PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku. Pikiran yang
terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara
logis, persepsi dan perhatian yang keliru afek yang datar atau tidak sesuai,
dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku aneh),
pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali
masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi1.
2.1.2 Diagnosis
Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia berdasarkan
PPDGJ III5 :
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
- “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawl” : isi pikiran yang asing dan keluar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal) ; dan
- “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;
- “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar ; atau
“delusion of passivitiy” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” secara
4
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
bai oeh waham yang menetap ataupun setegah berbentuk tanpa
kandunga afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over
valued-ideas) yang metap, atau apabila terjadi berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus berulang;
2. Arus pikiran yang tertutup (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi skizofrenisa dari Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM) yaitu DSM IV TR adalah6:
1. Skizofrenia Paranoid
Jenis skizofrenia ini permulaanya mungkin subakut, tetapi
mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat
digolongkan schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri,
agresif, marah atau ketakutan dan kurang percaya pada orang lain, tetapi
pasien jarang sekalo memperlihatkan perilaku disorganisasi. Waham dan
halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak
terpengaruh.
6
2. Skizofrenia Hebefrenik
Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada
masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah
gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi
atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada
skizofrenia heberfrenik, terdapat juga waham dan halusinasi.
3. Skizofrenia Katatonik
Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan
biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi
gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. Gejala yang penting adalah
gejala psikomotor seperti:
a. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik,
seperti topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk
waktu yang sangat lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang
beberapa bulan.
b. Bila diganti posisinya penderita menentang.
c. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam
mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.
d. Terdapat grimas dan katalepsi
5. Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat
sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang
7
kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari
kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan
tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang
menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
2.2 Psikoterapi
2.2.1 Definisi
Psikoterapi berasal dari dua kata, yaitu psiko dan terapi. Psiko
artinya kejiwaan atau mental terapi adalah penyembuhan atau usada. Jadi,
kalau dibahasa Indonesiakan psikoterapi mungkin dapat disebut usada jiwa
atau usada mental4.
Secara umum bahwa psikoterapi atau usada jiwa adalah proses
formal interaksi antara dua pihak atau lebih. Yang satu adalah sebagai
profesional penolong dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong)
dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan atau
penyembuhan. Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikiran,
perilaku, kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional
penolong dengan latar ilmu perilaku dan teknik-teknik usada yang
dikembangkannya. Psikoterapi dalam ilmu perilaku harus dilandasi dengan
data yang ditemukan selama proses wawancara4.
2. Fase Pertengahan
Tujuannya untuk menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan
yang dialami oleh pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian, serta
menentukan langkah korektif, dengan cara:
a. Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap lingkungan dan
hubungan interpersonal yang menimbulkan keluhan.
b. Membantu pasien dalam mengatasi keluhan yang berhubungan
dengan problem kehidupan
13
3. Fase Akhir
Tujuannya yaitu terminasi terapi, dengan cara
a. Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis-pasien.
b. Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien
membuat keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri.
c. Membantu pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang
sitinggi-tingginya.
2. Psikoterapi Suportif3
Semua pendekatan teknis dari psikoterapi suportif adalah faham dan
penanganannya berdasarkan pada medis dan ahli psikiatri, dokter
membantu dalam menginterpretasi dan beradaptasi terhadap realita.
Seorang terapis dalam psikoterapi ini mampu memberikan pengertian
realitas, menentramkan hati secara langsung, memberikan saran dalam
masalahnya, memberikan harapan, dan secara aktif mengatur
lingkungan pasien. Untuk membantu menstabilkan lingkungan pasien,
seorang terapis menjaga hubungan tertutup dengan keluarga atau
perawat lainnya dan menghalangi kepentingan pasien terhadap
keluarga, majikan, dan agen sosial.
Kandungan dasar dalam psikoterapi berpusat pada pengajaran dan
pembelajaran kembali. Pasien diberi edukasi tentang penyakitnya,
gejalanya, dan menekan eksaserbasi penyakit. Seorang terapis harus
aktif dalam memberikan pengajaran terhadap pasien cara beradaptasi
dan melatih pasien dalam menggunakan keahlian tingkah laku,
kognitif, atau sosial.
Psikoterapi suportif ini yaitu secara historis memberikan
pertolongan baik secara biologis maupun farmakologis yang
berorientasi terhadap dokter. Terapi suportif menggunakan hubungan
dokter-pasien untuk membentuk latar belakang dari perawatan klinis
adekuat yang membantu pemberian intervensi farmakologi secara
15
3. Psikoterapi Fleksibel3
Psikoterapi seperti ini mengandalkan berbagai strategi yang
diterapkan secara fleksibel, tergantung dari tipe pasien skizofrenia dan
fase sakit yang diderita. Pendekatan ini baru dikembangkan guna
sebagai bentuk perawatan individu dan masih diuji secara empiris oleh
Gerry Hogarty dan rekan-rekannya di Universitas Pittsburgh. Tujuan
dari pendekatan ini yaitu memperbaiki kepribadian, penyesuaian
sosial, dan mencegah kekambuhan. Psikoterapi ini mengandalkan
kemampuan terapis untuk berpindah, fleksibel, dan merubah peran
terhadap semua pasien berdasarkan perubahan keadaan. Selain itu,
terapis juga harus selalu mengingat tujuan membantu pasien serta
menerima, mempelajari, dan mengelola sendiri apa yang menjadikan
penyakit ini kronis.
BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang
terganggu. Salah satu upaya penyembuhan yang dapat dilakukan pada
pasien skizofrenia yaitu dengan melakukan psikoterapi. Tujuan dari
psikoterapi itu sendiri untuk menghilangkan, mengubah atau
menghambat gejala-gejala dan penderitaan yang dialami serta
memperbaiki kepribadian, penyesuaian sosial, dan mencegah
kekambuhan.. Psikoterapi terbagi dibagi atas 6 yaitu berdasarkan
tujuannya, dalamnya, tekniknya, konsep teoritis nya, setting-nya, teknik
tambahan khusus.
18
DAFTAR PUSTAKA