BAB II
BATUAN BEKU
dua tipe magma intrusi, yang pertama bersifat basa yaitu memiliki
kandungan silika yang rendah dan viskositasnya rendah. Tipe kedua dari
lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan silika yang
tinggi dan viskositas relatif tinggi
Sifat dan ciri batuan ekstrusi :
a. Berbutir halus dan sering terdapat kaca
b. Batuan memperlihatkan struktur vesikuler, terutama di bagian
permukaan
c. Terdapat struktur aliran
d. Dapat membakar pada sisi bawah aliran
2. Batuan Intrusi
Proses pembentukan batuan ini berbeda, dimana sifat magma
menerobos batuan asal yang sebelumnya telah terbentuk. Batuan instrusi
atau plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada jauh di dalam
bumi (15–50 km). Tempat pembentukannya dekat dengan astenosfer
(lapisan dibawah lempeng tektonik tempat bergeraknya lempeng benua),
maka pendinginan berjalan sangat lambat sehingga bentuk batuannya
besar-besar dan mempunyai kristal yang sempurna dengan bentuk
tekstur holokristalin.
Berdasarkan ukuran diameternya, batuan plutonik dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu :
a. Plutonik Tabular
Batuan beku plutonik tabular berukuran relatif kecil dan
biasanya letaknya agak dekat ke permukaan bumi. Kalau
diperhatikan letak ataupun bentuknya di dalam batuan sekitarnya
dimana ia membeku dikenal ada dua macam, yaitu sill dan dike.
b. Plutonik Masif
Batuan beku plutonik masif berukuran lebih besar dari
plutonik tabular dan biasanya letaknya agak dalam. Plutonik masif
terbagi atas lakolit dan batolit.
Gambar 2.1.
Intrusi Magma
1). Sill
Sill merupakan tubuh batuan yang berupa lembaran dan
sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya. Semacam intrusi
tipis (lembaran) atau structural planes yang relatif sejajar dengan
2). Lakolit
Lakolit merupakan tubuh batuan intrusi yang terbentuk
kubah (dome). Pembentukan lakolit berhubungan dengan
perlapisan batuan sedimen, sehingga di lapangan dapat dikenal
dengan memperhatikan jurus dan kemiringan lapisan batuan,
dimana arah-arah kemiringan searah dengan slope lakolit atau
berlawanan arah dengan pusat lakolit. Ukuran lakolit dapat
dikenal dengan perbandingan ketebalan dan diameternya yaitu
1:10, diameter lakolit berkisar dari 2-4 mil dengan kedalaman
ribuan meter. Sifat magma pembentuk lakolit agak kental,
sehingga penyebarannya tidak begitu luas seperti halnya dengan
sill. Proses pembekuan magma pembentuk lakolit sedang,
sehingga dapat membentuk tekstur fanerik-afanitik atau pofiritik.
Lakolit dapat pula dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a). Asymmetrical Laccolith, lakolit yang mempunyai slope atau
kemiringan lapisan batuan di atasnya tidak sama.
b). Symmetrical Laccolith, lakolit yang mempunyai slope sama.
c). Intrafrontal Laccolith, lakolit yang terbentuk di antara lapisan
batuan yang tidak selaras.
3). Lapolit
Lapolit adalah bentuk tubuh batuan yang merupakan
kebalikan dari lakolit, yakni intrusi berbentuk cekung atau
berasosiasi dengan cekungan. Bentuk intrusi ini dapat dikenal di
lapangan dengan memperhatikan arah dip lapisan sedimen yan
mengarah ke pusat. Pembentukan suatu lapolit berasosiasi dengan
lipatan yang membentuk cekungan atau dalam proses intrusi
terjadi suatu perubahan tingkat lipatan menjadi lebih kuat, akibat
asimilasi magma basa. Tekstur batuan lapolit relatif sama dengan
tekstur dengan batuan pembentuk lakolit.
4). Pakolit
golongan feldspar. Lebih jelasnya Bowen Reaction Series dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2.2.
Bowen Reaction Series
1. Granit
2. Diorit
3. Gabro
4. Peridotit
5. Dan lain-lain
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah yang bersuhu antara 600oC–1200oC atau lebih dan berasal dari
kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas. Komposisi
kimiawi magma dari contoh–contoh batuan beku terdiri dari :
1. Senyawa–senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan senyawa
oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma,
sehingga merupakan mayor elemen yang terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3,
FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
2. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari
fraksi–fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2.
3. Unsur–unsur lain yang disebut unsure jejak dan merupakan minor
elemen seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Co, V, Li, Cr, S dan Pb.
Magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan
mengalami proses diferensiasi menjadi magma bersifat lain. Magma basa
bersifat encer (viskositas rendah), kandungan unsur kimia berat, kadar H+,
OH-dan gas tinggi, sedangkan magma asam sebaliknya. Sekurang–
kurangnya genesa batuan beku vulkanik maupun plutonik harus ditinjau dari
tiga segi :
1. Bagaimana dan dimana larutan bergenerasi di dalam selubung atau
pada kerak bumi bagian bawah.
2. Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik ke
permukaan.
3. Proses–proses di dekat permukaan yang menyempurnakan generasi.
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh
proses-proses sebagai berikut :
a. Berdasarkan genesanya:
1). Batuan beku intrusive yaitu terbentuk di dalam bumi.
2). Batuan beku ekstrusif yaitu terbentuk di luar permukaan
bumi.
b. Berdasarkan senyawa SIO2 menurut C.J. Hughes, 1962 yaitu :
1). Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari
66% atau banyak mengandung mineral kuarsa, contohnya
adalah granit dan riolit.
2). Batuan beku intermediet, apabila kandungan SiO2 antara
52% sampai 66%, contohnya adalah diorite dan andesit.
3). Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45%
sampai 52%, contohnya adalah gabro dan basalt.
4). Batuan beku ultrabasa, apabila kandungan SiO2 kurang
dari 45%, contohnya adalah peridotit.
c. Berdasarkan unsur mineralogi menurut S.J. Shand, 1943 yaitu :
1). Leukokratik Rock, jika mengandung < 30 % mineral
mafik.
2). Mesokratik Rock, jika mengandung 30 % - 60 % mineral
mafik.
3). Melanokratik Rock, jika mengandung 60 % - 90 %
mineral mafik.
4). Hypermelanic Rock, jika mengandung > 90 % mineral
mafik.
c. Mineral Tambahan
Merupakan mineral yang terbentuk pada waktu
kristalisasi magma, dengan jumlah yang sangat kecil. Mineral-
mineral ini tidak selalu ada pada tiap batuan beku, meliputi
hematit, kromit, rutile, magnetit, rulit, pirit, apatit, dll.
Gambar 2.3.
Struktur Batuan Beku Masif
Gambar 2.4.
Struktur Batuan Beku Joint
Gambar 2.5.
Struktur Batuan Beku Pillow Lava
Gambar 2.6.
Stuktur Batuan Beku Vesikuler
Gambar 2.7.
Struktur Batuan Beku Skoria
Gambar 2.8.
Struktur Batuan Beku Amigdaloidal
Gambar 2.9.
Struktur Batuan Beku Xenolit
Gambar 2.10.
Struktur Batuan Beku Autobreccia
2.3.1. Alat
2.3.2. Bahan
2.3.3. Prosedur