Anda di halaman 1dari 5

Keriswan Hussein Nainggolan

120522016
S1 Akuntansi Ekstensi
Etika Bisnis dan Profesi

ETIKA DALAM PRAKTEK INVESTASI DAN PASAR MODAL

Etika Bagi Emiten


Dalam menanamkan dana, investor menilai kondisi dan kinerja perusahaan. Untuk itulah
informasi yang menggambarkan kondisi dan kinerja emiten menjadi hal yang sangat krusial
dalam pasar modal. Dengan posisinya sebagai pihak yang pasif dan tidak mengetahui secara
detail seluk-beluk perusahaan, investor berpotensi menjadi pihak yang dirugikan dalam
kaitannya dengan keandalan informasi. Untuk itulah, pemerintah melalui Bapepam-LK
melindungi kepentingan investor melalui aturan-aturan, salah satunya adalah Undang-Undang
yang mengatur mengenai pasar modal di Indonesia adalah UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal.

Meskipun telah dilindungi dengan aturan, investor masih merupakan pihak yang
berpotensi dirugikan. Hal ini disebabkan karena banyak celah yang belum diatur oleh peraturan
dan sifat dari akuntansi yang memiliki berbagai alternatif dalam menyajikan kondisi atau
aktivitas ekonomi emiten. Dengan sifat akuntansi yang demikian, maka laporan keuangan yang
dihasilkan juga dapat disajikan dengan berbagai pendekatan. Emiten sebagai pengelola dana
tidak boleh sekedar memenuhi batasan-batasan yang tertuang dalam aturan. Emiten harus
mengutamakan kepentingan investor meskipun tidak diatur dalam aturan. Dalam hal ini
kepentingan investor adalah laporan keuangan yang handal dan relevan.
Terkait dengan penyajian laporan keuangan, Bapepam-LK mewajibkan emiten
untuk menyerahkan laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan triwulanan. Laporan
keuangan tahunan wajib diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam-LK. Sedangkan
laporan keuangan triwulanan tidak wajib diaudit. Makalah ini tidak membahas secara mendetail
etika akuntan publik, sehingga diasumsikan bahwa akuntan publik telah menjalankan tugasnya
dengan etis dan penuh profesionalisme.
Fungsi dari audit yang dilakukan oleh akuntan publik adalah untuk meningkatkan
keandalan informasi dalam laporan keuangan. Setiap upaya emiten untuk menyajikan informasi
yang bersifat menyesatkan akan diminimalisir dan dikoreksi oleh akuntan publik, sehingga
investor dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan investasi. Karena
hanya laporan keuangan tahunan yang diwajibkan untuk diaudit, maka terdapat celah bagi
emiten untuk menyajikan informasi yang tidak semestinya dalam laporan triwulanan.
Meskipun pada periode audit akan dikoreksi oleh akuntan publik, investor telah
menyajikan informasi yang tidak semestinya selama tiga triwulan. Dalam periode tiga triwulan
tersebut, investor berpotensi membuat keputusan yang tidak efisien terkait alokasi modal yang
dimiliki sebagai akibat dari laporan keuangan triwulanan yang disajikan oleh emiten. Dampak
negatif dari pembuatan keputusan yang tidak efisien tersebut akan terakumulasi pada kuartal ke
empat setelah laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh akuntan publik disajikan.
Dengan memperjualbelikan sahamnya pada bursa, secara langsung manajemen memiliki
kepentingan terhadap harga saham. Perusahaan yang dianggap memiliki kinerja baik oleh para
investor akan diapresiasi ke dalam peningkatan harga saham, dan peningkatan harga saham
tersebut merupakan salah satu dasar yang digunakan untuk memberikan kompensasi kepada
manajemen perusahaan. Adanya kepentingan tersebut membuat manajemen emiten melakukan
tindakan-tindakan yang mampu meningkatkan harga saham perusahaan dengan cara yang tidak
beretika, yang pada akhirnya akan menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan para investor.
Beberapa macam praktik penyimpangan yang terjadi pada pasar modal:
1) Insider Trading. Insider trading merupakan perdagangan efek yang dilakukan oleh
orang dalam perusahaan, dimana perdagangan efek tersebut didasarkan karena adanya
informasi dari orang dalam perusahaan yang penting dan mengandung fakta material.
Umumnya para pelaku insider trading mengharapkan keuntungan ekonomi.
2) Marking the close. Yaitu tindakan merekayasa harga permintaan atau penawaran Efek
pada saat atau mendekati saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga
efek atau harga pembukaan yang tinggi pada hari perdagangan berikutnya.
3) Painting the tape, yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan
rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau
mempunyai sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu.
4) Cornering the market, yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat
menguasai pasar (menyudutkan pasar).
5) Pools yaitu penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor dimana
dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar.
Manager dari pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada
anggota kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuensi jual beli Efek sehingga
dapat meningkatkan harga Efek tersebut.
6) Wash Sale yaitu transaksi yang terjadi antara pihak pembeli dan penjual yang tidak
menimbulkan perubahan kepemilikan dan/atau manfaatnya (beneficiary of ownership)
atas transaksi saham tersebut. Tujuannya untuk membentuk harga naik, turun atau tetap
dengan memberi kesan seolah-olah harga terbentuk melalui transaksi yang berkesan
wajar. Selain itu juga untuk memberi kesan bahwa Efek tersebut aktif diperdagangkan.

Contoh dari perilaku tidak etis emiten terkait laporan keuangan kuartalan adalah PT
Indofarma, Tbk. pada tahun buku 2002. INAF membukukan laba hingga kuartal ketiga tahun
2002 sebesar Rp 80 miliar. Akan tetapi setelah laporan keuangan diaudit oleh KAP Hans
Tuanakota Mustofa (Afiliasi Deloitte Touche Tohmatsu), laporan keuangan INAF menunjukan
rugi sebesar Rp 59 miliar. Kondisi tersebut sangat membingungkan investor karena dalam kurun
waktu satu kuartal, kondisi dan kinerja perusahaan mengalami perubahan yang sangat tragis.
Setalah diusut oleh otoritas pasar modal, ditemukan bahwa manajemen INAF tidak melaporkan
secara benar kondisi perusahaan dalam laporan kuartal dengan tidak menghapus persediaan yang
telah usang.
Permasalah tersebut mengantarkan manajemen puncak INAF kepada hukuman
pengadilan. Di sisi lain, investor mengalami kerugian yang cukup besar. Pasalnya, setelah
melangsungkan IPO, harga saham INAF melonjak hingga Rp 300. Akan tetapisetelah kasus ini
terungkap, harga saham INAF turun hingga menyentuh titik terendah yang diijinkan BEI, yaitu
Rp 50. Itu artinya investor mengalami kerugian 83,33%. Bahkan di pasar non-reguler, harga
ditawarkan di bawah Rp 50.
Masalah lain terkait dengan keandalan informasi adalah seberapa detail perusahaan
mengungkapkan (disclosure) informasi perusahaan. Informasi yang terlalu detail,
selainmembutuhkan waktu dan biaya yang lebih banyak, juga berpotensi memperkuat posisi
kompetitor yang bergerak dalam industri sejenis. Akan tetapi informasi kompleks yang
membutuhkan pengungkapan justru tidak diungkapkan dapat mempersulit investor dalam
menilai kondisi dan kinerja perusahaan. Dalam beberapa hal, regulator menetapkan
pengungkapan tertentu seperti pengungkapan LIFO reserve jika perusahaan menggunakan
metode LIFO dalam cost flow persediaannya.

Etika Bagi Investor


Dalam melakukan investasi di pasar modal kebanyakan investor mencari dan
memfokuskan perhatiannya terhadap investasi yang aman dan menjanjikan keuntungan yang
tinggi, hanya sedikit yang memperhatikan investasi yang beretika. Apabila investor akan
melakukan investasi yang berdasar etika, hendaklah perhatian utamanya ditujukan kepada
produk dan jasa perusahaan tersebut. Misalnya, jangan melakukan investasi di perusahaan yang
memproduksi bahan-bahan yang mengakibatkan penyakit atau merusak lingkungan. Selanjutnya,
memperhatikan bagaimana dana yang diperoleh perusahaan tersebut disalurkan, misalnya
investasi di reksadana dapat menjadi investasi yang tidak beretika apabila dana yang dihimpun
diinvestasikan di perusahaan- perusahaan yang produksinya mengakibatkan penyakit atau
merusak lingkungan.

Bagi investor yang tidak aktif menjalankan bisnis itu sendiri terdapat tiga pendekatan
yang dapat digunakan yaitu:
a. Pendekatan Negatif
Pendekatan negatif ini disebut juga teori penghindaran, di mana para investor yang
beretika, akan menghindari investasi di bidang atau perusahaan yang tidak disukainya,
atau bertentangan dengan prinsip etika bisnis yang dianutnya atau juga melakukan
kegiatan bisnis di bidang-bidang yang melanggar ketentuan lingkungan, produksi zat
kimia yang berbahaya, produksi senjata, atau melakukan investasi di negara-negara yang
melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia.
b. Pendekatan Positif
Dalam hal ini para investor hanya akan melakukan investasi pada bidang usaha atau
bisnis yang sesuai dengan etika bisnis yang dianutnya. Dalam penerapannya investor
dapat menyusun daftar perusahaan atau bidang bisnis yang dipandang sesuai dengan etika
bisnis yang umum.
c. Pendekatan Aktif
Dengan pendekatan ini para investor akan melakukan investasi di bidang bisnis yang
menurutnya tidak sesuai dengan etika bisnis yang umum dianut, dan dalam melakukan
investasi di bidang itu terkandung tujuan untuk mengambil alih kontrol terhadap
perusahaan tersebut untuk selanjutnya melakukan perubahan agar perusahaan tersebut
menjalankan bisnis sesuai dengan etika bisnis yang umum.

Anda mungkin juga menyukai