PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karena itu, sepanjang hal itu mengenai hukum pidana perlu dicabut
karena tidak sesuai dengan cita-cita hukum nasional dan diganti dengan
Undang-Undang hukum acara pidana yang baru yang mempunyai cirri
kodifikatif dan unifikatif berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar
1945.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah terbentuknya Hukum Acara pidana?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. ACARA PIDANA SEBELUM ZAMAN KOLONIAL
1
Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. 2008. Hlm.47-48
2
Pangaribuan Ariesto – Mufti Arsa - Zikry Ichsan. Pengantar Hukum Acara Pidana di Indonesia.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2016. Hlm. 20-21
2
Supomo menunjukan bahwa pandangan rakyat Indonesia terhadap alam
semesta merupakan suatu totalitas. Manusia beserta makhluk yang lain
dengan lingkungannya merupakan kesatuan. Menurut alam pikiran itu, yang
paling utama ialah keseimbangan atau hubungan harmonis yang satu dari
yang lain. Segala perbuatan yang menggangu keseimbangan tersebut
merupakan pelanggaran hukum (adat). Pada tiap pelanggaran hukum para
penegak hukum mencari bagaimana mengembalikan keseimbangan yang
terganggu itu. Mungkin hanaya berupa pembayaran keseimbangan yang
terganggu itu. Hukum pembuktian pada masyarakat tradisional Indonesia
sering digantungkan pada kekuasaan Tuhan. Didaerah Wojo dahulu dikenal
cara pembuktian dengan membuat asap pada abu raja yang dianggap paling
adil dan bijaksana (Puang ri Magalatung). Kemana asap itu mengarah pihak
itulah yang dipandang paling benar. Sistem pimidanaannya pun sangat
sederhana.
3
Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. 2008. Hlm.48-49
3
tidak merupakan, kecuali bilamana kelaziman tersebut ditunjuk dalam
undang-undang ( aturan hukum yanghukum yang tertulis dan terbuat
dengan sengaja ). Pada tahun 1747 VOC telah mengatur organisasi peradilan
pribumi dipedalan, yang langsung memikirkan tentang “Javasche wetten”
(undang-undang Jawa). Hal itu diteruskan pula oleh Daendels dan Raffls
untuk menyelami hukum adat sepanjang pengetahuannya. Tetapi dengan
kejadian di negeri Belanda tersebut, maka usaha ini ditangguhkan. Sebelum
berlakunya perunang-undangan baru dinegeri Belanda, yaitudalam tahun
1836. scholten van Oud-Haarlem telah menyatakan kesediannya untuk
mempersiapkan perundang-undangan baru diHindia Belanda disamping
jabatannya sebagai presidan Hooggerechtshof. Ia memangku jabatannya itu
pada tahun 1837 dan bersama dengan Mr. van Vloten dan Mr P. Mijer, ia
diangkat oleh gubernur jendral de Eerens sebagai panitia untuk
mempersiapkan perundang-undangan baru iu di hindia Belanda.
Salah satu peraturan yang mulai berlaku pada tanggal 1 mei 1848
berdasarkan pengumuman Gubernur Jendral tanggal 3 desember 1847 Sld
Nomor 57 ialah Inlands Reglement atau disingkat IR. Mr Wichers mengadaan
beberapa perbaikan atas anjuran Gubernur Jendral, tetapi ia
mempertahankan hasil karyanya itu pada umumnya. Akhirnya, reglemenn
tersebut disahkan oleh Gubernur Jendral, dan diumumkan pada tanggal 5
april 1848, Sbld nomor 16, dan dikuatkan dengan firman Raja tanggal 29
september 1849 \nomor 93, diumumkan dalam Sbld 1849 nomor 63. Dengan
Sbld 1941 nomor 44 di umumkan kembali dengan Herziene Inlands
Reglement atau HIR. Yang terpenting dari perubahan IR menjadi HIR ialah
dengan perubahan itu dibentuk lembaga openbaar ministerie atau penuntut
umum, yag dahulu ditempatkan dibawah pamongpraja. Dengan perubahan
ini maka openbaar ministerie (OM) atau parket itu secara bulat dan tidak
terpisah-pisahkan (een en ondeelbaar) berada dibawah officier van justitie
dan procureur generaal. Dalam praktek IR masih masih berlaku disamping
HIR dijawa dan madura. HIR berlaku dikota-kota besar seperti jakarta
(batavia), Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, dan lain-lain, sedangkan di
kota-kota lain berlaku IR. Untuk golongan bumiputera, selain yang telah
disebutkan dimuka, masih ada pengadilan lain seperti districhtsgerecht,
regentshapsgerecht, dan luar jawa dan madura terdapatterdpat
magistraatsgerecht menurut ketentuan Reglement Buitengewesten yang
memutus perkara perdata yang kecil-kecil. Sebagai pengadilan yang tertinggi
meliputi seluru “Hindia Belanda”, ialah Hooggerechtshof yang putusan-
putusannya disebut arrest. Tugasnya diatur dalam pasal 158 Indische
Staatsregeling dan RO.
4
4. ACARA PIDANA PADA ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG DAN
SESUDAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN
HIR:
KUHPidana:
4
Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. 2008. Hlm.55-56
5
kemasyaarakatan baik di pusat maupun di daerah yang perlu terwujud pula
dalam dan dengan adanya hukum acara pidana ini.5
Hakim perdamaian desa yang diatur oleh Pasal 3a RO itu masih berhak hidup
dengan alasan sebagai berikut :
1. Yang dicabut oleh KUHAP ialah yang mengenai acara pidana sedangkan
HIR dan Undang – undang Nomor 1 (drt) 1951 juga mengatur acara
perdata dan hukum pidana materiil.
2. Undang – undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman juga tidak menghapusnya.6
5
Soerodibroto R. Soenarto. KUHP dan KUHAP. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. 1994. Hlm 488-
489
6
Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. 2008. Hlm.58-59
6
6. LAHIRNYA KITAB UNDANG – UNDANG HUKUM ACARA PIDANA
a. Penyidik
b. Jaksa.
c. Pejabat Penyidik yang berwenang yang lain, berdasarkan peraturan
perundang – undangan (Pasal 17 PP Nomor 27 Tahun 1983).
7
Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. 2008. Hlm.59-63
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
b. Inladsch Reglement (I.R) yang mengatur tentang hukum acara perdata dan
hukum acara pidana di depan persidangan landraad bagi mereka yang
tergolong penduduk Indonesia dan timur asing dan hanyalah berlaku bagi
daerah jawa dan madura yang diterapkan ketentuan Rechtsreglement voor
de buitengewesten (Rbg, Stb.927-227);