Apoteker dan Perawat duduk di sofa sambil menunggu. Tiba-tiba bapak Agri (Suami Pasien) datang ke
ruang tamu dari dapur.
Pak Agri : Eh ada mbak apoteker dan suster mau konseling sama istri saya yaa?
Apoteker & Perawat : Selamat sore pak Agri (sambil bersalaman), iya ini lagi tunggu dek Minar
sedang panggil ibu Dwi.
Pak Agri : Oh iya, sedikit lagi istri saya keluar. Eh mbak berdua mau minum apa
teh/susu/kopi?
Apt & Perawat : Ahh tidak usah pak
Pak Agri : yasudah kalau begitu air mineral saja yaa, silahkan duduk dulu (Beliau langsung
ke dapur mengambilkan air mineral dan kembali ke ruang tamu)
Apt & Perawat : Terima kasih pak.. jadi bapak sudah pulang kerja yaa?
Pak Agri : Iya kebetulan hari ini lagi tidak lembur kerja.
Beberapa menit kemudian pasien dan anaknya keluar dari kamar.
Anak Pasien : “Ini bu apoteker yang saya ceritain mau datang kesini sudah datang bersama
dengan perawatnya”
Apoteker : “(Berdiri) Halo ibu dwi, gimana kabarnya? Sudah enakan? (Sambil
bersalaman dengan pasien)
Pasien : “Lumayan mbak, tapi ini kok saya masih sering pusing yaa.. Eh silahkan
duduk dulu“
Apoteker : “Pusingnya gimana bu?”
Pasien : “Pusingnya disini mbak (memegang kepala), trus di sini tu sering kenceng-
kenceng gitu rasanya (memegang leher)”
Apoteker : “Obatnya diminum teratur ndak bu?”
Pasien : “Diminum kok!”
Suami (Pak Agri) : “tidak mbak, sebenarnya istri saya ini susah sekali disuruh minum obat.”
Perawat : “Sini coba saya cek tekanan darah (TD) nya dulu bu”
Perawat mengecek TD pasien dengan alat tensi digital
Perawat : “Wah kok tinggi sekali TDnya?”
Pasien : “Ah masa’ sih mbak?”
Suami : “Tuh kan bu bener, ibu sih susah minum obatnya”
Perawat : “Iya bu ini TDnya 190/110 mmHg, biasanya TD ibu berapa pak?”
Suami : “Normalnya TD ibu itu 170/100 mmHg mas, paling tingginya sampai
210/120 mmHg mba”
Apoteker : “Berarti TD ibu hari ini termasuk lumayan tinggi, hati-hati lho bu. Kalau ibu
tidak minum obat secara rutin nanti penyakitnya tambah parah, TDnya tidak
turun-turun. Dan bisa komplikasi juga lho bu. Benar ibu minum obatnya tiap
hari?”
Pasien : “Iya kok mba !”
Apoteker : “Coba sini lihat obatnya, bisa tolong diambilkan?”
Anak mengambilkan obat di tempat obat
Anak Pasien : “Ini mas obatnya”
Apoteker : “Yang ini (sambil menunjukkan HCT) berapa kali bu?
Pasien : “1 kali kan mbak?”
Apoteker : “Iya benar bu, terus yang ini (sambil menunjukkan ARB) berapa kali bu ?
Pasien : “1 kali juga kan mas? Eh tapi kadang 2 kali deh”
Apoteker : “Begini ibu, pak, de, tolong diperhatikan saya jelaskan ya, (sambil tersenyum)
yang ini (sambil menunjukkan HCT) benar 1 kali sehari pagi, sesudah makan,
yang ini (sambil menunjukkan ARB) diminum 2 kali sehari, yang satu pagi
hari bareng sama yang tadi, yang satu tiap malem sesudah makan”
Suami : “Sebenarnya tiap malam sudah saya siapkan obatnya, tapi ibu sering lupa
minum sampai pagi masih ada di tempatnya mbak”
Pasien : “ Lha kadang udah ngantuk kok mbak”
Apoteker : “begini saja, pokoknya bapak dan adek yang harus rutin ngecek dan
memastikan kalau ibunya minum obat tiap mau tidur. Kalau ibunya sudah
tidur ya dibangunin aja, disuruh minum obat.”
Suami : “ Iya mbak, kadang saya sering membangunkan ibunya kalau ketiduran, tapi
kadang saya lupa juga (sambil tersenyum)”
Apoteker : “Oh….. gitu (sambil tersenyum), gini aja, gimana kalau pakai alarm, diatur
di HP kan bisa pak, biar bapaknya tidak lupa.”
Suami : “ Oh….iya mbak, sebentar saya ambil HP dulu (keluar kamar mengambil HP,
beberapa menit kemudian masuk ke kamar sambil membawa HP) saya ngeset
alarmnya jam berapa aja ini mas?”
Apoteker : “Jam 7 Pagi dan Jam 7 Malam, nahh bapak juga diset alarm di HPnya yaa”
Anak Pasien & Suami Pasien langsung mengeset alarm atau pengingat di HPnya sesuai dengan saran
Apoteker.
Apoteker : “Gimana ibu, bapak dan adek? Sudah jelas? Atau ada yang mau ditanyakan
lagi?”
Keluarga : “Tidak mbak, sudah jelas kok”
Apoteker : “Bisa coba diulang tentang aturan pakai obat-obatnya?”
Anak Pasien : “Yang ini (sambil menunjukkan HCT) 1 kali sehari, pagi, sesudah makan.”
Suami : Kalau yang ini (menunjukkan ARB) dua kali sehari, yang satu bareng yang
tadi, yang satu malam sesudah makan, bener kan mbak?”
Apoteker : “Iya benar mbak, jangan dilewatkan waktunya yaaa…”
Suami & Anak : “Iya mbak”
Pasien
Apoteker : “Kalau obatnya tinggal sedikit kontrol lagi ya”
Keluarga : “Iya mbak sudah mengerti, terimakasih”
Apoteker : “Sebentar saya catat dulu di buku saya (Apoteker mencatat tanggal
kunjungan, serta hasil konseling terhadap pasien dan keluarga pasien, selesai
mencatat Apoteker berpamitan) sudah bu, kalau begitu saya pamit dulu
(bersalaman dengan pasien) semoga lekas membaik ibu”
Pasien : “Trimakasih ya mbak udah kesini”
Suami : “ Iya makasih banyak mbak apoteker dan mbak perawat mau datang kesini
buat lihat kondisi istri saya”
Apoteker & perawat : “Sama-sama pak Agri dan ibu Dwi, semoga lekas sembuh!” (Apoteker)
“Kami pamit dulu yaa pak, bu dan adek” (Perawat)
Anak Pasien : “Mari mbak, saya antar keluar”
Anak pasien dan Apoteker keluar menuju pintu keluar dan pulang.