Anda di halaman 1dari 13

BAKTERIOLOGI III

“Uji Sensitivitas Antimikroba”

Oleh:
Nama : NOVITASARI
Nim : 16 3145 353 107
Kelompok : V
Oleh : Nirmawati Angria,S.Si.,M.Kes

Kelas C
D IV Analis Kesehatan
STIKes Mega Rezky Makassar
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Disentri basiler atau shigelosis adalah suatu infeksi akut colon yang
disebabkan kuman genus shigella. Ada 4 spesies shigella yaitu Shigella
dysenteriae, Shigella flexneri, Shigella boydii, dan Shigella sonnei. S.
dysenteriae merupakan salah satu kuman penyebab disentri basiler dengan
gejala yang paling berat. Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000
kematian terjadi akibat disentri basiler pada anak di bawah umur 5 tahun.
Kuman penyakit disentri basiler didapatkan di seluruh dunia, tetapi
kebanyakan ditemukan di negara-negara sedang berkembang, yang kesehatan
lingkungannya masih kurang. Pengobatan disentri tidak lepas dari penggunaan
antibiotik sebagai terapinya. Namun, saat ini telah banyak bakteri yang
resisten terhadap antibiotik. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini
adalah pemanfaatan tanaman obat, salah satunya adalah perasan jeruk nipis
(Citrus aurantifolia, Swingle). Kandungan kimia perasan jeruk nipis yang
berpotensi sebagai antibakteri adalah minyak atsiri yang di dalamnya
mengandung flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antibakteri perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan S. dysentriae dan Kadar
Hambat Minimalnya (KHM). Metode uji aktivitas antibakteri yang digunakan
adalah metode difusi sumuran. Jenis penelitian adalah true eksperimental
dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design. Sampel
yang digunakan adalah bakteri S. dysentriae. Konsentrasi larutan uji yang
digunakan adalah 0,78%; 1,56%; 3,12%; 6,25%; 12,5%; 25%; 50%; dan
100%. Kontrol positif menggunakan suspensi siprofloksasin dan kontrol
negatif menggunakan aquades steril. Data yang diperoleh berupa diameter
zona hambat yang terbentuk di sekitar sumuran dan diukur dengan jangka
sorong. Data kemudian dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov Smirnov,
kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene. Analisis data untuk
membuktikan adanya aktivitas antibakteri ialah menggunakan uji Kruskal-
Wallis, karena varians data tidak homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji
Regresi Linier untuk menentukan persamaan garis regresi, sehingga
didapatkan nilai KHM secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat aktivitas antibakteri perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle)
terhadap S. dysenteriae secara in vitro. Semakin tinggi konsentrasi perasan
jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) maka daya hambat terhadap S.
dysenteriae semakin besar. Penentuan KHM perasan jeruk nipis secara
kualitatif adalah pada konsentrasi 6,25% dan secara kuantitatif diatas
konsentrasi 2,096%.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui KHM (konsentrasi hambat minimum) perasan jeruk
nipis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) merupakan salah satu tanaman toga
yang di gunakan pada masyarakat, baik untuk bumbu masakan maupun untuk
obat-obatan dari bagian perasan air buah jeruk nipisnya. Untuk obat, jeruk nipis
digunakan sebagai penambah nafsu makan, penurun panas (antipireutik), diare,
menguruskan badan, antiinflamasi, dan antibakteri.
Efek air perasan buah jeruk nipis sebagai antibakteri dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Eschericia colli, Streptococcus haemolyticus, dan
Staphylococcus aureus. Salah satu bakteri yaitu Staphylococcus aureus,
merupakan bakteri jenis gram positif yang diperkirakan 20-75% ditemukan pada
saluran pernapasan atas, muka, tangan, rambut dan vagina. Infeksi bakteri ini
dapat menimbulkan penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan,
nekrosis, tampak sebagai jerawat, infeksi folikel rambut, dan pembentukan abses.
Diantara organ yang sering diserang oleh bakteri Staphylococcus aureus adalah
kulit yang mengalami luka dan dapat menyebar ke orang lain yang juga
mengalami luka.
Lesi yang ditimbulkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat
pada abses lesi ataupun jerawat. Bakteri menginvasi dan berkembang biak dalam
folikel rambut yang menyebabkan kematian sel atau nekrosis pada jaringan
setempat. Selanjutnya diikuti dengan penumpukan sel radang dalam rongga
tersebut. Sehinggga terjadi akumulasi penumpukan pus dalam rongga.
Penumpukan pus ini mengakibatkan terjadinya dorongan terhadap jaringan sekitar
dan terbentuklah dinding-dinding oleh sel-sel sehat sehingga terbentuklah abses.
Bakteri ini juga akan bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain lewat pembuluh
getah bening dan pembuluh darah, sehingga terdapat juga peradangan dari vena
dan thrombosis.
Pengobatan akibat infeksi Staphylococcus aureus dapat diberi antibiotik
berupa Penisilin G atau derivat penisilin lainnya, namun pada infeksi yang berat
diduga sudah ada beberapa yang telah resisten terhadap penisilin. Akibat
timbulnya resistensi dari antibiotik, maka saat ini telah dilakukan pengujian efek
tanaman obat antaranya jeruk nipis sebagai antibakteri. Hasil penelitian
menunjukan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis mempunyai aktivitas hambatan
terhadap pertumbuhan Staphyloccus aureus pada kadar 20%, 40% dan 80% serta
Escherichia coli pada kadar 40% dan 80%.
BAB III
METODELOGI
A. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM
Rabu,17 Juli 2018-Kamis,18 Juli 2018 di Labolatorium mikrobiologi DIV
Analis Kesehatan Lantai 1 gedung D STIKip Mega Rezky Makasar.
B. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Cawan petri
3) Ose bulat dan ose lurus
4) Bungsen
5) Kaki tiga
6) Autoclav
7) Magnetik stirer
8) Gegep kayu
9) Pipet tetes
10) Erlenmeyer
11) Rak tabung
12) Gelas ukur
13) Gelas kimia
14) Batang pengaduk
15) Spuit
16) Mikropipet
17) Kip
18) Potongan antena tv
b. Bahan
1) Media MHA
2) Mac Farland
3) Perasan jeruk nipis
4) Swab steril
5) NaCL 0,9%
6) Aquadest
7) Kapas
8) Aluminium voil
9) Alkohol 96%
C. PRINSIP KERJA
Prinsip dari praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
sensitivitas suatu antibiotic yang digunakan apakah bersifat
sensitive,intermediet, atau resisten dengan melihat zona hambatnya.
D. PROSEDUR KERJA
a. Hari Pertama
a) Persiapan sampel
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipotong jeruk nipis menjadi 5 bagian.
3) Diperas dalam beaker glass sebanyak 50 ml
b) Pembuatan konsentrasi
5𝑚𝑙
1) Konsentrasi 40% = 25 × = 1,25 ml atau 1250 µl
100
5𝑚𝑙
2) Konsentrasi 60% =45 × 100 = 2,25 ml atau 2250 µl
5𝑚𝑙
3) Konsentrasi 80% = 65 × 100 = 3,25 ml atau 3250 µl

c) Pembuatan Suspensi bakteri


1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan 3m NaCl kedalam tabung
3) Disuspensi kuman ke NaCl dan dibandingkan dengan Mc
Farland sampai titik kekeruhan yang disuspensi sama dengan
kekeruhan Mc Farland.
d) Penanaman
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet rebusan daun jambu biji sebanyak 1250 µl ditambah 5ml
aquadest dan dimasukkan kedalam tabung 1 yang berkosentrasi
25%.
3) Dipipet rebusan daun jambu biji sebanyak 2250 µl ditambah 5ml
aquadest dan dimasukkan tabung 2 yang berkosentrasi 45%.
4) Dipipet rebusan daun jambu biji sebanyak 43250 µl ditambah
5ml aquadest dan dimasukkan tabung 3 yang berkosentrasi 65%.
5) Dimasukkan bakteri yang telah disuspensi kedalam cawan petri
(sumur sumur) sebanyak 10 µl
6) Ditambahkan sampai penuh sampel rabusan daun jambu biji
yang telah diketahui konsentrasinya pada cawan yang telah
diberi label pada masing masing konsentrasi.
7) Di inkubasi 1x24 jam dengan suhu 37˚Cpada incubator.
b. Hari kedua
1) Diamati zona hambat yang terjadi
2) Diukur zona hambat pada masing masing sumur di dalam cawan
petri.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. HASIL
a. Gambar pengamatan

Gambar iv.i Gambar iv.ii


Persiapan alat dan bahan Pemipetan

Gambar iv.iii Gambar iv.iv


Pemipetan sampel Hasil
b. Tabel Pengamatan
Konsentrasi Zona Hambat
25%
45%
65%
Kontrol Negatif

B. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini yaitu uji sensivitas rebusan daun jambu biji
terhadap bakteri,dimana pada praktikum ini dibutuhkan 1x24jam untuk
mengetahui zona hambat darisampel. Sebelum melakukan praktek ada dibuat
terlebih dahulu Mc farland mengandung 0,5% bakteri , 0,005ml BaCl2 1%,
9,9ml H2SO4 1% dimana penambahan BaCl2 1% dan H2SO4 1% untuk
penyetaraan konsentrasi mikroba,sedangkan Mc farland (klebsiella)
mengandung 1% bakteri , 0,1ml BaCl2 1%, 9,9ml H2SO4 1% sama dengan
Mc farland dimana penambahan BaCl2 1% dan H2SO4 1% bertujuan untuk
untuk penyetaraan konsentrasi mikroba. Standar kekeruhan Mc Farland ini
dimaksudkan untuk menggantikan perhitungan bakteri satu per satu dan untuk
memperkirakan kepadatan sel yang akan digunakan pada prosedur pengujian
antimikroba.
a. Hari Pertama
Pada hari pertama yang dilakukan yaitu mempersiapakn sampel yaitu
diperas jeruk nipis dalam 50ml kemudian dibuat konsentrasi yang akan di
pakai untuk menentukan KHM kemudian dilakukan proses suspense
dengan cara disiapkan alat dan bahan dimasukkan 3ml NaCl kedalam
tabung disuspensi kuman ke NaCl dan dibandingkan dengan Mc Farland
,dimana NaCl berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan osmotic sel
bakteri ,agar bakteri yang dimasukkan ke NaCl tidak mati. Setelah itu
dilakukan pengerjaan selanjutnya yaitu dengan cara dipipet sampel
sebanyak 1250 µl ditambahkan aquades sebanyak 5ml dan dimasukkan
kedalam tabung 1 yang berkonsentrasi 25%, kemudian di pipet sampel
sebanyak 2250 µl, ditambah 5ml aquades dan dimasukkan ke dalam
tabung 2 yang berkosentrasi 45%, setelah itu di pipet sampel sebanyak
3350 µl , ditambah 5ml aquades dan dimasukkan ke dalam tabung 3 yang
berkosentrasi 65%. Bakteri yang telah disuspensi dimasukkan kedalam
cawan petri (sumur sumur) sebanyak 10 yang berisi media MHA,media
ini digunakan karena media ini merupakan media selektif dan media
diferensial sehingga semua bakteri dapat tumbuh,mengandung
starch(tepung pati) yang berfungsi untuk menyerap yang dikeluarkan
bakteri,sehingga tidak mengganggu antibiotic.Setelah itu ditambahkan
perasan jeruk nipis yang telah diketahui konsentrasinya pada media
(sumur sumur) sampai penuh jangan samapi keluar dari sumur, kemudian
,Di inkubasi 1x24jam dengan suhu 37˚C.
b. Hari kedua
Diukur zona hambat pada masing masing sumur pada media MHA ,ini
bertujuuan untuk mengetahui zona hambat perasan jeruk nipis apakah
Sensitive, intermediate dan resisten. Jika sensitive berarti sampel ini
dapat menghambat sintesis dinding sel yaitu menyerang peptidoglikan
dan mampu melakukan penetrasi pada bakteri gram positif dan gram
negatif, jika intermediate dia berada tidak sensitive dan tidak
resisten,sedangkan resisten yang berarti bakteri secara spontan memutasi
gennya yang mengubah komponen dengan cara inaktivasi enzimatik pada
antibiotic sehingga menyebabkan antibiotic tidak dapat membunuhnya
atau resisten.
Dalam praktikum ini tidak di ketahui zona hambat dari perasan jeruk
nipis ini dikarenakan terjadi kontaminasi pada media ini dapat terjadi
karena saat penuangan atau pemipetan sampel berlebihan sehingga
suspense bakteri yang telah tercampur dengan aquadest keluar dari sumur.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan adanya kontaminasi pada
cawan petri yang mengakibatkan tidak diketahuinya zona hambat ekstrak
perasan jeruk nipis
B. SARAN
Sebaiknya dalam praktikum kali ini kita mengetahui prosedurnya sehingga
saat mengerjakan tidak terjadi kesalahan dan mendapatkan hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Farma,novia,2013,Laporan Mikro,Jakarta
Herman adhani herika,2010,KHM toksitas kurkumin.Bogor
Rahamawati Meri.2015. Uji Aktivitas Antimikroba.Jakarta
Widiana Rina.2007.KHM Ekstra daun teh.Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai