Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Praktik Profesi Ners


Stase Maternitas

Oleh :
FATIMAH
NIM. SN171068

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM

A. DEFINISI
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama  6 minggu. Post partum
adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Mansjoer, 2009).
Postpartum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai
setelah partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandungan pulih kembali seperti semula. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu(Sarwono,2009).Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu(Siti Saleha,2009).Postpartum mulai setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006).

B. TANDA DAN GEJALA


Menurut Saifuddin (2010), beberapa teori menghubungkan tanda dan
gejala post partum terjadi karena faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi, berikut ini adalah penjelasannya :
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.

C. ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS


Menurut Mitayani (2009), berikut ini adalah adaptasi fisiologis dan
psikologis yang dapat terjadi pada ibu post partum adalah :
1. Perubahan Fisik
a. Uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan
alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 
3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa
berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga
pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi
ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada
tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
b. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah
7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
c. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta.
Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan
desidua dan selaput janin.
d. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea
cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
 Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban,
sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
 Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
 Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
 Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
 Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
 Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
e. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan
kortisol serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah
menurun pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron
menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya dicapai kira-kira 1
minggu post partum. Penurunana ini berkaitan dengan pembengkakan dan
diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama hamil.
Pada wanita yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu kedua
setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
post partum hari ke- 17.
f. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah
yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena
perubahan pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang
kiri.
g. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi
biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis
menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau mengejan.
h. Bekas Implantasi Placenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri
dengan diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu
ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih (Istyandari, 2009).
2. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode
yaitu sebagai berikut :
a. Periode Taking In / ketergantungan
 Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
 Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
 Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
 Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
 Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara berulang-ulang
 Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
 Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
b. Periode Taking Hold / ketergantungan tidak ketergantungan
 Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
 Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
 Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
 Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalammerawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya
 Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar
untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang
perawatan bagi diri dan bayinya
c. Periode Letting Go / saling ketergantungan
 Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
 Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
 Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
 Keinginan untuk merawat bayi meningkat
 Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues

D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala (Mansjoer, 2009, Sarwono, 2009)
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).Dalam proses operasinya
dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri
(nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi (Istyandari, 2009, Muchtar. 2008).
Pathway

Post Partum

Aspek fisiologis Aspek Psikologis

Sistem Sistem
Sistem
muskulo Kelahiran
pencernaan reprodu
skeletal bayi
ksi
Vital Sistem Sistem Sistem
sign kardiovaskuler urinaria endokrin
Perubah
- Nafsu an dalam
- Sensas Invol
makan Produksi keluarga
i otot usi
meningkat - Bradik hormone
bawah Diure uteri
- Suhu - Peristaltik ardia prolaktin
- Tromb sis
menig usus menurun Ketidakta
- Takik oplebi
nkat menurun huan /
ardia tis
- Breast - Perubahan keterbatas
- edema vagina
engarg Produ an sumber
Disability - Kencang
ement Kekuran ksi informasi
vasomotor pada
gan klitoris dan ASI
Konstipasi
volume labia
cairan - Luka pada - Tidak tahu
Diaporesis / parineum merawat bayi :
Nyeri, menggigil (imunisasi, ASI
demam, ekslusif, dll)
gangguan - Perawatan
Gangguan Nyeri payudara tidak
proses
pemenuhan efektif
laktasi
ADL - Tidak ada
dukungan
Resiko
Nyeri akut
infeksi
Defisiensi
Hambatan mobilitas fisik pengetahuan

Ketidakefektifan
pemberian ASI

(Syaifuddin, 2010)
E. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Menurut Istyandari (2009), dalam menangani asuhan keperawatan pada
ibu post partum spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan,
diantaranya:
1. Mobilisasi
Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti :
a. Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada :
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x.
b. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu
naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus
mengerjakan sebanyak 30 kali.
2. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan
harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup. Pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca melahirkan. Minum
sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul vitamin A dengan dosis
200.000 unit.
3. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih
yang penuh dapat menyebabkan perdarahan.
4. Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila tidak
bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dari puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminum dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab setiap 4-6
jam.
f. Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat
selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau menggunakan
sisir untuk mengurut arah Z pada menuju puting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting
susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna,
memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk
diminum.
Tanda ASI cukup :
a. Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.
d. Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
e. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
f. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
g. Bayi bertambah berat badannya.
ASI tidak cukup :
a. Jarang disusui.
b. Bayi diberi makan lain.
c. Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui (Sarwono, 2009).

F. KOMPLIKASI
Menurut Manuaba (2012), berikut ini adalah komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu post partum :
1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut-
pembalut 2 kali dalam setengah jam).
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
 Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
 Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
d. Trauma jalan lahir
 Episiotomi yang lebar
 Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
 Rupture uteri
e. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau
hipofibrinogenemia.
2. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan.
5. Pembengkakan diwajah, ditangan maupun dikaki.
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak badan.
7. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau terasa
sakit.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya
sendiri.
10. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah. (Saifuddin, 2010).

G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM


Menurut Mitayani (2009), berikut ini adalah asuhan keperawatan yang
perlu dikasi pada ibu post partum :
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian dan waktu pengkajian
A. Data Umum Kesehatan
Inisial Klien, Umur, Status Perkawinan, Pendidikan terakhir
B. Riwayat Kehamilan Persalinan Lalu
Pengalaman Menyusui
C. Riwayat Kehamilan Saat ini
Berapa kali periksa hamil, Masalah Kehamilan, Jenis persalinan, Jenis
kelamin, Perdarahan. Masalah dalam Persalinan
D. Riwayat Ginekologi
Yang meliputi: Masalah Ginekologi, Riwayat KB
E. Data Postnatal yang meliputi
1. Status Obstretikus
2. Keadaan umum
3. Kesadaran
4. BB/TB
5. Tanda Vital
6. Kepala-leher
7. Dada
8. Abdomen
9. Perineum dan genital
10. Ekstremitas
11. Eliminasi
12. Istirahat dan Kenyamanan
13. Mobilisasi dan latihan
14. Nutrisi dan cairan
15. Keadaan mental
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (kimia, fisik, biologis)
b. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik
payudara
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb,
prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan /
penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih (muntah, hemoragi,
peningkatan keluaran urine)
e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron,
dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus, feses
kurang dari biasanya
f. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan
bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak
tahu sumber – sumber
g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka jahitan
perineum
3. Tujuan & kriteria hasil (NOC) dan Intervensi Keperawatan (NIC)
Menurut Bulecheck(2013), berdasarkan diagnosa yang diangkat,
berikut ini adalah tujuan dan kriteria hasil yang dapat diambil, serta dapat
diberikan intervensi sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan (agen cedera biologis, kimiawi, fisik)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam ….x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
Pain control :
 Klien melaporkan nyeri sudah terkontrol.
 Klien mengatakan nyeri berkurang menjadi skala 1
 Klien mampu menggunakan metode non analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Menggunakan metode analgetik untuk mengurangi nyeri
Intervensi :
Pain management :
 Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi aktivitas yang
meringankan dan memberatkan rasa nyeri, kualitas, lokasi, skala dan
waktu
 Berikan posisi nyaman untuk mengatasi nyeri
 Ajarkan klien untuk istirahat dan menggunakan teknik relaksai serta
distraksi saat nyeri.
 Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam pemberian obat analgetik.
b. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik
payudara
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam ….x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan ketidakefektifan pemberian ASIberkurang atau
hilang dengan kriteria hasil :
Breastfeeding Effectiveness : Baby
 Mampu menggunakan teknik menyusui yang benar
 Terdengar suara menelan
 Bayi puas setelah minum ASI
Intervensi :
Lactation Counseling :
 Monitor adanya nyeri dan gangguan integritas kulit pada putting susu
ibu
 Ajari ibu tentang teknik menyusui yang benar
 Beri informasi mengenai manfaat menyusui baik fisiologis maupun
psikologis
 Diskusi mengenai kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi dan
diet yang seimbang
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb,
prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam ….x 24 jam diharapkan
tidak ada resiko infeksi dengan kriteria hasil :
Infection Severity
 Mampu mengurangi kontak dengan area pemasangan selang drainage
 Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, fungsiolaisa)
 Suhu dalam batas normal (36,5-37,5oC)
Intervensi :
Infection Control
 Observasi adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri
dan penurunan fungsi.
 Pertahankan tindakan aseptik saat perawatan luka
 Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan kapan
dapat melaporkannya ke tenaga kesehatan.
 Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam pemberian obat antibiotic
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan /
penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih (muntah, hemoragi,
peningkatan keluaran urine)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam ….x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan kekurangan volume cairan membaik dengan kriteria
hasil :
Balance fluid
 TTV dalam batas normal (TD : 110/70 – 120/80 mmHg; N : 60-100
x/menit)
 Kesimbangan intake dan output dalam 24 jam
 Turgor kulit baik
Intervensi :
Fluid Management
 Monitor TTV dan status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab,
denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostastik)
 Tingkatkan asupan oral (misalnya menawarkan cairan di antara waktu
makan, dll)
 Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik
 Kolaborasi dengan tenaga medis lain terkait pemberian cairan
intravena yang sesuai
e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron,
dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus, feses
kurang dari biasanya
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam ….x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan konstipasi berkurang dengan kriteria hasil :
Bowl Elimination
 Tidak ada konstipasi
 Feces lembut dan berbentuk
 Pola BAB normal
 Tidak ada nyeri perut
Intervensi :
Konstipasi Management
 Identifikasi factor-faktor (misalnya, pengobatan, tirah baring, dan
diet) yang menyebabkan atau berkontribusi terjadinya konstipasi
 Monitor tanda dan gejala konstipasi dan bising usus
 Konsultasikan dengan dokter mengenai penurunan atau peningkatan
frekuensi usus
 Kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap
 Jelaskan pada klien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
f. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan
bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak
tahu sumber – sumber
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam ….x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan defisit pengetahuan membaik dengan kriteria hasil :
Knowledge: Health Behavior
 Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
 Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dilaksanakan
dengan benar
 Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat atau tim kesehatan lainnya
Intervensi :
Health Education
 Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit
melalui diet, obat-obatan dan program diet seimbang, latihan dan
istirahat.
 Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,
istirahat, perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan
manajemen stress.
 Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi.
 Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik
pada saat istirahat maupun pada saat melakukan aktivitas.
 Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.
g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka jahitan
perineum
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam ….x 24 jam diharapkan
hambatan mobilitas fisik berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
 Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
Activity Therapy : Ambulasi
 Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan
 Ajarkan klien untuk melakukan gerakan aktif
 Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk memfasilitasi
penyesuaian sikap
 Instruksikan pasien mengenai pemindahan dan tehnik ambulasi yang
aman.

4. Implementasi Keperawatan
Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan. Impementasi merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Menurut Moorhead Sue
(2013), berikut ini adalah kategori implementasi yang dapat diberikan :
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Moorhead Sue (2013), evaluasi keperawatan adalah mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Ada tiga kriteria hasil evaluasi, yaitu:
a. Tujuan tercapai : Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari
standar dan kriteria yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai : Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G. M. (2013). Nursing Classification (NIC) Sixth Edition. Missouri :


Elsevier Mosby.

Herdman, T. Heather, ed. 2015. NANDA International, Diagnosis Keperawatan:


Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Istyandari.(2009). Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op Secsio Cesarea.


Diakses pada www.ilmukeperawatan.com
Mansjoer, Arief. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika
Moorhead Sue. (2013). Nursing Outcome Clasifikation (NOC) fifth edition. Missouri
: Elsevior Mosby.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, ed. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). St. Louis: Mosby Elsevier
Muchtar. (2008). Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP
Sarwono Prawiroharjo. (2009). Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Willkinson Judith M. (2007). Diagnosa Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Kozier Fundamental of Nursing

Anda mungkin juga menyukai