Membina manusia yang cerdas dan terampil merupakan bagian dari hakikat
seluruhnya. Kecerdasan dan keterampilan satu sama lain saling melengkapi dan tidak dapat
dipisahkan. Kalau kecerdasan banyak berhubungan dengan kemampuan pikir dan nalar yang
berbasis pada akal atau rasio, maka keterampilan berkaitan dengan skill atau keahlian yang
dimiliki oleh seseorang. Membina manusia yang cerdas dan terampil dapat diaplikasikan melalui
pendidikan.
Pendidikan merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia pada setiap negara. Pengertian pendidikan yang disebutkan dalam UU
No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Pendidikan yang dimaksud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas di atas
adalah pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang berkualitas. Untuk
membentuk manusia yang berkualitas, menurut Mendiknas (2006:XIX) adalah pendidikan yang
dikembangkan harus memiliki empat segi yaitu olah kolbu, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.
Seiring dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan saat
ini hendaknya didasarkan pada tingkat kualitas dan kemampuan para guru dalam meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar serta mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh
siswa. Guru sebagai pendidik harus mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan
kota/kabupaten dimana guru tersebut bertugas. Dalam kegiatan sehari-harinya sebagai pendidik,
harus bisa menyelaraskan dengan visi pendidikan nasional, yaitu : “Terwujudnya system
pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang
kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan,
interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses
pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara
didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar
proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria
minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah pada jalur formal, balk pada sistem paket maupun pada sistem kredit
semester.
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk ter-
laksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Permendiknas No. 41 Tahun 2007
Pengertian Belajar
Salah satu hal yang terjadi dalam pembelajaran adalah terjadinya suatu proses belajar.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak lepas dari bagaimana menumbuhkan minat
belajar pada peserta didik. Oleh karena itu belajar merupakan hal yang perlu diperhatikan secara
Menurut Muhammad Ali (2004:14), “Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hal ini didukung juga oleh
Syaiful Bahri Djamarah (2002:11) yang mengatakan, “Belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang
menyangkut pengetahuan, kemampuan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme
atau pribadi”.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan kemampuan siswa dari tidak
tahu menjadi tahu dan dari yang tidak dapat memecahkan masalah menjadi dapat memecahkan
masalah. Dalam perubahan tingkah laku tersebut terjadilah suatu proses. Jadi belajar itu harus
melalui proses, sehingga siswa bukan hanya sekedar menerima konsep dan prinsip-prinsip.
Oemar Hamalik (2001:36) menyatakan, “Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan, jadi belajar adalah proses aktif mengenai informasi dan kemudian
disusun dan dibentuk dengan cara yang unik oleh setiap individu”.
Brunner yang dikutip Muhibbin Syah (2006:110) menyatakan bahwa, “Dalam proses
belajar siswa menempuh tiga episode atau tahapan yaitu tahap informasi (tahap penerimaan
materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan tahap evaluasi (tahap penilaian
materi)”. Menurut Saekhan Muchit (2007:51) bahwa, “Stimulus dan respon merupakan upaya
secara metodologis untuk mengaktifkan siswa secara utuh dan menyeluruh baik pikiran, perasaan
Dalam batasan pengertian belajar dari para ahli maka belajar merupakan suatu proses
kegiatan seseorang untuk mengumpulkan sejumlah pengetahuan melalui latihan yang teratur dan
tekun dalam tiga tahap yakni menerima informasi, pengubahan materi dan penilaian materi
yang dipelajari. Salah satu indikasi keberhasilan belajar terletak pada kualitas respon yang
dilakukan siswa terhadap stimulus yang diterima dari guru. Inilah pentingnya bagi guru untuk
Pengertian Mengajar
Keberhasilan dalam proses mengajar tidak terlepas dari persiapan siswa dan persiapan
guru. Siswa yang siap untuk belajar akan merasa termotivasi dan penuh perhatian untuk
mengikuti pelajaran tersebut. Oleh karena itu guru harus berupaya memelihara dan
merupakan suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada siswa agar dapat
menerima, menanggapi dan mengembangkan bahan pelajaran itu”. Oleh karena itu guru bukan
hanya pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan sebagai fasilitator,
teman, dan motivator. Menurut Raka Joni yang dikutip Sardiman (2003:54) bahwa, “Mengajar
adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengerahkan kegiatan belajar anak
didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau sikap yang dapat membawa
Dalam proses pembelajaran ada 4 hal yang harus dijadikan muatan aktivitas sekaligus,
lain.
2) Sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan kepada siswa dalam interaksi edukatif,
agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.
3) Sebagai motivator, ialah memberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.
Prestasi Belajar
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda, “prestatie” dalam bahasa Indonesia
menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Menurut Tulus Tu’u (2007:75), “Prestasi merupakan
hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu”.
Mohamad Surya yang dikutip Sukarjo (2001:14) mengemukakan bahwa, prestasi belajar
seluruh hasil yang dicapai melalui suatu proses belajar di sekolah berdasarkan hasil tes prestasi.
E.T. Ruseffendi (1991:9) mengemukakan bahwa “Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
dapat berupa faktor intern dan ekstern. Faktor intern diantaranya kecerdasan anak, kesiapan
anak, bakat anak, kemauan belajar dan minat anak. Sedangkan faktor ekstern diantaranya model
Dari beberapa pendapat di atas maka prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah
dicapai melalui proses belajar di sekolah yang diukur dari hasil tes pretasi belajar. Untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal maka pendidik harus memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak,
kemauan belajar, minat anak, model pembelajaran, pribadi guru, sikap guru dan suasana
pengajaran.
Prestasi belajar akan meningkat jika kegiatan belajar mengajar disekolah mengacu
kepada standar proses. Artinya guru dalam proses belajar mengajar harus menerapkan standar
proses. Dimulai dari perencanaan proses pembelajaran, guru menyusun RPP secara lengkap dan
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegitan inti dan
kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik
lapangan.
b. Elaborasi
prestasi belajar.
kelompok.
c. Konfirmasi
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
eksplorasi.
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
pelajaran.
Kemudian yang sangat penting berkaitan dengan peserta didik adalah penilaian hasil
pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kema-
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes
dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok
Mata Pelajaran.
Selanjutnya, untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, maka perlu
pelaporan dan tindak lanjut. Jadi prestasi belajar peserta didik bisa meningkat jika kita
menerapkan standar proses sesuai dengan permendiknas No. 41 Tahun 2007 secara baik dan
benar.