Sken 2
Sken 2
Kelompok 3
Ketua : Hudaya Taufiq 1413010017
Sekretaris : Fatma Nashriati 1413010036
Anggota:
R. Maghfira Kurnia K. 1413010049
Andika Nur Wijaya 1413010039
Rosmayda Ria Julianrti 1413010002
Ferdian Rifqy N. F. 1413010011
Tsara Arbiaty K. 1413010046
Rahma Nabila 1413010034
Putri Restu Wulandari 1413010007
Agung Wahyudi 1413010027
1. Fraud
sebuah tindakan criminal menggunakan metode-metode yang tidak
jujur untuk mengambil keuntungan dari orang lain (Merriam-
Webster's online dictionary).
2. Moral hazard
Efek reputasi, karakter, jaringan, gaya hidup, tanggung jawab
keuangan, dan lingkungan hidup seseorang terhadap perilaku
seseorang dalam menjalankan kontrak asuransi (Marcinko &
Hetico, 2006).
3. Audit asuransi
Proses evaluasi dan pengujian untuk memberikan keyakinan bahwa
aktivitas underwriting dan proses penyelesaian klaim telah
dijalankan sesuai dengan kaidah dan prinsip-prinsip proses
akseptasi yang sehat, baik dalam mengakuisisi resiko maupun
dalam proses pembayaran ganti rugi (Sulastomo, 1997).
4. Adverse selection
Suatu kondisi salah satu pihak dalam asuransi kesehatan
membebankan/mendapatkan premi atau memberikan/mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tidak tepat/tidak sesuai dengn risiko
kesehatan yang ada (Dionne, Fombaron & Doherty, 2013).
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH
4. Apa yang dimaksud fraud? Mengapa terjadi fraud? Apa saja jenis-jenis
fraud?
Fraud adalah perbuatan yang melanggar hukum, peraturan, dan perundang
undangan lainnya untuk berbuat curang (Hiro tugiman, 2006) Fraud dapat
terjadi karena:
a) Pressure (tekanan)
Tekanan ekonomi dan tekanan kehidupan yang begitu berat juga
mendorong seseorang untuk melakukan fraud. Hal tersebut dapat
terjadi karena jaminan kesejahteraaan di tempat kerja kurang atau
pola hidup pelaku yang hidup serba mewah.
b) Opportunity (kesempatan)
Opportunity (kesempatan) adalah faktor yang berasal dari luar
individu yang dapat dipengaruhi oleh sistem pengendalian yang
kurang memadai.
c) Rationalization (rasionalisasi)
Pelaku memiliki alasan kuat dan mendasar untuk melakukan fraud
dan mempengaruhi pihak lain untuk menyetujui apa yang dia
lakukan (Arens, 2010).
Wanita 25 tahun
Dirawat 10 hari
Laporan
Dirawat 15 hari
Moral Hazard
Fraud Adverse Selection
Asymetris Information
Audit
Internal Eksternal
Standar Pelayanan
Profesi Medis
DAFTAR PUSTAKA
Arens. 2010. Auditing and Assurance Service: an integrated approach 13th
Culter, D.M. dan Reber, S.J. 1998. Paying for Health Insurance. The Trade
Off Between Competition and Adverse Selection. Quartely Journal of
Economic 113 (2): 719-727
Sulastomo, 1997. Asuransi Kesehatan dan Managed Care, Jakarta: PT. (Persero)
Asuransi Kesehatan Indonesia.
STEP VI
BELAJAR MANDIRI
STEP VII
BERBAGI PENDAPAT
1. Fraud
Fraud secara umum adalah sebuah tindakan kriminal menggunakan
metode-metode yang tidak jujur untuk mengambil keuntungan dari orang
lain. Jika dilihat dari sudut pandang asuransi kesehatan fraud adalah
tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan
finansial dari program jaminan kesehatan dalam sistem jaminan sosial
nasional melalui perbuatan curang yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Ada teori yang dapat menyebabkan terjadinya fraud, yaitu teori GONE:
a. Greedy
Merupakan keserakahan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya.
b. Opportunity
Merupakan peluang untuk melakukan tindakan fraud
c. Need
Merupakan kebutuhan untuk menghindari kerugian
d. Exposure
Merupakan pengaruh lingkungan yang banyak melakukan fraud.
Selain itu fraud juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
- Pressure : Dorongan untuk melakukan fraud
- Opportunity : Peluang yang memungkinkan fraud terjadi
- Rationalization : Pelaku mencari pembenaran atas tindakannya
Ada berbagai macam jenis fraud yang dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan, baik di fasilitas kesehatan tingkat primer dan tingkat lanjutan.
Baik dilakukan oleh peserta BPJS, BPJS kesehatan, FKTP/FKRTL, Dinas
kesehatan, dan perusahaan farmasi serta alkes. Berikut merupakan contoh
tindakan fraud yang dilakukan di fasilitas kesehatan:
2. Adverse selection
Secara umum adverse selection adalah jenis asimetri informasi
dimana salah satu pihak atau lebih yang melakukan transaksi memiliki
informasi lebih atas pihak lain. Sedangkan jika dilihat dari sudut asuransi
kesehatan adverse selection adalah suatu kondisi salah satu pihak dalam
asuransi kesehatan membebankan/mendapatkan premi atau
memberikan/mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak tepat/tidak
sesuai dengn risiko kesehatan yang ada.
Adverse selection dalam industri asuransi timbul karena kondisi
asymmetric information. Dalam hal ini pihak asuransi tidak memiliki
informasi yang cukup tentang calon nasabah (insured). Menurut Akerlof,
industri asuransi muncul dan tetap ada karena perusahaan asuransi
memiliki informasi yang baik tentang calon nasabahnya (Dionne,
Fombaron, & Doherty, 2013).
Adverse selection tejadi bila (Louberge, 2013):
a. Calon nasabah (insured) bersifat heterogen. Heterogenitas ini
menyebabkan calon nasabah memiliki risiko sakit yang berbeda-
beda.
b. Perusahaan asuransi tidak memiliki atau belum menentukan kelas
risiko (risk class) calon nasabah, sehingga bisa terjadi
pemberlakukan premi asuransi yang sama pada setiap nasabah
dengan risiko yang berbeda.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani adanya
tindakan adverse selection di fasilitas kesehatan:
a. Compulsory Health Insurance (asuransi kesehatan wajib) seperti
Askes untuk PNS
b. Tidak wajib tetapi ada minimal keanggotaan
3. Moral hazard
Secara umum moral hazard didefinisikan sebagai suatu tindakan
kecurangan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga menguntungkan diri
sendiri atau merugikan pihak lain.
Ada dua tipe Moral hazard di asuransi pelayanan kesehatan yang
diakibatkan dari perbuatan dan tingkah laku peserta asuransi, pertama
pihak asuransi mungkin saja tidak mendorong sepenuhnya peserta asuransi
melakukan pencegahan (preventif) sehingga peserta asuransi memiliki
sedikit motivasi untuk menjaga dirinya untuk berperilaku hidup sehat,
pada kasus ini telah terjadi Moral hazard karena pelayanan kesehatan
diberikan pada peserta asuransi yang tidak melakukan tindakan preventif
untuk menghindari pengobatan. Kedua pihak asuransi mungkin saja
mendorong peserta asuransi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
tidak diperlukan atau tidak krusial (mendesak) seperti meminta tambahan
hari untuk berobat atau meminta tambahan tindakan yang seharusnya tidak
diperlukan pada kasus pihak asuransi mendapatkan permasalahan moral
hazard karena peserta asuransi menggunakan pelayanan yang berlebihan,
dari kedua kasus di atas pihak asuransi baik pemerintah ataupun swasta
mengalami kerugian karena mereka harus membayar lebih banyak dari
pada premi yang mereka terima (Culter 1998).
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani
tindakan moral harzard, diantaranya yaitu:
a. Cost sharing
Moral hazard terjadi bila marginal cost (biaya marjinal) yang
harus ditanggung insured adalah 0 yang biasanya terjadi pada
kontrak asuransi yang lengkap (full-insurance contract). Cost
sharing merupakan metode yang standar digunakan oleh
perusahaan asuransi kesehatan dan disebut juga partial-
insurance contract. Dengan cost sharing diharapkan insured
ikut “membiayai” harga pelayanan kesehatan.
b. Deductible
Istilah “deductible” berasal dari akar kata “deduct” yang berarti
mengurangi, sehingga dalam konteks ini artinya mengurangi
biaya yang ditanggung oleh insurer. Pada kontrak dengan
deductible, pihak insurer menentukan batas minimal
pembiayaan yang dapat ditanggung atau diberikan untuk
menggantikan biaya pelayanan kesehatan kepada insured.
Semakin tinggi nilai deductible, kemungkinan terjadi moral
hazard semakin kecil.
c. Monitoring dan Gatekeeping
Cara ini merupakan metode mengurangi moral hazard dengan
secara langsung “melawan” asymmetric information.
Perbedaan monitoring dan gatekeeping terdapat pada waktu
pelaksanaannya. Monitoring dilakukan saat pelayanan
kesehatan telah dilakukan, sedangkan gatekeeping saat
pelayanan kesehatan akan/belum dilakukan Bhattacharya, Hyde
& Tu (2014)
DAFTAR PUSTAKA