Anda di halaman 1dari 9

KEGIATAN PEMBELAJARAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. Hakikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Guru sebagai pendidik profesional berperan sangat penting dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Dalam menjalankan kewajiban profesinya seorang guru hendaknya
memperoleh hak atas perlindungan, sehingga dapat melaksanakan fungsi perannya
secara optimal. Berdasarkan Permendikbud Nomor 10 Tahun 2017 tentang
Perlindungan terhadap pendidik dan Tenaga Kependidikan, seorang guru dalam
melaksanakan profesinya tidak hanya memperoleh perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, tetapi juga yang tidak kalah
pentingnya adalah perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting bagi guru,
sehingga guru dapat menjalankan tugasnya dengan aman, nyaman, sehat, bebas dari
ancaman kecelakaan. Keselamatan kerja merupakan kondisi kerja yang aman dan
sehat untuk mencegah kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan
kerja pada setiap karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusia. Kesehatan
kerja merupakan suatu kondisi yang optimal dengan menunjukkan keadaan yang
mendukung terlaksananya kegiatan kerja dalam rangka menyelesaikan pekerjaan
secara efektif. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu
bentuk usaha atau upaya bagi para guru untuk memperoleh jaminana atas K3 dalam
melaksanakan tugas yang mana tugas tersebut dapat mengancam dirinya yang
berasal dari individu sendiri atau lingkungan kerja.)Bab I Pasal ayat (2) PP 50/2012.
Berdasarkan amanat Pasal 39 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum bagi guru. Frasa
perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait
dengan upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan
kenyamanan bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.
Hakikat usaha keselamatan dan kesehatan kerja di satuan pendidikan adalah
berupa pengawasan yang meliputi:
– Man (manusia, adalah hal yang paling sulit dilakukan)
– Material (bahan)
– Machine (mesin)
– Method (metoda)
– Enviroment (lingkungan)
Hakikat pengawasan tersebut dilakukan agar terciptanya lingkungan kerja yang
aman sehingga tidak terjadi kecelakaan manusia atau tidak terjadi kerusakan maupun
kerugian pada alat-alat peraga/media pembelajaran. Sehingga jika digambarkan dalam
bentuk diagram, maka hakikat keselamatan kerja bisa di gambarkan sebagai berikut:

Dengan mengetahui hakikat dari keselamatan dan kesehatan kerja ini, maka bisa
kita ketahui betapa pentingnya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi
guru dalam melaksanakan profesinya sebagai pendidik.
Ruang lingkup Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup
perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran
pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain.
Beberapa hal krusial yang terkait dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas, yaitu:
1. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
harus mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal, pemerintah dan
pemerintah daerah.
2. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis dan
fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman
sejawat, dan masyarakat luas.
3. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap:
a. resiko gangguan keamanan kerja,
b. resiko kecelakaan kerja,
c. resiko kebakaran pada waktu kerja,
d. resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
e. resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
ketenagakerjaan.
f. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
g. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan
akibat:
1) kecelakaan kerja,
2) kebakaran pada waktu kerja,
3) bencana alam,
4) kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
5) resiko lain.
h. Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja,
akibat:
1) bahaya yang potensial,
2) kecelakaan akibat bahan kerja,
3) keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
4) frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
5) resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
6) resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.

B. Dasar dan Prinsip Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Dasar Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, adalah:
a. Melindungi guru atas hak dan keselamatannya dalam melakukan tugasnya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Melindungi hak peserta didik dalam menerima pembelajaran yang optimal.
Dalam melaksanakan tugas keprofesiannya, guru berhak memperoleh
perlindungan dalam melaksanakan tugas. Profesi yang dapat diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan serta keterampilan
khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif maka perlindungan
terhadap profesi guru sangatlah penting. Dasar perlindungan profesi bagi guru, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
4. Peraturan Pemerintah mengenai Perlindungan Guru PP 74 tahun 2008 tentang
Guru.
5. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 10 tahun
2017 tentang perlindungan bagi pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Prinsip Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perlindungan Keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu sarana atau
instrumen yang bisa memberikan perlindungan bagi guru, satuan pendidikan,
lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan itu adalah hak asasi yang wajib dipenuhi oleh satuan pendidikan.
Terdapat 2 (dua) hal utama sebagai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja yang
perlu untuk di perhatikan yakni:
a. Usaha Keselamatan dan kesehatan kerja
Usaha K3 adalah usaha penyerasian pada kemampuan kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap guru dapat bertugas secara sehat tanpa membahayakan
dirinya ataupun orang lain agar tercapainya mutu pembelajaran yang maksimal. Untuk
lebih detilnya dapat diliat pada ilustrasi berikut ini:
1) Kapasitas Kerja
Kapasitas kerja adalah kemampuan fisik dan mental seorang untuk melakukan
pekerjaan dengan beban tertentu dengan cara maksimal, di mana kemampuan kerja
seorang di pengaruhi oleh kesehatan umum dan status gizi guru, pendidikan dan
kursus. perlu di ketahui kalau tingkat kesehatan dan kekuatan guru adalah modal awal
utuk melakukan proses pembelajaran.
2) Beban Kerja
Beban kerja mencakup beban kerja fisik dan mental yang dirasa oleh guru dalam
melakukan tugasnya. Beban kerja yang tidak cocok dengan kekuatan guru dapat
mengakibatkan masalah kesehatan yang dapat juga berpengaruh pada tingkah laku
dan hasil kerjanya.
3) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja guru adalah lingkungan tempat bertugas dan lingkungan guru
sebagai individu atau lingkungan diluar tempat bertugas. Pengertian yang lain dari
lingkungan kerja yaitu beberapa aspek di lingkungan tempat bertugas itu yang bisa
menyebabkan masalah kesehatan pekerja. Aspek-aspek itu antara lain:
 Aspek fisika (kebisingan, getaran, suhu, dll),
 Aspek Kimia (semua bahan kimia yang digunakan pada proses pembelajaran)
 Aspek Biologi (Bakteri, virus, dan mikrobiologi yang lain)
 Aspek Faal Ergonomi
 Aspek Psikososial (Stress kerja)

b. Status Kesehatan Guru


Status kesehatan seorang guru dipengaruhi oleh 4 (empat) aspek terpenting
yakni:
1) Lingkungan Kerja
Faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan guru, yaitu:
a) Aspek Fisik di antaranya: Nada (Kebisingan), Radiasi, Suhu (Panas/dingin),
Vibrasi (Getaran), Desakan Hawa (Hiperbarik/Hipobarik), dan Pencahayaan.
b) Aspek Kimia.
Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi yaitu semua bahan kimia yang
dipakai dalam sistem kerja di lingkungan kerja yang berupa:
 Debu (asbes, berilium, biji timah putih, dan lain-lain)
 Uap (Uap logam)
 Gas (Sianida, gas asam sulfida, CO, dan lain-lain)
 Larutan (asam kuat atau basa kuat)
 Bahaya bahan kimia dapat datang dari:
 Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn, dan lain-lain)
dapat mengakibatkan masalah pernapasan, dermatitis
 Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menyebabkan
gangguanpernafasan
 Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dan lain-lain) dapat mengakibatkan
kecelakaan misalnya luka.
 Debu zat kimia dapat mengakibatkan Masalah Pernapasan yang bisa jadi
Kanker paru-paru dalam periode panjang
 Keracunan
c) Aspek Biologis
 BAKTERI. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, misalnya : penyakit
antraks, Penyakit TBC, dll
 VIRUS. Penyakit yang disebabkan oleh virus, misalnya : Hepatitis, Rabies, dll
 JAMUR, misalnya : Dermatofitosis.
 PARASIT, misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis
d) Aspek Faal ergonomic, biasanya dikarenakan oleh perlengkapan kerja yang
tidak cocok dengan ukuran badan atau anggota tubuh (tidak ergonomik). Hal
semacam ini dapat menyebabkan kelelahan dengan cara fisik dan ada keluhan-
keluhan dan masalah kesehatan, misalnya: Carpal tunnel syndrome, tendinitis,
tenosynovitis, dan lain sebagainya.
e) Aspek Psikososial (stres kerja) adalah suasana kerja yg tidak serasi misalnya
pekerjaan monoton, gaji yg kurang, jalinan atasan-bawahan yg kurang baik, dan
lain-lain. Hal itu dapat menyebabkan stres kerja dengan tanda-tanda
psikosomatis berbentuk mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, jantung
berdebar-debar, dan lain-lain.

2) Perilaku Guru
Perilaku guru antara lain dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaan
dan fasilitas yang tersedia. Jadi erat hubungannya dengan beberapa aspek ekonomi,
sosial dan budaya. Perilaku kerja akan mempengaruhi kemampuan kerja, beban kerja
dan cara melakukan pekerjaan.

C. Identifikasi Permasalahan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. resiko gangguan keamanan kerja;
2. resiko kecelakaan kerja;
3. resiko kebakaran pada waktu kerja;
4. resiko bencana alam;
5. kesehatan lingkungan kerja.

D. Pemetaan Permasalahan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Permasalahan dari faktor manusia:
a. Terjadinya kecelakaan pada saat kerja.
1) Kecenderungan seseorang untuk mendapatkan kecelakaan, apabila
sedang melaksanakan pekerjaan tertentu.
2) Kemampuan dan kecakapan seseorang yang terbatas dan tidak berimbang
dengan pekerjaan yang ditangani.
3) Perilaku yang kurang baik dalam melaksanakan pekerjaan misalnya
merokok di tempat umum, tidak mematuhi peraturan keselamatan kerja.
b. Tindakan pencegahan untuk mengurangi timbulnya cidera, penyakit, cacat
bahkan kematian.
c. Kepatuhan terhadap tata tertib dan POS.

2. Permasalahan dari faktor pekerjaan:


a. Keamanan tempat kerja, peralatan kerja, dan berbagai sumber daya lainnya.
b. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan kecelakan

3. Permasalahan dari faktor satuan pendidikan:


a. Pengurangan biaya operasional pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan POS.
b. Kurangnya kepuasan masyarakat terhadap layanan pendidikan.
c. Kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan sarana dan prasarana.

4. Permasalahan dari faktor lingkungan:


a. Adanya gejolak sosial, ekonomi dan politik yang mengakibatkan munculnya
keresahan pada warga sekolah.
b. Terjadinya bencana alam.

E. Implementasi Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Penerapan K3 di satuan pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan guna
meminimalisir kejadian kecelakaan kerja. Pada hakikatnya, faktor K3 berpengaruh
terhadap efisiensi dan efektifitas penyelenggaran pendidikan, sehingga dengan
demikian mempengaruhi tingkat pencapaian mutu pendidikan. Pada dasarnya tujuan
K3 adalah melindungi guru atas hak keselamatanya dalam melakukan pekerjaan dan
untuk menciptakan suasana kerja yang sehat dan produktif.
Pengelola K3 sebagaimana tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2012 Pasal 11 ayat (2) harus melakukan kegiatan meliputi:

1. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan oleh setiap satuan pendidikan terhadap
kegiatan pembelajaran yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit.
Tindakan tersebut dilakukan melalui:
a. Pengendalian teknis yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higienitas
dan sanitasi terhadap bahan-bahan atau media pembelajaran yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja.
b. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada para guru.
c. Melakukan evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi.
d. Melakukan penegakan hukum.
e. Memberikan jaminan kesehatan bagi guru melalui penyedia jasa asuransi.

2. Tindakan Perancangan (design) dan Rekayasa


Tindakan perancangan dapat dilakukan melalui:
a. Mencari alternatif lain dari alat-alat atau bahan-bahan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja.
b. Melakukan tinjauan ulang serta penyesuaian baik dari lingkungan kerja maupun
guru apabila telah ditemukan alternatif baru.
c. Menentukan tenaga ahli yang memiliki kompetensi untuk memberikan
pendampingan agar sesuai dengan persyaratan SMK3.

3. Tindakan Prosedur dan Instruksi Kerja


Tindakan ini dapat dilakukan melalui:
a. Membuat prosedur dan instruksi kerja yang terstruktur dan jelas.
b. Melakukan tinjauan ulang yang berkala agar sesuai dengan prosedur dan instruksi
kerja pada peralatan baru yang didampingi oleh tenaga yang memiliki kompetensi.

4. Tindakan Pembelian atau Pengadaan Barang dan Jasa


Tindakan ini dapat dilakukan melalui:
a. Menjamin produk barang dan jasa serta mitra kerja satuan pendidikan yang
memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Memberikan penjelasan mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit yang bisa ditimbulkan oleh barang dan jasa yang
diterima.

5. Tindakan Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana


Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui:
a. Menyediakan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai
agar tertangani sampai datangnya tenaga medis.
b. Pemberian proses perawatan lanjutan.
c. Melakukan pengujian berkala terhadap prosedur penanganan keadaan darurat
oleh personil yang berkompeten dan bertanggung jawab untuk mengetahui
kehandalan pada saat kecelakaan terjadi.

6. Tindakan Pemulihan Keadaan Darurat


Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui pembuatan prosedur tentang rencana
pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang
normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.
Oleh karena itu, guru perlu memperoleh pemahaman tentang hakikat keselamatan dan
kesehatan kerja, dasar/landasan dan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja,
permasalahan dan solusi terkait perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,
implementasi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta prosedur atau
mekanisme pengajuan keselamatan dan kesehatan kerja, serta mendiseminasikan
pemahamannya kepada rekan sejawat.

Daftar Pustaka
1. Abdul Fatah. Perlindungan Hak-hak Guru.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Bab I Pasal
1 ayat (1)
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru
6. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 10 tahun
2017 tentang perlindungan bagi pendidik dan tenaga kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai