Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya memilih satu dari
lima agama resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar umat beragama di Indonesia dinilai
masih banyak menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul terkait masalah kerukunan
beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, forum-forum
islam ekstrimis dan lainnya menyisakan masalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu
siap membara dan memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemahaman masyarakat tentang kerukunan atar umat beragama perlu ditinjau ulang.
Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya kerukunan antar agama, yang menjadikan
adanya saling permusuhan, saling merasa ketidak adilan.
Maka dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar semua masyarakat yang
mengalami dan tidak mengalami efek negative dari ketidak rukunan agama bahwa kerukunan
agama itu sangatlah penting.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata Islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama
Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan,
dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya.
Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu
Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para
Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam
agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai
kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik.
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural
masyarakat Indonesia tidak saja kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga
dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam,
Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah
perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan
tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama
yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita
kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.

Kerukunan Antar Umat Beragama 1


1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah kerukunan antar umat beragama adalah
1. Apa wacana dari kerukunan?
2. Apakah definisi dari kerukunan antar umat beragama?
3. Apa asas dari kerukunan antar umat beragama?

1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah kerukunan antar umat beragama adalah
1. Mengetahui definisi dari wacana kerukunan
2. Mengetahui definisi kerukunan antar umat beragama
3. Mengetahui asas kerukunan antar umat beragama

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari menciptakan suasana rukun antar umat beragama
dilingkungan masyarakat yaitu dengan rasa aman, nyaman dan sejahtera.

Kerukunan Antar Umat Beragama 2


BAB II
KERUKUNAN
ANTAR UMAT BERAGAMA

2.1 Wacana Kerukunan


Manusia pertama diciptakan Allah adalah Nabi Adam AS. Sebagai Abu basyar
dengan Siti Hawa sebagai ummu al-basyar. Kemudian keturunan Nabi Adam itu sebagai
umat yang satu(ummatun wahidah). (Q.S al- Baqarah/2:212). Subtansi ayat ini mengajarkan
agar manusia hidup dan berada dalam kebersamaan. Dalam kebersamaan ini manusia
berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang direalisasikan dengan berbagai macam
aktifitas serta bermacam hubungan antara sesamanya. Kebersamaan merupakan sarana untuk
ruang gerak bagi manusia dalam memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya. Tanpa
kebersamaan manusia tidak mampu hudup sendiri. Ketergantungan inilah yang menjadikan
manusia sebagai makhuk sosial, oleh Arisoteles disebutnya sebagai zoon politicon.
Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian ini jelas, bahwa kata kerukunan hanya dipergunakan dan
berlaku dalam dunia pergaulan.
Dengan kerukunan dimaksudkan agar terbina dan terpelihara hubungan baik dalam
pergaulan antara warga yang berlainan agama. Urgensi kerukunan adalah untuk
mewujudkan kesatuan pandangan yang membutuhkan kesatuan sikap, guna melahirkan
kesatuan perbuatan dan tindakan menanamkan rasa tanggung jawab bersama umat
beragama,sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri dari tanggung jawab atau
menyalahkan pihak lain.1

2.2 Bentuk Kerukunan Antar Umat Beragama


Membicarakan bentuk kerukunan antar umat beragama tidak dapat dilepaskan
kaitannya dari teori golongan. Dalam sosiologi terdapat beberapa klasifikasi golongan
termasuk golongan agama. Klasifikasi ini dikarenakan oleh perbedaan pandang antar para
sosiolog teradap golongan itu sendiri.
Menurut Von Weise (1867) golongan agama adalah golongan gaib atau golongan
abstrak. Maksud golongan gaib adalah golongan dalam bentuk hasil hidup yang berdasarkan
paham. Persatuan dalam golongan gaib diikat oleh hubungan batin antara anggotanya yang

1
Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama III, (Jakarta:Ciputat
Press,2005), hlm. 1-5.
Kerukunan Antar Umat Beragama 3
menjadikan golongan itu sebagai golongan kekal, karena yang melihat dan menerima agama
bukan sebagai sesuatu yang membosankan, melainkan sebagai penggerak (spirit) yang hidup
dan yang menggetarkan seluruh jiwa dan tubuhnya serta mempuntai pengaruh besar terhadap
anggota-anggotanya.
Golongan agama berpegang kepada dokrin mutlak (wahyu tuhan) yang dijadikan
sebagai landasan pertimbangan dalam cara berpikir, segala ucapan perbuatan dan tindakan,
yang dari sudut sosiologi akan dipandang terpuji jika mempertanggungjawabkan kebebasan
berpikir dan menghilangkan rasa takut dan bimbang dalam menghadapi kehidupan, dan
menghilangkan rasa kebencian dan permusuan dalam masyarakat.2
Tujuan kerukunan antar umat beragama, tidak dapat dipisahkan dari agama itu
sendiri, karena pengertian yang terkandung dalam tujuan ini bukan hanya sekedar mencapai
tujuan itu saja, tetapi bagaimana merealisasikan dan memeliaran tujuan itu. Mengingat tujuan
yang akan dicapai merupakan tujuan bersama umat beragama, maka konsekuensi dari tujuan
ini berada di tangan umat beragama itu sendiri.3
Inti dari tujuan hidup manusia adalah ketentraman dan kebahagiaan batin. Dalam
agama ketentraman dan kebahagiaan batin ini bukan hanya untuk pribadi saja, tetapi untuk
seluruh manusia yang disebut kemaslahatan atau kesejahteraan umum.
Bila ditinjau dari kepentinagan agama-agama itu sendiri serta urgensinya dalam
membangun dan membina masyarakat da bangsa, maka kerukunan antar umat beragama
bertujuan:
a. Memeliara Eksistensi Agama-agama
Dalam baasa Arab, agama disebut ad diin berarti taat, patuh. Kata lain ad dainun
berarti hutang. Agama milik Allah Tuhan Yang Maa Esa yang diamanatkan-Nya kepada
manusia dengan ketentuan; manusia harus menjaga dan memelihara amanat yang
dipercayakan Tuhan.
b. Memeliara eksitensi Pancasila
Pancasila dengan rumusan sederhana ini mempunyai ruang lingkup dan daya jangkau
yang jauh bagi insan Indonesia dalam berbangsa dan bernegara yang dapat disimpulkan
dalam dua pengertian, yaitu: sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dan sebagai falsafah
dan pandangan hidup indonesia.

2
Ibid., hlm. 17-18.
3
ibid., hlm. 19.
Kerukunan Antar Umat Beragama 4
c. Memeliara persatuan dan rasa kebangsaan
Indonesia adalah negara serba ganda (plural state). Bangsa indonesia telah hidup
dengan serba-kegandaan ini sejak zaman leluhur. Dan bila ditelusuri kembali sejarah bangsa
Indonesia sejak zaman leluhur itu, tidak terdapat fakta tentang adanya usaha-usaha untuk
mempermasalakan keserba-gandaan ini.
d. Memeliara stabilitas dan ketahanan nasional
Sesudah bangsa Indonesia berhasil memperjuagkan kedaulatan Republik Indonesia,
kedaulatan dan kekuasaan sepenuhnya berada di tangan bangsa Indonesia sendiri. Tetapi
kemudian terjadi berbagai peristiwa yang hampir menjurus kepada pemecah-belahan
kesatuan bangsa yang mengakibatkan terganggunya stabilitas dan ketahanan nasional.
e. Menunjang dan mensukseskan pembangunan
Pembangunan merupakan tuntutan zaman dan setiap generasi. Tuntutan ini harus
dipenuhi dan dilaksanakan. Pembangunan merupakan pertanda gerak dan sebagai respons
dari tuntutan tersebut. Setiap generasi menghendaki perubahan dan pembaharuan.
f. Mewujudkan masyarakat yang religius
Masyarakat religius yang dimaksud di sini adalah masyarakat yang menghayati,
mengamalkan dan menjadikan agamanya itu sebagai pegangan dan tuntutan hidup, berbuat,
bertingkah laku dan bertindak berdasarkan dan sesuai dengan garis-garis yang telah terkitta
dalam agamanya.4

1. Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam

Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran
untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan umat hidup manusia pada
khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Kondisi ini akan terwujut apabila manusia
sebagai penerima amanah Allah dapat menjalankan aturan tersebut secara benar dan kaaffah.
Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi
pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama Islam itu kemudian Allah secara berkesenambungan
kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya. Akhir dari proses penurunan agama Islam itu
baru terjadi pada masa kerasulan Muhammad SAW pada awal abad VII Masehi. Islam
sebagai agama yang Allah turunkan sebelum dinyatakan secara eksplisit pada masa kerasulan
sebelum Muhammad SAW, tetapi makna dan substansi ajarannya secara implisit memiliki

4
Ibid., hlm. 24-34.
Kerukunan Antar Umat Beragama 5
persamaan dalam ajaran Tauhid dan yang dapat dipahami dari pernyataan sikap para Rasul,
seperti Firman Allah Q.S Al-Baqarah:132.
  
   
    
   

“dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya’kub. (Ibrahim berkata): Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.”
Ajaran Agama Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sesuai dengan fitrah hidup manusia. Artinya ajaran agama Islam mengandung
petunjuk yang sesuai dengan sifat dasar manusia, baik dari aspek keyakinan,
perasaan, maupun pemikiran, sesuai dengan kebutuhan hidup manusia,
memberikan manfaat tanpa menimbulkan kompilasi dan mempatkan manusia
dalam posisi yang benar. (Q.S al-Rum:30).
2. Ajaran sempurna, artinya materi ajaran Islam mencangkup petunjuk seluruh
aspek kehidupan manusia. Petunjuk-petunjuk tersebut adakalanya disebut
secara eksplisit dan adakalanya disebut implisit. Untuk memahami petunjuk
yang implisit dilakukan dengan ijtihad. Penegasan tentang kesempurnaan
ajaran Islam terdapat dalam (Q.S Al-Maidah:3).
3. Kebenarannya mutlak. Kemutlakan ajaran Islam dikarenakan berasal dari
Allah yang Maha Benar. Di samping itu kebenaran ajaran Islam dapat juga
dibuktikan melalui realita ilmiyah dan ilmu pengetahuan. (Q.S Al-
Baqarah:147).
4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Dua tugas
utama diciptakan di muka bumi merupakan cerminan adanya keseimbangan
dalam kehidupan manusia. Keseimbangan itu perlu dijaga dan manusia perlu
menempatkannya secara proporsional.
5. Fleksibel dan ringan, artinya ajaran agama Islam memperhatikan dan
menghargai kondisi masing-masing individu, dan tidak memaksakan umatnya
untuk melakukan perbuatan di luar batas kemampuannya. (Q.S al-
Baqarah:286)

Kerukunan Antar Umat Beragama 6


6. Berlaku secara universal, artinya ajaran Islam berlaku untuk seluruh umat
manusia di dunia sampai akhir masa. (Q.S al-ahzab:40).
7. Sesuai dengan akal pikiran dan motivasi manusia untuk menggunakan akal
pikirannya. (Q.S al-mujadalah:11).
8. Inti ajarannya “Tauhid” dan seluruh ajarannya mencerminkan ketauhidan
kepada Allah SWT.

Dengan karakteristik di atas, terbukti bahwa Isalm adalah agama rahmat bagi sekalian
alam. (Q.S al- Anbiya’:107).
Fungsi Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam tidak tergantung dalam penerimaan
atau penilaian manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut. Fungsi itu baru
akan dilaksanakan baik oleh manusia maupun oleh makhluk-makhluk lain apabila manusia
sebagai pengemban amanah Allah telah mentaati ajaran tersebut.
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam tersebut adalah:
1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar. Ajaran Islam sebagiannya
bersifat ta’abbidi (supra rasional), artinaya di atas kemampuan akal manusia
untuk mengetahuinya, seperti kemahaesaan Allah, ajaran sholat dan lainnya.
Sebagian ajaran Islam yang lain bersifat ta’aqquli (rasional), artinya mampu
dipahami rasionalitasnya, seperti dalam hublum minannas dan pemanfaatan alam
semesta.
2. Islam memberikan kewbebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan kepada Allah secara bertanggung jawab. Allah sudah mendatangkan
petunjuk dan memberikan akal kepada manusia, dan kepadanya dipersilahkan
untuk memilih sesuai dengan petunjuk yang ada. Namun apa pun yan di pilih oleh
manusia itu tetap ada konsekwensi dan pertanggung jawabannya. Dalam (Q.S al –
Baqarah:256).
3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah, baik
Muslim mau pun non Muslim. Dihadapan Allah manusia sama yang
membedakannya hanyalah ketaqwaannya.
4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dam proporsional. Allah telah
memberikan hak pada manusia untuk memanfaatkan alam beserta isinya, tetapi
Allah juga mengingatkan bahwa kerusakan yang terjadi di alam ini diakibatkan
oleh perbuatan tangan manusia. (Q.S al-Rum:41). Demikian juga sikap dan cara
memperlakukan hewan, banyak hadis Rasulullah yang menerangkan tentang itu.

Kerukunan Antar Umat Beragama 7


Seperti ketika hendak menyembelih hewan, maka hendaklah menggunakan cara
yang baik dan pisau yang tajam agar tidak menyiksa binatang.
5. Islam menghormati kondisi spesifik individu dan memberikan perlakuan yang
spesifik pula. Ada keringanan-keringanan tertentu yang diberikan kepada seorang
muslim pada saat tertentu. Seperti orang yang sedang dalam perjalanan dibolehkan
menjama’kan mengqasarkan shalat, orang sakit boleh solat dalam posisi duduk
atau berbaring, zakat dan haji hanya bagi orang-orang mampu (kaya) dan beberapa
ketentuan dalam ibadah lainnya.

2. Makna Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah


1. Makna Ukuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya persaudaraan simpati atau empati
antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama baik suka
maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal
balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan sikap untuk membagi
kesenangan kepada pihak lain. Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesama muslim
di sebut ukhuwah Islamiyah.
Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga,
suku, bangsa dan warna kulit, namun dengan perasaan seaqidah dan sekeyakinan. Nabi
mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya ibaratkan satu tubuh. Apabila ada
bagian satu yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Rasulullah SAW juga
bersabda: “Tidak sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai saudaranya
seperti ia mencintai dirinya sendiri”
Antara sesama muslim tidak ada sikap saling permusuhan, sikap saling islah dan
menasehati itu yang dituntut. Seorang muslim dilarang untuk mengolok-olok saudaranya
yang muslim. Tidak boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain. (Q.S al-
Hujarat: 11-12).
2. Makna Ukhuwah Insaniah
Persaudaraan sesama manusia disebut dengan ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini
dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makluk Allah. Manusia diciptakan
Allah. Manusia diciptakan Allah pada dasarnya berasal dari unsur tang satu. Perbedaan
keyakinan dan agama juga merupakan kebebasan pilihan yang diberikan Allah. Al ini harus
dihargai dan dihormati.

Kerukunan Antar Umat Beragama 8


Toleransi antar umat beragama sedah bermaktub dalam Piagam Madinah, paling tidak
ada dua ajaran pokok, yaitu pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku
bangsa; dan hubungan antara komunitas muslim dengan nonmuslim didasarkan pada prinsip:
1. Berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga;
2. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama;
3. Membela mereka yang teraniaya;
4. Saling menaseati;
5. Mengormati kebebasab beragama;
Dalam praktek, ketegangan yang saling timbul intern umat beragama dengan antar
umat beragama disebabkan oleh;
1. Sifat dari masing-masing agama yang menganding tugas dakwa atau missi
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk akan agamanya sendiri dan agama lain.
Arti keberagamaannya lebih kepada sikap fanatisme dan kepicikan (sekedar ikut-
ikutan).
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati
bahkan memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pahak lain, baik intern umat beragama
maupun antar umat beragama.
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
(Departemen Agama, 1980:38).
Dalam pembinaan umat beragama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai
peranan yang besar, yaitu:
1. Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama kedalam kehidupan
masyarakat.
2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti
oleh masyarakat.
3. Memberi pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara
yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta
dalam usaha pembangunan.
5. Meredamkan api-api konflik yang ada dan berusaha mencari titik temu dan solusi.

Kerukunan Antar Umat Beragama 9


Apabila sikap-sikap di atas dapat diwujudkan, maka ukuwah akan ditercipta dan
kedamaian akan diserahkan dalam keidupan.

3. Kebersamaan dalam Pluralitas Beragama


Kata “pluralisme” diterjemahkan dalam berbagai interpretasi. Interpretasi popular dari
John Hick mengenai pluralisme ini adalah anggapan bahwa kebenaran merupakan satu hal
yang kolektif di antara semua agama, dan seluruh agama bisa menjadi sumber keselamatan,
kesempurnaan dan keagungan bagi para penganutnya.(Ali Rabbani al-Gufaini, 2004:4)
Seajalan dengan itu, Nurcalis Madjid berpendapat bahwa pluralisme tidak dapat
dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam,
terdiri dari berbagai suku dan agama, yang hanya akan menggambarkan kesan pragmetasi,
bukan pluralisme.
Menurut pendapat Ali Rabbani, pluralisme agama yang bisa diterima adalah
pluralisme dalam makna kedua, yakni kehidupan bersama secara rukun. Masing-masing
meyakini kebenaran ada dipihaknya. Penulis sendiri juga berpendapat dengan interpretasi
kedua. Karena jika kita meyakini kebenaran ada pada semua agama, maka kesaliman aqida
kita akan goyah.
Kebersamaan hidup akan orang islam dengan non muslim telah dicontohkan oleh
Rasulullah ketika beliau dengan para sahabat mengawali hidup di Madinah setelah hijrah.
Rasulullah mengikat perjanjian penduduk Madinah yang terdiri dari orang-orang kafir dan
muslim untuk saling membantu dan menjaga keamanan kota Madinah dari gangguan musuh.
Rasulullah juga pernah menggadaikan baju besinya kepada orang-orang yahudi ketika umat
Islam Kekuranganpangan.5

4. Pemantapan Kesadaran Pluralitas Agama


Pluralitas masyarakat Indonesia adalah keragaman dalam sebuah wujud persatuan
bangsa. Dalam konteks ini, pluralitas agama menjadi suatu yang penting bagi masyarakat
Indonesia. Agama-agama besar di dunia, selain Yahudi, hidup dan berkembang di Indonesia.
Oleh sebab itu, Pluralitas adalah hal yang tidak dapat diingkari.

5
Nurhasanah Baktiar, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum,
(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013, cetakan ke-1), hlm. 141-149.
Kerukunan Antar Umat Beragama 10
Kedasaran yang luas terhadap pluralitas dari berbagai lapisan masyarakat agama
tersebut akan menumbuhkan sikap-sikap pluralitas bagi masyarakat agama yang luas pula.
Kesadaran itu dapat disosialisasikan secara nasional yang dilalui dari masing-masing agama.6

2.3 Asas Kerukunan Antar Umat Beragama


Mendiskusikan masalah asas kerukunan antar umat beragama, berarti langsung atau
tidak langsung kita telah mengansumsikan adanya kemungkinan berbagai penganut agama
bertemu dalam suatu landasan bersama (common platform). Maka pertanyaan ialah, adakah
titik temu agama-agama ini?
Pertanyaan yang hampir harian itu kita ketahui mengandung jawaban yang bervariasi
dari ujung ke ujung, sejak dari yang tegas mengatakan “ada”, kemudian yang ragu dan tidak
tahu pasti, dan juga bukan sikap ragu dan penuh kebimbangan.
Sementara demikian itu ajaran tentang hubungan dan pergaulan antar umat beragama
– suatu hubungan dan pergaulan berdasarkan pandangan bahwa setiap agama dengan idiom
atau syir’ah dan minbaj masing-masing mencoba berjalan menuju kebenaran. Maka para
penganut agama diharapkan dengan sungguh-sungguh menjalankan agama itu dengan baik.
Agaknya sikap yang penuh dengan inklusifisme ini kita pahami betul, demi kebaikan kita
semua.7
Kitab Taurat diturunkan Tuhan kepada kaun Yahudi lewat Nabi Musa as. Sesudah
Nabi Musa as. Dan para Nabi yang lain yang langsung meneruskannya, Tuhan mengutus ‘Isa
al-Masih as. Dengan kitab Injil (kabar gembira). Para pengikut ’Isa al-Masih as. Menyebut
Injil itu “Perjanjian Baru”, berdampingan dengan Kitab Taurat yang mereka sebut “Perjanjian
Lama”. Kaum Yahudi, karena tidak mengakui ’Isa al-Masih as. Dengan Injilnya, menolak ide
perjanjian “lama” dan “baru” itu, namun al-Qur’an mengakui keabsahan kedua-duanya
sekaligus. Al-Qur’an juga mengatakan bahwa Injil yang diturunkan kepada Isa al-Masih as.
Itu menguatkan kebenaran Taurat, dan memuat petunjuk dan cahaya serta naseat bagi kaum
yang bertaqwa. Para pengikut Injil diharuskan menjalankan ajaran dalam Kitab Suci itu,
sesuai yang diturunkan Tuhan. Kalau tidak, mereka akan fasiq (berkecenderungan jahat).8

BAB III

6
Said Agil Husin Al Munawar, op. cit., hlm. 210.
7
Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan,(Jakarta: Dian Rakyat, 2010,
cetakan ke-4), hlm. 91.
8
Ibid., hlm. 93.
Kerukunan Antar Umat Beragama 11
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling
bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak
langsung memberikan stabilitas dan kemajuan Negara. Cara menjaga sekaligus mewujudkan
kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog antar umat
beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama.
Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat
beragama antara lain:
a) Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama
lain
b) Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya.
c) Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain
yang sedang beribadah.
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk masyarakat di Indonesia supaya menanamkan sejak
dini pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama agar terciptanya hidup rukun antar
sesama sehingga masyarakat merasa aman, nyaman dan sejahtera.

Kerukunan Antar Umat Beragama 12

Anda mungkin juga menyukai