Erich Fromm menjelaskan tiga cara dimana orang-orang melarikan diri dari kebebasan
(escape from freedom):
a. Authoritarianism
Kita cenderung menghindari kebebasan dengan cara menyatukan diri kita dengan orang
lain, dengan menjadi satu bagian dari sistem otoriter seperti masyarakat pada abad pertengahan.
Ada dua cara dalam model ini. Yang pertama adalah dengan tunduk pada kekuasaan orang lain,
menjadi pasif dan patuh. Cara lain adalah dengan menjadi otoriter terhadap orang lain. Menurut
Fromm keduanya sama-sama merupakan pelarian dari identitas yang terpisah.
Fromm mengacu pada versi ekstrim dari otoritarianisme sebagai masokis dan sadistis,
dan menekankan bahwa keduanya merasa terdorong untuk memainkan aturan-aturan yang
terpisah-pisah, sehingga bahkan orang yang sadistis, dengan segala kekuasaannya terhadap
masokis, tidaklah terbebas untuk memilih atau menentukan tindakannya. Akan tetapi versi yang
lebih moderat dari otoritarianisme, menurut Fromm, terdapat dimanapun. Di dalam kelas
misalnya, ada kontak yang implicit antara murid dan guru. Murid menghendaki struktur,
sedangkan guru bersikukuh dengan aturannya. Dalam hal ini murid menghindari tanggung
jawabnya untuk belajar, dan guru dapat menghindar dari isu yang sebenarnya.
b. Destructiveness
Fromm menambahkan jika hasrat seseorang dirintangi oleh keadaan, maka ia akan
mengarahkannya ke dalam. Hal yang paling jelas merusak diri adalah bunuh diri. Akan tetapi
1
kita dapat juga memasukkan banyak penyakit, ketergantungan obat-obatan, alkoholisme. Fromm
membalikkan insting kematian yang dikemukakan Freud: destruksi diri adalah frustasi yang
bersifat destruktif.
c. Automaton conformity
Tahap kelima merupakan tahap adolescence (remaja), yang dimulai pada umur 12-18
tahun. Masa remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity-identity confusion.
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-
kecakapan yang dimilikinya, dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri,
ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini,
pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang
oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri
yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap
kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan
seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
2
Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas
yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang
mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas
ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara
seseorang terjun ke tengah masyarakat. Lingkungan dalam tahap ini semakin luas tidak hanya
berada dalam area keluarga, sekolah namun dengan masyarakat yang ada dalam lingkungannya.
Identitas ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego sebelumnya yang merupakan ego sintesis.
Dalam arti kata yang lain pencarian identitas ego telah dijalani sejak berada dalam tahap
pertama/bayi sampai seseorang berada pada tahap terakhir/tua. Oleh karena itu, salah satu point
yang perlu diperhatikan yaitu apabila tahap-tahap sebelumnya berjalan kurang lancar atau tidak
berlangsung secara baik, disebabkan anak tidak mengetahui dan memahami siapa dirinya yang
sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur sosialnya, inilah yang disebut dengan identity
confusion atau kekacauan identitas.
Kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat dipetik dalam tahap ini, jikalau
antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara seimbang, yang mana
kesetiaan memiliki makna tersendiri yaitu kemampuan hidup berdasarkan standar yang berlaku
di tengah masyarakat terlepas dari segala kekurangan, kelemahan, dan ketidakkonsistennya.
Masa ini berlangsung pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 19-24 tahun. Masa
dewasa awal (young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy-isolation. Pada masa
ini mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang
tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang
intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan
berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan
spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan
dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam
kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang
lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam
3
tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik
sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi.
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isolasi harus berjalan dengan
seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta berarti
kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa
saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan
dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain.
4
Hasil wawancara dengan Oni mahasiswa FEB Universitas Brawijaya
Pertanyaan : awal mula suka manga yang apa dan sejak kapan?
Jawaban : kumpul sama orang yang kesamaan hobi jadi bisa banyak belajar di sini
Pertanyaan : apakah orang tua mendukung mas Oni ikut komunitas ini?
Pertanyaan : kalo sama temen kampus yang ga ikut komunitas gimana hubungannya?
Pertanyaan : lebih suka berteman sama teman kuliah apa anak komunitas?
Jawaban : anak komunitas, soalnya anak-anak di komunitas ini lebih rame dan
friendly
Jawaban : iya ini seluruh Malang tapi ada juga yang di Surabaya
5
Jawaban : pengalaman gambar, ada juga rapat mingguan, bikin merchandise
Pertanyaan :kalo beli-beli yang manga dimarahin nggak sama orang tua?
Jawaban : 2011
6
Pertanyaan : enakan temenan sama yang dikomunitas apa sama temen sekolah?
7
Analisis Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara dan observasi kami terhadap komunitas Manganosekai ini dapat
kami ketahui bahwa anggota komunitas ini terdiri dari mahasiswa (laki-laki dan perempuan),
pelajar SMP (laki-laki) dan SMA (perempuan). Latar belakang berdirinya komunitas ini karena
adanya kesamaan hobi antar anggota, selain itu komunitas ini juga menjadi tempat mereka untuk
mencurahkan hati dan imajinasi. Keinginan yang kuat dari para anggota juga menjadi pondasi
mereka untuk mendirikannya atau bergabung di komunitas ini.
Kami mewawancarai dua anggota dari komunitas ini, yaitu Oni (Mahasiswa) dan Aldi
(pelajar SMP). Jika dikaitkan dengan teori kepribadian Erikson, Oni ini termasuk dalam tahap
intimacy vs isolation. Sedangkan Aldi termasuk dalam tahap kepribadian Erikson yang identity
vs confusion karena ia masih berusia sekitar 15 tahun.
Dalam tahap kepribadian Erikson ini, dilihat dari hasil wawancara yang kami tujukan
kepada Oni, terlihat bahwa ia telah berhasil membangun sebuah hubungan yang sangat dekat
dengan teman-temannya dalam komunitas ini karena ia merasa lebih nyaman dan lebih asik
dengan komunitasnya. Didasari oleh persamaan hobi dan pikiran yang nyambung satu sama lain
membuat ia lebih berhubungan dekat dengan teman-temannya dalam komunitas dibandingkan
dengan teman-teman kuliahnya. Selain itu, dengan mengikuti komunitas ini, ia mendapatkan
beberapa keuntungan ,yaitu banyak koneksi, bisa belajar berorganisasi, dll.
Menurut teori kepribadian Fromm ada tiga cara dimana orang melarikan diri dari
kebebasan, yang salah satunya, yaitu Automation conformity yang berarti seseorang ini
menghilangkan perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Mungkin dalam beberapa hal yang
dialami Oni ini salah satunya adalah Automation conformity, karena dengan bergabungnya ia
dalam komunitas ini lalu ia berbaur dan merasa dirinya sama dengan mereka sehingga tanggung
jawabnya pun bersama-sama.
8
ketika didalam komunitas ia menjadi pribadi yang sangat ramah bahkan banyak omong di dalam
komunitasnya.
Jika kita kembali lagi melihat pada teori kepribadian Erikson, yaitu pada masa ini mereka
sudah mulai selektif dan membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang
sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan
orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya. Mungkin karena
adanya kesepahaman inilah yang membuat ia merasa lebih nyaman dan dekat dengan teman-
teman dalam komunitas dibandingkan teman-temannya diluar komunitas.
Sedangkan pada tahap kepribadian Aldi, ia merasa telah menemukan identitas barunya
dalam berteman dengan teman-teman di komunitasnya yang didalamnya ia harus belajar
beradaptasi dengan orang-orang yang lebih tua darinya, karna hingga saat ini Aldi termasuk
salah satu generasi termuda dalam komunitas ini. Ia bergabung dengan komunitas ini sejak tahun
2011 dan merasa nyaman hingga sekarang. Ia merasa hobinya ini tidak akan merugikannya tapi
justru sebaliknya. Ia mendapatkan banyak keuntungan dengan mengikuti komunitas ini sehingga
ia bisa menabung dan membeli keperluan manganya sendiri. Aldi juga mendapat dukungan
penuh dari orang tuanya selama ia dapat membagi waktu antara sekolah dengan hobinya.
Melihat dari sisi teori kepribadian Fromm, yaitu tentang cara orang-orang melarikan diri
dari kebebasan (Escape From Freedom) ada tiga :
Ketiga hal inilah yang mendasari Aldi maupun Oni untuk bergabung dalam komunitas
ini. Berawal dari hobi yang mereka miliki, lalu mereka merasa bahwa jika mereka sendirian
dalam melakukan aktivitas hobi mereka ini, mereka menjadi terlalu bebas dan mereka ingin
melarikan dari dari kebebasan dengan cara bergabung dalam suatu komunitas ini dan turut aktif
didalamnya sehingga mereka memperoleh makna dari kebersamaan dalam kehidupan. Yang
menurut teori Erich From ada dua cara untuk memperoleh makna dari kebersamaan dalam
kehidupan, yaitu
9
1. Mencapai kebebasan positif: Berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan
kebebasan dan integritas pribadi.
10