Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pembangunan Peternakan

Ternak sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang Maha Esa mempunyai peranan
penting dalam penyediaan pangan asal ternak dan hasil ternak lainnya serta jasa bagi
manusia. Olehkarena itu pemanfaatannya perlu diarahkan seoptimal mungkinuntuk
kesejahteraan masyarakat. Untuk mengoptimalkan peranan dimaksud perlu
pembangunan peternakan berkelanjutan, berdaya saing, dan maju dengan
memperhatikan kesehatan hewan untuk melindungi, menjaga, dan meningkatkan
kesehatan manusia melalui penyediaan pangan asal ternakyang aman, sehat, utuh, dan
halal (ASUH).
Pembangunan peternakan adalah bagian integral dari pembangunan pertanian.
Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah
produksi pertanian bagi tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan
dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk
memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-
tumbuhan dan hewan (Hadisaputro, 1977). Kata selalu mengandung makna bahwa
pembangunan pertanian harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan
pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Pembangunan pertanian harus disertai
dengan upaya pelestarian lingkungan, baik dari aspek ekologi, sosial, maupun ekonomi.
Mengacu pada pengertian pembangunan pertanian tersebu tmaka pembangunan
peternakan dapat diartikan sebagai “suatu proses yang ditujukan untuk selalu
menambah produksi ternak dan hasil-hasil ternak bagi masyarakat konsumen, yang
sekaligus meningkatkan penghasilan tiap-tiap peternak dengan jalan menambah modal
dan skill serta menerapkan teknologi untuk memperbesar turut campurtangannya
peternak di dalam perkembangan dan pertumbuhan ternak”. Pengertian peternakan di
atas lebih ditekankan pada usaha budidaya ternak.
Dalam UU Peternakan dan Kesehatan Hewan Republik Indonesia No. 41 Tahun
2017, peternakan diartikan dalam ruang lingkup yang lebih luas, yaitu: “segala urusan
yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/bakalan, pakan, alat dan mesin
peternakan, budi daya ternak, panen, pasca panen, pengolahan, pemasaran, dan
pengusahaannya”. Dalampengertian ini, peternakan merupakan suatu sitem agribisnis.
Agribisnis peternakan adalah kegiatan usaha yang terkait dengan sub sector peternakan,
mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi (budidaya), penanganan
pascapanen, pengolahan, sampai pemasaran produk ke konsumen.Jadi, peternakan

1
bukan hanya usaha budidaya saja tetapi merupakan suatu system mulai dari sub system
hulu hingga sub system hilir.
Pembangunan peternakan dapat maju dan berdaya saing apabila tersedia
fasilitas dan jasa (services) bagi para peternak yang merupakan syarat pokok. Tanpa
adanya salah satu dari syarat pokok ini pembangunan peternakan tidak akan dapat
berlangsung. Terdapat lima syarat pokok dalam pembangunan peternakan, yaitu:
1. Pasar untuk produksi peternakan,
2. Teknologi yang terus berkembang,
3. Tersedianya sarana produksi dan alat mesin peternakan secara lokal,
4. Perangsang produksi bagi peternak,
5. Transportasi.
Para peternak berusaha ternak umumnya bertujuan untuk memperoleh produksi
yang sebanyak-banyaknya. Produksi ternak tersebut memerlukan pasar dan harga yang
layak guna membayar biaya-biaya produksi yang dikeluarkan peternak ketika
memproduksikannya. Pasar produk ternak dapat terjadi apabila ada permintaan terhadap
produk ternak tersebut. Disamping itu perlu ada pihak yang menjadi penyalur dalam
penjualan produk ternak, yang dikenal dengan sistem tataniaga. Produk ternak yang
utama adalah untuk pangan, yaitu daging, susu, dan telur. Permintaan pangan asal
ternak di Indonesia sangat besar karena jumlah penduduknya banyak dan pendapatan
rata-rata penduduknya cenderung terus meningkat.
Dalam memproduksi ternak memerlukan teknologi untuk memperoleh produksi
yang tinggi. Teknologi adalah alat atau sarana/prasarana atau cara untuk meningkatkan
produksi, produktivitas, dan pendapatan. Sebagai contoh, pemeliharaan ternak sapi yang
tradisional, yang sehari-hari hanya digembalakan, produksinya tentu lebih rendah dari
pada ternak sapi yang dipelihara secara intensif dengan pakan yang baik dan dijaga
kesehatannya. Perkandangan, pemberian pakan tambahan, dan penjagaan kesehatan
ternak tersebut adalah teknologi.
Usaha ternak tidak akan dapat berlangsung dengan baik apabila tidak tersedia
sarana produksi dan alat mesin peternakan secara lokal. Ketersediaan sarana produksi,
misalnya pakan dan obat-obatan, sangat menentukan produksi. Alat dan mesin
peternakan seperti mesin pencacah hijauan pakan ternak, mixer, mesin tetas telur
unggas, dan sebagainya mutlak diperlukan untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas ternak.
Peternakan di Indonesia masih didominasi oleh peternakan rakyat, yaitu
peternakan dengan skala pemeliharaan kecil, , dan dengan system pemeliharaan
tradisional. Olehkarena itu untuk mengembangkan peternakan di Indonesia perlu insentif
dari pemerintah agar para peternak lebih bersemangat dalam usaha ternaknya. Insentif

2
dari pemerintah dapat berupa peraturan-peraturan perundangan, kebijakan, subsidi
sarana produksi, pengaturan harga input dan output, pembangunan insfrastruktur,
pemberian penghargaan kepada peternak, dan sebagainya.
Syarat pokok terakhir yang tidak kalah penting dengan syarat pokok yang telah
dibahas di atas adalah transportasi. Oleh karena peternakan kita sebagian besar masih
merupakan peternakan rakyat, lokasinya terpencar, skalanya kecil, maka perlu
infrastruktur dan transportasi yang mendukung. Transportasi digunakan untuk
memperlancar arus saprodi dan produk dari pasar ke peternak atau sebaliknya. Misalnya,
kasus peternakan sapi potong di Indonesia, untuk membawa ternak sapi potong dari
daerah produsen ke daerah konsumen (DKI, Bogor, dan Bandung) diperlukan kelancaran
transportasi, baik transportasi darat maupun laut.
Disamping syarat-syarat pokok di atas perlu dilengkapi syarat-syarat pelancar
agar pembangunan peternakan dapat berlangsung dengan lancar dan terjadi percepatan.
Syarat-syarat pelancar tersebut adalah:
1. Pendidikan peternakan,
2. Riset dan pengembangan peternakan,
3. Penyuluhan peternakan,
4. Kredit peternakan,
5. Kelembagaan peternakan, dan
6. Perencanaan pembangunan peternakan secara nasional dan daerah.
Sumber daya manusia dalam pembangunan, termasuk pembangunan
peternakan, sangat besar peranannya disamping sumberdaya-sumberdaya lainnya.
Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan hasil pendidikan. Pendidikan
peternakan dapat berupa pendidikan formal seperti Sekolah Menengah Kejuruan
Peternakandan FakultasPeternakan, pendidikan khusus untuk peternak, pendidikan atau
pelatihan bagi petugas teknis peternakan (in-service training), dan pendidikan bagi
masyarakat lainnya yang terkait dengan peternakan.
Riset dan Pengembangan bertugas menghasilkan teknologi. Sebagaimana telah
dibahas di atas bahwat eknologi adalah syarat pokok. Tanpa teknologi pembangunan
peternakan tidak akan berlangsung. Lembaga-lembaga yang mengemban
tugaspenelitian peternakan di Indonesia adalah pusat penelitian peternakan di bawah
Litbang Pertanian Kementan, Fakultas Peternakan, dan LIPI. Disamping itu, peternak
sendiri dan industry peternakan juga dapat melakukan riset dan pengembangan.
Teknologi hasil riset dan pengembangan selanjutnyad isebarluaskan kepada
masyarakat tani-ternak melalui penyuluhan peternakan. Penyuluhan peternakan menjadi
tanggung-jawab lembaga penyuluhan. Pada saat ini penyuluhan peternakan berada di
dalam Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan baik di tingkatprovinsimaupunk

3
abupaten/kota. Sebelumnya, penyuluhan pertanian/peternakan, kehutanan, dan
perikanan di bawah koordinasi Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH) di tingkat
provinsi dan di bawah Badan Pelaksana Penyuluhan (BAPELUH) di tingkat
kabupaten/kota, dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di tingkat kecamatan. Dengan
demikan, penerapan teknologi peternakan oleh para peternak sangat tergantung dari
peran lembaga yang ditugasi menangani penyuluhan peternakan.
Kredit Produksi sangat menentukan perkembangan peternakan karena sebagian
besar peternak mengalami kekurangan modal. Kredit produks ipeternakan umumnya
tidak layak jika dikenakan tingkat bunga seperti pada usaha bidang lain. Untuk usaha
peternakan rakyat, tingkat bunga yang layak hanya sekitar 6% per tahun. Oleh karena itu,
kredit usaha perbibitan sapi (KUPS) hanya dikenakan bunga 6% per tahun. Intinya, bagi
peternakan rakyat, kredit produksi harus dengan tingkat bunga murah, prosedur mudah,
dan pengembalian pinjaman sesuai dengan waktu penjualan produksinya.
Kelembagaan pendukung pada bidang peternakan yang penting meliputi lembaga
perkreditan, lembaga penyuluhan, lembaga pelayanan kesehatan hewan, lembaga
pemasaran, dan lembaga penelitian pengembangan peternakan. Kelembagaan di tingka
tpeternak yang paling penting adalah kelompok tani-ternak.
Perencanaan Peternakan merupakan faktor pelancar yang sangat penting dan
harus ada secara nasional dan daerah, bahkan pada tingkat kelompok tani-ternak,
peternak dan pengusaha peternakan. Mengingat pentingnya perencanaan ini maka
bahasan tentang perencanaan peternakan disajikan dalam sub bab tersendiri.

1.2. Perencanaan Peternakan

Perencanaan mengacu pada suatu proses untuk memutuskan apa yang harus
dilakukan dan bagaimana melakukannya. Menurut Davidoff dan Reiner (1978) dan
Glasson (1990) dalam Saragih (2015), perencanaana adalah proses untuk menentukan
aksi masa depan yang tepat melalui urutan-urutan pilihan. Menurut Undang-Undang RI
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan plihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.
Perencanaan memiliki tiga tujuan, yaitu (1) memastikan kegiatan agar rasional dan
efisien, (2) membantu atau menggantikan mekanisme pasar, dan (3) mengubah atau
memperluas pilihan.
Perencanaan sebagai suatu proses, dilakukan melalui sejumlah tahapan, yaitu:
1. Identifikasi masalah,
2. Perumusan tujuan-tujuan umum dan sasaran yang lebih khusus,

4
3. Identifikasi kendala yang mungkin dapat terjadi,
4. Proyeksi keadaan di masa depan,
5. Pencarian dan penilaian arah berbagai alternatif kegiatan,
6. Penyusunan rencana terpilih yang definitive, termasuk perumusan kebijakan dan
strategi (Glasson, 1990 dalam Saragih, 2015).
Pada prinsipnya dalam perencanaan terdapat dua unsur penting, yaitu hal yang
ingin dicapai dan cara untuk mencapainya. Dalam penyusunan perencanaan
pembangunan peternakan harus pula memperhatikan kelestarian lingkungan, terutama
plasma nutfah. Sebagai contoh: pengembangan peternakan sapi potong di wilayah Nusa
Tenggara Barat (NTB) harus memperhatikan kelestarian kemurnian Sapi Bali karena
hanya di wilayah NTB kemurnian Sapi Bali masih terjaga. Ini berarti bahwa
pembangunan peternakan tidak boleh hanya mengejar tercapainya target produksi ternak
tetapi juga harus disertai dengan terjaganya kelestarian lingkungan. Menurut ruang
lingkupnya, perencanaan diklasifikasikan ke dalam perencanaan tingkat nasional, tingkat
wilayah, dan tingkat lokal atau tingkat nasional, tingkat provinsi, dan tingkat
kabupaten/kota. Menurut waktu, perencanaan diklasifikasikan ke dalam perencanaan
jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Dalam perencanaan pembangunan peternakan, untuk dapat mengidentifikasi
masalah diperlukan data peternakan baik data pokok maupun data pendukung. Data
pokok peternakan meliputi, (1) data populasi, (2) data produksi, dan (3) data konsumsi.
Data pendukung merupakan data selain data pokok yang diperlukan untuk mendukung
analisis data peternakan, seperti penyerapan tenaga kerja, produksi pupuk organik,
pendapatan peternak, ketersediaan pakan, dan sebagainya. Pada prinsipnya semua data
sumber daya peternakan perlu dianalisis. Sumber daya peternakan yang sangat penting
terdiri atas empat macam, yaitu: (1) sumber daya lahan sumber pakan ternak, (2) sumber
daya ternak, (3) sumber daya manusia, dan (4) sumber daya kelembagaan.
Berdasarkan hasil analisis data peternakan dapat dirumuskan permasalahan
peternakan yang hakiki. Dalam perumusan masalah disusun secara rinci berdasarkan
ruang lingkup (nasional, wilayah, dan lokal) dan berdasarkan komoditas (ternak
ruminansia besar, ruminansia kecil, unggas, dan ternak lainnya). Setelah masalah
dirumuskan ditetapkan tujuan umum dan sasaran yang lebih khusus, dan selanjutnya
dirumuskan langkah-langkah berikutnya untuk mencapai tujuan tersebut sehingga
dirumuskan perencanaan yang definitif.
Untuk dapat melakukan tahapan-tahapan perencanaan tersebut diperlukan alat
analisis data peternakan dan referensi-referensi yang terkait, seperti yang akan dibahas
dalam bab-bab selanjutnya dalam buku ini.

Anda mungkin juga menyukai