PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
dalam Pasal 1 angka 1 ditentukan “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”. Dengan demikian kesehatan merupakan bagian yang harus diupayakan bagi
tercapainya kesejahteraan bangsa. Salah satu upaya pencapaian tersebut harus diwujudkan dalam
Dalam 10 tahun terakhir ini telah banyak dikembangkan berbagai upaya yang pada
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang selanjutnya diikuti pula dengan peningkatan
mutu (quality improvement) pelayanan kesehatan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
hampir sepatuh dari penduduk dunia belum dapat menikmati kesamaan hak dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Selain itu juga disadari bahwa dalam perjalanannya banyak
ditemukan upaya-upaya medik yang cenderung berlebihan dan kadang justru membahayakan
pasien yang kemudian berdampak pada inefisiensi dan pemborosan (Dwiprahasto, n.d).
Dalam era globalisasi yang dicirikan oleh tingginya tingkat kompetisi, kemandirian dan
kepuasan pasien akan semakin ditinggalkan orang. Tuntutan terhadap mutu pelayanan menjadi
sangat dominan, dan mulai sekarang sudah dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat mendesak
untuk dipenuhi. Yang perlu disadari adalah bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
bermutu menjadi salah satu major needs bagi sebagian besar populasi. Hal ini berkaitan erat
dengan quality of life, produktivitas, waktu dan kesempatan yang hilang akibat sakit (lost
opportunity), dan resiko kecatatan (disability) dan kematian akibat sakit (Dwiprahasto, n.d).
Pasal 33 ayat (1) UU No. 44/2009 ditentukan bahwa setiap rumah sakit harus memiliki
organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Kemudian dalam penjelasan ayat (1) ditentukan
: Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit
dengan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan tata
kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance). Selanjutnya Pasal 36 UU No. 44/2009
ditentukan bahwa Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit dan
tata kelola klinis yang baik. Dalam penjelasan ditentukan bahwa tata kelola rumah sakit yang
baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen Rumah Sakit yang berdasarkan prinsip-
dan tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi
Di negara-negara maju yang telah memiliki sistem pelayanan kesehatan yang mapan
masalah kegagalan terapi telah menjadi pusat perhatian para peneliti, khususnya dalam beberapa
tahun belakangan ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kegagalan terapi akibat keliru
dalam pengambilan keputusan terapi (inappropriate medical decision making process) tidak saja
memberi dampak buruk secara medik (misalnya kecacatan akibat efek samping obat) dan
procedural (misalnya hospitalisasi menjadi lebih panjang), tetapi juga member dampak biaya
yang sangat besar, apalagi dalam skala nasional. Salah satu penyebab tersebut adalah banyak
tenaga kesehatan yang belum mengetahui dan memahami apakah good clinical governance?.
Berdasarkan fenome tersebut penulis terteraik membuat makalah terkait persepsi perawat tentang
1.2 Tujuan
LITERATUR REVIEW
Clinical governance atau tata kelola klinis merupakan upaya perbaikan mutu pelayanan
klinis di rumah sakit. Tata kelola klinis adalah suatu sistem yang menjamin organisasi pemberi
pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk terus menerus melakukan perbaikan mutu
pelayanannya dan menjamin memberikan pelayanan dengan standar yang tinggi dengan
menciptakan lingkungan di mana pelayanan prima akan berkembang (Scally & Donaldson,
1998).