Anda di halaman 1dari 3

Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ‘aut’ yang

berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan ‘orientasi atau arah
atau keadaan (state). Sehingga autism dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang
luar biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Pengertian ini menunjuk pada bagaimana anak-anak autis gagal bertindak dengan minat
pada orang lain, tetapi kehilangan beberapa penonjolan perilaku mereka. Ini, tidak
membantu orang lain untuk memahami seperti apa dunia mereka.

lakunya tampak seperti hidup dalam dunianya sendiri. Autis merupakan suatu
gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan komunikasi, interaksi
sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya tampak pada sebelum usia tiga tahun. Bahkan
apabila autis infantil gejalanya sudah ada sejak bayi. Autis juga merupakan suatu
konsekuensi dalam kehidupan mental dari kesulitan perkembangan otak yang kompleks
yang mempengaruhi banyak fungsifungsi: persepsi (perceiving), intending, imajinasi
(imagining) dan perasaan (feeling). Autis jugs dapat dinyatakan sebagai suatu kegagalan
dalam penalaran sistematis (systematic reasoning). Dalam suatu analisis
‘microsociological’ tentang logika pemikiran mereka dan interaksi dengan yang lain
(Durig, 1996; dalam Trevarthen, 1998), orang autis memiliki kekurangan pada ‘cretive
induction’ atau membuat penalaran induksi yaitu penalaran yang bergerak dari premis-
premis khusus (minor) menuju kesimpulan umum, sementara deduksi, yaitu bergerak pada
kesimpulan khusus dari premis-premis (khusus) dan abduksi yaitu peletakan premis-premis
umum pada kesimpulan khusus, kuat. (Trevarthen, 1998).

Menurut Rachmawati (dalam Setiafitri, 2014), autis merupakan kelainan perilaku


dimana penderita hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri, seperti melamun atau
berkhayal. Gangguan perilakunya dapat berupa kurangnya interaksi sosial, penghindaran
kontak mata, kesulitan dalam mengembangkan bahasa, dan pengulangan tingkah laku.

Sutadi (dalam Hadis, 2006), juga mengungkapkan bahwa anak autis adalah anak
yang mengalami gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi cara
seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Autisme juga
merupakan gangguan perkembangan organik yang mempengaruhi kemampuan anak dalam
berinteraksi dan menjalani kehidupannya (Hanafi, 2002).

Menurut Sugiyanto (2008), peningkatan kemampuan gerak terjadi sejalan dengan


peningkatan koordinasi mata, tangan dan kaki. Perkembangan gerak dapat terjadi dengan
baik jika anak mendapat kesempatan cukup besar untuk melakukan aktivitas fisik dalam
bentuk gerakan-gerakan yang melibatkan seluruh bagian anggota-anggota tubuh, tapi
bagaimana dengan perkembangan gerak pada anak autis apakah sama dengan anak normal.
Sedangkan pada anak autis terdapat gangguan pada tingkat emosi, sosial dan
komunikasinya serta terjadi pengulangan pada perilakunya. Jika dilihat dari pertumbuhan
fisik seorang anak autis tidak mengalami suatu gangguan (Sugiyanto, 2008).

Fisik

Sutadi (2002) menyatakan bahwa autis adalah gangguan perkembangan


neorobiologis berat yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berelasi
(berhubungan) dengan orang lain. Penyandang autis tidak dapat berhubungan dengan orang
secara berarti serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain
tergantung karena ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan untuk mengerti perasaan
seseorang. Anak yang mengalami gangguan penyandang autis mengalami permasalahan
yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut meliputi: motorik, sensorik, kognitif,
intrapersonal, interpersonal, perawatan diri, produksivitas, leisure (sibuk dengan dirinya
sendiri) (Reed. 1991).

Penelitian yang dilakukan Beth A. Pfeiffer., Kristie Koenig., Moya


Kinnealey., Megan Sheppard., Lorrie Henderson (2011) diketahui bahwa hasil dari
penelitian tersebut terdapat penurunan yang signifikan dalam tingkah laku autis yang
terjadi pada kelompok yang mendapat sensori integrasi. Selain itu dapat
mengidentifikasi ukuran tanggap sosial, pengolahan sensorik, keterampilan
fungsional motorik, dan faktor sosial- emosional dengan tepat pada anak-anak
dengan gangguan spektrum Autis (ASD).
Daftar pustaka

Threvanthen, Cowyn, (1999) Children With Autism, second edition , Philadelphia : Jessica
Kingsley Publisher.

Reed, G. 1991. Principles Biochemistry. 7th edition. Blackie Academic and Professional.
Glasgow. Hal 596.
Sugiyanto. 2008. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai