Anda di halaman 1dari 10

Laporan Kasus Bedah I

Di Rumah Bhayangkara Makassar

I. Identitas pasien
No rekam medik : 297232
Tanggal masuk RS :
Nama : Ny.M
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat :-
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah

II. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher kanan sudah 7 tahun.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :


Pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher kanan sejak kira-kira 7 tahun yang lalu,
awalnya benjolan berukuran kecil, namun benjolan semakin lama semakin membesar.
Saat ini pasien tidak merasakan jantung berdebar debar (-) mudah lelah (-) berkeringat
banyak (-) nafsu makan menurun (-) berat badan menurun (-).
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Pasien menyatakan belum pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :


Pasien menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi (RSE) :

Pasien adalah seorang perempuan sudah menikah. Pasien mempunyai status ekonomi
menengah ke atas.

III. Pemeriksaan fisik


Keadan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : Tekanan Darah : 120/70mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,6° C
Status general :
Kepala
 Normochepali
 Tidak tampak adanya deformitas

Mata
 Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
 Conjunctiva tidak anemis
 Sklera tidak tampak ikterik
 Pupil: isokor

Hidung
 Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
 Septum : terletak ditengah dan simetris
 Mukosa hidung : tidak hiperemis
 Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan

Telinga
 Daun telinga : normal
 Liang telinga : lapang
 Membrana timpani : intake
 Nyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekan
 Sekret : tidak ada

Mulut dan tenggorokan


 Bibir : tidak pucat dan tidak sianosis
 Gigi geligi : lengkap, ada karies
 Palatum : tidak ditemukan torus
 Lidah : normoglosia
 Tonsil : T1/T1 tenang
 Faring : tidak hiperemis

Leher
 JVP : (5+2) cm H2O
 Kelenjar tiroid : teraba membesar
 Trakea : letak di tengah

Thorax
 Paru-Paru
Inspeksi : sesak nafas (+)
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua paru
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua paru, ronkhi -/-, whezing -/-

 Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra,
ICS 5
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS 3-4 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5, 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat pelebaran vena
Auskultasi : bising usus 3x/menit
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), benjolan (-)
 Ekstremitas atas : akral hangat +/+, odema -/-
 Ekstremitas Bawah : akral hangat +/+, odema -/-

IV. Status Lokalis


Regio : colli anterior
Inspeksi : tampak massa ukuran diameter ±7 cm, warna sama dengan sekitarnya,
ikut bergerak waktu menelan
Palpasi : massa ikut bergerak waktu menelan, konsistensi kenyal, mobil, nyeri
tekan (-), pembesaran KGB (-)
Auskultasi : bruit (-)

V. Pemeriksaan Penunjang
 USG tiroid
Kesan : Massa Kompleks tiroid dextra dominan kistik

○ Profil tiroid
- FT4 : 1,000 mmol/L
- TSHs : 1,10 uIU/mL
 Hematologi
- Hb : 15,4 mg%
- Ht : 44,8 %
- Leukosit : 5,91 103 μ/L
- Trombosit : 288.000 μ/L

VI. Diagnosa kerja


Struma nodosa nontoksik

VII. Diagnosa Banding


Tiroiditis, karsinoma tiroid
VIII. Penatalaksanaan
 Operatif : lobectomy
 Edukatif post operatif : bed rest total

IX. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Definisi

Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel-
folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah berahun-tahun sebagian folikel tumbuh semakin
besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersbut menjadi noduler. Struma nodosa nontoksik
adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai
tanda-tanda hipertiroidisme.

2. Etiologi

Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak diketahui, namun
sebagian besar penderita menunjukkan gejala-gejala tiroiditis ringan; oleh karena itu, diduga
tiroiditis ini menyebabkan hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan
sekresi TSH (thyroid stimulating hormone) dan pertumbuhan yang progresif dari bagian
kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan mengapa kelenjar ini
biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh namun bagian yang lain rusak
akibat tiroiditis.

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid yang merupakan


faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

1. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum
dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
a. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang
kedelai).
b. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide, sulfonylurea
dan litium).
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
3. Klasifikasi
Berdasarkan American Society for Study of Goiter, terdapat 4 macam klasifikasi
struma, yaitu:
a. Struma nontoksik difusa
Penyebab dari penyakit ini bermacam-macam, misalnya defisiensi iodium; autoimun
thyroiditis; hashimoto atau postpartum thyroiditis; stimulasi reseptor TSH oleh TSH
dari tumor hipofisis; resistensi hipofisis terhadap hormon tiroid, gonadotropin dan/atau
tiroid stimulating immunoglobulin; inborn errors metabolisme yang menyebabkan
kerusakan dalam biosintesis hormon tiroid; terpapar radiasi; resistensi hormon tiroid;
agen-agen infeksi; suppuratif akut: bakterial; kronik: myobacteria, fungal, dan penyakit
granulomatosa parasit; keganasan tiroid.
b. Struma nontoksik nodusa
Penyebab dari penyakit ini, misalnya: kekurangan atau kelebihan iodium yang terjadi
pada pasien dengan preexisting penyakit tiroid autoimun; goitrogenik (obat-obatan:
propiltiourasil, litium; makanan: kubis, lobak;dan agen lingkungan: resorsinol,
phenolic), riwayat radiasi kepala dan leher.
c. Struma toksik difusa
Termasuk penyebab dalam struma toksik difusa adalah Grave’s disease, yang
merupakan penyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab pastinya.
d. Struma toksik nodusa
Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4; aktivasi reseptor TSH;
Mutasi somatik reseptor TSH dan protein Gα

4. Patofisiologi

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah
dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar tiroid, iodium dioksidasi
menjadi bentuk yang aktif yang distimulsi oleh Tiroid Stimulating Hormon, kemudian
disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diiodotironin membentuk tiroksin (T4) dan
molekul iodotironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari
sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedangkan
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat
mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis
tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.

5. Manifestasi klinis

Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat. Awalnya
kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan
menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus
tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Pada penyakit ini tidak ditemukan keluhan karena
tidak ada hipo atau hipertirodisme. Peningkatan metabolisme karena adanya hiperaktif dengan
meningkatnya denyut nadi, peningkatan simpatis seperti: jantung menjadi berdebar-debar,
gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.

Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa, dibedakan dalam hal:


1. Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)
2. Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras
3. Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada
4. Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.
5. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid: ada atau tidak ada.

6. Diagnosis banding
1. Struma nodosa yang terjadi pada peningkatan kebutuhan terhadap tiroksin saat masa
pertumbuhan, pubertas, laktasi, menstruasi, kehamilan, menopause, infeksi, stres
2. Tiroiditis akut/subakut/kronis
3. Simple goiter
4. Struma endemix
5. Kista tiroid, kista degenrasi
6. Adenoma
7. Karsinoma tiroid primer, metastasis
8. Limfoma

7. Penatalasanaan

Pilihan terapi nodul tiroid:


1. Terapi supresi dengan hormon levotirosin
2. Pembedahan
3. Iodium radioaktif
4. Suntikan etanol
5. US Guided Laser Therapy
6. Observasi, bila yakin nodul tidak ganas.

Indikasi operasi pada struma adalah:


a. struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa
b. struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan
c. struma dengan gangguan tekanan
d. kosmetik.
Kontraindikassi operasi pada struma:
struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya
a. struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik yang lain yang belum
terkontrol
b. struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan yang
biasanya karena karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering dari tipe
anaplastik yang jelek prognosanya. Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat
sekaligus dilakukan reseksi trakea atau laringektomi, tetapi perlekatan dengan jaringan
lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.
c. struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya karena metastase
luas ke mediastinum, sukar eksisinya biarpun telah dilakukan sternotomi, dan bila
dipaksakan akan memberikan mortalitas yang tinggi dan sering hasilnya tidak radikal.

8. Komplikasi
 Komplikasi yang dapat terjadi adalah perubahan kearah keganasan (karsinoma tiroid)
 Komplikasi post operasi: perdarahan, lesi n.laringeus superior, kerusakan n.rekuren

9. Prognosis
Prognosis tergantung pada jenis nodul dan tipe histologisnya.
Referensi
1. Sjamsuhidrajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2004
2.

Anda mungkin juga menyukai