Disusun oleh:
TAHUN 2016/2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu : ± 20 menit
I. ANALISA SITUASI
1) Lansia/pasien Stroke
B. Penyuluh
C. Ruangan
(Terlampir).
V. MEDIA
1. Leaflet
VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan
No Tahap Kegiatan TIK Metode Waktu
Penyuluh Peserta
2 Penyajian Pengertian Stroke Menyebutkan Pengertian Stroke Mendengarkan dan memperhatikan Ceramah 10 menit
3 Penutup Evaluasi kegiatan Mengevaluasi kegiatan Mendengarkan dan menjawab Tanya jawab 7 menit
dan diskusi
Membuat kesimpulan Menyampaikan kesimpulan Mendengarkan kesimpulan
A. Pengertian
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mandadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian (Badrul Munir, 2015)
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
(GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan
bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat (George
Dewanto, 2009).
B. Klasifikasi
a. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada usia
50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
1) Trombosis pada pembuluh darah otak (trombosis of cerebral vessels).
2) Emboli pada pembuluh darah otak (embolism of cerebral vesels).
b. Stroke hemoragik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun
dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental).
1) Perdarahan intraserebral (parenchymatous hemorrhage)
Gejalanya :
a) Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi.
b) Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas, dan emosi atau marah.
c) Mual atau muntah pada permulaan serangan.
d) Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan.
e) Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang
dari ½ jam-2 jam ; < 2% terjadi setelah 2 jam – 19 hari).
2) Perdarahan subarakhnoid (subarachnoid hemmorhage)
Gejalanya :
a) Nyeri kepala hebat dan mendadak.
b) Kesadaran sering terganggua dan sangat bervariasi.
c) Ada gejala atau tanda meningeal.
d) Papiledema terjadi bila ada perdarahan subarakhnois karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.
(Batticaca, 2012)
C. Penyebab Stroke
a. Trombosis Serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sering tidur atau
bangun tidur. Hal ini apat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
sering kali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
1) Aterosklerosis;
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia;
3) Arteritis (radang pada arteri);
4) Emboli.
b. Hemoragi
Pedarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembasan darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan aringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, edema, dan
mungkin herniasi otak.
c. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
1) Hipertensi yang parah;
2) Henti jantung-paru;
3) Curah jantung turun akibat aritmia.
d. Hipoksia setempat
Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu.
Otak manusia terdiri atas otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang
otak. Otak besar terdiri atas bagian besar yang disebut hemisfer, yaitu hemisfer kanan
dan hemisfer kiri. Fungsi bagian tubuh sebelah kanan dikendalikan oleh hemisfer
kanan. Otak terdiri atas lobus-lobus yang memiliki fungsi masing-masing(Pinzon,
2010).
Gejala stroke infark yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah.
a. Arteri Cerebri Anterior
1. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
2. Gangguan mental
3. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
4. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
5. Bisa terjadi kejang-kejang.
e. Sistem Vertebrobisiler:
1. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
2. Meningkatnya refleks tendon.
3. Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
4. Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).
5. Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
6. Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien
sulit berbicara (disatria).
7. Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(stupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi).
8. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah
bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata
(ptesis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang dada pada
belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).
9. Gangguan pendengaran.
10. Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah (Munir, 2015).
(4) Menurunkan kadar kolesterol: melalui pola makan dan olahraga, apabila
diperlukan, minum obat sesuai dengan petunjuk dokter
(6) Obat-obatan berikut ini bermanfaat bagi pasien yang telah menderita stroke
iskemik (stroke karena kurangnya pasokan darah):
a. Obat anti-trombosit (seperti Aspirin atau obat yang serupa) – Aspirin bisa
mencegah trombosit membeku dan merupakan obat yang umum digunakan
untuk mencegah stroke. Bila dibandingkan dengan plasebo (non-obat), obat
ini bisa mencegah tingkat kekambuhan stroke hingga 22%. Dan obat ini tidak
mahal. Sebagian besar orang tidak akan merasa tidak enak badan bila
mengonsumsi aspirin dalam dosis yang kecil (50-300 mg). Efek samping
yang paling umum dirasakan adalah gangguan pencernaan. Sejumlah kecil
pasien mungkin mengalami perdarahan gastrointestinal, terutama bagi mereka
yang menderita tukak lambung. Pengguna Aspirin harus memberitahu dokter
apabila mereka merasakan sakit perut secara terus-menerus, terdapat darah
dalam ludah, atau feses mereka berubah menjadi warna hitam.
Belum ada obat yang diidentifikasi bisa mengobati stroke dengan cara yang
benar-benar aman, handal, dan efektif. Banyak tindakan pengobatan yang masih
berada dalam tahap penelitian. Tindakan bedah bisa membantu mengobati beberapa
jenis stroke saja. Perawatan modern difokuskan pada pencegahan dan pengobatan
komplikasi stroke, serta memulai program rehabilitasi yang direncanakan sesegera
mungkin.
Perawatan pada tahap akut
(1) Obat (versi bahasa Mandarin saja)
a. Untuk pasien yang menderita stroke iskemik, dokter mungkin akan
meresepkan obat-obatan berikut ini:
1) obat anti-trombosit: untuk mencegah pembentukan gumpalan darah,
misalnya Aspirin
2) antikoagulan: untuk mengurangi pembentukan bekuan darah dan
mengurangi emboli, misalnya Heparin, Warfarin
3) agen trombolitik: diterapkan pada infark serebral yang telah terjadi tidak
lebih dari beberapa jam sebelumnya, misalnya rTPA
b. Untuk pasien yang menderita edema serebral (pembengkakan jaringan otak)
yang disebabkan oleh stroke berat, dokter mungkin meresepkan obat-obatan
seperti Manitol dan Gliserol untuk menurunkan tekanan intrakranial
c. Obat-obatan tertentu dalam uji klinis bisa melindungi sel-sel otak dari
kematian dalam jumlah yang besar, namun saat ini belum ada obat dalam
tahapan uji klinis yang terbukti efektif.
a. Depresi
Penderita stroke umumnya mengalami stres berat atau depresi ketika kembali
dari rumah sakit setelah menjalani perawatan. Hal ini biasanya disebabkan karena
rata-rata penderita stroke tidak sembuh total (Mahendra dan Evi, 2008).
b. Darah beku
Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh, terutama pada kaki
sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengganggu. Selain itu, pembekuan
darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru (emboli
paru-paru), sehingga penderita sulit bernapas dan dalam beberapa kasus sering
mengalami kematian (Mahendra dan Evi, 2008).
c. Memar (dekubis)
Jika penderita stroke menjadi lumpuh, penderita harus sering dipindahkan dan
digerakkan secara teratur agar bagian pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit tidak
terluka akibat terhimpit alas tempat tidur. Bila luka-luka tidak dirawat, bisa terjadi
infeksi. Keadaan ini akan menjadi semakin buruk bila penderita dibiarkan terbaring
di tempat tidur yang basah karena keringat (Mahendra dan Evi, 2008).
d. Otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak akan menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri. Misalnya,
jika otot-otot betis mengerut, kaki terasa sakit ketika harus berdiri dengan tumit
menyentuh lantai. Hal ini biasanya ditangani dengan fisioterapi (Mahendra dan Evi,
2008).
e. Pneumonia (radang paru-paru)
Ketidakmampuan untuk bergerak setelah mengalami stroke, membuat pasien
mungkin mengalami kesulitan menelan dengan sempurna atau sering terbatuk-batuk,
sehingga cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya dapat terjadi pneumonia
(Mahendra dan Evi, 2008).
f. Nyeri pundak
Otot-otot di sekitar pundak yang mengontrol sendi-sendi pundak akan mudah
cedera pada wktu penderita diganti pakaiannya, diangkat, atau ditolong untuk berdiri.
Untuk mencegahnya, biasanya tangan yang terkulai ditahan dengan sebilah papan
atas kain khusus yang dikaitkan ke pundak atau leher agar bertahan pada posisi yang
benar. Apabila menolong penderita stroke untuk berdiri, lakukan dengan cara yang
benar agar tidak membuat otot-otot daerah tersebut terbebani terlalu berat (Mahendra
dan Evi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Mahendra, Brury & Rachmawati, Evi. (2008). Atasi Stroke dengan Tanaman Obat.
Jakarta: Swadaya.