Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Konsep Penyakit Hipertensi dan Konsep Keluarga


A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dengan tekanan sistolik diatas 140mmHg dengan tekanan darah diastolik
diatas 90mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik > 160mmHg atau tekanan diastolik >90 mmHg (Brunner &
Sudarth, 2001). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140mmHg atau tekanan diastolik 90mmHg (Price,2005).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah
normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli, yaitu > 140/90
mmHg (Sudoyo, 2006). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika sesorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
angka kesakitan (Morbiditas) dan angka kematian (Mortalitas)
(Kushariyadi, 2008)
2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi pada umumnya tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau
peningkatan perifer. Akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik
Yaitu respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transpor
Na.
b. Obesitas
Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat
c. Stres karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah disebabkan karena
terjadinya perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah
menghilang karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi.

3. Klasifikasi
Join Nation Comitten on Detection Evolution and Treatment of
High Blood Pressure, badan peneliti hipertensi di Amerika Serikat,
menentukan batasan tekanan darahyang berbeda. Pada laporan 1993,
dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan darah pada orang dewasa berusia
18 tahun diklasifikasikan:
No. Kriteria Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
1. Normal <130 <85
2. Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
3. Hipertensi
Derajat 1: Ringan 140-159 90-99
Derajat 2: Sedang 160-179 100-109
Derajat 3: Berat 180-209 110-119
Derajat 4: Sangat berat >210 >120

 Jenis Hipertensi
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:
a) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 95% penderita
hipertensi. Disebabkan oleh faktor:
1) Faktor keturunan, dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan, yang mempengaruhinya adalah umur (jika umur
bertambahmaka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria
lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih
banyak dari kulit putih).
b) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contohhipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongental atau akibat ateroskerosis. Stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan
darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintetis andosteron
dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat, tekanan darah
akan kembali normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung, volume sukuncup dan juga
penyakit Cushing. Hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral
juga dianggap sebagai hipertensi sekunder.
c) Hipertensi Akibat Kehamilan
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah
jenis hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan
tekanan darah (>140 mmHg pada sitolik, >90 mmHg pada diastolik)
terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada wanita non hopertensi dan
membaik dalam 12 minggu pasca postpartum. Hipertensi jenis ini
tampaknya terjadi akibat kombinasi dan peningkatan curah jantung serta
peningkatan total peripheral resistance (TPR). Jika hipertensi terjadi
setelah 12 minggu pasca postpartum atau telah ada sebelum 20 minggu
usia kehamilan, masuk ke dalam kategori hipertensi kronik.
Pada preeklamsia tekanan darah tinggi disertai dengan proteinuria
(dari dalam urine setidaknya 0,3 protein dalam 24 jam). Preeklamsia
biasanya terjadi setetelah usia kehamilan 20 minggu dan dihubungkan
dengan penrunan aliran darah plasenta dan pelepasan mediator kimiawi
yang dapat menyebabkan disfungsi sel endotel vaskular di seluruh tubuh.
Kondisi ini merupakan gangguan yang sangat serius, seperti halnya
preeklamsia superimosed pada hipertensi kronis.

4. Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi belum diketahui. Sejumlah kecilklien
antara2-5% memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Namun masih belum ada penyebab tunggal
yang dapat diidentifikasi. Kondisi inilah disebut sebagai “hipertensi
esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan
tekanan darah normal,yang kemudian berperan dalam terjadinya hipertensi
esensial. Penyebab hipertensi primer tidak diketahui,meskipun telah banyak
penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini memungkin banyak factor:
a) Arterosklerosis
b) Meningkatnya pemasukan sodium
c) Baroreseptor
d) Renin Secretion
e) Renal exoretion dari sodium dan air
f) Faktor genetic dan lingkungan

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Peningkatan cairan dan peningkatan resistensi peripheral merupakan 2
dasar mekanisme penyebab hipertensi. Banyak yang menduga bahwa hipertensi
merupakan pembentukan plaque. Pihak lain menemukan bahwa plaque berisi
arteri menyebabkan tekanan darah meningkat. Peranan ahli gizi dalam pemasukan
sodium dan hopertensi juga controversial. Studi empiris menyatakan terdapat
hubungan antara tingginya sodium pada individu yang berdampak tingginya
tekanan darah.Sebaliknya turunnya tekanan darah diikuti dengan pengurangan
sodium dalam diet.
Pathways
5. Tanda & gejala
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau
hanya mengalami gejala ringan. Namun, darah tinggi yang parah mungkin
menyebabkan:
a) Sakit kepala parah
b) Pusing
c) Penglihatan buram
d) Mual
e) Telinga berdenging
f) Kebingungan
g) Detak jantung tak teratur
h) Kelelahan
i) Nyeri dada
j) Sulit bernapas
k) Darah dalam urin
l) Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan factor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non – farmakologis, antara lain :
a) Pengaturan diet
Diet dan pola hidup sehat dan/atau dengan obat – obatan yang
menuunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrike kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan garam dapat
mengurangi stimulasi sistem rennin – angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50 – 100 mmol atau setara dengan 3- 6 gram garam per
hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidanitrat pada dinding vaskuler.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas,pada sebagian orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurngi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa
studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan ( 1 kg/ minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat – obatan perlu menjadi
perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang
mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah, memperburukangina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.
c) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama
30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga dapatmeningkatkan kadar HDL,
yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d) Memperbaiki gaya hidup yang tidak sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organdan dapat
meningkatkan kerja jantung.
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi
adalah sebagai berikut :
a) Terapi oksigen
b) Pemantauan hemodinamik
c) Pemantauan jantung
d) Obat – obatan :
1) Diuretik : Chorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium.
Diuretik bekerja melalui berbgi mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan
airnya. Sebai diuretic (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung
atau arteri dengan mengintervensi influx kalsium bersifat lebih spesifik
untuk saluran lambat kalsium otot jantung, sebagian yang lain lebih
spesifik untuk saluran kalsium memiliki kemampuan yang berbeda –
beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup
dan TPR.
3) Pengambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan
menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan
sekresi aldosterone, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
pada urin kemudian menurunkan volume plasma dan cura jantung.
Inhibitor ACE juga menurunkan tekanan darah dengan efek bradikinin
yang memanjang, yang normalnya memecah enzim. Inhibator ACE
dikontradikasi untuk kehamilan.
4) Antagonis (penyekat) respetor beta, terutama penyekat selektif, bekerja
pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan jantung dan
curah jantung.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Dara perier lengkap
4) Kimia darah ( kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa )
b) EKG
1) Hipertropi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c) Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskuler ginjal

8. Pencegahan hipertensi
Pencegahan hipertensi dapat Anda lakukan dengan melakukan beberapa hal
berikut :
a) Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat (Sayur dan buah).
b) Mengurangi konsumsi garam, alkohol, dan makanan yang berlemak
tinggi.
c) Mengurangi berat badan, istirahat yang cukup.
d) Lakukan pengecekan tekanan darah secara rutin.
e) Mengubah pola hidup menjadi pola hidup yang lebih sehat maka
penggunaan obat–obatan dapat diminmalkan bahkan penderita
hipertensi dapat hidup tanpa konsumsi obat hanya dengan perubahan
pola hidup.
f) Menghabiskan waktu selama 30 sampai 40 menit untuk berolahraga
sebanyak 2–3 kali seminggu. Perbanyak $alan kaki daripada
mengemudi atau menggunakan kendaraan.
g) Hindari konsumsi makanan berminyak, bergaram, dan bergula tinggi
konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang.
h) Mengolah makanan dengan cara merebus atau memanggang. Kalau pun
harus digoreng gunakanlah minyak zaitun.
i) Hentikan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
j) Bebaskan pikiran Anda dari stres dan tekanan pikiran buruk lainnya
istirahat 5–10 menit di tengah rutinitas Minum air 7–8 gelas setiap hari.
k) Tidur cukup di malam hari selama 7–8 jam.

B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung
karena ikatan tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan
melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Berbeda
halnya dengan Padila (2012), keluarga adalah suatu arena
berlangsungnya interaksi kepribadian atau sebagai sosial terkecil
yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat tergantung
dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem lain.
Sudiharto (2007), mendefinisikan keluarga adalah unit
pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat
kesehatan komunitas. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah
satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga lain.
Dari beberapa pengertian keluarga disimpulkan keluarga adalah
dua orang atau lebih yang hidup bersama dan diikat oleh suatu
ikatan pernikahan yang sah untuk berbagi pengalaman satu sama
lain dan mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani
pasangan.

2. Bentuk-Bentuk Keluarga
Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga
tradisional dan non tradisional adalah sebagai berikut :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari
nafkah, ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010).
Sedangkan menurut Padila (2012), keluarga inti adalah keluarga yang
melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orang tua
campuran atau orang tua tiri.
2) Keluarga adopsi Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk
membentuk keluarga. Dengan menyerahkan secara sah tanggung
jawab sebagai orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan
saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Di satu
pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasih sayangnya
pada anak adopsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga
yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3) Keluarga besar (Extended Family) Keluarga dengan pasangan yang


berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan
orang tua, kakak/adik, dan

keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi


dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk pola
perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila (2012),
keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan.

4) Keluarga orang tua tunggal Keluarga orang tua tunggal adalah


keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala keluarga. Keluarga
orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala rumah
tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah.
Keluarga orang tua tunggal nontradisional adalah keluarga yang
kepala keluarganya tidak menikah (Friedman, 2010).

5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri Kebanyakan individu yang


tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk jaringan keluarga
yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini
dapat terdiri atas teman-teman. Hewan peliharaan juga dapat menjadi
anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010).

6) Keluarga orang tua tiri Keluarga yang pada awalnya mengalami


proses penyatuan yang kompleks dan penuh dengan stress. Banyak
penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang
berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini
beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama (Friedman, 2010).

7) Keluarga Binuklir Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu


anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas
dua rumah tangga inti, maternal dan paternal dengan keragaman
dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap
rumah tangga (Friedman, 2010)

3. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling


berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan
keluarga. Lima fungsi itu adalah :

a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika
tugas sosial dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya
keluarga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan
kasih sayang dan pengertian. Manfaat fungsi afektif di dalam anggota
keluarga dijumpai paling kuat di antara keluarga kelas menengah dan kelas
atas, karena pada keluarga tersebut mempunyai lebih banyak pilihan.
Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi afektif sering terhiraukan.
Balita yang seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang
cukup, pada keluarga kelas bawah hal tersebut tidak didapatkan balita
terutama pada pola makan balita. Sehingga dapat menyebabkan gizi
kurang pada balita tersebut (Friedman, 2010).

b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial


Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas
budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat menurut
Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman, 2010). Sosialisasi merujuk
pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang
ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan
memikul peran sosial orang dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah
dan istri-ibu. Karena fungsi ini semakin banyak diberikan di sekolah,
fasilitas rekreasi dan perawatan anak, serta lembaga lain di luar keluarga,
peran sosialisasi yang dimainkan keluarga menjadi berkurang, tetapi tetap
penting. Orang tua tetap menyediakan pondasi dan menurunkan warisan
budayanya ke anak-anak mereka. Dengan kemauan untuk bersosialisasi
dengan orang lain, keluarga bisa mendapatkan informasi tentang
pentingnya asupan gizi, penyakit yang ditimbulkan dan pencegahan
terjadinya gizi kurang untuk anak khususnya balita (Friedman, 2010).

c. Fungsi Perawatan Kesehatan


Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan
terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi
status kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah fungsi
keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga. Kurangnya
kemampuan keluarga untuk memfasilitasi kebutuhan balita terutama pada
asupan makanan dapa tmenyebabkan balita mengalami gizi kurang
(Friedman, 2010).

d. Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas
antar-generasi keluarga masyarakat yaitu : menyediakan anggota baru
untuk masyarakat menurut Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman,
2010). Banyaknya jumlah anak dalam suatu keluarga menyebabkan
kebutuhan keluarga juga meningkat terutama pada kebutuhan makan anak.
Karena tidak terpenuhinya kebutuhan makanan anak mengakibatkan anak
mengalami gizi kurang (Friedman, 2010).

e. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan. Pendapatan keluarga yang terlalu rendah
menyebabkan keluarga tidak mampu membeli kebutuhan gizi anak,
sehingga anak mengalami gizi kurang (Friedman, 2010).

4. Tahap Perkembangan Kehidupan Keluarga


a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan
pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim
yang baru. Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan merencanakan sebuah keluarga (Friedman,
2010)
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu
kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan
keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga
memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan
anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti
mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab (Friedman,
2010).

c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with


preschool) Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat
terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-
ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan.
Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah
maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil
lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan
orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat
menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk
anak-anak (Friedman, 2010).

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with school


children) Tahap ini dimulai pada saat tertua memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia
mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini
juga maksimal menurut Duvall dan Miller (1985 dalam Friedman,
2010). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga
dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi
sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
(Friedman, 2010).

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)


Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,
walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih
dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal dirumah biasanya
anak usia sekolah. Tujuan keluarga pada tahap ini adalah melonggarkan
ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan
remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang
dewasa muda menurut Duvall dan Miller (1985 dalam Friedman, 2010).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja
dan semakin meningkatnya otonomi (Friedman, 2010).

f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching


center families) Tahap ini dimulai pada saat perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak
terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat
atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika
anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tahap perkembangan keluarga
disini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke duania
luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu
mereka menjadi mandiri (Friedman, 2010).

g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahapan ini
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan
pensiunan atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika
orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan
persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tahap
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan
kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian
dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk
lebih mandiri (Friedman, 2010).

h. Tahap VIII : Keluarga Lanjut Usia dan Pensiunan Tahap terakhir


perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu
pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain menurut
Duvall dan Miller (1985 dalam Friedman, 2010). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan penataan kehidupan
yang memuaskan. Kembali ke rumah setelah individu pensiun/berhenti
bekerja dapat menjadi problematik (Friedman, 2010).

5. Tingkat Kemandirian Keluarga

Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan


perawat keluarga dapat dinilai seberapa tingkat kemandirian keluarga
dengan mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan
mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV menurut
Depkes (2006 dalam Achjar, 2012), adalah sebagai berikut :

a. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I / KM-I) 1)


Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat 2) Menerima
pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
b. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II / KM-II)
1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan
Masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara
aktif
c. Tingkat Kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III / KM-III)
1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan
Masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara
aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
d. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV / KM-IV)
1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan
Masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara
aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
7) Melakukan tindakan promotif secara aktif
6. Tujuan Keperawatan Keluarga
Kerangka tingkat pencegahan ini digunakan untuk
menjelaskan tujuan keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan
mencakup keseluruhan spektrum isu sehat dan sakit, serta tujuan
yang sesuai untuk setiap tingkatan. Menurut Friedman (2010),
ketiga tingkatan itu adalah :

a. Pencegahan primer, yang melibatkan promosi kesehatan dan


tindakan pencegahan spesifik atau tindakan perlindungan
kesehatan yang dirancang untuk menjaga individu bebas dari
penyakit atau cedera. Tindakan pencegahan spesifik atau perilaku
yang melindungi kesehatan juga disebut pemeliharaan kesehatan.
Pencegahan primer pada keluarga dengan gizi kurang adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang penting gizi
bagi balita.

b. Pencegahan sekunder, yang terdiri atas deteksi dini, diagnosis


dan terapi. Pada keluarga dengan gizi kurang pencegahan sekunder
yang dilakukan adalah mendeteksi dini tumbuh kembang balita.

c. Pencegahan tersier, yang mencakup tahap pemulihan dan


rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan disabilitas klien dan
memaksimalkan tingkat fungsi dirinya. Pencegahan tersier pada
keluarga dengan gizi kurang adalah memberi kesempatan pada
balita untuk pemulihan terhadap kondisi fisik yang lalu. Tiga
tingkat pencegahan ini merupakan tujuan keperawatan keluarga.
Tujuan keperawatan keluarga terdiri atas promosi dan
pemeliharaan kesehatan (pencegahan primer), deteksi dan terapi,
dan pemulihan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan sebuah
tujuan utama dalam keperawatan keluarga. Akan tetapi, tentu saja
deteksi dini, diagnosis, dan terapi (pencegahan sekunder) juga
merupakan tujuan yang penting. Selain itu, dengan
mempertimbangkan perkembangan pelayanan kesehatan di rumah
dan prevalensi penyakit kronik serta disabilitas yang terjadi
dikalangan populasi lansia yang jumlahnya meningkat dengan
cepat, pencegahan tersier atau rehabilitasi dan pemulihan kesehatan
juga merupakan tujuan penting dari keperawatan keluarga saat ini
(Friedman, 2010).

Anda mungkin juga menyukai