Anda di halaman 1dari 11

TUBERCULOSIS PARU PADA ANAK

Oleh
Fetri Rosdiana
172010101023

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
A. Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium


tuberculosis sistemis sehingga mengenai hampir semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis paru anak merupakan aspek yang sering dilupakan dari penyakit TB.
Penyakit TB paru anak merupakan bayang-bayang dari TB paru dewasa dan
merupakan masalah kesehatan anak yang signifikan, tetapi dilalaikan karena
biasanya hasil pemeriksaan BTA negatif dan dianggap berkontribusi kecil
terhadap penyebaran TB paru di masyarakat (Donaldet al., 2007).

B. Epidemiologi

Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke


posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara
dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika
Selatan, Nigeria dan Indonesia. Penderita TB paru BTA positif akan menjadi
sumber penularan bagi lingkungan di sekitarnya. (Sub Direktorat TB Depkes RI
dan WHO, 2008). Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia
total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah
kasus TB baru BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah
kasus TB Ekstra Paru, 3709 adalah kasus TB kambuh, dan 1978 adalah kasus
pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, relaps) (PPTI, 2010).

C. Etiologi

Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau


Mycobacterium africanum. Terkadang janin bisa tertular tuberkulosis dari
ibunya. Sebelum atau selama kelahiran dengan bernapas pada cairan amniotik
atau menerima cairan amniotik yang terinfeksi. Dan seorang bayi bisa menderita
tuberkulosis setelah kelahiran karena bernapas dalam udara yang mengandung
penyebab infeksi. Pada negara berkembang anak-anak bisa terinfeksi
Mycobacterium lainnya yang menyebabkan tuberculosis yang di sebut
Mycobacterium bovis yang ditransumsikan dalam susu yang tidak di pasteurisasi.

D. Patofisiologi

Penularan kuman terjadi melalui udara dan diperlukan hubungan yang erat
untuk penularannya. Selain itu jumlah kuman yang terdapat pada saat batuk lebih
banyak pada tuberkulosis laring di banding dengan tuberkulosis pada organ
lainnya. Tuberkulosis yang mempunyai kaverne dan tuberkulosis yang belum
mendapat pengobatan mempunyai angka penularan yang tinggi.

Berdasarkan penularannya maka tuberkulosis dapat dibagi menjadi 3 bentuk,


yakni :

1. Tuberkulosis Primer

Terdapat pada anak-anak setelah tertular 6 – 8 minggu kemudian mulai


dibentuk mekanisme imunitas dalam tubuh, sehingga tes tuberkulin
menjadi positif. Di dalam alveoli yang kemasukan kuman terjadi
penghancuran (lisis) bakteri yang dilakukan oleh makrofag dan dengan
terdapatnya sel langhans, yakni makrofag yang mempunyai inti di perifer,
maka mulailah terjadi pembentukan granulasi. Keadaan ini disertai pula
dengan fibrosis dan kalsifikasi yang terjadi di lobus bawah paru. Proses
infeksi yang terjadi di lobus bawah paru disertai dengan pembesaran dari
kelenjar limfe yang terdapat di hilus, disebut dengan kompleks Ghon yang
sebenarnya merupakan permulaan infeksi yang terjadi di alveoli atau di
kelenjar limfe hilus. Kuman tuberkulosis akan mengalami penyebaran
secara hematogen ke apeks paru yang kaya dengan oksigen dan kemudian
berdiam diri (dorman) untuk menunggu reaksi yang lebih lanjut.
2. Reaktivasi dari tuberkulosis primer

10 % dari infeksi tuberkulosis primer akan mengalami reaktivasi, terutama


setelah 2 tahun dari infeksi primer. Reaktivasi ini di sebut juga dengan
tuberkulosis post primer. Kuman akan disebarkan secara hematogen ke
bagian segmen apikal posterior. Reaktivasi dapat juga terjadi melelui
metastasis hematogen ke berbagai jaringan tubuh.

3. Tipe Reinfeksi

Infeksi yang baru terjadi setelah infeksi primer adalah jarang terjadi.
Mungkin dapat terjadi apabila terdapat penurunan dari imunitas tubuh atau
terjadi penularan secara terus menerus oleh kuman tersebut dalam suatu
keluarga.

Klasifikasi TB paru

Klasifikasi ini berdasarkan gejala klinik, radiologik, bakteriologik dan riwayat


pengobatan sebelumnya:

1. TB paru BTA (+) yaitu:

 Dengan atau tanpa gejala

 Gambaran radiology sesuai dengan TB paru

2. TB paru BTA (-)

 Gejala klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB paru

 BTA (-)

3. Bekas TB paru

 BTA (-)

 Gejala klinik tidak ada, ada gejala sisa akibat kelainan paru yang di
tinggalkan.
 Radiolgi menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, terlebih
gambaran serial menunjukan foto yang sama

 Riwayat pengobatan TB (+)

E. Manifestasi Klinis

Gejala umum/tidak spesifik

 Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1
bulan dengan penanganan gizi.
 Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak
naik (failure to thrive) dengan adekuat.
 Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi
saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
 Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple,
paling sering di daerah leher, axilla dan inguinal.4,5,6

Gejala-gejala respiratorik :
 batuk lama lebih dari 3 minggu
 tanda cairan di dada, nyeri dada.4,5

Gejala gastrointestinal
 diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
 benjolan/massa di abdomen
 tanda-tanda cairan dalam abdomen.4

Gejala Spesifik
1. Tb kulit/skrofuloderma
2. Tb tulang dan sendi
 Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
 Tulang panggul (koksitis) : pincang
 Tulang lutut : pincang dan/atau bengkak
 Tulang kaki dan tangan
3. Tb Otak dan Saraf
 Meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan
kesadaran menurun

F. Diagnosis

Definisi anak menurut IDAI adalah usia 0- 18 tahun. Penegakan diagnosis TB


paling tepat adalah dengan ditemukan kuman TBC dari bahan yang diambil dari
penderita misalnya dahak bilasan lambung biopsi dll, tetapi pada anak hal ini sulit
dan jarang didapat sehingga sebagian besar diagnasis TBC anak didasarkan atas
gambar klinis gambar foto rontgen dada dan uji tuberkulin. Untuk itu penting
memikirkan adanya TBC pada anak kalau terdapat tanda tanda yang
mencurigakan atau gejalagejala seperti dibawah ini :

Seorang anak harus dicurugai menderita tuberkulosis apabila :

1. Mempunyai sejarah kontak erat ( serumah ) dengan penderita TBC BTA


positif

2. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG ( dalam 3–7


hari )

3. Terdapat gejala umum TBC

1. Uji Tuberkulin ( Mantoux )

Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intrakutan)


dengan semprittuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang dipakai
adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU.
2. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan dan
indurasi > 5 mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah
terinfeksiMycobacterium tuberculosis.

3. Pemeriksaan radiologis / Foto Rontgen Paru


Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa
utama pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +)
dan tanpa menunjukkan gejala.

1. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan


kelainan padafoto roentgen.
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto
roentgentidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan
tuberkulosis.
3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada
tuberkulosis,sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang
-kurangnya 10 minggusetelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis
yangterpenting adalah bila ada kelainan pada foto toraks.
5. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit
tersebut aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan
tentang aktivitas penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat
diperoleh melalui kombinasi denganhasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi,
proses dantanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan
perbandingan dengan foto-foto terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi
sepertiPneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini
bahkan tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto
roentgen adalah suatukeharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila
perlu disertai proyeksi-proyeksitambahan seperti foto lateral, foto khusus
puncak AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khususlainnya.

Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai TB,
yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA) Pada posisi PA, pengambilaii foto dilakukan
pada saat pasien dalam posisi berdiri,tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila
terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi LateralPada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di
belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan
akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan
kemungkinan adanyakelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi
tambahan ini hendaknya dibuatsetelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat
kesulitan dalam menginterpretasikansuatu lesi di apeks. Pengambilan foto
dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinarmenyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan klavikula.

GAMBARAN RADIOLOGIK

yang dicurigai sebagai TBC:

1. Komplek Primer dengan atau tanpa perkapuran

2. Bayangan berawan di segmen apikal dan posterior lobus atas paru


dan segmen superior lobus bawah.
3. Kavitas, terutama lebih dari satu, di kelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular.

4. Bayangan bercak milier.


5. kalsifikasi serta fibrosis

6. Pleuritis dengan Efusi

7. Destroyed lobe sampai destroyed lung

8. Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal


9. Atelektasis/kolaps konsolidasi

Gambaran röntgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto
biasanya sulit, harus hati-hati, kemungkinan bisa overdiagnosis atau
underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat dengan pembesaran
kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.

5. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dan kultur dari sputum (pada
anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).
6. Pemeriksaan serologi
(ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
7. Pemeriksaan patologi anatomi.
8. Respon terhadap pengobatan OAT.
Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata, akan menunjang atau
memperkuat diagnosis TBC.4,5,6

Anda mungkin juga menyukai