Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta

penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak

sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai

kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung secara terus menerus. Pada

penekanan bagian akhir itulah yang menyebabkan pendidikan itu dilukiskan

sebagai rumusan masa depan (Utama, 2014 ).

Pelaksanaan pembelajaran yang erat kaitannya dengan penanaman nilai,

juga sangat erat sekali dengan bagaimana cara interaksi sosial yang terjadi di

dalamnya, sehingga nilai-nilai baik tak dipandang tabu lagi dalam kehidupan

bermasyarakat. Pastinya, diperlukan suatu pembiasaan yang terus berulang-

ulang yang berujung kepada adanya tindakan berpola/value yang berada di

dalam bawah sadar individu. Maka respon yang keluar baik secara tindakan,

kelakuan, maupun ucapan akan terealisasikan secara spontanitas, tanpa adanya

suatu rekayasa kelakuan maupun ucapan (Ikbal, 2015).

Berkaitan dengan hal tersebut, maka peranan lingkungan memberikan

pengaruh luar biasa dalam terealisasikannya interaksi sosial. Untuk itu, perlu

diketahui beberapa pandangan para tokoh tentang peranan lingkungan yang

mempengaruhi perilaku maupun kemampuan manusia dalam lingkungannya.

1
Tiga dari empat aliran pendidikan, mempercayai akan peran penting pengaruh

eksternal (lingkungan) dalam membentuk kepribadian anak. Ada empat aliran

pendidikan yang sering dibicarakan, yaitu: Empirisme, Nativisme,

Naturalisme dan Konvergensi (Ikbal, 2015).

Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih

mendalam mengenai aliran-aliran dalam ilmu pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah pada makalah ini,

yaitu membahas mengenai, aliran-aliran dalam pendidikan yaitu:

a. Aliran Empirisme

b. Aliran Nativisme

c. Aliran Naturalisme

d. Aliran Konvergensi

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu untuk mengetahui dan

memahami mengenai aliran-aliran dalam ilmu pendidikan diantaranya :

Empirisme, Nativisme, Naturalisme, Konvergensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Aliran-Aliran Dalam Pendidikan

Menurut Darmi (2013), aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-

pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran

tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-

pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir

berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya.

Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-

aliranitu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon tenaga

kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan setidaknya terdapat 3 macam aliran pendidikan, yaitu

aliaran klasik, aliran modern dan aliran pendidikan pokok di Indonesia.

Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan

akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni

kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau,

tuntutan dan kebutuhan masa kini serta perkiraaan/ antisipasi masa datang.

Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut

aliran-aliran pendidikan (Hangestiningsih, 2015).

Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena

setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda

keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.

3
Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran

tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Oleh

karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran

klasik.

Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme,

naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih

sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang

disesuaikan dengan perkembangan zaman (Usman, 2010).

2.2 Aliran-Aliran Dalam Ilmu Pendidikan

A. Aliran Empirisme

Tokoh utama aliran ini ialah John Locke. Ia berpendapat bahwa

perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan

oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang

diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik apa saja (ke arah

yang baik dan ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau

pendidikan. Dalam hal ini, alamlah yang membentuknya. Dalam

pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme

paedagogis (Nadirah, 2013).

Menurut Joseph (2006) dalam Darmi (2013), aliran ini menganut

paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan

sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman

(empiris) nyata melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi

4
dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari

apa yang didapatkan secara langsung.

Jadi segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung, terbentuk

dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari

lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan

lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik.

Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak

(Darmi, 2013).

John Locke dalam Darmi (2013) tak ada sesuatu dalam jiwa yang

sebelumnya tak ada dalam indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang

mempengaruhi apa yang membentuk perkembangan jiwa anak didik

adalah lingkungan melalui pintu gerbang inderanya yang berarti tidak ada

yang terjadi dengan tiba-tibatanpa melalui proses penginderaan.

B. Aliran Nativisme

Nativisme berasal dari kata native artinya asli atau asal. Aliran ini

hampir senada dengan Naturalisme. Nativisme berpendapat bahwa sejak

lahir anak telah memiliki/membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu,

yang bersifat pembawaan atau ke-turunan. Sifat-sifat dan dasar-dasar

tertentu yang bersifat keturunan (herediter) inilah yang menentukan

pertumbuhan dan perkembangan anak sepenuhnya. Sedangkan pendidikan

dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, kecuali hanya sebagai wa-

dah dan memberikan rangsangan saja. Dalam ilmu pendidikan, pandangan

5
tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis. Tokoh utama aliran ini

ialah Schopenhauer. Dalam artinya yang terbatas, juga dapat dimasukkan

dalam golongan Plato, Descartes, Lomborso, dan pengikut-pengikutnya

yang lain (Nadirah, 2013).

Menurut (Hangestiningsih, 2015), aliran ini berpendapat bahwa

perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang

dibawa manusia sejak lahir, pembawaannya yang telah terdapat pada

waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut

aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.

Menurut Usman (2010), aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian

Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor

lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap

perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh

pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang

berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. Nativisme berkeyakinan

bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaaan. Dengan

demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi

manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di

dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis.

C. Aliran Naturalisme

Nature artinya alam atau yang dibawa sejak lahir. Aliran ini

dipelopori filosof Prancis JJ. Rousseau (1712-1778). Naturalisme

6
berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir mampunyai pambawaan

baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil

perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang

diterimanya atau yang mempengaruhinya. JJ.Rousseau mengatakan

“semua anak adalah baik pada waktu baru dating dari sang pencipta, tetapi

semua rusak ditangan manusai”. Oleh karena itu Rousseau mengajukan

“pendidikan alam” artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan

berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masayrakat jangan

banyak mencampurinya. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah

dapat merusak pembawaan anak yang baik, aliran ini juga disebut

negativisme (Hangestiningsih, 2015)

Menurut Darmi (2013), aliran ini mempunyai kesamaan dengan

teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai

perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa

anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat

minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya.

Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan

lingkungna yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan

sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti

mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi

menjadikan anak kearah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah

berpengaruh jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika pendidikan

diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan

7
dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang

dimaksud terakhir ini betrpengaruh positif terhadap perkembangan anak.

D. Aliran Konvergensi

. Menurut Nadirah (2013), aliran ini dimunculkan oleh ahli ilmu jiwa

bangsa Jerman, William Stern. Ia mengatakan bahwa pembawaan dan

lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia.

Dengan adanya pendapat ini, dapat dikatakan bahwa persoalan tentang

pemba-waan dan lingkungan itu sudah selesai. Dalam hukum konvergensi

ini, masih terda-pat dua aliran, yaitu aliran yang lebih menekankan kepada

pengaruh pembawaan da-ripada pengaruh lingkungan dan yang

sebaliknya, lebih menekankan lingkungan atau pendidikan. Sementara itu,

banyak yang belum puas atas jawaban dari aliran konvergensi yang

mengatakan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan dari dua factor:

pembawaan dan lingkungan(Nadirah, 2013).

Menurut (Darmi, 2013), faktor pembawaan dan faktor lingkungan

sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting, keduanya tidak dapat

dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini juga mengakui bahwa

pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembaeaan baik

dan pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir

tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan

lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut.

8
William Stern mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung dari

pembawaan dari lingkungan yang keduanya merupakan sebagaiman dua garis

yang bertemu atau menuju pada satu titik yang disebut konvergensi (Darmi,

2013).

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya

yaitu :

1. Faktor pembawaan anak didik/peserta didik ditinjau dari tiga aliran yaitu:

 Empirisme berpendapat bahwa manusia menjadi dewasa sangat

dipengaruhi dan ditentukan oleh lingkungan alam sekitarnya.

 Nativisme berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah

diten-tukan oleh potensi sejak lahir dan lingkungan tak dapat

merubahnya.

 Naturalisme berpendapat bahwa anak sejak lahir sudah memiliki

pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak

dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang

sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungna yang dibuat-buat.

 Konvergensi berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-

duanya sangat menentukan perkembangan manusia.

2. Dari pembahasan sebelumnya, teori yang cocok dapat diterima sesuai

dengan kenyataan adalah teori konvergensi, dimana teori ini tidak

mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungann atau alamiah yang

mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari

faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.

10

Anda mungkin juga menyukai