Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Motor induksi merupakan motor arus bolak balik yang paling sering

digunakan dalam dunia industri maupun rumah tangga. Hal ini dikarenakan motor

induksi sangat mudah dalam pengoprasiannya. Selain itu konstruksi motor induksi

memiliki konstruksi yang kuat, serta memiliki effesiensi yang baik dan putaran

yang konstan untuk setiap perubahan beban.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temukan berbagai macam motor.

Dalam hal ini dilakukan pengembangan terhadap motor induksi tiga phasa

menjadi motor induksi lima phasa. Dalam teori dan hitungan yang dipelajari

motor lima phasa lebih effisien dan daya yang dihasilkan lebih besar dari pada

motor induksi tiga phasa.

Permasalahan penurunan frekuensi pada motor induksi lima phasa

merupakan salah satu masalah dalam pengoperasian motor induksi lima phasa.

Penurunan frekuensi pada pengoperasian motor induksi lima phasa akan

mengakibatkan perubahan kinerja pada motor induksi tersebut. Hal ini

dikarenakan penurunan frekuensi akan menyebab penurunan kecepatan medan

putar pada stator, yang kemudian akan berpengaruh pada effisiensi kerja dari

motor induksi lima phasa tersebut.

Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian baik berupa analisis maupun

penelitian di laboratorium untuk melihat bagaimana pengaruh penurunan

1
frekuensi terhadap kinerja pada motor induksi lima phasa, serta membandingkan

kinerja motor induksi lima phasa pada masing-masing nilai penurunan frekuensi.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah tugas akhir ini adalah :

1. Berapa batas frekuensi turun yang dapat ditanggung oleh motor induksi

lima phasa.

2. Bagaimana perbandingan kinerja pada motor induksi lima phasa pada

masing-masing nilai frekuensi turun.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Untuk mengetahui batas frekuensi turun yang dapat ditanggung pada

motor induksi lima phasa.

2. Untuk membandingkan kinerja motor induksi lima phasa pada masing-

masing nilai frekuensi turun.

1.4 Batasan Masalah

Adapun pembatasan masalah yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini

adalah :

1. Tidak menganalisa gangguan dan harmonisa tegangan yang tejadi pada

sistem tenaga.

2. Tidak membahas gangguan yang terjadi pada motor induksi lima phasa.

3. Tidak membahas trafo lima phasa.

2
4. Hanya membandingkan kinerja motor induksi lima phasa pada masing-

masing nilai penurunan frekuensi.

5. Analisa data berdasarkan peralatan yang tersedia di Laboratorium Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(P4TK) Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat dalam peneit/ian ini adalah :

1. Untuk memprediksi pengaruh penurunan frekuensi terhadap kinerja motor

induksi lima phasa sehingga dapat menentukan setting alat proteksi.

2. Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penurunan frekuensi

terhadap kinerja motor induksi lima phasa.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Induksi

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas

digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah

tangga. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan

diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai

akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

magnetic field) yang dihasilkan arus stator.

Motor ini memiliki konstruksi yang kuat, sederhana, handal, serta berbiaya

murah. Di samping itu motor ini juga memiliki effisiensi yang tinggi saat

berbeban penuh dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Akan tetapi jika

dibandingkan dengan motor DC, motor induksi masih memiliki kelemahan dalam

hal pengaturan kecepatan. Dimana pada motor induksi pengaturan kecepatan

sangat sukar untuk dilakukan, sementara pada motor DC hal yang sama tidak

dijumpai.

2.2 Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi pada dasarnya memiliki konstruksi stator yang sama dengan

motor sinkron, dan hanya terdapat perbedaan pada konstuksi rotor. Stator

dibentuk dari laminasi - laminasi tipis yang terbuat dari aluminium ataupun besi

tuang,dan kemudian dipasak bersama - sama untuk membentuk inti stator dengan

4
slot seperti yang ditunjukkan gambar dua satu. Kumparan ( coil) dari konduktor -

konduktor yang terisolasi ini kemudian disisipkan kedalam slot - slot tersebut.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Penampang inti stator, (b) Rotor motor induksi

Rotor motor induksi lima phasa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu

rotor sangkar (squirrelcagerotor) dan rotor belitan (woundrotor). Rotor sangkar

terdiri dari susunan batang konduktor yang dibentangkan ke dalam slot - slot

yang terdapat pada permukaan rotor dan tiap - tiap ujungnya dihubung singkat

dengan menggunakan shorting rings.

Pada motor jenis rotor sangkar, konstruksi pada motor tiga phasa dan

lima phasa adalah hampir sama terutama pada rotornya. Hal paling utama yang

membedakan kedua motor ini adalah belitan konduktor pada statornya, dimana

belitan stator pada motor induksi lima phasa menggunakan 30 slot dan

menggunakan 4 kutub (pole).

5
2.3 Prinsip Kerja Motor Induksi

Ketika medan magnetik memotong konduktor rotor, di dalam konduktor

tersebut akan diinduksikan ggl yang sama seperti ggl yang diinduksikan dalam

lilitan sekunder transformator oleh fluksi primer. Rangkaian rotor merupakan

rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung maupun tahanan luar. Ggl induksi

menyebabkan arus mengalir di dalam konduktor rotor. Sehingga dengan adanya

aliran arus pada konduktor rotor di dalam medan magnet yang dihasilkan stator,

maka akan dibangkitkan gaya ( F ) yang bekerja pada motor.

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi lima phasa, maka dapat

dijabarkan dalam beberapa langkah berikut:

1. Pada keadaan beban nol kelima phasa stator yang terhubung dengan

sumber tegangan lima phasa yang setimbang akan menghasilkan arus

pada tiap belitan phasa. arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak –

balik yang berubah -ubah.

2. Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya

tegak lurus terhadap belitan phasa.

3. Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya:

𝑑𝜙
𝐸 = −𝑁 (𝑣𝑜𝑙𝑡) (2.1)
𝑑𝑡

4. Resultan dari kelima fluksi bolak – balik tersebut menghasilkan medan

putar yang bergerak dengan kecepatan sinkron ns yang besarnya

ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator f yang dirumuskan:

120𝑓
𝑛𝑠 = (𝑟𝑝𝑚) (2.2)
𝑝

6
Dimana:

ns = kecepatan sinkron/medan putar (rpm)

f = frekuensi sumber daya (Hz)

p = jumlah kutub motor induksi

5. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada

rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi sebesar

E2.

6. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut

akan menghasilkan arus I2.

7. Adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya Lorentz

(F) pada rotor. Gaya Lorentz yaitu bila suatu konduktor yang dialiri arus

berada dalam suatu kawasan medan magnet, maka konduktor tersebut

akan mendapat gaya elektromagnetik (gaya lorentz) sebesar:

𝐹 = 𝐵 𝑖 𝑙 sin 𝜃 (2.3)

Dimana:

F = gaya yang bekerja pada konduktor (Newton)

B = kerapatan fluks magnetik (Wb/m2)

i = besar arus pada konduktor (A)

l = panjang konduktor (m)

θ = sudut antara konduktor dan vektor kerapatan fluks magnetik

7
8. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul

kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.

9. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan

sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dengan

kecepatanrotor (nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan:

𝑛𝑠 − 𝑛𝑟
𝑠= 𝑥 100% (2.4)
𝑛𝑟

10. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang

terinduksi pada kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip.

11. Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir

pada kumparan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel. Kopel akan

dihasilkan jika nr< ns.

2.4 Motor Induksi Lima Phasa

Pada umumnya sumber tegangan yang digunakan untuk menyuplai motor

listrik baik di Indonesia, maupun negara lain merupakan sumber tegangan tiga

phasa. Namun, motor induksi lima phasa membutuhkan suplai yang berbeda,

yakni sumber tegangan lima phasa. Akan tetapi, sumber tegangan lima phasa

belum banyak dijumpai hingga saat ini.

Motor induksi lima phasa memiliki desain dengan rumus formula. Motor

di suplai dari trafo yang mengubah suplai tiga phasa menjadi lima phasa, seperti

yang di tunjukkan pada gambar 2.2

8
Gambar 2.2 One line diagram suplai motor induksi lima phasa

Trafo terdiri dari 3 besi dalam menghubungkan belitan - belitan primer ( 3

phasa) dengan belitan – belitan sekunder ( 5 phasa ). Setiap inti menghubungkan 1

belitan primer dengan 3 belitan sekunder, kecuali 1 inti lagi menghubungkan 1

belitan primer dengan 2 belitan sekunder.

Motor induksi lima phasa memiliki 30 slot, 4 pole dengan belitan yang

asimetris agar dapat bekerja dengan stabil, dapat dilihat belitan motor induksi lima

phasa pada gambar 2.4

9
Gambar 2.3 Diagram belitan motor induksi lima phasa

10
Perputaran motor pada arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan

putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan

putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam phasa banyak.

Pada motor induksi lima phasa terdapat 5 jenis arus yang masing-masing

membentuk perbedaan phasa sebesar 72o. sudut antar phasa ini diperoleh dari

rumus lima phasa empat kutub yaitu: Ø=360°/5 (electrical) = 72° (electrical)

𝜙𝑎 = 𝜙𝑚 sin 𝜔𝑡 (2.5a)

𝜙𝑏 = 𝜙𝑚 sin (𝜔𝑡 − 72°) (2.5b)

𝜙𝑐 = 𝜙𝑚 sin (𝜔𝑡 − 144°) (2.5c)

𝜙𝑑 = 𝜙𝑚 sin (𝜔𝑡 − 216°) (2.5d)

𝜙𝑒 = 𝜙𝑚 sin (𝜔𝑡 − 288°) (2.5e)

Gambar 2.5 berikut ini menunjukkan diagram fasor dari tegangan dan arus

lima phasa, VAN dianggap sebagai referensinya.

Gambar 2.4 Diagram fasor tegangan dan arus lima phasa

11
Pada saat VAN = VBN = VCN = VDN = VEN dan terpisah sebesar 720 listrik,

maka sistem tegangan akan seimbang. Saat VL-L menjadi tegangan antar phasa dan

VL-N = VAN = VBN = VCN = VDN = VENadalah tegangan phasa netral, maka:

𝑉𝐿−𝐿 = √1,38𝑉𝐿−𝑁

(2.6)

atau

𝑉𝐿−𝐿 = 1,175 𝑉𝐿−𝑁

(2.7)

Daya per phasa yang dihasilkan adalah:

𝑃 = 𝑉𝑃 𝐼𝑃 cos 𝜃

(2.8)

2.5 Effisiensi Motor Induksi Lima Phasa

Effisiensi dari suatu motor induksi didefinisikan sebagai ukuran

keeffektifan motor induksi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik

yang dinyatakan sebagai perbandingan rasio daya output (keluaran) dengan daya

input (masukan), atau dapat juga dirumuskan dengan:

Pout Pout
η= = x 100 % (2.9)
Pin Pout+losses+Prot

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa effisiensi motor tergantung

pada besarnya rugi-rugi. Pada dasarnya metode yang digunakan untuk

12
menentukan effisiensi motor induksi bergantung pada dua hal apakah motor itu

dapat dibebani secara penuh atau pembebanan simulasi yang harus digunakan.

Effisiensi dari motor induksi dapat diperoleh dengan melakukan pengujian

beban nol dan pengujian hubung singkat. Dari pengujian beban nol akan diperoleh

rugi-rugi rotasi yang terdiri dari rugi-rugi mekanik dan rugi-rugi inti. Rugi-rugi

tembaga stator tidak dapat diabaikan sekalipun motor berbeban ringan ataupun

tanpa beban. Persamaan yang dapat digunakan untuk motor lima phasa ini adalah:

Prot = 5VphIphcosØ – 5I12R1 (2.10)

Dari ke dua rumus diatas dapat dinyatakan bahwa rugi-rugi daya = total

daya input – rugi tembaga stator. Situasi ini tepat karena rotor tidak dibebani

sewaktu sedang beroperasi sehingga slipnya sangat kecil oleh karena itu arus, dan

rugi-rugi tembaga rotor diabaikan.

2.6 Penentuan Parameter Motor Induksi

Data yang diperlukan untuk menghitung performansi dari suatu motor

induksi dapat diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor tertahan,

dan pengukuran tahanan dc lilitan stator.

2.6.1 Pengujian Tanpa Beban ( No Load Test )

Pengujian tanpa beban pada motor induksi akan memberikan

keterangan berupa besarnya arus magnetisasi dan rugi - rugi tanpa beban.

Biasanya pengujian tersebut dilakukan pada frekuensi yang diizinkan dan

13
dengan tegangan lima phasa dalam keadaan setimbang yang diberikan

pada terminal stator. Pembacaan diambil pada tegangan yang diizinkan

setelah motor bekerja cukup lama, agar bagian - bagian yang bergerak

mengalami pelumasan sebagaimanamestinya. Rugi - rugi rotasional

keseluruhan pada frekuensi dan tegangan yang diizinkan pada waktu

dibebani biasanya dianggap konstan dan sama dengan rugi - rugi tanpa

beban.

Pada keadaan tanpa beban, besarnya arus rotor sangat kecil dan

hanya diperlukan untuk menghasilkan torsi yang cukup untuk mengatasi

gesekan. Karenanya rugi -rugi I2R tanpa beban cukup kecil dan dapat

diabaikan. Padatransformator rugi - rugi I2R primernya tanpa beban

dapat diabaikan, akan tetapi rugi - rugi stator tanpa beban motor induksi

besarnya cukup berarti karena arus magnetisasinya lebih besar. Besarnya

rugi - rugi rotasional PR pada keadaan kerja normal adalah :

𝑃𝑅𝑂𝑇 = 𝑃𝑛𝑙 − 5𝐼 2 𝑛𝑙𝑅1 (2.11)

Dimana :

Pnl = daya input lima phasa

Inl = arus tanpa beban tiap phasa ( A )

R1 = tahanan stator tiap phasa ( ohm )

Karena slip pada keadaaan tanpa beban sangat kecil, maka akan

mengakibatkan tahanan rotor R2/s sangat besar. Sehingga cabang paralel

rotor dan cabang magnetisasi menjadi jXM di shunt dengan suatu tahanan

yang sangat besar,dan besarnya reaktansi cabang paralel karenanya sangat

14
mendekati XM. Sehingga besar reaktansi yang tampak Xnl yang diukur

pada terminal stator pada keadaantanpa beban sangat mendekati X1 + XM,

yang merupakan reaktansi sendiri dari stator, sehingga :

Xnl = X1 + XM (2.12)

Maka besarnya reaktansi diri stator, dapat ditentukan dari

pambacaan alat ukur pada keadaan tanpa beban. Untuk mesin lima phasa

yang terhubung Y besarnya impedansi tanpa beban Znl/ phasa :

Vnl
Znl = (2.13)
√5Inl

Di mana Vnl merupakan tegangan line, pada pengujian tanpa beban.

Besarnya tahanan pada pengujian tanpa beban Rnladalah :

Pnl
R nl = (2.14)
5I2 nl

Pnl merupakan suplai daya lima phasa pada keadaan tanpa beban,

maka besar reaktansi tanpa beban

Xnl = √Z 2 nl − R2 nl (2.15)

sewaktu pengujian beban nol, maka rangkaian ekivalen motor induksi

seperti gambar 2.6 berikut :

15
Gambar 2.5 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan

beban nol

2.6.2 Pengujian Tahanan Stator ( DC Test )

Untuk menentukan besarnya tahanan stator R1 dilakukan dengan

test DC. Pada dasarnya tegangan DC diberikan pada belitan stator motor

induksi.Karena arus yang disuplai adalah arus DC, maka tidak terdapat

tegangan yang diinduksikan pada rangkaian rotor sehingga tidak ada arus

yang mengalir pada rotor. Dalam keadaan demikian, reaktansi dari motor

juga bernilai nol, oleh karena itu, yang membatasi arus pada motor hanya

tahanan stator.

Untuk melakukan pengujian ini, arus pada belitan stator diatur

pada nilai rated, yang mana hal ini bertujuan untuk memanaskan belitan

stator pada temperatur yang sama selama operasi normal. Apabila tahanan

stator dihubung Y, maka besar tahanan stator/ phasa adalah :

𝑉𝑑𝑐
𝑅𝑠 = (2.16)
2𝐼𝑑𝑐

Bila stator dihubung delta, maka besar tahanan stator:

3𝑉𝑑𝑐
𝑅𝑠 = (2.17)
2𝐼𝑑𝑐

16
Dengan diketahuinya nilai dari Rs, rugi - rugi tembaga stator pada

beban nol dapat ditentukan, dan rugi – rugi rotasional dapat ditentukan

sebagai selisih dari daya input pada beban nol dan rugi - rugi tembaga

stator. Gambar 2.7 menunjukkan salah satu bentuk pengujian DC pada

stator motor induksi yang terhubung Y.

Gambar 2.6 Rangkaian pengukuran untuk DC test

2.6.3 Pengujian Rotor Tertahan ( Block Rotor Test )

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter - parameter

motor induksi, dan biasa juga disebut dengan locked rotor test. Pada

pengujian ini rotor dikunci/ ditahan sehingga tidak berputar.

Untuk melakukan pengujian ini, tegangan AC disuplai ke stator

dan arus yang mengalir diatur mendekati beban penuh. Ketika arus telah

menunjukkan nilai beban penuhnya, maka tegangan, arus, dan daya yang

mengalir ke motor diukur.

Rangkaian ekivalen untuk pengujian ini ada pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan block rotor test

17
Saat pengujian ini berlangsung s = 1 dan tahanan rotor R2/s = R2.

Karena nilai R2 dan X2 begitu kecil, maka arus input akan seluruhnya

mengalir melalui tahanan dan reaktansi tersebut. Oleh karena itu, kondisi

sirkit pada saat ini terlihat seperti kombinasi seri X1, R1, X2, dan R2.

Sesudah tegangan dan frekuensi diatur, arus yang mengalir pada motor

diatur dengan cepat, sehingga tidak timbul kenaikan temperatur pada rotor

dengan cepat. Daya input yang diberikan kepada motor adalah :

𝑃𝑖𝑛 = 4.25𝑉𝑇 𝐼𝐿 (2.18)

Dimana :

VT = tegangan line pada saat pengujian berlansung

IL= arus line pada saat pengujian berlangsung

𝑉𝑇
𝑍𝐵𝑅 = (2.19)
4.25𝐼𝐿

Dimana :

ZBR = impedansi hubung singkat

𝑍𝐵𝑅 = 𝑅𝐵𝑅 + 𝑗𝑋𝐵𝑅 = 𝑍𝐵𝑅 cos 𝜃 + 𝑗𝑍𝐵𝑅 sin 𝜃 (2.20)

Tahanan block rotor :

𝑅𝐵𝑅 = 𝑅1 + 𝑅2 (2.21)

Sedangkan reaktansi block rotor X’BR = X1’ + X2’

X1’ + X2’ adalah reaktansi stator dan rotor pada frekuensi pengujian

𝑅2 = 𝑅𝐵𝑅 − 𝑅1 (2.22)

Nilai dari R1 ditentukan dari test DC. Karena reaktansi berbanding

langsung dengan frekuensi, maka reaktansi ekivalen total ( XBR ) pada saat

18
frekuensi operasi normal

𝑓𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 ′
𝑋𝐵𝑅 = 𝑥 𝑋𝐵𝑅 = 𝑋1 (2.23)
𝑓𝑡𝑒𝑠𝑡

2.7 Aliran Daya Pada Motor Induksi Lima Phasa

Daya listrik disuplai ke stator motor induksi diubah menjadi daya

mekanik pada poros motor. Berbagai rugi-rugi yang timbul selama proses

konversi energi listrik antara lain:

1. Rugi-rugi tetap (fixed losses), terdiri dari:

a. Rugi-rugi inti stator

b. Rugi-rugi gesek dan angin

2. Rugi-rugi variabel, terdiri dari:

a. Rugi-rugi tembaga stator (PSCL)

PSCL= 5I12R1

(2.24)

b. Rugi-rugi tembaga rotor (PRCL)

Apabila rugi–rugi tembaga dan rugi–rugi inti dikurangi dengan

daya input motor, maka akan diperoleh besarnya nilai daya celah udara

(PAG). Daya celah udara ini dapat juga disebut sebagai daya output stator

(POS) atau daya input rotor.

Daya pada celah udara (PAG) dapat dirumuskan dengan :

PAG= Pin - PSCL – PC

(2.25)

19
Sementara itu, daya mekanik yang dibangkitkan pada motor

induksi merupakan selisih dari daya pada celah udara dikurangi dengan

rugi inti stator dan rugi gesek dan angin.

Rumus daya input pada motor induksi lima phasa tersebut antara lain:

P = 5 VPh IPh cosØ (2.26)

P = 4.25 VL IL cos Ø (2.27)

Perbandingan antara daya tiga phasa dengan daya lima phasa adalah
sebagai berikut:

P3Ø = √3 VL IL Cos Ø
(2.28)

P5Ø = 4.255 VL IL Cos Ø

4.255
Perbandingan lima phasa dengan tiga phasa = = 2.46
1.73

Maka, Daya lima phasa lebih besar 2.46 kali daya tiga phasa.

20
Diagram aliran daya motor induksi lima phasa dapat dilihat pada gambar
2.4 dibawah ini.

Gambar 2.8 Aliran daya motor induksi lima phasa

Dimana :

 PSCL = Rugi-rugi tembaga pada belitan stator (Watt)


 PC = Rugi-rugi inti pada stator (Watt)
 PAG = Daya yang ditransfer melalui celah udara (Watt)
 PRCL = Rugi-rugi tembaga pada kumparan rotor (Watt)
 PF+W = Rugi-rugi gesek + angin (Watt)
 PCONV = Daya mekanis keluaran = Daya output kotor
(Watt)

2.8 Torsi Motor Induksi

Kita tahu bahwa Torsi merupakan gaya yang digunakan untuk memikul

beban.

Dari diagram aliran daya motor induksi lima phasa sebelumnya dapat diturunkan

suatu rumusan umum untuk torsi motor induksi sebagai fungsi dari kecepatan.

Torsi motor induksi diberikan persamaan sebagai berikut :

𝑃𝑜𝑢𝑡 9,55.𝑃𝑜𝑢𝑡
T = atau T =
𝜔𝑟 𝑛𝑟

(2.29)

21
2п.𝑛𝑟
𝜔𝑟 =
60

Dimana ; T = torsi (N.m)

Pout = daya output (Watt)

nr = putaran rotor (rpm)

Persamaan yang terakhir diatas sangat berguna, karena kecepatan sinkron

selalu bernilai konstan untuk tiap-tiap frekuensi dan jumlah kutup yang diberikan

motor. Karena kecepatan sinkron selalu tetap, maka daya pada celah udara akan

menentukan besar torsi induksi pada motor.

Gambar kurva torsi kecepatan (slip) pada motor induksi ditunjukkan pada

gambar 2.9

Gambar 2.9 Karateristik torsi – slip pada motor induksi

Dari kurva karateristik torsi motor induksi diatas dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Torsi motor induksi akan bernilai nol pada saat kecepatan sinkron.

2. Kurva torsi – kecepatan mendekati linear diantara beban nol dan beban

22
penuh. Dalam daerah ini, tahanan rotor jauh lebih besar dari reaktansi

rotor, oleh karena itu arus rotor,medan magnet rotor, dan torsi induksi

meningkat secara linear dengan peningkatan slip.

3. Akan terdapat torsi maksimum yang tak mungkin akan dapat dilampaui.

Torsi ini disebut juga pull – out torque atau break down tourque, yang

besarnya 2 -3 kali torsi beban penuh dari motor.

4. Torsi start pada motor sedikit lebih besar dari pada torsi beban penuhnya,

oleh karena itu motor ini akan start dengan suatu beban tertentu yang dapat

disupplai pada daya penuh.

5. Torsi pada motor akan memberikan harga slip yang bervariasi sebagai

harga kuadrat dari tegangan yang diberikan. Hal ini sangat penting dalam

membentuk pengaturan kecepatan dari motor.

6. Jika rotor motor induksi digerakkan lebih cepat dari kecepatan sinkron,

kemudian arah dari torsi induksi didalam mesin menjadi terbalik dan

mesin akan bekerja sebagai generator, yang mengkonversikan daya

mekanik menjadi daya elektrik.

7. Jika motor induksi bergerak mundur relatif dari arah medan magnet, torsi

induksi mesin akan menghentikan mesin dengan sangat cepat dan akan

mencoba untuk berputar pada arah yang lain. Karena pembalikan arah

medan putar merupakan suatu aksi penyaklaran dua buah phasa stator,

maka cara seperti ini dapat digunakan sebagai suatu cara yang sangat cepat

untuk menghentikan motor induksi. Cara menghentikan motor seperti ini

disebut juga dengan pluging.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada Laboratorium Pusat Pengembangan

dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Medan

Bidang Bangunan dan Listrik Departemen Teknik Listrik. Penelitian

dilaksanakan setelah selesai seminar proposal disetujui. Lama penelitian

dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, mulai tanggal 14 s.d 16 November 2016.

3.2 Bahan dan Peralatan

1. Motor induksi lima phasa

Tipe : rotor sangkar

Spesifikasi :

- Tegangan nominal (VL-L) : 250 V

- Arus nominal : 4,6 A

- 2,5 HP

- cos φ : 0,8

- Frekuensi 50 Hz

- Jumlah kutub : 4

- Kelas Isolasi : B

2. Motor Servo

3. Amperemeter

4. Voltmeter

24
5. Power Suplai ( AC dan DC )

6. Variable Speed Drive (VSD)

Spesifikasi:

- Altivar 71

- 200/240 V, 5.5 kw

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, diambil data yang dibutuhkankan

terlebih dahulu. Data yang dibutuhkan tersebut kemudian dianalisa dan

dihitung sesuai dengan rumus yang berkaitan. Kemudian hasil yang

didapat disajikan dalam bentuk tabel dan kurva.

3.4 Variable yang Diamati

Variable – variable yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

- Frekuensi

- Torsi Beban

- Tegangan

- Arus

- Faktor Daya

- Kecepatan Motor

25
3.5 Prosedur Penelitian

Berdasarkan diagram alur flowchart, teknik perhitungan dan

pengolahan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Mulai

Merangkai rangkaian percobaan

Merangkai rangkaian percobaan motor Merangkai rangkaian percobaan motor


disuplai jala-jala disuplai inverter VSD

Atur nilai frekuensi


inverter
Tidak

Apakah
frekuensi tepat?

Ya

Atur nilai torsi beban


Tidak

Apakah torsi
beban sesuai?

Ya

Menjalankan percobaan

Mencatat data hasil


percobaan

Melakukan analisa data

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

26
1) Rangkai rangkaian percobaan dengan suplai dari jala-jala.

2) Jalankan motor induksi lima phasa dengan menekan tombol START

sesuai dengan tegangan nominal motor dalam keadaan tegangan

seimbang dengan suplai dari jala-jala.

3) Bebani motor induksi lima phasa dengan dikopel dengan sebuah

generator DC, kemudian generator DC tersebut dibebani dengan beban

resistif sebesar 0.5 Nm.

4) Ukur nilai tegangan, arus, faktor daya, dan kecepatan putaran motor

induksi lima phasa ketika motor dalam keadaan steady state.

5) Catat hasil yang diukur.

6) Lakukan langkah 4 dan 5 untuk setiap perubahan beban 1 Nm, 1.5 Nm, 2

Nm, 2.5 Nm.

7) Tekan tombol STOP hingga motor berhenti berputar

8) Rangkai rangkaian percobaan dengan suplai dari Inverter Variabel Speed

Drive (VSD).

9) Jalankan motor induksi lima phasa dengan menekan tombol START

sesuai dengan tegangan nominal motor dalam keadaan tegangan

seimbang dengan suplai dari Inverter Variabel Speed Drive (VSD).

10) Atur nilai frekuensi pada Inverter Variabel Speed Drive (VSD) sebesar

35 Hz

11) Bebani motor induksi lima phasa dengan dikopel dengan sebuah

generator DC, kemudian generator DC tersebut dibebani dengan beban

resistif sebesar 0.5 Nm.

27
12) Ukur nilai tegangan, arus, faktor daya, dan kecepatan putaran motor

induksi lima phasa pada frekuensi 35 Hz.

13) Catat hasil yang diukur.

14) Lakukan langkah 10 dan 11 untuk setiap perubahan beban 1 Nm, 1.5

Nm.

15) Lakukan langkah 10 sampai 14 untuk setiap perubahan frekuensi 40 Hz,

45 Hz, 50Hz.

16) Tekan tombol STOP hingga motor berhenti berputar.

17) Percobaan Selesai.

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Untuk dapat melihat pengaruh penurunan frekuensi terhadap kinerja motor

induksi lima phasa, maka diperlukan suatu percobaan pembebanan pada motor

induksi yang bekerja dalam keadaan frekuensi normal dan juga dalam keadaan

penurunan frekuensi, sehingga diperoleh suatu perbandingan yang dapat

menyatakan perbedaan diantara setiap keadaan tersebut.

Pada percobaan ini, pengaruh penurunan frekuensi akan dilihat pada motor

induksi lima phasa rotor sangkar.

4.2. Percobaan Beban Nol

4.2.1. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Beban Nol Motor Induksi Lima Phasa

29
4.2.2. Prosedur Percobaan

1. Rangkai percobaan seperti pada gambar 4.1

2. Tutup saklar S1.

3. Naikkan tegangan autotrafo AC (PTAC) yang akan disuplai motor

induksi sampai mencapai 380 volt.

4. Atur nilai torsi beban sebesar 0 N.m.

5. Mencatat arus beban nol (I0), tegangan input (V0), Cosφo, putaran

motor (rpm) dan daya input (Pin).

6. Turunkan autotrafo AC (PTAC) hingga motor berhenti.

7. Lepaskan saklar S1

8. Percobaan selesai

4.2.3. Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Uji Beban Nol

V0 (Volt) I0 (Ampere) Cosφo nr (rpm)

250 3,75 0,63 1452

4.2.4. Analisa Data Hasil Percobaan

Dalam menganalisis data percobaan beban nol digunakan persamaan

berikut:

Pin
Cosφo =
4,25.𝑉𝑜.𝐼𝑜

Vo
Rm =
𝐼𝑜.𝐶𝑜𝑠𝜑𝑜

30
Vo
Xm =
𝐼𝑜.𝐶𝑜𝑠𝜑𝑜

Maka dapat dihitung

250
Rm = ; Rm = 104,16Ω
0.63 𝑥 3,75

250
Xm = ; Xm = 86,21Ω
0.77 𝑥 3,75

Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Percobaan Uji Beban Nol

Vo (Volt) Io (Ampere) Pin (Watt) Rm (Ω) Xm (Ω)

250 3,75 2510,16 104,16 86,21

Perhitungan secara teori tahanan total belitan pada stator (Rs) adalah

sebagai berikut:

1 phasa = 6 gulungan

1 gulungan = 90 belitan

1 phasa = 6 x 90 = 540 belitan

Maka, untuk lima (5) phasa = 540 x 5 = 2.700 belitan

1 buah belitan ( L ) = 41,5 cm = 0,415 m

Maka, total panjang belitan ( L total ) = 0,415 x 2700 = 1120,5 m

Rumus umum mencari nilai tahanan :

31
Rs = (ρ.L)/A , Dimana:

ρ = 1,68 x 10-8 Ώ.m

d = 0,6 mm

r = 0,3 mm

A = 𝜋𝑟 2= 3,14 x (0,3)2 mm2

A = 0,2826 mm2

Maka :

Rs = (1,68 x 10-8 Ώ.m x 1120,5 m)/ 0,2826.10-6 m2 = 66,61 Ω

Jadi, total tahanan belitan pada stator (Rs) adalah 66,61 Ω

PoSCL = (I1)2.Rs

=(3,75)2 x 66,61

= 926,7Watt

32
4.3. Percobaan Motor Induksi 5 phasa Disupplai Dari Jala-jala

4.3.1. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.2 Rangkaian Percobaan Motor Induksi 5 phasa disupplai dari jala-jala

4.3.2. Prosedur Percobaan

1. Rangkai percobaan seperti pada gambar

2. Tutup saklar S1.

3. Naikkan tegangan autotrafo AC (PTAC) yang akan disuplai ke motor

induksi sampai mencapai 380 volt.

4. Atur nilai torsi beban sebesar 0,5 N.m.

5. Mencatat arus (I), tegangan input (V), Cosφo, dan putaran motor

(rpm). Langkah ke-4 dilakukan untuk torsi beban sebesar 1 N.m, 1,5

N.m, 2 N.m dan 2,5 N.m.

6. Turunkan autotrafo AC (PTAC) hingga motor berhenti.

33
7. Lepaskan saklar S1.

8. Percobaan selesai.

4.3.3. Data Hasil Percobaan

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan Motor Induksi 5 phasa disupplai dari jala-jala

Tload (N.m) V (volt) I (ampere) Cosφ nr (rpm)

0,5 250 4 0,66 1438

1 250 4,1 0.68 1426

1,5 250 4,2 0,68 1414

2 250 4,3 0,7 1397

2,5 250 4,5 0,72 1374

4.3.4. Analisa Data Hasil Percobaan

Pada bab ini, dihitung rugi-rugi serta efisiensi motor induksi pada saat

motor disuplai dari jala-jala.Analisa data ini bertujuan untuk mendapatkan nilai

perbandingan rugi-rugi dan efesiensi motor saat disuplai dari jala-jala dan disuplai

dari inverter variable speed drive. Untuk itu penulis mengambil contoh

perhitungan pada beban 0.5 Nm pada frekuensi jala-jala 50 Hz.

Dari percobaan untuk beban 0.5 Nm pada frekuensi Jala-jala 50 Hz,

diperoleh data sebagai berikut:

34
V = 250 volt

I = 4 Ampere

Cos θ = 0.66

nr = 1438 Rpm

R stator = 66.61 Ω

Kutub (p) = 4

1. Kecepatan medan putar stator (ns)

120f 120 × 50
ns = = = 1500 Rpm
p 4

2. Slip

ns − nr 1500 − 1438
S= = = 0.0413
ns 1500

3. Daya masuk pada motor (PIn)

PIn = 4.25 × V × I × cos θ = 4.25 × 250 × 4 × 0.66

= 2805 Watt

4. Rugi daya inti pada saat tanpa beban (P0)

Pnl = 4.25 V.I. Cosφ = 4.25 × 250 × 3.75 × 0.63 = 2510.16

PoSCL = 𝐼 2 𝑅𝑠 = (3,75)2 x 66,61 = 926.7

P0 = Pnl – PoSCL = 2510,16 – 926,7

35
= 1573,46 Watt

dimana: Pnl = daya masuk pada saat beban nol

PoSCL = rugi daya pada belitan stator ketika beban nol

5. Rugi daya lilitan stator (PrCu 1)

Pr Cu 1 = (I)2 × R = (4)2 × 66.61 = 1065.76Watt

6. Daya keluar stator (PoS) = Daya masuk ke rotor (Pin R)

PoS = Pin R = PIn − (P0 + Pr Cu 1 )

= 2805 − (1573.46 + 1065.76)

= 165.78 Watt

7. Daya keluar motor (POut)

POut = (1 − slip) × PinR = (1 − 0.0413) × 165.78

= 158.93 Watt

8. Rugi yang disebabkan oleh gesekan dan angin

Pt = 2% x Pin = 0,02 x 2805 = 56,1 watt

9. Daya keluaran (bersih)

Pout = PCONV – Pt

= 158,93 – 56,1

= 102,83 watt

36
10. Efisiensi motor induksi (η)

Pout 102.83
η= × 100 % = × 100%
Pin 2805

= 3.6 %

Selanjutnya hasil analisa data dapat dibuat dalam tabel sebagai berikut:

Tload (N.m) V I Cos φ nr Slip Pin Pout 𝜂


(volt) (ampere) (rpm) (watt) (watt) (%)

0 250 3.75 0.63 1452 0.032 2510.16 - -

0,5 250 4 0,66 1438 0.0413 2805 102,83 3,6

1 250 4,1 0,68 1426 0.0493 2962,25 196,565 6,6

1,5 250 4,2 0,68 1414 0.0573 3034,5 208,96 6,8

2 250 4,3 0,70 1397 0.0686 3198,125 302,12 9,45

2,5 250 4,5 0,72 1374 0.084 3442,5 407,644 11,84

Tabel 4.4 Hasil Analisis Motor Induksi 5 phasa disupplai dari jala-jala

Untuk mempermudah dalam memahami dan melakukan analisa data hasil

perhitungan, maka hasil perhitungan ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

37
Hubungan Pembebanan dengan
Kecepatan
1460
1452
1440 1438
1426
Kecepatan (rpm)

1420
1414
1400 1397
1380 Hubungan Pembebanan
1374
1360 dengan Kecepatan
1340
1320
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Beban (Nm)

Gambar 4.3 Grafik beban vs kecepatan motor induksi disuplai dari jala-jala

(50 Hz)

Hubungan Pembebanan dengan Effisiensi


14

12 11.84
10
9.45
Effisiensi (%)

8
6.6 6.8
6 Hubungan Pembebanan
dengan Effisiensi
4 3.6
2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Beban (Nm)

Gambar 4.4 Grafik beban vs efisiensi motor induksi disuplai dari jala-jala

(50 Hz)

38
4.4. Percobaan Motor Induksi 5 phasa Disupplai Dari Inverter Variabel

Speed Drive (VSD)

4.4.1. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.5 Rangkaian Percobaan Motor Induksi 5 phasa disupplai dari inverter

variable speed drive

4.4.2. Prosedur Percobaan

1. Rangkai percobaan seperti pada gambar

2. Tutup saklar S1.

3. Naikkan tegangan autotrafo AC (PTAC) yang akan disuplai ke motor

induksi sampai mencapai 380 volt.

4. Atur nilai torsi beban sebesar 0,5 N.m.

5. Diatur frekuensi keluaran inverter variable speed drive dengan

memutar selector pada Inverter variable speed drive. Dalam

percobaan ini frekuensi yang dipilih adalah 35, 40, 45, 50 Hz.

39
6. Diatur frekuensi inverter variable speed drive pada frekuensi 35 Hz,

ditekan tombol RUN pada inverter variable speed drive untuk

menjalankan motor. Stopwatch dihidupkan untuk mengetahui waktu

operasi motor.

7. Mencatat arus (I), tegangan input (V), Cosφo, dan putaran motor

(rpm). Langkah ke-4 dilakukan untuk torsi beban sebesar 1 N.m dan

1,5 N.m. Turunkan autotrafo AC (PTAC) hingga motor berhenti.

8. Lepaskan saklar S1.

9. Dilakukan percobaan kembali untuk nilai frekuensi pada inverter

variable speed drive 40, 45 dan 50 Hz.

10. Percobaan selesai.

4.4.3. Data Hasil Percobaan

1. Data hasil pengujian motor induksi 5 phasa disuplai dari Inverter Variable

Speed Drive (VSD) untuk frekuensi 35 Hz

Tload (N.m) V (volt) I (ampere) Cosφ nr (rpm)

0 192 2.7 0.58 990

0,5 192 2,9 0,62 970

1,0 192 3 0.63 926

1,5 192 3.1 0,64 865

Tabel 4.5. Data hasil pengujian motor induksi disuplai dari Inverter Variable

Speed Drive (VSD) untuk frekuensi 35 Hz

40
2. Data hasil pengujian motor induksi 5 phasa disuplai dari Inverter Variable

Speed Drive (VSD) untuk frekuensi 40 Hz

Tload (N.m) V (volt) I (ampere) Cosφ nr (rpm)

0 200 2.75 0.6 1106

0,5 200 3 0,63 1076

1,0 200 3,1 0.64 1021

1,5 200 3,2 0,65 994

Tabel 4.6. Data hasil pengujian motor induksi disuplai dari Inverter Variable

Speed Drive (VSD) untuk frekuensi 40 Hz

3. Data hasil pengujian motor induksi 5 phasa disuplai dari Inverter

Variable Speed Drive (VSD) untuk frekuensi 45 Hz

Tload (N.m) V (volt) I (ampere) Cosφ nr (rpm)

0 209 2.8 0.61 1245

0,5 209 3,1 0,64 1224

1,0 209 3,2 0.65 1186

1,5 209 3,3 0,66 1135

Tabel 4.7. Data hasil pengujian motor induksi disuplai dari Inverter Variable

Speed Drive (VSD) untuk frekuensi 45 Hz

41
4. Data hasil pengujian motor induksi 5 phasa disuplai dari Inverter Variable

Speed Drive (VSD) untuk frekuensi 50 Hz

Tload (N.m) V (volt) I (ampere) Cosφ nr (rpm)

0 220 2.95 0.62 1395

0,5 220 3,2 0,65 1378

1,0 220 3,25 0.66 1326

1,5 220 3,4 0,67 1210

Tabel 4.8. Data hasil pengujian motor induksi disuplai dari Inverter Variable

Speed Drive (VSD) untuk frekuensi 50 Hz

4.4.4. Analisa Data Hasil Percobaan

1. Frekuensi 35 Hz

Dari percobaan, saat motor disuplai dari inverter variable speed drive

dengan frekuensi 35 Hz dan diberi beban sebesar 0.5 Nm, diperoleh data sebagai

berikut:

V = 174 volt I = 2.9 Ampere

Cos θ = 0.62 nr = 970 rpm

R stator = 66.61 Ω Kutub (p) = 4

1. Kecepatan medan putar stator (ns)

120f 120 × 35
ns = = = 1050 Rpm
p 4

42
2. Slip

ns − nr 1050 − 970
S= = = 0.353
ns 1050

3. Daya masuk pada motor (PIn)

PIn = 4.25 × V × I × cos θ = 4.25 × 174 × 2.9 × 0.62

= 1329,62 Watt

4. Rugi daya inti pada saat tanpa beban (P0)

Pnl = 4.25 V.I. Cosφ = 4.25 × 174 × 2.7 × 0.58 = 1158,05

PoSCL = 𝐼 2 𝑅𝑠 = (2.7)2 x 66,61 = 485.58

P0 = Pnl – PoSCL = 1158,05 – 485.58

= 672,47 Watt

dimana: Pnl = daya masuk pada saat beban nol

PoSCL = rugi daya pada belitan stator ketika beban nol

5. Rugi daya lilitan stator (PrCu 1)

Pr Cu 1 = (I)2 × R = (2.9)2 × 66.61 = 560.19 Watt

6. Daya keluar stator (PoS) = Daya masuk ke rotor (Pin R)

PoS = Pin R = PIn − (P0 + Pr Cu 1 )

= 1329,62 − (672,47 + 560.19)

43
= 96,96

8. Daya keluar motor (POut)

POut = (1 − slip) × PinR = (1 − 0.353) × 96,96

= 62,73 Watt

9. Rugi yang disebabkan oleh gesekan dan angin

Pt = 2% x Pin = 0,02 x 1329,62 = 26,59 watt

10. Daya keluaran (bersih)

Pout = POUT – Pt

= 62,73 – 26,59

= 36,14 watt

11. Efisiensi motor induksi (η)

Pout
η= × 100 %
Pin

36,14
= × 100%
1329,62

= 2,71 %

Dengan cara perhitungan yang sama akan diperoleh rugi-rugi total motor

dan efisiensi motor untuk beban 1Nm, 1.5 Nm pada frekuensi 35 Hz. Adapun

hasil perhitungan yang dilakukan disusun dalam tabel 4.9 sebagai berikut:

44
Tload V I Cos φ nr Slip Pin Pout 𝜂

(N.m) (volt) (ampere) (rpm) (watt) (watt) (%)

0 174 2.7 0.58 990 0.34 1158,05 - -

0,5 174 2.9 0,62 970 0.353 1329,62 36,14 2,71

1 174 3 0.63 926 0.382 1397,65 49,72 3,55

1,5 174 3.1 0,64 865 0.423 1467,16 59,84 4,07

Tabel 4.9 Data hasil analisis motor induksi 5 phasa disuplai dari inverter variable

speed drive (frekuensi 35 Hz)

Untuk mempermudah dalam memahami dan melakukan analisa data hasil

perhitungan, maka hasil perhitungan ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

Hubungan Pembebanan dengan


Kecepatan
1000 990
Kecepatan (rpm)

970
950
926
900
850 865 Hubungan Pembebanan
800 dengan Kecepatan
0 0.5 1 1.5
Beban (Nm)

Gambar 4.6 Grafik beban vs kecepatan motor induksi disuplai dari inverter

variable speed drive (35 Hz)

45
Hubungan Pembebanan dengan Effisiensi
5
4 4.07
Effisiensi (%)

3.55
3
2.71
2 Hubungan Pembebanan
1 dengan Effisiensi

0
0 0.5 1 1.5
Beban (Nm)

Gambar 4.7 Grafik beban vs efisiensi motor induksi disuplai dari inverter

variable speed drive (35 Hz)

2. Frekuensi 40 Hz

Dari percobaan, saat motor disuplai dari inverter variable speed drive

dengan frekuensi 40 Hz dan diberi beban sebesar 0.5 Nm, diperoleh data sebagai

berikut:

V = 200 volt I = 3 Ampere

Cos θ = 0.63 nr = 1076 rpm

R stator = 66.61 Ω Kutub (p) = 4

1. Kecepatan medan putar stator (ns)

120f 120 × 40
ns = = = 1200 Rpm
p 4

46
2. Slip

ns − nr 1200 − 1076
S= = = 0.282
ns 1200

3. Daya masuk pada motor (PIn)

PIn = 4.25 × V × I × cos θ = 4.25 × 200 × 3 × 0.63

= 1606,5 Watt

4. Rugi daya inti pada saat tanpa beban (P0)

Pnl = 4.25 V.I. Cosφ = 4.25 × 200 × 2.75 × 0.6 = 1402,5

PoSCL = 𝐼 2 𝑅𝑠 = (2.75)2 x 66,61 = 503.73

P0 = Pnl – PoSCL = 1402,5 – 503.73

= 898,77 Watt

dimana: Pnl = daya masuk pada saat beban nol

PoSCL = rugi daya pada belitan stator ketika beban nol

5. Rugi daya lilitan stator (PrCu 1)

Pr Cu 1 = (I)2 × R = (3)2 × 66.61 = 599.49 Watt

6. Daya keluar stator (PoS) = Daya masuk ke rotor (Pin R)

PoS = Pin R = PIn − (P0 + Pr Cu 1 )

= 1606,5 − (898,77 + 599.49 )

= 108,24 Watt

47
7. Daya keluar motor (POut)

POut = (1 − slip) × PinR = (1 − 0.282) × 108,24

= 77,71 Watt

8. Rugi yang disebabkan oleh gesekan dan angin

Pt = 2% x Pin = 0,02 x 1606,5 = 32,12 watt

9. Daya keluaran (bersih)

Pout = POUT – Pt

= 77,71 – 32.12

= 45,59 watt

10. Efisiensi motor induksi (η)

Pout
η= × 100 %
Pin

45,59
= × 100%
1606,5

= 2,83 %

Dengan cara perhitungan yang sama akan diperoleh rugi-rugi total motor

dan efisiensi motor untuk beban 1 Nm, 1.5 Nm pada frekuensi 40 Hz. Adapun

hasil perhitungan yang dilakukan disusun dalam tabel 4.10 sebagai berikut:

48
Tload V I Cos φ nr Slip Pin Pout 𝜂

(N.m) (volt) (ampere) (rpm) (watt) (watt) (%)

0 200 2.75 0.6 1106 0.262 1402,5 - -

0,5 200 3 0,63 1076 0.282 1606,5 45,59 2,83

1 200 3,1 0.64 1021 0.319 1686,4 66,73 3,95

1,5 200 3,2 0,65 994 0.337 1768 88,72 5,01

Tabel 4.10 Data hasil analisis motor induksi 5 phasa disuplai dari inverter

variable speed drive (frekuensi 40 Hz)

Untuk mempermudah dalam memahami dan melakukan analisa data hasil

perhitungan, maka hasil perhitungan ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

Hubungan Pembebanan dengan


Kecepatan
1150
Kecepatan (rpm)

1100 1106
1076
1050
1021
1000 994 Hubungan Pembebanan
950 dengan Kecepatan
900
0 0.5 1 1.5
Beban (Nm)

Gambar 4.8 Grafik beban vs kecepatan motor induksi disuplai dari inverter

variable speed drive (40 Hz)

49
Hubungan Pembebanan dengan Effisiensi
6

5 5.01

4 3.95
Effisiensi (%)

3 2.83
Hubungan Pembebanan
2 dengan Effisiensi

0
0 0.5 1 1.5
Beban (Nm)

Gambar 4.9 Grafik beban vs efisiensi motor induksi disuplai dari inverter

variable speed drive(40 Hz)

3. Frekuensi 45 Hz

Dari percobaan, saat motor disuplai dari inverter variable speed drive

dengan frekuensi 45 Hz dan diberi beban sebesar 0.5 Nm, diperoleh data sebagai

berikut:

V = 209 volt I = 3.1 Ampere

Cos θ = 0.64 nr = 1224 rpm

R stator = 66.61 Ω Kutub (p) = 4

1. Kecepatan medan putar stator (ns)

120f 120 × 45
ns = = = 1350 Rpm
p 4

50
2. Slip

ns − nr 1350 − 1224
S= = = 0.184
ns 1350

3. Daya masuk pada motor (PIn)

PIn = 4.25 × V × I × cos θ = 4.25 × 209 × 3.1 × 0.64

= 1762,28 Watt

4. Rugi daya inti pada saat tanpa beban (P0)

Pnl = 4.25 V.I. Cosφ = 4.25 × 209 × 2.8 × 0.61 = 1517,13

PoSCL = 𝐼 2 𝑅𝑠 = (2.8)2 x 66,61 = 522.22

P0 = Pnl – PoSCL = 1517,13– 522.22

= 994,91 Watt

dimana: Pnl = daya masuk pada saat beban nol

PoSCL = rugi daya pada belitan stator ketika beban nol

5. Rugi daya lilitan stator (PrCu 1)

Pr Cu 1 = (I)2 × R = (3.1)2 × 66.61 = 640.12Watt

6. Daya keluar stator (PoS) = Daya masuk ke rotor (Pin R)

PoS = Pin R = PIn − (P0 + Pr Cu 1 )

= 1762,28 − (994,91 + 640.12 )

= 127,25 Watt

51
7. Daya keluar motor (POut)

POut = (1 − slip) × PinR = (1 − 0.184) × 127,25

= 103,83 Watt

8. Rugi yang disebabkan oleh gesekan dan angin

Pt = 2% x Pin = 0,02 x 1762,28 = 35,24 watt

9. Daya keluaran (bersih)

Pout = POUT – Pt

= 103,83 – 35,24

= 65,29 watt

10. Efisiensi motor induksi (η)

Pout
η= × 100 %
Pin

65,29
= × 100%
1762,28

= 3,89 %

Dengan cara perhitungan yang sama akan diperoleh rugi-rugi total motor

dan efisiensi motor untuk beban 1 Nm, 1.5 Nm pada frekuensi 45 Hz. Adapun

hasil perhitungan yang dilakukan disusun dalam tabel 4.11 sebagai berikut:

52
Tload V I (ampere) Cos φ nr Slip Pin Pout 𝜂

(N.m) (volt) (rpm) (watt) (watt) (%)

0 209 2.8 0.61 1245 0.17 1517,13 - -

0,5 209 3,1 0,64 1224 0.184 1762,28 68,59 3,89

1 209 3,2 0.65 1186 0.209 1847,56 97,97 5,3

1,5 209 3,3 0,66 1135 0.243 1934,6 123,54 6,38

Tabel 4.11 Data hasil analisis motor induksi 5 phasa disuplai dari inverter

variable speed drive (frekuensi 45 Hz)

Untuk mempermudah dalam memahami dan melakukan analisa data hasil

perhitungan, maka hasil perhitungan ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

Hubungan Pembebanan dengan


Kecepatan
1300
Kecepatan (rpm)

1250 1245
1224
1200 1186
1150 1135 Hubungan Pembebanan
1100 dengan Kecepatan
1050
0 0.5 1 1.5
Beban (Nm)

Gambar 4.10 Grafik beban vs kecepatan motor induksi disuplai dari inverter

variable speed drive (45 Hz)

53
Hubungan Pembebanan dengan Effisiensi
7
6.38
6
5.3
5
Effisiensi (%)

4 3.89
3 Hubungan Pembebanan
dengan Effisiensi
2

0
0 0.5 1 1.5
Beban (Nm)

Gambar 4.11 Grafik beban vs efisiensi motor induksi disuplai dari inverter

variable speed drive(45 Hz)

4. Frekuensi 50 Hz

Dari percobaan, saat motor disuplai dari inverter variable speed drive

dengan frekuensi 50 Hz dan diberi beban sebesar 0.5 Nm, diperoleh data sebagai

berikut:

V = 220 volt I = 3.2 Ampere

Cos θ = 0.65 nr = 1378 rpm

R stator = 66.61 Ω Kutub (p) = 4

1. Kecepatan medan putar stator (ns)

120f 120 × 50
ns = = = 1500 Rpm
p 4

54
2. Slip

ns − nr 1500 − 1378
S= = = 0.081
ns 1500

3. Daya masuk pada motor (PIn)

PIn = 4.25 × V × I × cos θ = 4.25 × 220 × 3.2 × 0.65

= 1944,8 Watt

4. Rugi daya inti pada saat tanpa beban (P0)

Pnl = 4.25 V.I. Cosφ = 4.25 × 220 × 2.95 × 0.62 = 1710,11

PoSCL = 𝐼 2 𝑅𝑠 = (2.95)2 x 66,61 = 579.67

P0 = Pnl – PoSCL = 1710,11– 579.67

= 1130,44 Watt

dimana: Pnl = daya masuk pada saat beban nol

PoSCL = rugi daya pada belitan stator ketika beban nol

5. Rugi daya lilitan stator (PrCu 1)

Pr Cu 1 = (I)2 × R = (3.2)2 × 66.61 = 682.08 Watt

6. Daya keluar stator (PoS) = Daya masuk ke rotor (Pin R)

PoS = Pin R = PIn − (P0 + Pr Cu 1 )

= 1944,8 − (1130,44 + 682.08 )

= 132,28 Watt

55
7. Daya keluar motor (POut)

POut = (1 − slip) × PinR = (1 − 0.081) × 132,28

= 121,56 Watt

8. Rugi yang disebabkan oleh gesekan dan angin

Pt = 2% x Pin = 0,02 x 1944,8 = 38,89 watt

9. Daya keluaran (bersih)

Pout = POUT – Pt

= 121,56 – 38,89

= 82,67 watt

10. Efisiensi motor induksi (η)

Pout
η= × 100 %
Pin

82,67
= × 100%
1944,8

= 4,25 %

Dengan cara perhitungan yang sama akan diperoleh rugi-rugi total motor

dan efisiensi motor untuk beban 1 Nm, 1.5 Nm pada frekuensi 50 Hz. Adapun

hasil perhitungan yang dilakukan disusun dalam tabel 4.12 sebagai berikut:

56
Tload V I Cos φ nr Slip Pin Pout 𝜂

(N.m) (volt) (ampere) (rpm) (watt) (watt) (%)

0 220 2.95 0.62 1395 0.07 1710,11 - -

0,5 220 3,2 0,65 1378 0.081 1944,8 82,67 4,25

1 220 3,25 0.66 1326 0.116 2005,57 111,55 5,56

1,5 220 3,4 0,67 1210 0.193 2129,93 142,6 6,69

Tabel 4.12 Data hasil analisis motor induksi 5 phasa disuplai dari inverter

variable speed drive (frekuensi 50 Hz)

Untuk mempermudah dalam memahami dan melakukan analisa data hasil

perhitungan, maka hasil perhitungan ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

Hubungan Pembebanan dengan


Kecepatan
1450

1400 1395
1378
1350
Kecepatan (rpm)

1326
1300

1250 Hubungan Pembebanan


1210 dengan Kecepatan
1200

1150

1100
0 0.5 1 1.5
Beban (Nm)

Gambar 4.12 Grafik beban vs kecepatan motor induksi disuplai dari inverter

variable speed drive (50 Hz)

57
Hubungan Pembebanan dengan Effisiensi
8
7
6.69
6
5.56
Effisiensi (%)

5
4 4.25
Hubungan Pembebanan
3
dengan Effisiensi
2
1
0
0 0.5 1 1.5
Beban (Nm)

Gambar 4.13 Grafik beban vs efisiensi motor induksi disuplai dari inverter

variable speed drive (50 Hz)

Hubungan Pembebanan dengan


Kecepatan
1600
1400 1452
1395 1438 1426 1414 1397
1378 1326 1374
1200 1245 1224 1210
Kecepatan (rpm)

1186 1135
1106 1076 50 Hz (jala-jala)
1000 990 970 1021 994
926 865
800 35 Hz (inverter)
600 40 Hz (inverter)
400
45 Hz (inverter)
200
50 Hz (inverter)
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Beban (Nm)

Gambar 4.14 Grafik beban vs kecepatan motor induksi disuplai dari jala-jala dan

inverter variable speed drive

58
Hubungan Pembebanan dengan Effisiensi
14

12 11.84

10
9.45
Effisiensi (%)

8 50 Hz (jala-jala)

6.8 35 Hz (inverter)
6.6 6.69
6.38
6 40 Hz (inverter)
5.56
5.3 5.01 45 Hz (inverter)
4 4.25 3.95 4.07
3.89
3.6 50 Hz (inverter)
3.55
2.83
2.71
2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Beban (Nm)

Gambar 4.15 Grafik beban vs efisiensi motor induksi disuplai dari jala-jala dan

inverter variable speed drive

59
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa mengenai pengaruh penurunan frekuensi

menggunakan inverter variable speed drive (VSD) terhadap kinerja motor induksi

lima phasa, penulis akan menyimpulkan isi dari penelitian untuk memperoleh

intisari dan menjawab tujuan dilakukannya penelitian ini. Beberapa kesimpulan

yang dapat diambil adalah:

1. Penurunan frekuensi yang dapat ditanggung oleh motor induksi lima

phasa dalam kondisi berbeban adalah sampai frekuensi 35 Hz. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya kecepatan motor dan effisiensi yang paling

rendah.

2. Penurunan frekuensi pada motor induksi lima phasa dengan

menggunakan inverter variable speed drive pada motor induksi akan

mempengaruhi kinerja motor induksi. Arus akan naik ketika frekuensi

turun, sedangkan tegangan, factor daya, dan putaran motor akan turun

seiring dengan turunnya frekuensi. Selain itu penggunaan inverter

variable speed drive itu sendiri mempengaruhi besar beban yang dapat

ditanggung oleh motor induksi tersebut. Pada saat motor disuplai dari

jala-jala, beban yang dapat ditanggung motor sampai 2,5 Nm,

sedangkan saat motor disuplai dari inverter variable speed

60
drive,beban yang dapat ditanggung hanya sampai 1,5 Nm. Pada

beban 1,5 Nm, daya keluaran motor saat disuplai dari jala-jala dengan

frekuensi 50 Hz sebesar 208,96 watt dan saat disuplai dengan inverter

variable speed drive dengan frekuensi 50 Hz daya keluaran motor

sebesar 142,6 watt. Perubahan frekuensi akan berpengaruh terhadap

efisiensi motor induksi. Dari hasil perhitungan, pada beban 1.5 Nm,

efisiensi motor saat disuplai dari jala-jala (frekuensi 50 Hz) sebesar

6,8 % dan saat motor disuplai dengan inverter variable speed drive

(frekuensi 35, 40, 45, 50 Hz) efisiensi motor berturut-turut adalah

4,07%, 5,01%, 6,38%, dan 6,69%.

5.2 Saran

Saran penulis untuk pengembangan penelitian lebih lanjut untuk

kedepannya adalah:

1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan menganalisis perbandingan umur

isolasi motor yang menggunakan inverter variable speed drive dengan

motor yang menggunakan suplai jala-jala.

2. Dalam melakukan percobaan perlu diperhatikan sistem pendingin motor,

hal ini penting untuk menjaga suhu motor tidak meningkat secara

signifikan. Hal ini juga perlu untuk meminimalisir terjadinya kerusakan

isolasi pada motor

61
62

Anda mungkin juga menyukai