Anda di halaman 1dari 9

Lampiran

Peraturan Kepala UPT RS Pratama


Nomor :.......................................
Tanggal : .......................................

PANDUAN IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM


POPULASI PASIEN DI RUMAH SAKIT PRATAMA
BAB I
DEFINISI

A. Latar belakang
Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari baik disadari
maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama pada saat menghadapi
klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu komunikasi agar
informasi yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama
informasi yang berkenaan dengan kebutuhan klien akan asuha
keperawatan yang akan diberika. Oleh karena itu, komunikasi adalah
faktor yang penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan
antara perawat dengan klien.
Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang
membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu
komunikasi yang di lakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dan
klien, hal tersebut dapat mungkin terjadi karena di sebabkan oleh pola
komunikasi yang salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak
efektif juga dapat disebsbkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri.
Kegagalan itu dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan,
serta pada kejelasan pesan itu sendiri (edelmen, 2002).

B. Tujuan
1. Sebagai upaya Rumah Sakit Pratama membangun suatu kontinuitas
pelayanan, yaitu menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan
pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan,
pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien.
2. Untuk mengidentifikasi hambatan - hambatan yang paling sering terjadi
pada populasi pasien di Rumah Sakit Pratama.

1
3. Untuk mengatasi atau membatasi hambatan pada waktu pasien mencari
pelayanan.
4. Untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan pelayanan.

C. Sasaran
Pasien, keluarga pasien dan petugas rumah sakit

D. Pengertian
Hambatan adalah segala sesuatu yang menghalangi, membingungkan,
mengacaukan dan mengganggu proses pelayanan di rumah sakit.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain : pasien tua, cacat fisik, bicara
dengan berbagai bahasa dan dialek, budaya yang berbeda, dan lain-lain.
Identifikasi hambatan adalah suatu kegiatan dalam rangka menentukan dan
menetapkan hambatan-hambatan yang paling sering terjadi pada populasi
pasien di Rumah Sakit Pratama. Manajemen penanganan hambatan
merupakan prosedur penanganan hambatan untuk mengatasi atau
membatasi hambatan pada waktu pasien mencari pelayanan dan untuk
mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan pelayanan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Identifikasi dan manajemen penanganan hambatan dilakukan terhadap semua


pasien yang datang ke Rumah Sakit Pratama, baik pasien rawat jalan maupun rawat
inap. Identifikasi hambatan-hambatan yang ditemukan pada populasi pasien di
Rumah Sakit Pratama meliputi :

1. Pasien berusia lanjut (lansia).


2. Pasien dengan cacat fisik :
a. Gangguan pendengaran
b. Gangguan penglihatan
c. Gangguan bicara
d. Cacat fisik yang lainnya
3. Pasien dengan bahasa dan dialek diluar bahasa dan dialek Jawa.
4. Pasien dengan budaya berbeda, agama berbeda, kepercayaan berbeda.
5. Pasien dengan kognitif terbatas.
6. Pasien dengan motivasi kurang.
7. Pasien dengan emosional.

3
BAB III
TATALAKSANA

1. Pasien berusia lanjut (lansia) :


a. Menciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama duduk berhadapan dengan pasien.
c. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
d. Petugas Rumah Sakit Pratama berkomunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti/ dipahami atau bahasa yang dipergunakan
sehari-hari oleh pasien tersebut.
e. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
f. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan
pasien.

2. Pasien dengan gangguan penglihatan :


a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama sedapat mungkin ambil posisi yang dapat
dilihat oleh pasien bila pasien mengalami kebutaan parsial atau sampaikan
secara verbal keberadaan/ kehadiran petugas.
c. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasi diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
d. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi pasien tidak
memungkinkannya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara
memegang peranan besar dan bermakna bagi pasien.
e. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, petugas menerangkan
alasan pemeriksaan fisik tersebut.
f. Informasikan kepada pasien ketika petugasakan meninggalkannya/ memutus
komunikasi.
g. Orientasikan pasien pada lingkungannya jika pasien dipindahkan ke
lingkungan/ ruangan yang baru.
h. Orientasikan pasien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
i. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan
pasien.

4
3. Pasien dengan gangguan pendengaran :
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasikan diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
c. Petugas Rumah Sakit Pratama menggunakan bahasa yang sederhana dan
bicaralah dengan terang, jelas, dan perlahan untuk memudahkan pasien
membaca gerak bibir petugas. Sangat penting untuk berbicara dengan jelas,
bukan dengan keras.
d. Jika pasien dapat mendengar dengan alat bantu dengar, pastikan alat
tersebut terpasang dan berfungsi.
e. Meminimalkan distraksi yang dapat menghalangi konsentrasi pasien :
meminimalkan percakapan jika pasien keletihan atau gunakan komunikasi
secara tertulis.
f. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan
wajar.
g. Gunakan bahasa isyarat dan bahasa jari bila petugas bisa dan diperlukan.
h. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (symbol).
j. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian bahasa isyarat,
untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.

4. Pasien dengan gangguan bicara :


a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasikan diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
c. Petugas Rumah Sakit Pratama menggunakan bahasa yang sederhana dan
bicaralah dengan terang, jelas, dan perlahan untuk memudahkan pasien
membaca gerak bibir petugas.
d. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan pasien dan pertahankan
sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim.
e. Petugas benar-benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir pasien.
f. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan.
g. Gunakan bahasa isyarat dan bahasa jari bila petugas bisa dan diperlukan.
h. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan
pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (symbol).
i. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian bahasa isyarat,
untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.

5
5. Pasien dengan cacat fisik yang lain, misalnya tuna daksa, tuna grahita,
tergantung sepenuhnya kepada keluarga pasien yang mendampingi pasien
tersebut, untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.

6. Pasien dengan bahasa dan dialek diluar bahasa dan dialek Jawa.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasikan diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
c. Kaji bahasa apa yang dapat digunakan pasien secara baik.
d. Petugas Rumah Sakit Pratama berkomunikasi dengan bahasa Indonesia,
bicara dengan jelas dan lebih lambat dari normal (jangan melakukannya
secara berlebihan).
e. Jika pasien tidak dapat memahami atau berbicara (merespon) gunakan
metode alternatif dalam melakukan komunikasi :
1) Menuliskan pesan yang akan disampaikan.
2) Gunakan gerak tubuh atau tindakan.
f. Melakukan klarifikasi maksud dari setiap kata yang tidak jelas.
g. Jika diperlukan dapat meminta bantuan dari keluarga pasien yang
mendampingi pasien atau petugas yang mempunyai keahlian penerjemah,
untuk menjadi mediator komunikasi atas persetujuan pasien.

7. Pasien dengan budaya berbeda, agama berbeda, kepercayaan berbeda.


a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasikan diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
c. Kaji budaya, agama, kepercayaan dari pasien.
d. Jika dalam memberikan pelayanan, terdapat hal yang bersinggungan dengan
budaya, agama, kepercayaan pasien maka berikan penjelasan ke pasien
terutama maksud dan tujuan pelayanan tersebut.

8. Pasien dengan kognitif terbatas.


a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama duduk berhadapan dengan pasien.
c. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasikan diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
d. Kaji kemampuan kognitif dan tipe pembelajaran dari pasien.
e. Petugas Rumah Sakit Pratama berkomunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti/dipahami atau bahasa yang dipergunakan
sehari-hari oleh pasien tersebut.

6
f. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti/dipahami oleh pasien dengan
mengulang kembali kata-kata yang diucapkan serta memperjelas maksud
dan tujuannya.
g. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
9. Pasien dengan motivasi kurang.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama duduk berhadapan dengan pasien.
c. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasikan diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
d. Kaji tingkat motivasi dari pasien.
e. Petugas Rumah Sakit Pratama berkomunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti/dipahami atau bahasa yang dipergunakan
sehari-hari oleh pasien tersebut.
f. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti/ dipahami oleh pasien dengan
mengulang kembali kata-kata yang diucapkan serta memperjelas maksud
dan tujuannya.
g. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal.
h. Jika dalam memberikan pelayanan, pasien terlihat kurang motivasi, maka
berikan penjelasan ke pasien terutama maksud dan tujuan pelayanan
tersebut.
10. Pasien dengan emosional.
a. Ciptakan suasana yang nyaman dan privasi.
b. Petugas Rumah Sakit Pratama duduk berhadapan dengan pasien.
c. Petugas Rumah Sakit Pratama melakukan identifikasikan diri dengan
menyebutkan nama dan peran.
d. Kaji reaksi emosional pasien : menolak (denial), marah (anger), tawar-
menawar (bargening), depresif (depressive), pasrah (acceplance).
e. Petugas Rumah Sakit Pratama berkomunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti/dipahami dengan memperhatikan reaksi
emosional pasien.
f. Petugas tidak boleh ikut terbawa reaksi emosional pasien, senantiasa sabar
dan memahami kondisi pasien sehingga dapat memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
g. Selalu memperjelas hal yang tidak dimengerti/dipahami oleh pasien dengan
mengulang kembali kata-kata yang diucapkan serta memperjelas maksud
dan tujuannya.
h. Menggunakan umpan balik (feedback), baik bahasa verbal maupun non
verbal

7
BAB IV
DOKUMENTASI

Identifikasi hambatan pasien didokumentasikan di rekam medis : lembar catatan


rawat jalan, lembar asessment awal keperawatan dan pemberian pendidikan pasien
multidisplin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ann Marriner,Tomey. 1996. Guide to Nursing management and Leadership. Mosby


year book Inc.
Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Devito,Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia Indonesia : Profesional Books.
Dewi, Sutrisna. 2006. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta.
Elaine.L.Monica. 1998. Kepemimpinan dan Managemen Keperawatan, Pendekatan
berdasarkan pengalaman, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. 2004. Psychiatic mental health nursing. Third
edition. St. Louis : Mosby.
Hamid, A.Y.S. 1996. Komunikasi Terapeutik. Jakarta : tidak dipublikasikan.
Herujito, Yayat M. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Grasindo.
Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
John Fiske. 1996. Introduction to Communication Studies. Sage Publications.
Kanus, W.A. Et.al. 1986. An evaluation of outcome from intensive care in major
medical centers. Ann Intern Med 104, (3):410.
Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. 1983. Introduction to person-centered
nursing. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Onong Effendy. 1994. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Perry. Potter. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Salemba Medika :
Jagakarsa, Jakarta.
Roger. B. Ellis Robert,J Gates and Neil kenwarthy. 1995.Interpersonal
Communication in Nursing Theory and Practice, Churcill Livingstone.
Sasa Djuarsa S., 2003. Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
Stephen W. Littlejohn. 1996. Theories of Human Communication, Wadsworth
Publication, New Jersey.
Stuart, G.W & Sundeen S.J. 1995. Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition.
St.Louis : Mosby Year Book.
Stuart, G.W & Sundeen S.J. 1995. Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St.
Louis : Mosby Year Book.
Sullivan, J.L & Deane, D.M. 1988. Humor and Health. Journal of qerontology nursing
14 (1):20.
Uchjana,Onong. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai