Makalah Ilmu Dakwah
Makalah Ilmu Dakwah
Disusun Oleh
Kelompok 3 (Tiga)
1. Citra Repsi Tri Rahayu Nim : 1720502040
2. Lazi Arlangga Nim : 1720502047
3. Putri Handayani Nim : 1720502059
Manusia adalah makhluk Tuhan yang bisa didik. Tidak ada seorang pun yang
mampu melepaskan kodrat ini. Oleh karena itu, manusia harus mengikuti proses
pendidikan selama hidupnya. Inilah yang kemudian di kenal dengan konsep
pendidikan sepanjang hayat. Di samping itu manusia juga sebagai mahluk social
yang tidak bisa melepaskan diri dari lingkunganaya, baik di keluarga maupun di
tengah-tengah masyarakat. Kedua arena inilah yang menjadi arena bagi manusia
untuk mengembangkan sikap dan prilakunya, apakah dia akan memiliki akhlak yang
mulia atau akhlak yang buruk.1
Akhlak mulia merupakan suatu yang sangat berharga bagi manusia dengan
akhlak mulia inilah manusia manusia menjadi makhluk paling berharga di muka
bumi ini melebihi makhluk-makhluk Allah lainya. Oleh karena itu, manusia harus
bisa memanfaatkan potensi yang di milikinya dengan banyak belajar (melalui
pendidikan) sehingga dapat berpikir cerdas dan mampu bersikap dan berperilaku
mulia dalam berinteraksi dalam sesamanya dan beribadah kepada Tuhannya. Sikap
dan prilaku manusia inilah yang kemudian di sebut ahlak atau karakter. Manusia
yang baik adalah manusia yang memiliki akhlak (karakter) yang baik dan manusia
dan manusia yang buruk adalah manusia yang memiliki akhlak (karekter) yang
buruk.2
Dengan kemudian, jelaslah bahwa kemudian akhlak manusia sangat
tergantung pada sikap dan perilakunya di hadapan manusia dan di hadapan
Tuhannya. Perlu di tegaskan bahwa di sini sarana terbaik untuk mengantarkan
manusia memiliki akhlak mulia adalah melalui pendidikan. Pendidikan harus
mampu mengemban misi pembentukan akhlak mulia sehingga manusia dapat hidup
dan berinteraksi dalam mengisi ramainyah dunia ini tanpa meninggalkan nilai-nilai
moral atau karakter mulia. 3
Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan yang menghasilkan manusia
bermartabat, para peserta dididk harus di bekali dengan pendidikan khusus yang
membawa misi pokok dalam pembinaan karakter mereka. Pendidikan seperti ini
1
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), cet. 1. hlm. 88.
2
Ibid. hlm.88.
3
Ibid. hlm. 89.
1
dapat memberi arah kepada para peserta didik setelah menerima berbagai ilmu
maupun pengetahuan dalam bidang studi ( mata pelajaran) masing-masing, sehingga
mereka dapat mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat dengan tetap
berpatokan pada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang universal.4
Tiga bidang studi yang berperan penting di dalam pembinaan akhlak mulia
di sekolah adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan
Pendididkan Bahasa Indonesia. Tiga bidang studi ini tidak hanya untuk membekali
para peserta didik dalam hal pengamalan nilai-nilai agama, kewarganegaraan, dan
kebahasaan, tetapi yang terpenting adalah mengantarkan mereka agar menjadi
manusia yang berbudi pekerti luhur (berkarakter atau berakhlak mulia) yang akan
membawa nama agama dan bangsanya melalui sikap dan perilaku sehari-hari.5
4
Ibid.
5
Ibid. hlm. 90
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),
cet. III, hlm. 152.
7
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm.1.
2
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. al-
Qalaam, 68: 4). Sedangkan menurut aspek terminologi, akhlak dikemukakan oleh
beberapa pakar, diantaranya :
1) Ibnu Miskawaih
Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.
2) Imam Ghazali
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pemikiran.
3) Prof. Dr. Ahmad Amin
Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan . Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.8
Akhlak juga merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan
sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri
manusia. Jika program pendidikan dan pembinaan dirancang dengan baik, sistematis
dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan menghasilkan anak-anak atau
generasi penerus yang berakhlak baik.
Keadaan jiwa seseorang adakalanya melahirkan perbuatan terpuji dan
adakalanya melahirkan perbuatan tercela. Oleh karena itu, akhlak dibagi menjadi dua
kelompok: pertama, akhlak terpuji (mahmudah), atau kadang-kadang disebut sebagai
akhlak mulia (karimah), kedua, akhlak tercela (madzmumah).
1) Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah disebut juga dengan akhlakul karimah, akhlakul
karimah berasal dari kata Bahasa Arab yang berarti akhlak mulia. Akhlak
mahmudah ialah perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma ,
aturan-aturan atau Undang-Undang yang berlaku , baik norma agama,
hukum, maupun norma adat yang berlaku dimasyarakat.
Menurut al-Ghazali, berakhlak terpuji artinya “menghilangkan
semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama
8
Zahrudin AR dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
hlm.4.
3
Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian
membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukan dan mencintainya”.9
Manusia mulia bukanlah manusia yang banyak harta bendanya ,
tinggi kedudukannya, tampan rupanya, keturunan bangsawan. Akan tetapi
, manusia mulia adalah manusia yang mulia akhlaknya . Baik akhlak
terhadap Allah maupun akhlak terhadap sesama makhluk.
2) Akhlak Madzmumah
Dalam Bahasa Arab, sifat-sifat yang tercela disebut dengan al-sifat
al-madzmumah yaitu lawan kata dari sifat yang terpuji yang disebut al-
sifat al-mahmudah. Pada dasarnya sifat-sifat yang tercela dibagi menjadi
dua, yakni:
a. Maksiat lahir, ialah sifat yang tercela yang dikerjakan anggota
lahir, yaitu tangan, mulut, mata, dan lain sebagainya.
b. Maksiat batin, ialah sifat tercela yang dilakukan oleh anggota
batin, yaitu hati.10
Akhlak madzmumah adalah sifat-sifat yang tidak baik atau tercela
yang dapat membawa manusia kepada pekerjaan-pekerjaan atau berakibat
pada kebinasaan manusia. Ukuran untuk menentukan akhlak itu terpuji
atau akhlak tercela adalah pertama, syara’ yakni aturan atau norma yang
ada dalam al-Qur’an atau norma. Kedua, akal sehat. Kriteria akhlak mulia,
yakni: amanah, pemaaf, sabar, qana’ah, dan kebesihan.
Akhlak mulia atau yang biasanya disebut dengan akhlak baik
menurut al-Ghazali adalah keadaan batin yan baik. Di dalam batin manusia,
jiwanya terdapat empat tingkatan, dan dalam diri orang yang berakhlak
baik, semua tingkatan itu tetap baik, moderat dan saling
mengharmonisasikan.11 Akhlak dapat dispesifikasikan menjadi tiga yaitu
akhlak kepada Allah, akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak kepada orang
lain.
9
Umar Barmawie, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), hlm. 100.
10
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 183.
11
M. Abdul Quasem, Etika Al-Ghazali; Etika Majemuk di dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1998), hlm.82.
4
PEMBAHASAN
12
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), cet. 1. hlm. 90
13
Ibid. hlm. 95.
14
Ibid. hlm. 96.
5
manusia juga dapat menjadi makhluk yang paling buruk jika tidak mau menerima
keadaan dan kekuasaan Allah SWT (QS. At-Tin (95):5 dan QS. Al-A’raf (7) : 179)
hal ini akan berdampak kepada manusia yang seharusnya mengakui kekuasaan Allah
SWT, tetapi mengingkarinya. Di samping itu terlepas dari manusia dapat berdampak
negatif, seperti kurang toleran, sombong, tidak jujur, serta perbuatan-perbuatan lain
yang dapat merugikan diri sendiri , orang lain, lingkungan, bangsa, negara dan
agama.15
Agar dapat menciptakan manusia yang berkarakter baik (berakhlak mulia),
manusia berkewajiban menjaga dirinya, antara lain dengan memelihara lahir dan
batin, bersikap tenang, selalu menambah ilmu pengetahuan dan disiplin diri. Bukan
hanya di sekolah saja yang harus menerapkan karakter mulia tetapi setiap manusia
juga harus menerapkan karakter mulia tersebut dalam kehidupan keluarga maupun
bermasyarakat. Setiap orang bisa menjamin keselamatannya dengan cara menghayati
dengan cara hidup yang etis, yaitu berperilaku sholeh sambil bekerja yang rajin dan
jujur dan disertai dengan doa. Pembinaan karakter di sekolah sangat penting untuk
menjadikan sikap para siswa agar nantinya mereka bisa jadi orang yang
berkepribadian yang baik di masyarakat dan di tempat-tempat lain. Di samping itu
pembinaan karakter yang mulia di sekolah bermanfaat untuk menjadikan siswa agar
kelak menjadi seorang yang bersikap jujur, adil, bertanggung jawab baik di dunia
pekerjaan maupun di kehidupannya sehari-hari.16
Kegiatan pembinaan akhlak mulia dapat berhasil jika metode yang
digunakan sesuai dengan kompetensi yang dihaarapkan. Adapun metode
yang dapat diguankan dalam pembinaan akhlak mulia adalah:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang paling disuka dan digunakan
dalam proses pembelajaran di kelas, karena dianggap paling mudah
dan praktis untuk digunakan. Meskipun metode ini mudah, akan
tetapi metode ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya;
monoton, siswa tidak aktif, informasi hanya satu arah, terlalu
menggurui dan dirasa melelahkan bagi siswa, dan sebagainya.
2) Metode Ibrah (Perenungan dan Tafakhur)
15
Ibid.
16
Ibid.
6
Metode ibrah adalah metode mendidik siswa dengan menyajikan
pelajaran melalui perenungan terhadap suatu peristiwa yang telah
lalu. Melalui metode ini, siswa diharapkan dapat menggunakan
kemampuan berfikirnya dalam memutuskan tindakannya, sehingga
siswa dapat memilih tuntunan akhlak yang terpuji dan berguna bagi
kehidupannya.
3) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan
terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab
pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan peserta didik.17
Metode ini menstimulasi anak agar peka dan responsif terhadap
permasalahan yang ada.
4) Metode Diskusi
Diskusi aadalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran melalui
suatu masalah.18maksud adri metode ini adalah proses pertemuan dua
atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling
behadapan muka mengenai tujuan atau sasaran tertentu melalui cara
tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat atau
pemecahan masalah. Tujuannya adalah untuk melatih peserta didik
agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu
masalah dan saling menghormati terhaadap perbedaan pendapat.19
5) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif
untuk menolong peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan. Pada metode ini pendidik memberikan materi dengan
memperagakan dan mempertunjukan tentang suatu proses, baik
sebenarnya atau tiruan.
6) Metode Keteladanan
Keteladanan mempunyai peranan penting dalam pembinaan akhlak
islami terutama pada anal-anak. Sebab anak-anak itu suka meniru
17
Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran Di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki
Press, 2012), hlm. 104.
18
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 269.
19
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (RaSAIL Media Group, 2011), cet. VI, hlm.
81.
7
orang-orang yang mereka lihat baik tindakan maupun budi
pekertinya.20
Dalam pembinaan akhlak mulia dalam sekolah, maka di dalam proses
pembinaan itu sangatlah diperlukan sebuah nilai-nilai pembentukan akhlak mulia
dan indikatornya, prinsip-prinsip pembinaan, evaluasi pendidikan akhlak, dan
pengintegrasian pendidikan akhlak dalam pembelajaran. Kemudian dalam
pembinaan ini juga diperlukan sebuah tujuan-tujuan dan manfaatnya, karena kita
juga perlu mengetahui apa saja tujuan-tujuan dan manfaatnya dari pembinaan akhlak
dalam sekolah ini, agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dan semua
itu perlu di uraikan. Berikut uraian beserta penjelasannya :
20
Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi; Membangun Kepribadian Muslim, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.89.
21
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), cet. 1. hlm. 97-99..
8
10. Inovatif, yaitu berusaha menemukan atau memperkenalkan sesuatu yang
baru.
11. Mandiri, mampu berdiri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
12. Bertanggung jawab, yaitu melaksanakan tugas secara bersungguh-sunguh
serta menanggung konsekuensi dari sikap, perkataan, dan perilaku-nya.
13. Cinta ilmu, yaitu memiliki kegemaran dan menambah dan memperdalam
ilmu.
14. Hidup sehat, yaitu berusaha untuk hidup sehat dan terhindar dari berbagai
penyakit
15. Berhati-hati, yaitu melakukan segala perbuatan dengan teliti, cermat, serta
penuh dengan pertimbangan dan perhitungan.
16. Rela berkorban, yaitu mau melakukan atau memberikan sesuatu sebagai
pernyataan kebaktian dan kecintaan kepada Allah SWT. Atau kepada
manusia.
17. Pemberani, yaaitu memiliki keberaanian dalam melakukan perbuatan-
perbuatan yang mulia.
18. Dapat di percaya, yaitu melakukan sesuatu dengan penuh kejujuran dan
kepercayaan.
19. Jujur, yaitu menyampaikan sesuatu secara terbuka, apa adanya, dan sesuai
dengan hati nurani.
20. Menepati janji, yaitu melaksanakan apa yang telah menjadi janji.
21. Adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya.
22. Renda hati, yaitu berperilaku yang mencerminkan sipat yang berlawanan
dengan kesombongan.
23. Malu berbuat salah, yaitu merasa malu untuk melakukan perbuatan
perbuatan-perbuatan yang salah tercela.
24. Pemaaf, yaitu suka memberi maaf kepada orang lain.
25. Berhati lembut, yaitu memiliki sikap yang penuh dengan kelembutan dan
kasi sayang.
26. Setia, yaitu berpegang teguh janji dan pendiriannya.
27. Bekerja keras, yaitu berusaha menyelesaikan secara optimal.
28. Ulet, berusaha terus dengan giat dan tidak putus asa.
29. Gigi, teguh pada pendirian.
30. Teliti, yaitu melakukan sesuatu dengan cermat dan seksama.
9
31. Berpikir positif, yaitu melihat sisi baik dari setiap hal yang di perhatikan.
32. Disiplin, yaitu taat pada peraturan atau taat pada tertib yang berlaku, dll
22
Ibid. hlm.106-110.
10
9. Ekstensi pimpinan sekolah yang memiliki komitmen tinggi untuk
pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah sangat diperlukan demi
kelancaran program-program yang telah dirancang sekolah.
10. Untuk pengembangan kultur dan akhlak mulia dis ekolah juga diperlukan
program-program sekolah yang secara tegas dan terperinci mendukung
terwujudnya kultur tersebut.
11. Nilai-nilai humanisme, toleransi, sopan santun, disiplin, jujur, mandiri,
bertanggung jawab, sabar, empati, dan saling menghargai perlu dibangun
tatkala siswa berada di sekolah dan di lingkungannya.
12. Pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah juga memerlukan peraturan
atau tata tertib sekolah yang tegas dan terperinci.
13. Untuk mendukung kelancaran pengembangan akhlak mulia siswa, sekolah
(terutama guru) sebaiknya menyiapkan seluruh perangkat lunak
pembelajaran di kelas.
14. Agar pembinaan akhlak mulia para siswa lebih efektif, diperlukan
keteladanan (model) dari para guru (termasuk kepala sekolah) dan para
karyawan di sekolah agar para siswa benar-benar termotivasi dan tidak salah
dalam penerapan nilai-nilai akhlak yang ditargetkan.
15. Demi kelancaran pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah, diperlukan
dukungan nyata dari komite sekolah, baik secara moral maupun finansial.
16. Tiga pusat pendidikan, yaitu pendidikan formal (sekolah), pendidikan
informal (keluarga), dan pendidikan nonformal (masyarakat) seharusnya
sieiring dan sejalan (sinergis).
17. Pembinaan akhlak siswa di sekolah juga dapat didukung dengan
membangun komunikaasi yang harmonis antara guru, orangtua siswa, dan
masyarakat.
18. Reward (hadiah) dan punishment (hukuman bisa juga diterapkan untuk
memotivasi siwa dan seluruh warga sekolah dalam mendukung terwujudnya
kultur akhlak mulia di sekolah.
19. Di butuhkan waktu yang tidak singkat.
20. Pembinaan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan.
21. Melalui seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan cara
terintegrasi.
22. Semua guru harus memiliki kesadaran akan tanggung jawab bersama.
11
23. Orang tua dan masyarakat juga berpengaruh besar dalam tercapainya akhlak
mulia siswa di luar sekolah
24. Membutuhkan dukungan sarana prasana sekolah yang memadai.
25. Sekolah sebaiknya memiliki buku panduan pengembangan kultur akhlak
mulia.
26. Perlunya dilakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program
pembangunan kultur akhlak mulia.
23
Ibid. hlm. 110-112.
12
i. Memotivasi siswa agar selalu melaksanakan kewajiban agama di rumah
(di luar sekolah), baik yang terkait dengan ibadah mahdhah (khusus)
maupun ibadah ghairu mahdhah (umum).
j. Memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas
keagamaan yang kreatif di sekolah.
k. Melakukan mabit (menginap di suatu tempat) untuk menambah kegiatan-
kegiatan keagamaan siswa di luar kelas, terutama pada hari-hari libur.
13
mencerminkan akhlak mulia atau belum. Adapun evaluasi program dapat dilakukan
oleh guru bersama-sama dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan umpan balik
apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk melakukan evaluasi
program ini, guru dapat melakukan penelitian diri (self assesment) dengan membuat
catatan-catatan mengenai kualitas proses pelaksanaan pengembangan kultur akhlak
mulia. 24
24
Ibid. hlm. 114-115.
25
Ibid. hlm. 115.
14
program pembinaan akhlak di sekolah dengan baik. Dukungan semua pihak menjadi
sangat penting dalam mewujudkan program mulia yang pada akhirnya dapat
mendukung terwujudnya bangsa dan negara yang bermartabat.
Jika pendidikan akhlak di sekolah sebagai bagian dari reformasi pendiidkan,
reformasi pendidikan diibaratkan sebagai pohon yang memiliki empat bagian
penting, yaitu akar, batang, cabang, dan daun. Akar reformasi adalah landasan
filosofis (pijakan) pelaksanaan pendidikan akhlak (karakter) harus jelas dan
dipahami oleh masyarakat penyelenggara dan pelaku pendidikan. Batang reformasi
berupa mandat dari pemerintah selaku penanggung jawab penyelenggara pendidikan
nasional. Cabang reformasi berupa manajemen pengelolaan pendidikan akhlak
(karakter), pemberdayaan guru, dan pengelola pendidikan harus ditingkatkan.
Sementara itu, daun reformasi adalah adanya keterlibatan orangtua peserta didik dan
masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang didukung pula dengan
budaya dan kebiasaan hidup masyarakat.26
Keempat pilar reformasi pendidikan akhlak (karakter) di atas saling terkait
dan jika salah satunya tidak maksimal akan dapat menganggu pelaksanaan
pendidikan akhlak di sekolah dan institusi pendidikan lainnya. Pengembangan
akhlak mulia di sekolah menjadi sangat penting, mengingat disinilah peserta didik
mulai berkenalan dengan berbagai bidang kajian keilmuan. Pada masa ini pula
peserta didik mulai sadar akan jati dirinya sebagai manusia yang mulai beranjak
deawasa dengan berbagai problem yang menyertaiya.27
26
Ibid. hlm. 120.
27
Ibid. hlm. 121.
15
sering disebut dengan istilah insan kamil (manusia paripurna). Indikator dari insan
kamil adalah: 28
1) Menjadi hamba Allah swt,
2) Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah swt,
3) Untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat,
4) Terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur’ani
Tujuan umum, kalau pada tujuan tertinggi masih bersifat filosofis, sedangkan
pata tujuan umum ini lebih bersifat empirik dan realistik, berfungsi sebagai arah
yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap,
perilaku dan kepribadian peserta didik. Dalam tujuan umum pembinaan akhlak
mulia siswa, sekurangnya mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 29
1) Untuk mengadakan pembentukan akhlaq mulia.
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan dari segi manfaat.
4) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingin
tahuan dan memungkinkan siswa mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional.
Tujuan sementara, merupakan tujuan yang dikembangkan dalam rangka
menjawab segala tuntutan kehidupan, sehingga tujuan sementara ini lebih bersifat
kondisional, tergantung fakta dimana peserta didik itu tinggal. tujuan sementara ini
merupakan tujuan yang akan dicapai setelah siswa diberi sejumlah pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Dari tujuan
sementara ini bentuk insan kamil dengan pola ubudiyah sudah kelihatan meskipun
dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnnya beberapa ciri pokok akhlak mulia
sudah kelihatan pada pribadi siswa.
Tujuan khusus, lebih bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan tetap
berpegang pada tujuan tertinggi dan tujuan umum pendidikan Islam. Pengkhususan
tujuan ini didasarkan pada : kultur dan cita-cita bangsa, minat, bakatdan
kesanggupan subyek didik, tuntutan situasional,kondisi pada kurun waktu tertentu30.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembinaan akhlak mulai
merupakan sebuah proses yang dilakukan secara bertahap dan dengan menyesuaikan
28
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. hlm. 119-121.
29
Ibid. hlm. 122.
30
Ibid. hlm. 125-126.
16
kebutuhan kurikulum, serta sesuai dengan kebutuhan siswa, untuk mencapai
kesempurnaan akhlak dengan mengembangkan segala potensi yang ada pada diri
individu siswa. Baik itu secara langsung dilakukan di lingkungan sekolah maupun di
luar lingkungan sekolah.
Metode yang dipakai pada pendidikan Islam dalam upaya memberikan
hukuman kepada siswa menurut Abdullah Nashih Ulwan (1999: 312) antara lain
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Lemah lembut dan kasih sayang
b. Menjaga tabiat siswa yang salah dalam menggunakan hukuman
c. Dalam upaya pembenahan, hendaknya dilakukan secara bertahap dari yang
paling ringan hingga yang paling keras.
Metode Pembinaan akhlak mulia dengan pemberian hukuman kepada siswa,
dalam hal ini Rasulullah saw. memberikan batasan langkah-langkah yang harus
ditempuh antara lain, yaitu:
a) Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan.
b) Menunjukkan kesalahan dengan ramah tamah.
c) Menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat.
d) Menunjukkan kesalahan dengan kecaman.
e) Menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan.
f) Menunjukkan kesalahan dengan memberikan hukuman yang membuat
jera.
g) Menunjukkan kesalahan dengan memukul.
17
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan yang telah dibahas pada materi pembinaan akhlak mulia dalam
sekolah sebelumnya bahwa dapat kita simpulkan pembinaan karakter (akhlak) mulia
dalam sekolah itu senidri merupakan upaya-upaya yang di lakukaan sekolah dalam
rangka pembentukaan karakter sisiwa. Agar dapat menciptakan manusia yang
berkarakter baik (berakhlak mulia), manusia berkewajiban menjaga dirinya, antara
lain dengan memelihara lahir dan batin, bersikap tenang, selalu menambah ilmu
pengetahuan dan disiplin diri.
Akhlak mulia atau yang biasanya disebut dengan akhlak baik menurut al-
Ghazali adalah keadaan batin yan baik. Akhlak itu sendiri dibagi menjadi dua yakni,
akhlak terpuji (mahmudah) atau disebut sebagai akhlak mulia (karimah), dan akhlak
tercela (madzmumah). Adapun metode yang dapat digunakan dalam pembinaan
akhlak mulia yakni, metode ceramah, metode ibrah, metode tanya jawab, metode
diskusi, metode demonstrasi, dan metode keteladanan.
Tujuan pembinaan akhlak mulia siswa berkaitan erat dengan tujuan
pendidikan Islam yaitu membentuk akhlak mulia siswa berdasarkan ajaran kitab suci
al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Pendidikan karakter (akhlak) pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetetif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleren, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
pancasila. Pendidikan karakter (akhlak) sangat bermanfaat untuk : mengembangkan
potensi dasar para siswa agar berhati baik, berpikir baik, dan berperilaku baik,
memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, meningkatkan
peradaban bangsa yang kompententif dalam pergaulan dunia.
B. SARAN
Dari makalah yang telah kami susun ini semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua, umumnya bagi kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang
buruk datangnya dari kami. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan
kritik dari dosen pengampu dan serta teman-teman sekalian, yang bersifatnya
membangun, untuk melakukan perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
AR, Zahrudin dan Sinaga, Hasanudin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Barmawie, Umar. 1995. Materi Akhlak. Solo: Ramadhani.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Ismail SM. 2011. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. RaSAIL
Media Group. Cet. VI.
Marzuki. 2015. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah. Cet. I.
Mukmin Sa’aduddin, Imam Abdul. 2006. Meneladani Akhlak Nabi; Membangun
Kepribadian Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran Di Abad
Global. Malang: UIN-Maliki Press.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf.
Ramayulis dan Nizar, Samsul. 2009.
Quasem, M. Abdul. 1998. Etika Al-Ghazali; Etika Majemuk di dalam Islam.
Bandung: Pustaka.
19