i
2. Sampel................................................................................................................... 23
F. Cara Pengumpulan Data ........................................................................................... 32
H. Rencana Analisa data ............................................................................................... 36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Malaria merupakan masalah kesehatan dunia dengan 207 juta kasus dan
lebih dari 627.000 kematian setiap tahunnya, terutama pada anak dengan usia
memperkirakan sekitar 34,8 juta kasus dan 45.600 kematian akibat malaria di
Asia dan dilaporkan lebih dari 85% kejadian malaria dan kematian terjadi di
beberapa Provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
primata/monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan sampai saat ini masih
1
baru dalam eliminasi malaria (Hadidjaja P dan Margono S, 2011 ; Ditjen PP &
PL, 2011)
maret 2014, penderita penyakit malaria mencapai 614 orang. Dimana dari
semua penderita tadi dapat di bagi menjadi dua wilayah, yakni wilayah Utara
Jaro, Haruai, Upau dan Muara Uya, dengan usia penderita 15-54 tahun. Dan
Diagnostic Tes (RDT) merupakan salah satu metode yang sangat banyak di
gunakan, selain tidak perlu menunggu waktu yang lama, prosedur metode ini
2
satu penyebab keterlambatan pengobatan dan kesalahan diagnosis malaria.
Masalah ini merupakan suatu hal yang menarik dan perlu untuk di teliti.
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
Tabalong.
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
3
4. Untuk mengetahui rasio kemungkinan (likelihood ratio)
mikroskopik
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
secara cepat dan tepat bagi daerah yang tidak memiliki fasilitas
4
BAB II
A. Malaria
dan Anopheles latens. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja
menyebabkan kematian.
kuartana
benigna.
5
4. Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale atau malaria
Margono S, 2011)
Seorang penderita malaria dapat diinfeksi oleh lebih dari satu jenis
tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi
a. Sporogoni (Seksual)
tubuh nyamuk. Siklus ini juga disebut siklus ekstrinsik karena masuknya
darah, tidak dicerna bersama sel-sel darah yang lain (Soedarto, 2011).
6
Di dalam lambung berubah menjadi ookista yang dibentuk oleh ribuan
b. Skizogoni (Aseksual)
P.vivax ada yang ditemukan dalam sel hati yang disebut hipnizoit (
kali bahkan sampai jangka waktu 3-4 tahun. Sedangkan P.ovale dapat
relapse), karena siklus di dlam sel darah merah masih berlangsung sebagai
akibat pengobatan yang tidak teratur. Dalam sel hati parasit tumbuh
dimulai pada waktu merozoit hati memasuki sel dalah merah. Merozoit
menjadi banyak merozoit, pigmen dan residu keluar serta masuk kedalam
7
plasma darah. Parasit ada yang masuk sel darah merah lag untuk
3. Patogenesis Malaria
8
pembuluh adarh dari pada koagulasi intravaskular. Invasi merozoit malaria
tertentu dan terbagi dalam 3 stadium yaitu stadium dingin, stadium demam
merupakan gejala kardinal pada malaria. Hal ini dapat terjadi intermiten
dengan atau tanpa periodisitas atau terus menerus. Demam sering disertai
anoreksia, mual dan muntah. Pada malaria anak gejala bervariasi dan
dominan. Demam malaria pada anak dapat menjadi sangat tinggi > 40°C
9
anak memiliki resiko tinggi berkembang menjadi malaria berat sehingga
malaria harus dicurigai pada pasien yang berada di daerah endemik. Hal
ini juga harus dicurigai pada pasien yang baru mengunjungi daerah
falciparum demam dapat terjadi setiap hari, pada malaria vivak atau
malaria ovale demam terjadi setiap 48 jam (selang waktu satu hari),
dengan selang waktu selama 2 hari (72 jam) (Hadidjaja P dan Margono S,
5. Diagnosis Malaria
10
antara lain adalah :
a. Pemeriksaan mikroskopik
- Kepadatan parasit
a) Semi – kuantitatif
lapangan
11
b) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah
tebal
(menghitung jumlah parasit per 200 leukosit) atau sediaan darah tipis
Contoh :
menggunakan sediaan darah tebal. Pada sediaan darah tebal tidak terlihat
sel darah merah (karena lisis). Walaupun demikian parasit malaria tetap
(Riskesdas,2010).
12
b. RDT (Rapid Diagnostic Test )
penangkap, dan satu sebagai antibodi deteksi (WHO, 2013b ; Murray C.K,
(Coloidal gold) sebagai penanda, sehingga muncul tanda berupa garis yang
pada strip berupa garis tipis (garis tes) dan antibodi yang tidak
13
b. Darah dan buffer yang diletakkan pada strip atau lubang pada strip
dan variasi dari interpretasinya adalah kecil antara pembaca yang satu
dengan yang lainnya. Uji ini lebih praktis digunakan di lapangan, hanya
(WHO, 2011).
menit hasil sudah dapat diinterpretasikan. Bila terlihat satu garis (garis
kontrol) berwarna merah muda berarti negatif. Bila terlihat dua garis
14
berwarna merah muda berarti positif Plasmodium non falciparum
(Panmalaria). Bila terlihat tiga garis berwarna merah muda hasil berarti
positif P. falciparum atau infeksi campuran. Saat ini metode ICT dapat
komersial oleh RDT yaitu Histidine Rich Protein 2 (HRP 2), khusus
Membrane Protein 1 (PfEMP 1). Ada tiga HRP yang telah diidentifikasi
diekspresikan pada kedua knob positif dan negatif dan jumlahnya sangat
banyak, dan merupakan antigen pertama Saat ini metode ICT dapat
komersial oleh RDT yaitu Histidine Rich Protein 2 (HRP 2), khusus
dan aldolase (pan-spesifik) (Ditjen PP & PL, 2008). Pada eritosit yang
Membrane Protein 1 (PfEMP 1). Ada tiga HRP yang telah diidentifikasi
15
1, PfHRP 2 dan PfHRP 3. PfHRP 1 (Mr 80.000 - 115.000) hanya
diekspresikan pada kedua knob positif dan negatif dan jumlahnya sangat
Sintesa PfHRP 2 dimulai pada saat berbentuk cincin dan berlanjut hingga
histidine dan juga kandungan alanine dan aspartat yang relatif tinggi
and Goldring J.P, 2013). Banyak penelitian telah melaporkan kinerja RDT
1. Sensitivitas biasanya mencapai > 90% pada level parasitemia > 100
16
3. Hasil positif palsu dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu
rheumatoid factor (RF). Hasil positif palsu terjadi dalam beberapa persen
4. Hasil negatif palsu dapat dijumpai pada malaria berat atau parasitemia
yang sangat tinggi yaitu > 40000 parasit / µl dan hasil negatif palsu yang
jarang terjadi dapat disebabkan oleh delesi atau mutasi dari gen hrp-2
5. Biaya tes ini masih cukup mahal serta kelembapan dan temperatur
B. Landasan Teori
efektif dan cepat. Tidak hanya di daerah terbatas sumber daya, di mana
17
negara maju,dimana keahlian dalam diagnosis malaria juga sering kurang.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode diagnostik yang cepat dan
ini berdasarkan atas deteksi antigen yang dikeluarkan oleh parasit malaria,
18
(PfHRP 2) dapat melisiskan darah dengan menggunakan prinsip
Immunochromatographic.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Usia
Spesies Tanda dan gejala
Wilayah klinis
Imunitas
Tubuh
Laboran Pemeriksaan
terlatih Mikroskopik (Gold
Kepadatan Standar)
parasit
Biaya
Pemeriksaan Diagnosis Malaria
Teknik
Quantitative Buffy
sentrifugasi
Penyimpanan
Faktor Pemeriksaan
Reumatoid Rapid Diagnostic
Test (RDT)
Biaya
Laboran
terlatih Pemeriksaan
Peralatan Polymerase Chain
Khusus Reaction (PCR)
20
B. Kerangka Konsep Penelitian
Pemeriksaan
Mikroskopik
(gold standar)
Diagnosis Malaria
Pemeriksaan
Rapid
Diagnostic
Test (RDT)
C. Hipotesis
21
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Populasi Target
22
1.2 Populasi Terjangkau
2. Sampel
n=
d2 P
Dimana :
n = besar sampel
23
d = presisi penelitian
α = tingkat kesalahan
P = prevalensi penyakit
n= =100
( 0,30)2 x 0,06
E. Variabel Penelitian
Operasioal
a negatif
Plasmodium
malaria pada
24
sediaan
darah
melalui
pemeriksaan
mikroskopik
menentukan pemeriksaa
adanya n sediaan
parasit darah
malaria dan
merupakan
gold standard
dalam
mendiagnosa
Malaria
25
Diagnostic berdasarkan Zephyr (reaktif
Immunochro India)
matography
Test(ICT)
pada kertas
nitrocellulose
yang
berbentuk
dipstick
dengan
dengan
target
antigen
HRP-2 dan
Pan spesifik
pLDH
(membedaka
n P.
falciparum
dan spesies
Plasmodium
lainnya).
Penangkapan
26
antigen
parasit dari
darah perifer.
27
4 Akurasi Sensitivitas adalah RDT dan Positif numerik
malaria dan
menunjukkan seberapa
dalam
mengidentifikasi pasien
dengan penyakit.
Sensitivitas
= a/a+c x
100%
a = Positif
Benar ; b =
Positif Palsu
Spesifisitas adalah
untuk memberikan
menderita malaria
28
Spesifisitas
= d/(b+d) x
100%
c = Negatif
Palsu ; d =
Negatif
Benar
(Positive Predictive
adalah kemampuan
memprediksi penderita
(Negative Predictive
adalah kemampuan
memprediksi bukan
benar
29
Negative
Predictive
Value
(NPV) =
d/(c+d) x
100%
Rasio kemungkinan
LR positif adalah
perbandingan antara
positif dengan
positif
Likehood
Ratio (LR)
positif =
sensitivitas/
(1-
spesifisitas)
Rasio kemungkinan
LR negatif adalah
perbandingan antara
30
yang hasil ujinya
negatif dengan
negatif
Likehood
Ratio (LR)
negatif=(1-
sensitivitas)
/(spesifisita
s)
revalensi Terjadinya
waktu tertentu
Prevalensi =
Jumlah
terjadinya
penyakit/Ju
mlah
Populasi
31
F. Cara Pengumpulan Data
Pemeriksaan mikroskopik :
1. Mikroskopik
3. Lancet steril
4. Kapas
1. Kapas alkohol
2. Lanset steril
3. Buffer / Penyangga
4. Stiker label
.2 Cara Kerja
32
2. Sebelum dilakukan pemeriksaan, subjek diberi penjelasan tentang
1 tetes kecil darah (± 2μl) di bagian tengah object glass untuk sediaan
darah tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah (± 6μl) di bagian ujung
clearing buffer 4 tetes pada port ”B”. Hasil dibaca dalam 15 menit.
atas rak kaca objek dengan posisi vertikal agar cepat kering.
33
8. Sediaan darah yang terkumpul diperiksa dengan pemeriksaan
terlatih.
10. Pada pasien dengan hasil mikroskopik dan RDT positif maka
2011).
34
G. Alur Penelitian
Dilakukan pemeriksaan
Dilakukan
Rapid Diagnostic Test sediaan darah
(Mikroskopik)
+ -
+ -
Keterangan :
Hasil pemeriksaan RDT (+) dan mikroskopik (+) ; RDT (-) dan
Hasil pemeriksaan RDT (+) dan mikroskopik (-) ; RDT (-) dan
Hasil pemeriksaan RDT (+) dan mikroskopik (-), maka tidak diberikan
terapi.
35
H. Rencana Analisa data
sampel. Untuk data numerik akan ditampilkan nilai mean dan standard
prevalensi.
36