Laporan Fototropisme Selvi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

1.

1 latar belakang
Salah satu ciri mahluk hidup adalah bergerak. Dengan demikian tumbuhan sebagai mahluk
hidup juga melakukan gerak. Jika hewan dan manusia dapat melakukan gerakan secara aktif
dan berpindah tempat, gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Sehingga tumbuhan dikatakan
melakukan gerak pasif. Gerakan yang dilakukan oleh tumbuhan hanya dilakukan pada bagian
tertentu. Misalnya bagian ujung tunas, bagian ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun
tertentu. Pergerakan tumbuhan merupakan suatu respon terhadap rangsangan tertentu yang
terarah atau dari arah tertentu. Tumbuhan dapat menerima rangsangan berupa panas, zat
kimia, cahaya, sentuhan, dan gravitasi. Sedangkan respon yang diberikan tumbuhan itu dapat
berupa perubahan metabolisme dan perubahan bentuk dan struktur. (Arisana wt al, 2015).
Pada prinsipnya, gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses pertumbuhan dan adanya
kepekaan terhadap rangsangan atau iritabilitas yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Sebagai
tanggapan terhadap rangsangan tersebut, tumbuhan melakukan gerakan yang mungkin
menuju ke arah rangsang atau menjauhi, atau melakukan gerak tanpa menunjukan arah
tertentu. Oleh karena itu dilakukannya uji fototropisme untuk mengetahui arah
perkecambahan karena pengaruh cahaya terhadap respon gerak tumbuhan (Campbell et al,
2012)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu bagaiman respon tumbuhan atau
cara pergerakan tumbuhan terhadap cahaya
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah respon tumbuhan atau cara
pergerakan tumbuhan terhadap cahaya
2.2 Fototropisme
Fototropisme adalah gerak atau pertumbuhan diarahkan tanaman atau tanaman organ sebagai
respons terhadap gradien cahaya terarah. Gerak bagian tumbuhan yang menuju kearah cahaya
disebut fototropisme positif. Misalnya gerak ujung batang tumbuhan yang membelok ke arah
datangnya cahaya. Sedangkan pertumbuhan bagian tumbuhan menjauhi arah datangnya
cahaya disebut dengan fototropisme negatif. Misalnya gerak pertumbuhan ujung akar.
Fototropisme dibagi menjadi dua, yaitu:
 Fototropisme positif adalah gerak tanaman menuju ke arah datangnya cahaya. Contohnya
ujung batang bunga matahari yang membelok menuju ke arah datangnya cahaya.
 Fototropisme negatif adalah gerak tanaman atau bagian tanaman menjauhi arah datangnya
cahaya. Contohnya gerak ujung akar yang menjauhi arah datangnya cahaya
(Millar et al, 2010)

Fototropisme didominasi efek cahaya biru di tanaman berbunga, cahaya merah juga telah
terbukti mempengaruhi perkembangan kelengkungan fototropik. Pada fototropisme positif
dan negatif juga terrangsang dengna caahaya warna merah. Fototropisme memungkinkan
tumbuhan mengarahkan organ fotosintesis mereka ke arah cahaya. Pada Arabidopsis,
fototropin merasakan cahaya biru terarah sehingga memicu fototropisme sebagai respons
terhadap cahaya rendah. Fototropisme dan geotropisme merupakan aktivitas yang jelas
berperan dalam perkembangan tumbuhan. Respon fototropik menentukan letak atau
kedudukan daun dan batang untuk dapat menangkap sinar matahari sebanyak-banyaknya bagi
keperluan fotosintesis. Tropisme menyebabkan pula tunas tumbuh ke atas dan akar ke dalam
tanah . Fototropisme terjadi pada bagian pucuk dan koleoptil (untuk fototropisme positif) dan
pada akar (untuk fototropisme negative). Mekanisme fototropisme inin diatur oleh hormone
auksin. Hormone auksin almiah yang telah diekstrak oleh tumbuha adalah IAA. Cahaya
dapat merusak auksin sehingga terdistribusi ke sisi yang lebih gelap, hal inilah yang menjadi
dasar mekanisme fototropisme. (Kami et al, 2014)
3.1 Waktu dan Tempat
Pada praktikum fototropisme dilaksanakan di Laboratorium Botani dan Rekayasa Tumbuhan
Jurusan Biologi ITS, dimulai dengan penyemaian pada hari Sabtu tanggal 20 Oktober 2018
hingga hari Kamis tanggal 25 Oktober 2018. Praktikum dilakukan selama 5 hari untuk
pengamatan respon tanaman terhadap rangsangan cahaya
3.4 Analisis Data
Penelitian praktikum fotoropime ini di tiap perlakuan diukur tinggi tanaman, banyak jumlah
daun,arah gerak tumbuh dan warna batang,daun. Kemudian, dilakukan pengukuran tinggi
tanaman dengan menggunakan penggaris. Serta dihitung banyak jumlah daun setiap tanaman.
4.2 Tranduksi Sinyal Fototropisme
Fitokrom dapat mendeteksi cahaya merah. Tumbuhan merasa cahaya biru dengan
menggunakan 2 tipe fetoprotein yaitu fototropin dan kriptokrom. Fototropin berhubungan
dengan membran plasma dan sebagian bertanggung jawab untuk fototropisme. Kriptokrom
merupakan flavoprotein yang sensitif terhadap cahaya biru. Secara struktur, kriptokrom
berkaitan dengan enzim yang sensitif terhadap cahaya biru yang disebut fotoliase, yang
terlibat dalam perbaikan kerusakan DNA yang diinduksi ultraviolet pada semua organisme,
kecuali sebagian besar mamalia. Tidak seperti fitokrom, kriptokrom juga ditemukan di hewan
dan tidak memiliki aktivitas perbaikan DNA, tetapi kriptokrom dianggap berkembang dari
fotoliase.

Gambar 1. Mekanisme tranduksi sinyal fototropisme, (Hohm, 2013)


Gambar 2. Mekanisme tranduksi sinyal fototropisme, (Goyal, 2013)

Representasi skematik dari crosstalk antara phototropin (phot) - dan phytochrome (phy) -
mediated signaling yang terlibat dalam phototropism. (A) Molekul interaksi dan proses (i-iv)
melibatkan phot1 dan phytochromes dalam pengaturan fototropisme.
(i) PKS1 berinteraksi dengan phyA, phot1, dan NPH3 pada plasma selaput. PKS1
mungkin merupakan hubungan molekuler antara dua fotoreseptor yang juga dapat
langsung berinteraksi pada membran plasma pada tanaman berbunga. NPH3 mengikat
Kompleks SCF CUL3 berbasis dan terlibat dalam ubiquitinylation of phot1.
(ii) Phot1 dan phytochrome terlibat dalam mengatur status fosforilasi PKS4.
(iii) Phot1 menghambat ABCB19 melalui fosforilasinya.
(iv) Phytochrome meningkatkan ekspresi gen yang terlibat dalam fototropisme, seperti
IAA19, PKS1, dan RPT2. Sebaliknya,
phytochromes menurunkan regulasi tingkat ABCB19. (B) Modulasi fototropisme oleh
inhibisi gravitasi yang dipicu oleh phy-mediated.
(v) Menanggapi cahaya, phytochrometerlibat dalam konversi amiloplas endodermal yang
dipenuhi amil yang diisi pati ke plastida dengan fitur-fitur kloroplas. Penindasan
konsekuen negative hypocotyl gravitropism meningkatkan fototropisme.
(vi) Phytochrome mungkin terlibat dalam pengaturan ekspresi gen yang terlibat dalam
konversi berbagai bentuk dari plastid.
(Goyal, 2013)

DAFTAR PUSTAKA
Arisana, P.J., Armaini., dan Erlida, A. 2017. Pengaruh Pupuk Kandang Sapid an Jarak Tanam
Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Jagung Semi (Baby Corn) dan Kacang Hijau
(Vigna radiata) Pada Pola Tumpangsari. JOM FAPERTA. Vol. 4 (1) : 1-16
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,
Jackson, R.B. 2012. Biologi Jilid 2. Edisi 8. Terjemahan D.T Wulandari. Jakarta:
Erlangga

Goyal, A., Szarzynska, B., Fankhauser, C. 2013. Phototropism: at the crossroads of light-
signaling pathways. Trends in Plant Science. Vol 18 ( 7) : 393-401

Hohm, T., Preuten, T., Fankhauser, C. 2013. PhototropisMm: Translatin Light


IntoDirectional Growth. American Journal of Botany. Vol 100(1) : 47–59.

Millar, K.D.L., Prem, K., Melanie, J., Correll., Jack, I., Mullen., Roger, P.H., Richard, E.E.,
dan John, Z.K. 2010. A Novel Phototropic Response To Red Light Is Revealed In
Microgravity. New Phytologist. Vol. 186 : 648-656

Kami, C., Laure, A., Melina, Z., Karin, L., Frederic, S., Erika, I., Masaaki, K.W., Kotoro,
T.Y., Claus, S., dan Christian, F. 2014. The Plant Journal. Vol. 77 : 393-403

Anda mungkin juga menyukai