Anda di halaman 1dari 5

NAMA : RIYAN FERDIYANTO

NIM : 17117003
PRODI : TEKNIK MESIN
MAKUL : MATERIAL TEKNIK
DOSEN : HADI TEGUH YUDHISTIRA Ph.D

PENGECORAN LOGAM
Pengecoran adalah proses fabrikasi di mana logam benar-benar cair dituangkan ke dalam
rongga cetakan yang memiliki bentuk yang diinginkan; setelah pemadatan, logam
mengasumsikan bentuk cetakan tetapi mengalami beberapa penyusutan. teknik pengecoran
yang digunakan ketika
(1) bentuk selesai begitu besar atau rumit yang metode lain akan tidak praktis;
(2) paduan tertentu sangat rendah di daktilitas yang membentuk baik oleh kerja panas atau
dingin akan sulit; dan
(3) dibandingkan dengan proses fabrikasi lainnya, pengecoran adalah yang paling ekonomis.
Langkah terakhir dalam pemurnian bahkan logam ulet mungkin melibatkan proses
pengecoran. Sejumlah teknik pengecoran yang berbeda yang biasa digunakan adalah sand
casting, Die Casting, Investment casting, Lost –foam Casting dan Continuous casting.
Teknik_Teknik pengecoran yang biasa digunakan:
1. Sand Casting
Mungkin metode yang paling umum, pasir biasa digunakan sebagai bahan cetakan.
Sebuah cetakan dua potong dibentuk oleh kemasan pasir di sekitar pola yang memiliki
bentuk casting dimaksudkan. SEBUAH sistem gating biasanya dimasukkan ke dalam
cetakan untuk memperlancar aliran logam cair ke dalam rongga dan untuk
meminimalkan cacat pengecoran internal. bagian pasir-cast termasuk blok otomotif
silinder, hidran kebakaran, dan alat kelengkapan pipa besar.
2. Die Casting
Dalam die casting, logam cair dipaksa ke dalam cetakan di bawah tekanan dan dengan
kecepatan yang relatif tinggi dan diizinkan untuk memantapkan dengan tekanan
dipertahankan. Sebuah dua potong cetakan baja permanen atau mati yang digunakan;
ketika dijepit bersama-sama, dua potong membentuk bentuk yang diinginkan. Ketika
logam telah memperkuat sepenuhnya, potongan die dibuka dan potongan cor
dikeluarkan. Harga pengecoran cepat yang mungkin, membuat ini metode murah;
Selanjutnya, satu set mati dapat digunakan selama ribuan coran. Namun, teknik ini
cocok hanya untuk potongan yang relatif kecil dan paduan seng, aluminium, dan
magnesium, yang memiliki suhu leleh rendah.
3. Investment Casting
Investment Casting biasanya disebut lost Casting dimana cetakan pola terbuat dari
lilin atau plastik yang memiliki suhu leleh rendah. Sekitar pola bubur cairan
dituangkan yang menentukan untuk membentuk cetakan padat atau investasi; plester
dari paris biasanya digunakan. cetakan tersebut kemudian dipanaskan, sehingga pola
meleleh dan terbakar, meninggalkan rongga cetakan yang memiliki bentuk yang
diinginkan. Teknik ini digunakan ketika akurasi yang tinggi dimensi, reproduksi detail
halus, dan selesai baik diperlukan-misalnya, dalam perhiasan dan mahkota.
4. Lost-Foam Casting
Di sini, pola yang dapat dihabiskan adalah busa yang dapat dibentuk dengan
mengompreskan butiran polistiren ke dalam bentuk yang diinginkan dan kemudian
ikatan mereka bersama-sama dengan pemanasan. Atau, bentuk pola dapat dipotong
dari lembaran dan dirakit dengan lem. Pasir tersebut kemudian dikemas di sekitar pola
untuk membentuk cetakan. Sebagai logam cair dituangkan ke dalam cetakan, itu
menggantikan pola, yang menguap. Pasir dipadatkan tetap di tempat, dan, setelah
pemadatan, logam mengasumsikan bentuk cetakan. dibandingkan dengan sand
casting, Lost-Foam Casting lebih sederhana, cepat, dan proses lebih murah dan ada
limbah lingkungan lebih sedikit. paduan logam yang paling sering menggunakan
teknik ini dilemparkan setrika dan paduan aluminium; Selanjutnya, aplikasi termasuk
blok mobil mesin, kepala silinder, poros engkol, blok mesin kelautan, dan frame
motor listrik
5. Continuous Casting
Pada akhir proses ekstraksi, banyak logam cair dipadatkan dengan casting ke dalam
ingot molds besar. Ingot biasanya dikenai operasi hot-rolling utama, produknya
berupa lembaran datar atau lempengan; ini adalah bentuk yang lebih mudah sebagai
titik awal untuk operasi pembentukan logam sekunder berikutnya (penempaan,
ekstrusi, penarikan). Langkah-langkah casting dan rolling ini dapat dikombinasikan
dengan proses pengecoran kontinyu (kadang disebut strand casting). Dengan
menggunakan teknik ini, logam yang dimurnikan dan dicairkan dilemparkan secara
langsung ke dalam untaian berkelanjutan yang mungkin memiliki penampang
melintang segi empat atau lingkaran; solidifikasi terjadi dalam air didinginkan mati
memiliki geometri cross-sectional yang diinginkan. Komposisi kimia dan sifat
mekanik lebih seragam di seluruh penampang untuk pengecoran kontinyu daripada
untuk produk ingot-cast. Selanjutnya, pengecoran kontinyu sangat otomatis dan lebih
efisien.

HEAT TREATMENT
Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam
dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada temperature
rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin
seperti udara, air, air faram, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan
pendinginan yang berbeda-beda.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur
mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan
mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan adanya
pemanasan atau pendinginan degnan kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam dan paduan
memperlihatkan perubahan strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan aatu pendinginan dari
suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat-sifat tertentu.
Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperature sangat
menetukan.
Proses-proses Heat Treatment:
Ada beberapa proses-proses pada perlakuan pada Heat Treatment yaitu sebagai berikut:
1. Quenching ( pengerasan )
Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam
sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan
ini maka audtenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya secara cepat baja
tersebut dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin
yang kita inginkan untuk mencapai kekerasan baja. Ini mencegah proses suhu rendah,
seperti transformasi fase, dari terjadi hanya menyediakan jendela sempit waktu di
mana reaksi ini menguntungkan kedua termodinamika dan kinetis diakses, dapat
mengurangi kristalinitas dan dengan demikian meningkatkan ketangguhan dari kedua
paduan dan plastik (dihasilkan melalui polimerisasi).
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah menjadi
ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah larut
dalam austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementitoleh karena
itu terjadi fase lalu yang mertensit, imi berupa fase yang sangat keras dan bergantung
pada keadaan karbon.
2. Anneling
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas
temperature kritis ( 723 °C )selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperature
merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar
temperature bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh struktur yang
diinginkan dengan menggunakan media pendingin udara.
Tujuan proses anneling :
a. Melunakkan material logam
b. Menghilangkan tegangan dalam / sisa
c. Memperbaiki butir-butir logam.
3. Normalizing
Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase austenit
yang kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin udara. Hasil
pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih mulus dari anneling.
Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam. Namun pada baja
karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum tentu memperoleh
baja yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung dari kadar karbon.

4. Tempering
Proses tempering adalah pemanasan baja sampai temperature sedikit di bawah
temperature kritis, kemudian didiamkan dalam tungku dan suhunya dipertahankan
sampai merata selama 15 menit. Selanjutnya didinginkan dalam media pendingin. Jika
kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula. Dalamhal ini keuletan dan
ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini akan menghasilkan baja yang
lebih lemah. Proses ini berbeda dengan anneling karena dengan proses ini belum tentu
memperoleh baja yang lunak, mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung oleh
kadar karbon.
Tempering dibagi dalam:
a. Tempering pada suhu rendah(150-300˚C).
Tujuannya hanya untuk mengurangi tegangan tegangan kerut dan kerapuhan dari
baja. Proses ini digunakan untuk alat alat kerja yang tidak mengalami beban yang
berat, seperti misalnya alat alat potong mata bor yang dipakai untuk kaca dan lain
lain.
b. Tempering pada suhu menengah(300-500˚C)
Tujuannya menambah keuleatan dan kekerasannya menjadi sedikit berkurang.
Proses ini digunakan pada alat alat kerja yang mengalami beban berat seperti palu,
pahat, pegas pegas(Mustofa Ahmad Ary,2006)
c. Tempering pada suhu tinggi(500-650˚C)
Tujuannya untuk memberikan daya keuletan yang beasar dan sekaligus kekerasan
menjadi agak rendah. Proses ini digunakan pada roda gigi, poros, batang
penggerak dan lain lain.
5. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan
kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju
suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan
dan pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan
kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu
keadaan paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh karena itu
maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut. Karena logam menjadi keras
melalui peralihan wujud struktur, maka perlakuan panas ini disebut juga pengerasan
alih wujud. Kekerasan yang dicapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini
diringi kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya
dilakukan pemanasan kembali menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.
Kekerasan tertinggi (66-68 HRC) yang dapat dicapai dengan pengerasan kejut suatu
baja, pertama bergantung pada kandungan zat arang, kedua tebal benda kerja
mempunya pengaruh terhadap kekerasan karena dampak kejutan membutuhkan
beberapa waktu untuk menembus ke sebelah dalam, dengan demikian maka kekerasan
menurun kearah inti.

Refrensi :
Calister Jr, William D, 2013. Material Science AndEngineering An Introduction, 9th
Edition, New Jersy : John Wiley & Sons, Inc, Hoboken

Anda mungkin juga menyukai