Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium hematologi merupakan pemeriksaan cairan

darah yang berhubungan dengan sel darah. Cara yang tepat dalam pemeriksaan

tersebut dapat bermanfaat dlam kepentingan klinis, maka harus diperhatikan

mengenai persiapan, jenis, spesimen (bahan pemeriksaan), cara pengambilan

dan pengumpulan spesimen, antikoagulan (zat anti pembekuan darah) dan

pengawasan mutu (Riswanto, 2013).

Dari berbagai macam pemeriksaan hematologi salah satunya adalah

pemeriksaan Hematokrit. Pemeriksaan hematokrit merupakan pemeriksaan

darah khusus yang dikerjakan di laboratorium, berguna untuk membantu

diagnosis diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polistemia

vera dan diare berat (Suteodjo, 2009). Pemeriksaan hematokrit dapat

dilakukan secara langsung menggunakan metode makrohematokrit dan

mikrohematokrit (Kiswari, 2014).

Nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah

dan disebut dengan % dari volume darah itu. Tabung WINTROBE digunakan

untuk metode makro hematokrit sedangkan tabung mikro kapiler digunakan

untuk metode mikro hematokrit (Gandasoebrata, 2007).

Metode pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan

mudah dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih

banyak dan waktu yang lama (Sacher dan McPherson, 2004).


Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan

antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga

sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentasi volume

kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil

pemeriksaan hematokrit (Gandasoebrata, 2008).

Dalam pemeriksaan hematologi sebagian besar spesimen yang

digunakan adalah darah, pengambilan darah (sampling) merupakan awal

pemeriksaan (pra analitik) yang harus diperhatikan karena berhubungan erat

dengan hasil pemeriksaan yang akan dikeluarkan.

Pada pemeriksaan hematokrit metode mikro spesimen darah yang

dipakai dapat mengguankan darah vena atau darah kapiler. Pada pengambilan

darah vena terdapat dua cara yaitu manual dan vakum, pengambilan secara

manual mengguankan alat suntik, sedangkan cara vakum dengan mengguankan

tabung vakum (vacutainer). Darah vena umumnya diambil dari vena median

cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak cukup

dekat dengan permukaan kulit, cukup besar dan tidak ada pasokan saraf besar.

Namun apabila tidak memungkinkan maka vena chepalica atau vena basilica

dapat menjadi pilihan berikutnya. Pengambilan darah pada lokasi vena basilica

harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri

brachialis dan syaraf median. Darah kapiler umumnya digunakan untuk

pemeriksaan-pemeriksaan sederhana dengan volume kecil, contohnya

pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit metode mikro, dan analisa

gas darah. pengambilan darah kapiler biasanya dilakukan dengan menusuk

ujung jari tangan atau anak daun telinga. Sampling darah kapiler lebih mudah
dibanding dengan sampling yang lain. Namun tempat penusukan harus baik,

aliran darah lancar dan tidak boleh ada peradangan. Ujung jari yang ditekan-

tekan dapat menyebabkan tercampurnya darah kapiler dengan cairan jaringan

(Purwanto, 1996).

Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda.

Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah sel darah merah,

hemoglobin pada darah kapiler sedikit lebih rendah daripada darah vena

(Purwanto, 1996). Total leukosit dan jumlah neutrofil lebih tinggi darah kapiler

sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih

tinggi darah vena dibanding darah kapiler. Perbedaan sekitar 9% atau 32 %

pada keadaan tertentu. Terjadinya ini mungkin berkaitan dengan adhesi

trombosit pada tempat kebocoran kulit (Dacie and Lewis, 2002).

1.2. Rumusan Masalah

berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirmuskan sebagai berikut : “Apakah ada perbedaan hasil

nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah kapiler dan darah vena ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan nilai hematokrit metode mikro dengan mengguankan darah

kapiler dan darah vena.


1.3.2. Tujuan khusus

a. Memeriksa nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah

vena.

b. Memeriksa nilai hematokrit metode mikro dengan menggunakan darah

kapiler.

c. Menganalisa perbedaan nilai hematokrit metode mikro dengan

menggunakan darah vena dan darah kapiler.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi tenaga labboratorium

Untuk mengetahui sampel darah yang lebih baik, praktis, dan efesien

pada pemeriksaan hematokrit yang akan digunakan di laboratorium.

1.4.2. Bagi penulis

Sebagai pengetahuan dalam pemeriksaan hematokrit dan mengerti

tentang pentingnya pengaruh pemilihan sampel sebagai bahan pemeriksaan di

laboratorium.

1.5. Tabel Keaslian Penelitian

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya

yang pernah dilakukan, sebagai berikut :

No. Penelitian Judul Perbedaan

1. Ria Endah Perbedaan Nilai 1. Peneliti terdahulu


Hematokrit Metode
Cahyani. melakukan penelitian
Mikro Mengguankan
Institut Ilmu tentang perbedaan pada
Darah Kapiler Dan
Kesehatan Darah Vena nilai hemetokrit yang

Bhakti Wiyata menggunakan darah vena

Kediri (2014) dan darah kapiler

mengguankan metode

mikro.

2. Maharani, Rizki Perbedaan Kadar 2. Peneliti mengguankan

Andika. Hematokrit Metode darah vena dengan metode

Universitas Mikro Mengguanakan mikro. Dan variabel

Muhammadiyah Darah Vena Dengan bebasnya terletak pada

Malang (2017) Volume Tabung 75% pariasi volume tabung.

dan 50%.

3. Khasanah, Perbedaan Hasil 3. Peneliti terdahulu meneliti

Uswatun. Pemeriksaan Hitung tentang perbedaan hitung

Universitas Jumlah Trombosit jumlah trombosit

Muhammadiyah Pada Darah Vena dan mengguanakan darah vena

Malang (2016). Darah Kapiler Dengan dan darah kapiler

Metode Tabung. mengguankan metode

tabung.

Anda mungkin juga menyukai