Anda di halaman 1dari 9

Prestasi Belajar Meningkat, Kembali Ke Standar Proses!

Oleh Maman Rakhmanudin, S.Si*

Membina manusia yang cerdas dan terampil merupakan bagian dari hakikat

pembangunan nasional, yakni pembangunan manusia seutuhnya dan manusia Indonesia

seluruhnya. Kecerdasan dan keterampilan satu sama lain saling melengkapi dan tidak dapat

dipisahkan. Kalau kecerdasan banyak berhubungan dengan kemampuan pikir dan nalar yang

berbasis pada akal atau rasio, maka keterampilan berkaitan dengan skill atau keahlian yang

dimiliki oleh seseorang. Membina manusia yang cerdas dan terampil dapat diaplikasikan melalui

pendidikan.

Pendidikan merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam menentukan kualitas

sumber daya manusia pada setiap negara. Pengertian pendidikan yang disebutkan dalam UU

No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

Pendidikan yang dimaksud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas di atas

adalah pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang berkualitas. Untuk

membentuk manusia yang berkualitas, menurut Mendiknas (2006:XIX) adalah pendidikan yang

dikembangkan harus memiliki empat segi yaitu olah kolbu, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.

Seiring dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan saat

ini hendaknya didasarkan pada tingkat kualitas dan kemampuan para guru dalam meningkatkan

kualitas proses belajar mengajar serta mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh

siswa. Guru sebagai pendidik harus mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan

cara berpikir siswa agar menjadi lebih kritis dan kreatif.


Guru sebagai pelaksana utama pendidikan dilingkungan Dinas Pendidikan

kota/kabupaten dimana guru tersebut bertugas. Dalam kegiatan sehari-harinya sebagai pendidik,

harus bisa menyelaraskan dengan visi pendidikan nasional, yaitu : “Terwujudnya system

pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga

Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan

pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip

tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan

peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang

memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan

kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan,

yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses

pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara

efektif dan efisien.

Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta

didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap

mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap

satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV

Standar Proses Pasal 19 ayat 1).

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar

proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria

minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan

dasar dan menengah pada jalur formal, balk pada sistem paket maupun pada sistem kredit

semester.

Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk ter-

laksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Permendiknas No. 41 Tahun 2007

Tentang Standar Proses Pasal 1 ayat 1).

Pengertian Belajar

Salah satu hal yang terjadi dalam pembelajaran adalah terjadinya suatu proses belajar.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak lepas dari bagaimana menumbuhkan minat

belajar pada peserta didik. Oleh karena itu belajar merupakan hal yang perlu diperhatikan secara

definisi maupun aplikasi.

Menurut Muhammad Ali (2004:14), “Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku

akibat interaksi individu dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Slameto (2003:2),

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hal ini didukung juga oleh

Syaiful Bahri Djamarah (2002:11) yang mengatakan, “Belajar adalah proses perubahan perilaku

berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang

menyangkut pengetahuan, kemampuan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme

atau pribadi”.

Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan kemampuan siswa dari tidak

tahu menjadi tahu dan dari yang tidak dapat memecahkan masalah menjadi dapat memecahkan

masalah. Dalam perubahan tingkah laku tersebut terjadilah suatu proses. Jadi belajar itu harus

melalui proses, sehingga siswa bukan hanya sekedar menerima konsep dan prinsip-prinsip.

Oemar Hamalik (2001:36) menyatakan, “Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan

suatu hasil atau tujuan, jadi belajar adalah proses aktif mengenai informasi dan kemudian

disusun dan dibentuk dengan cara yang unik oleh setiap individu”.
Brunner yang dikutip Muhibbin Syah (2006:110) menyatakan bahwa, “Dalam proses

belajar siswa menempuh tiga episode atau tahapan yaitu tahap informasi (tahap penerimaan

materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan tahap evaluasi (tahap penilaian

materi)”. Menurut Saekhan Muchit (2007:51) bahwa, “Stimulus dan respon merupakan upaya

secara metodologis untuk mengaktifkan siswa secara utuh dan menyeluruh baik pikiran, perasaan

dan perilaku (perbuatan)”.

Dalam batasan pengertian belajar dari para ahli maka belajar merupakan suatu proses

kegiatan seseorang untuk mengumpulkan sejumlah pengetahuan melalui latihan yang teratur dan

tekun dalam tiga tahap yakni menerima informasi, pengubahan materi dan penilaian materi

sehingga menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pada diri seseorang melalui materi

yang dipelajari. Salah satu indikasi keberhasilan belajar terletak pada kualitas respon yang

dilakukan siswa terhadap stimulus yang diterima dari guru. Inilah pentingnya bagi guru untuk

menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan serta bermakna bagi siswa.

Pengertian Mengajar

Keberhasilan dalam proses mengajar tidak terlepas dari persiapan siswa dan persiapan

guru. Siswa yang siap untuk belajar akan merasa termotivasi dan penuh perhatian untuk

mengikuti pelajaran tersebut. Oleh karena itu guru harus berupaya memelihara dan

mengembangkan minat belajar siswanya.

Menurut Arifin yang dikutip Muhibbin Syah (1997:181-182) bahwa, “Mengajar

merupakan suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada siswa agar dapat

menerima, menanggapi dan mengembangkan bahan pelajaran itu”. Oleh karena itu guru bukan

hanya pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan sebagai fasilitator,

teman, dan motivator. Menurut Raka Joni yang dikutip Sardiman (2003:54) bahwa, “Mengajar

adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengerahkan kegiatan belajar anak

didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau sikap yang dapat membawa

perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi”.

Dalam proses pembelajaran ada 4 hal yang harus dijadikan muatan aktivitas sekaligus,

dimana pengajar harus mempunyai peran sebagai berikut :


1) sebagai fasilisator, ialah menyediakan situasi kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang

lain.

2) Sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan kepada siswa dalam interaksi edukatif,

agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.

3) Sebagai motivator, ialah memberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.

4) Sebagai organisator, ialah mengatur dan mengelola aktivitas pembelajaran.

Prestasi Belajar

Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda, “prestatie” dalam bahasa Indonesia

menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Menurut Tulus Tu’u (2007:75), “Prestasi merupakan

hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu”.

Mohamad Surya yang dikutip Sukarjo (2001:14) mengemukakan bahwa, prestasi belajar

seluruh hasil yang dicapai melalui suatu proses belajar di sekolah berdasarkan hasil tes prestasi.

E.T. Ruseffendi (1991:9) mengemukakan bahwa “Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

dapat berupa faktor intern dan ekstern. Faktor intern diantaranya kecerdasan anak, kesiapan

anak, bakat anak, kemauan belajar dan minat anak. Sedangkan faktor ekstern diantaranya model

pembelajaran, pribadi guru, sikap guru dan suasana pengajaran”.

Dari beberapa pendapat di atas maka prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah

dicapai melalui proses belajar di sekolah yang diukur dari hasil tes pretasi belajar. Untuk

mendapatkan hasil belajar yang maksimal maka pendidik harus memperhatikan faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak,

kemauan belajar, minat anak, model pembelajaran, pribadi guru, sikap guru dan suasana

pengajaran.

Prestasi belajar akan meningkat jika kegiatan belajar mengajar disekolah mengacu

kepada standar proses. Artinya guru dalam proses belajar mengajar harus menerapkan standar

proses. Dimulai dari perencanaan proses pembelajaran, guru menyusun RPP secara lengkap dan

sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik.


Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegitan inti dan

kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran.

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari.

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang

dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan

mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang

topic/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam

takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan

sumber belajar lain.

3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik

dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya.

4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.


5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau

lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui

tugas-tugas tertentu yang bermakna.

2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain

untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

3) Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah

dan bertindak tanpa rasa takut.

4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan

prestasi belajar.

6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik

lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.

7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan variasi, kerja individual maupun

kelompok.

8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival serta

produk yang dihasilkan.

9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan

kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,

isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.

2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik

melalui berbagai sumber.

3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh

pengalaman belajar yang telah dilakukan.


4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna

dalam mencapai kompetensi dasar.

a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar.

b) Membantu menyelesaikan masalah.

c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil

eksplorasi.

d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan

pelajaran.

2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan

secara konsisten dan terprogram.

3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program

pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual

maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Kemudian yang sangat penting berkaitan dengan peserta didik adalah penilaian hasil

pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat

pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kema-

juan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes

dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil

karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok

Mata Pelajaran.

Selanjutnya, untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, maka perlu

adanya pengawasan. Pengawasan proses pembelajaran meliputi: pemantauan, supervisi, evaluasi,

pelaporan dan tindak lanjut. Jadi prestasi belajar peserta didik bisa meningkat jika kita

menerapkan standar proses sesuai dengan permendiknas No. 41 Tahun 2007 secara baik dan

benar.

*Maman Rakhmanudin, S.Si adalah Guru Fisika SMA Negeri 1 Lohbener

Anda mungkin juga menyukai