakan utama yang harus dilakukan dekompresi
tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut yaitu dengan membuat
hubungan udara ke luar.
2. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara:
a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura
dengan demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan
berubah menjadi negatif kerena udara yang positif di rongga pleura akan
berubah menjadi negatif karena udara yang keluar melalui jarum
tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ven il.
o Dapat memakai infus set khususnya niddle
o Jarum abbocath
o Pipa WSD ( Water Sealed Drainage )
Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukan kerongga pleura dengan
perantara thoakar atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ). Pemasukan
pipa plastik( thoraks kateter ) dapat juga dilakukan melalui celah yang telah
dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau
pada garis aksila belakang. Swelain itu data pula melalui sela iga ke 2 dari
garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa kaca
WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainya,posisi ujung pipa kaca yang
berada dibotol sebaiknya berada 2 cm dibawahpermukaan air supaya
gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui tekanan tersebut.
Penghisapan terus – menerus (continous suction).
Penghisapan dilakukan terus – menerus apabial tekanan intra pleura tetap
positif, penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif
sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar paru cepat mengembang dan
segera teryjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parentalis.
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negative lagi, drain drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup
dengan cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam.
J. Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat ekternal.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder
terhadap trauma
1. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NOC Intervensi (NIC)
keperawatan
Nyeri akut NOC : Pain management :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji pengalaman nyeri pasien
dengan trauma keperawatan selama 3 x 24 sebelumnya, gali
jaringan dan jam, nyeri hilang/terkendali pengalaman pasien tentang
reflek spasme otot dengan kriteria hasil: nyeri dan tindakan apa yang
sekunder. a. Mengenali faktor dilakukan pasien
penyebab b. Kaji intensitas, karakteristik,
b. Mengenali lamanya sakit onset, durasi nyeri.
(skala, intensitas, c. Kaji ketidaknyamanan,
frekuensi dan tanda nyeri) pengaruh terhadap kualitas
c. Menggunakan metode istirahat, tidur, ADL.
non-analgetik untuk d. Kaji penyebab dari nyeri
mengurangi nyeri e. Monitoring respon verbal/non
d. Melaporkan nyeri verbal
berkurang dengan f. Atur posisi yang senyaman
menggunakan mungkin, lingkungan nyaman
manajemen nyeri
e. Menyatakan rasa nyaman Pain control :
setelah nyeri berkurang Ajarkan teknik relaksasi
f. Tanda vital dalam rentang
normal Management terapi :
Kelola pemberian analgetik
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan a. Posisikan pasien untuk
keperawatan selama 3x24 memaksimalkan ventilas
pola nafas jam pasien menunjukkan b. Identifikasi pasien perlunya
berhubungan keefektifan jalan nafas pemasangan alat jalan nafas
dengan ekspansi dibuktikan dengan kriteria buatan
hasil : c. Lakukan fisioterapi dada jika
paru yang tidak
a. Frekuensi pernafasan perl
maksimal karena sesuai yang diharapkan d. Keluarkan sekret dengan batuk
akumulasi b. Ekspansi dada simetris. atau suctio
c. Bernafas mudah. e. Auskultasi suara nafas, catat
udara/cairan.
d. Pengeluaran sputum adanya suara tambahan
e. Tidak didapatkan f. Monitor respirasi dan status
penggunaan otot oksigen.
tambahan. g. Posisikan pasien untuk
f. Tidak didapatkan ortopneu mengurangi dispneu.
g. Tidak didapatkan nafas
pendek. Respiratory monitoring
a. Monitoring frekuensi, irama
dan kedalaman nafas.
b. Monitoring gerakan dada, lihat
kesimetrisan.
c. Monitor pola nafas : takipneu
d. Beri terapi pengobatan
respirasi.

Hambatan Setelah dilakukan Asuhan Terapi Exercise : Pergerakan


mobilitas fisik keperawatan, dapat sendi
berhubungan teridentifikasi Mobility level a. Pastikan keterbatasan gerak
dengan Joint movement: aktif. sendi yang dialami
ketidakcukupan Self care:ADLs b. Kolaborasi dengan
kekuatan dan Dengan criteria hasil: fisioterapi
ketahanan untuk a. Aktivitas fisik meningkat c. Pastikan motivasi klien
ambulasi dengan b. ROM normal untuk mempertahankan
alat ekternal. c. Melaporkan perasaan pergerakan sendi
peningkatan kekuatan d. Pastikan klien untuk
kemampuan dalam mempertahankan
bergerak pergerakan sendi
d. Klien bisa melakukan e. Pastikan klien bebas dari
aktivitas nyeri sebelum diberikan
e. Kebersihan diri klien latihan
terpenuhi walaupun f. Anjurkan ROM Exercise
dibantu oleh perawat aktif: jadual; keteraturan,
atau keluarga Latih ROM pasif.
Exercise promotion
a. Bantu identifikasi program
latihan yang sesuai
b. Diskusikan dan instruksikan
pada klien mengenai latihan
yang tepat
Exercise terapi ambulasi
a. Anjurkan dan Bantu klien
duduk di tempat tidur sesuai
toleransi
b. Atur posisi setiap 2 jam
atau sesuai toleransi
c. Fasilitasi penggunaan alat
Bantu

Self care assistance:


Bathing/hygiene, dressing,
feeding and toileting.
a. Dorong keluarga untuk
berpartisipasi untuk
kegiatan mandi dan
kebersihan diri, berpakaian,
makan dan toileting klien
b. Berikan bantuan kebutuhan
sehari – hari sampai klien
dapat merawat secara
mandiri
c. Monitor kebersihan kuku,
kulit, berpakaian , dietnya
dan pola eliminasinya.
d. Monitor kemampuan
perawatan diri klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari
e. Dorong klien melakukan
aktivitas normal keseharian
sesuai kemampuan
f. Promosi aktivitas sesuai
usia

Resiko infeksi NOC : NIC :


a. Immune Status Infection Control (Kontrol
berhubungan b. Risk control infeksi)
dengan a. Bersihkan lingkungan setelah
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
masuknya
a. Klien bebas dari tanda dan b. Pertahankan teknik isolasi
organisme gejala infeksi c. Batasi pengunjung bila perlu
sekunder b. Menunjukkan kemampuan d. Instruksikan pada pengunjung
untuk mencegah timbulnya untuk mencuci tangan saat
terhadap trauma
infeksi berkunjung dan setelah
c. Jumlah leukosit dalam berkunjung meninggalkan
batas normal pasien
d. Menunjukkan perilaku e. Gunakan sabun antimikrobia
hidup sehat untuk cuci tangan
f. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan kperawtan
g. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
h. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
i. Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
j. Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor hitung granulosit,
WBC
c. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
f. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
g. Pertahankan teknik isolasi k/p
h. Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
i. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
k. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
o. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
p. Ajarkan cara menghindari
infeksi
q. Laporkan kecurigaan infeksi
r. Laporkan kultur positif
Kerusakan  Tissue Integrity : Skin Pressure Management
and Mucous Membranes
integritas kulit  Anjurkan pasien untuk
berhubungan  Hemodyalis akses menggunakan pakaian yang
dengan trauma
longgar
Kriteria Hasil :  Hindari kerutan pada tempat
mekanik tidur
terpasang bullow  Integritas kulit yang baik  Jaga kebersihan kulit agar
bisa dipertahankan tetap bersih dan kering
drainage.
(sensasi, elastisitas,  Mobilisasi pasien (ubah
temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua jam
pigmentasi) sekali
 Tidak ada luka/lesi pada  Monitor kulit akan adanya
kulit kemerahan
 Perfusi jaringan baik  Oleskan lotion atau
 Menunjukkan minyak/baby oil pada daerah
pemahaman dalam yang tertekan
proses perbaikan kulit  Monitor aktivitas dan
dan mencegah terjadinya mobilisasi pasien
cedera berulang  Monitor status nutrisi pasien
 Mampu melindungi kulit  Memandikan pasien dengan
dan mempertahankan sabun dan air hangat
kelembaban kulit dan
perawatan alami Insision site care

 Membersihkan, memantau
dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka yang
ditutup dengan jahitan, klip
atau straples
 Monitor proses kesembuhan
area insisi
 Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
 Bersihkan area sekitar jahitan
atau staples, menggunakan
lidi kapas steril
 Gunakan preparat antiseptic,
sesuai program
 Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system


pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction
Kumala, Poppy et all. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC,1998.
Slamet Suyono, (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, FKUL : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai