Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN STROKE”

UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun oleh:

Putri Dwi Anggraeni


16230310110

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PENGABDIAN MASYARAKAT
AKADEMI KEPERAWATAN
LUMAJANG

TAHUN 2016/2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Memahami penyakit Stroke

Sub Pokok Bahasan : Pencegahan dan pengobatan Stroke

Sasaran : Pasien yang mengalami Stroke

Hari, tanggal : Rabu, 17 Oktober 2018

Jam : 09.30 WIB

Waktu : ± 20 menit

Tempat : Rumah Ny.L

I. ANALISA SITUASI

A. Sasaran/ Peserta penyuluh

1) Lansia/pasien Stroke

2) Keluarga dan pasien yang mengalam i Stroke

B. Penyuluh

1) Mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumjang Semester


5

2) Mampu berkomunikasi dengan baik

3) Mempunyai pengetahuan tentang Stroke

4) Mampu membuat peserta penyuluh paham tentang Stroke

C. Ruangan

1) Ruangan cukup baik, dapat menampung ± 3 orang atau lebih

2) Penerangan, ventilasi, dan fasilitator cukup baik yang disertai suasana


kondusif untuk terlaksananya kegiatan penyuluhan.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan tentang “Pencegahan dan Pengobatan


Stroke” diharapkan keluarga/pasien dapat memahami tentang Stroke.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan tentang “Pencegahan dan Pengobatan


Stroke” diharapakan keluarga/pasien mampu untuk:

1) Menyebutkan pengertian Stroke

2) Menyebutkan klasifikasi Stroke

3) Menyebutkan penyebab Stroke

4) Menyebutkan tanda dan gejala Stroke

5) Menyebutkan cara mencegah dan pengobatan hipertens

III. TOPIK MATERI


1. Pengertian Stroke
2. Klasifikasi Stroke
3. Penyebab Stroke
4. Tanda dan gejala Stroke
5. Cara mencegah dan pengobatan Stroke
IV. MATERI PENYULUHAN

(Terlampir).

V. MEDIA

1. Leaflet

VI. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab
VII. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan
No Tahap Kegiatan TIK Metode Waktu
Penyuluh Peserta

1 Pendahuluan Mengucapkan salam Perkenalan Mendengarkan Ceramah 3 Menit

Menggali pengetahuan Menanyakan kepada peserta Memperhatikan dan Menjawab


mengenai tingkat pengetahuan pertanyaan

Menyamakan persepsi dengan


Apersepsi dan Relevansi
peserta
Menjawab pertanyaan

Menjelaskan tujuan umum


Menjelaskan tujuan umum dan
dan tujuan khusus Mendengarkan dan Memperhatikan
khusus

2 Penyajian Pengertian Stroke Menyebutkan Pengertian Stroke Mendengarkan dan memperhatikan Ceramah 10 menit

Klasifikasi Stroke Menyebutkan Klasifikasi Stroke

Penyebab Stroke Menyebutkan penyebab Stroke

Tanda dan gejala Stroke Menyebutkan tanda dan gejala


Stroke
Cara mencegah dan
pengobatan Stroke Menyebutkan cara mencegah dan
pengobatan Stroke

3 Penutup Evaluasi kegiatan Mengevaluasi kegiatan Mendengarkan dan menjawab Tanya jawab 7 menit
dan diskusi
Membuat kesimpulan Menyampaikan kesimpulan Mendengarkan kesimpulan

Tindak lanjut Menindak lanjuti kepahaman Sanggup mengaplikasikan dan


mengenai penyuluhan yang telah menggunakannya
disampaikan
Doa
PEMBAHASAN MATERI

A. Pengertian

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mandadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian (Badrul Munir, 2015)
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
(GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan
bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat (George
Dewanto, 2009).

B. Klasifikasi
a. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada usia
50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
1) Trombosis pada pembuluh darah otak (trombosis of cerebral vessels).
2) Emboli pada pembuluh darah otak (embolism of cerebral vesels).
b. Stroke hemoragik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun
dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental).
1) Perdarahan intraserebral (parenchymatous hemorrhage)
Gejalanya :
a) Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi.
b) Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas, dan emosi atau marah.
c) Mual atau muntah pada permulaan serangan.
d) Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan.
e) Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang
dari ½ jam-2 jam ; < 2% terjadi setelah 2 jam – 19 hari).
2) Perdarahan subarakhnoid (subarachnoid hemmorhage)
Gejalanya :
a) Nyeri kepala hebat dan mendadak.
b) Kesadaran sering terganggua dan sangat bervariasi.
c) Ada gejala atau tanda meningeal.
d) Papiledema terjadi bila ada perdarahan subarakhnois karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.
(Batticaca, 2012)

C. Penyebab Stroke

a. Trombosis Serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sering tidur atau
bangun tidur. Hal ini apat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
sering kali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan trombosis otak:

1) Aterosklerosis;
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia;
3) Arteritis (radang pada arteri);
4) Emboli.

b. Hemoragi
Pedarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembasan darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan aringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, edema, dan
mungkin herniasi otak.

c. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
1) Hipertensi yang parah;
2) Henti jantung-paru;
3) Curah jantung turun akibat aritmia.

d. Hipoksia setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:


1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid.
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren(Muttaqin, 2012)

D. Tanda Dan Gejala

Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu.
Otak manusia terdiri atas otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang
otak. Otak besar terdiri atas bagian besar yang disebut hemisfer, yaitu hemisfer kanan
dan hemisfer kiri. Fungsi bagian tubuh sebelah kanan dikendalikan oleh hemisfer
kanan. Otak terdiri atas lobus-lobus yang memiliki fungsi masing-masing(Pinzon,
2010).

Gangguan pembuluh darah otak yang memberikan pasokan darah ke lobus


frontal dan parietal akan memberikan gejala kelemahan anggota gerak dan
ganggguan rasa (misalnya kebas di separuh anggota gerak). Stroke yang menyerang
cerebellum memberikan gejala pusing berputar (vertigo)(Pinzon, 2010).

Gejala stroke infark yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah.
a. Arteri Cerebri Anterior
1. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
2. Gangguan mental
3. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
4. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
5. Bisa terjadi kejang-kejang.

b. Arteri Cerebri Media


1. Bila sumbatan di pangkal areri, terjad kelumpuhan yang ringan.
2. Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
3. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh. Hilangnya kemampuan dalam
berbahasa (aphasia).

c. Arteri Karotis Interna


1. Buta mendadak.
2. Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila
gangguan terletak pada sisi dominan.
3. Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral)
dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

d. Arteri Cerebri Posterior


1. Koma
2. Hemiparesis kontra lateral.
3. Ketidakmampuan membaca (aleksia).
4. Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

e. Sistem Vertebrobisiler:
1. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
2. Meningkatnya refleks tendon.
3. Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
4. Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).
5. Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
6. Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien
sulit berbicara (disatria).
7. Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(stupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi).
8. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah
bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata
(ptesis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang dada pada
belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).
9. Gangguan pendengaran.
10. Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah (Munir, 2015).

E. Pencegahan Dan Pengobatan


Aspek yang paling penting untuk mencegah stroke adalah untuk
memperlambat kecepatan aterosklerosis vaskular (pengerasan pembuluh darah).
Anda bisa mengikuti tindakan pencegahan berikut ini untuk mencegah stroke:

(1) Mengendalikan tekanan darah tinggi

a. Perubahan gaya hidup: mengurangi asupan natrium dari makanan, mengikuti


prinsip pola makan "rendah natrium, rendah gula, rendah lemak, tinggi serat",
mengendalikan berat badan, berolahraga secara teratur, dan menghindari
konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
b. Pengobatan: mengonsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter

(2) Segera berhenti merokok

(3) Mengendalikan diabetes melitus

(4) Menurunkan kadar kolesterol: melalui pola makan dan olahraga, apabila
diperlukan, minum obat sesuai dengan petunjuk dokter

(5) Menangani tekanan dan belajar untuk bersantai

(6) Obat-obatan berikut ini bermanfaat bagi pasien yang telah menderita stroke
iskemik (stroke karena kurangnya pasokan darah):

a. Obat anti-trombosit (seperti Aspirin atau obat yang serupa) – Aspirin bisa
mencegah trombosit membeku dan merupakan obat yang umum digunakan
untuk mencegah stroke. Bila dibandingkan dengan plasebo (non-obat), obat
ini bisa mencegah tingkat kekambuhan stroke hingga 22%. Dan obat ini tidak
mahal. Sebagian besar orang tidak akan merasa tidak enak badan bila
mengonsumsi aspirin dalam dosis yang kecil (50-300 mg). Efek samping
yang paling umum dirasakan adalah gangguan pencernaan. Sejumlah kecil
pasien mungkin mengalami perdarahan gastrointestinal, terutama bagi mereka
yang menderita tukak lambung. Pengguna Aspirin harus memberitahu dokter
apabila mereka merasakan sakit perut secara terus-menerus, terdapat darah
dalam ludah, atau feses mereka berubah menjadi warna hitam.

b. Antikoagulan (Warfarin) (semacam obat untuk mengencerkan darah) –


khususnya untuk pasien yang menderita penyakit jantung dan fibrilasi atrium.
Obat ini bisa menekan vitamin K, mengurangi fungsi pembekuan darah
sehingga mencegah pembekuan di jantung atau pembuluh darah. Warfarin
bisa mencegah stroke iskemik secara efektif terhadap pasien yang menderita
fibrilasi atrium. Efek sampingnya mencakup perdarahan otak (perdarahan dari
pembuluh darah yang pecah di otak), perdarahan gastrointestinal (perdarahan
dari organ pencernaan), dan pendarahan di bagian lain dari tubuh.
(7) Pasien yang menderita sklerosis arteri karotis (pengerasan pembuluh darah di
leher) parah harus mempertimbangkan opsi bedah untuk membuang bagian sklerotik
atau angioplasti karotis/stenting untuk memperluas arteri karotis yang menyempit
dan meningkatkan aliran darah, untuk menurunkan risiko mengalami stroke
berulang.

Belum ada obat yang diidentifikasi bisa mengobati stroke dengan cara yang
benar-benar aman, handal, dan efektif. Banyak tindakan pengobatan yang masih
berada dalam tahap penelitian. Tindakan bedah bisa membantu mengobati beberapa
jenis stroke saja. Perawatan modern difokuskan pada pencegahan dan pengobatan
komplikasi stroke, serta memulai program rehabilitasi yang direncanakan sesegera
mungkin.
Perawatan pada tahap akut
(1) Obat (versi bahasa Mandarin saja)
a. Untuk pasien yang menderita stroke iskemik, dokter mungkin akan
meresepkan obat-obatan berikut ini:
1) obat anti-trombosit: untuk mencegah pembentukan gumpalan darah,
misalnya Aspirin
2) antikoagulan: untuk mengurangi pembentukan bekuan darah dan
mengurangi emboli, misalnya Heparin, Warfarin
3) agen trombolitik: diterapkan pada infark serebral yang telah terjadi tidak
lebih dari beberapa jam sebelumnya, misalnya rTPA
b. Untuk pasien yang menderita edema serebral (pembengkakan jaringan otak)
yang disebabkan oleh stroke berat, dokter mungkin meresepkan obat-obatan
seperti Manitol dan Gliserol untuk menurunkan tekanan intrakranial
c. Obat-obatan tertentu dalam uji klinis bisa melindungi sel-sel otak dari
kematian dalam jumlah yang besar, namun saat ini belum ada obat dalam
tahapan uji klinis yang terbukti efektif.

(2) Operasi Bedah


Tidak semua pasien yang menderita stroke hemoragik perlu menjalani
tindakan operasi bedah. Tergantung pada ukuran, lokasi, dan kedalaman hematoma
(pengumpulan darah di luar pembuluh darah) dan apakah stroke diikuti dengan
pembengkakan jaringan otak dan kondisi pasien secara keseluruhan, dll. Operasi
bedah bisa membuang hematoma untuk menurunkan tekanan intrakranial (tekanan di
dalam tengkorak) pada pasien yang mengalami stroke hemoragik. Tindakan operasi
juga bisa memotong aneurisma (pembengkakan pembuluh darah di otak seperti
balon) untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Untuk stroke iskemik (stroke karena
kurangnya pasokan darah), tindakan operasi juga bisa dilakukan untuk membuang
bagian intima dari arteri karotis, untuk mencegah kambuhnya stroke. Dengan
kemajuan teknologi non-invasif, pengobatan berbasiskan kateter bisa dilakukan
untuk melebarkan penyempitan pembuluh darah di leher atau untuk menutup
aneurisma pembuluh darah di dalam otak.
(3) Pengobatan Terpadu di Unit Stroke Akut
Suatu tim medis yang terdiri dari sejumlah ahli kesehatan profesional yang
memberikan perawatan terhadap stroke akut, perawatan rehabilitasi, terapi fisik,
terapi okupasi, terapi wicara, layanan kerja sosial medis, dan layanan psikologi
klinis, dll, untuk mencegah komplikasi dan mempersiapkan pasien untuk menerima
perawatan rehabilitasi setelah kondisi pasien stabil.

Perawatan dalam tahapan rehabilitatif


Tujuan dari perawatan rehabilitasi adalah untuk memastikan pemulihan
terbaik dari fungsi aktivitas hidup pasien sehari-hari. Meskipun tidak semua fungsi
fisik bias dipulihkan sepenuhnya, tujuan "adaptasi diri" bisa dicapai. Sangat penting
untuk memulai pelatihan rehabilitasi sesegera mungkin. Sebuah tim ahli kesehatan
profesional multi-bidang bertanggung jawab terhadap perawatan rehabilitasi. Tim
akan menilai fungsi fisik dan psikologis pasien, perawatan rehabilitasi yang
diperlukan, dan kemampuan perawatan dari perawat. Hal yang paling penting dari
semuanya adalah bahwa pasien stroke dan anggota keluarganya harus berpartisipasi
secara aktif dalam perawatan tersebut.
Dalam perawatan rehabilitasi, perawat memainkan peran penting dalam
memberikan dukungan 24 jam kepada pasien stroke dan anggota keluarga mereka.
Mereka membantu pasien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis mereka,
meningkatkan kemampuan hidup mandiri, dan mencegah komplikasi yang
disebabkan oleh hilangnya kemampuan tersebut. Mereka juga akan memberikan
perawatan profesional yang berkaitan dengan masalah umum yang dihadapi pasien
stroke, seperti masalah psikologis yang melibatkan kecemasan dan perasaan tidak
berdaya, atau masalah fisik seperti kesulitan menelan, kesulitan dalam komunikasi,
inkontinensia urin, konstipasi, dan rasa sakit akibat tekanan, dll.
Fisioterapi akan membantu pasien stroke mengembalikan fungsi fisik mereka
dalam berbagai aspek, mengajarkan perawatan yang benar kepada pasien dan
anggota keluarganya, dan melatih serta mencegah komplikasi agar pasien bisa
mendapatkan kemampuan mandiri terbaiknya.
Terapi okupasi (versi bahasa Mandarin saja) akan, melalui program terapi
yang berbeda, memungkinkan pasien stroke untuk mendapatkan kemampuan mandiri
terbaiknya dalam berbagai aspek, seperti perawatan diri, perawatan rumah tangga,
keterampilan kejuruan, dan rekreasi.
Terapi wicara akan membantu pasien stroke meningkatkan kemampuan
menelan, berkomunikasi, dan ekspresi verbal mereka. Jika pasien memiliki masalah
psikologis dan/atau emosional, psikolog klinis bisa memberikan bantuan yang
diperlukan. Para pekerja sosial medis bisa membantu pasien stroke dan anggota
keluarganya dengan memerhatikan kebutuhan mereka yang berkaitan dengan
bantuan keuangan, perumahan, bantuan pekerjaan rumah tangga, pengaturan kerja,
dan layanan perumahan.
F. Komplikasi
Serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak saja. Gangguan
emosional dan fisik akibat terbaring lama tanpa dapat bergerak di tempat tidur adalah
bonus yang tak dapat dihindari. Setelah mengalami stroke, beberapa penderita juga
mengalami gangguan kesehatan yang lain seperti berikut (Mahendra dan Evi, 2008).

a. Depresi
Penderita stroke umumnya mengalami stres berat atau depresi ketika kembali
dari rumah sakit setelah menjalani perawatan. Hal ini biasanya disebabkan karena
rata-rata penderita stroke tidak sembuh total (Mahendra dan Evi, 2008).
b. Darah beku
Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh, terutama pada kaki
sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengganggu. Selain itu, pembekuan
darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru (emboli
paru-paru), sehingga penderita sulit bernapas dan dalam beberapa kasus sering
mengalami kematian (Mahendra dan Evi, 2008).
c. Memar (dekubis)
Jika penderita stroke menjadi lumpuh, penderita harus sering dipindahkan dan
digerakkan secara teratur agar bagian pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit tidak
terluka akibat terhimpit alas tempat tidur. Bila luka-luka tidak dirawat, bisa terjadi
infeksi. Keadaan ini akan menjadi semakin buruk bila penderita dibiarkan terbaring
di tempat tidur yang basah karena keringat (Mahendra dan Evi, 2008).
d. Otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak akan menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri. Misalnya,
jika otot-otot betis mengerut, kaki terasa sakit ketika harus berdiri dengan tumit
menyentuh lantai. Hal ini biasanya ditangani dengan fisioterapi (Mahendra dan Evi,
2008).
e. Pneumonia (radang paru-paru)
Ketidakmampuan untuk bergerak setelah mengalami stroke, membuat pasien
mungkin mengalami kesulitan menelan dengan sempurna atau sering terbatuk-batuk,
sehingga cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya dapat terjadi pneumonia
(Mahendra dan Evi, 2008).
f. Nyeri pundak
Otot-otot di sekitar pundak yang mengontrol sendi-sendi pundak akan mudah
cedera pada wktu penderita diganti pakaiannya, diangkat, atau ditolong untuk berdiri.
Untuk mencegahnya, biasanya tangan yang terkulai ditahan dengan sebilah papan
atas kain khusus yang dikaitkan ke pundak atau leher agar bertahan pada posisi yang
benar. Apabila menolong penderita stroke untuk berdiri, lakukan dengan cara yang
benar agar tidak membuat otot-otot daerah tersebut terbebani terlalu berat (Mahendra
dan Evi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F. B. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

George Dewanto, W. J. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit


Saraf. Jakarta: EGC.

Mahendra, Brury & Rachmawati, Evi. (2008). Atasi Stroke dengan Tanaman Obat.
Jakarta: Swadaya.

Munir, B., (2015). Neurologi Dasar. Jakarta: CV Sagung Seto.

Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Pinzon, R. (2010). Awas Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan, dan


Pencegahan. Yogyakarta: Andi Publisher.

Anda mungkin juga menyukai