Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Petrologi 2010

BAB II
BATUAN BEKU

2.1. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui dan membedakan batuan beku berdasarkan klasifikasinya.


2. Menginterpretasikan penamaan batuan-batuan beku berdasarkan
deskripsinya.

2.2. Dasar Teori

Batuan beku adalah kumpulan interlocking agregat mineral-mineral


silikat hasil penghabluran magma yang mendingin. Batuan beku terbentuk
akibat pembekuan magma, baik yang terbentuk di bawah permukaan bumi
(intrusif) atau yang terbentuk di luar atau di atas permukaan bumi (ektrusif).
Batuan beku yang terdapat di bumi memiliki jenis-jenis yang
beragam yang dikarenakan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi
proses pembekuan magma dan kandungan mineral yang terdapat pada
magma itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi proses diferensiasi
magma, viskositas magma yang membeku, posisi pembekuan magma, dan
sebagainya.
Berdasarkan genetik atau tempat terjadinya pembentukan batuan
beku terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Batuan Ekstrusi
Batuan ekstrusi pembentukannya baik semua material yang ada
di permukaan bumi atau bawah laut, lava mendingin secara cepat di
bawah permukaan laut akan menjadi batuan beku lava bantal, dan yang
keluar dipermukaan bumi akan menjadi batuan beku vulkanik.
Magma yang bergerak dari dalam ke permukaan bumi, sebagian
besar membeku di dalam sebagai batuan plutonik yang membeku di
permukaan bumi dan dikenal sebagai batuan vulkanik. Suatu aktivitas
vulkanik akan mengeluarkan materi-materi berupa gas, cair dan padat.
Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat,
debu atau suatu larutan kental dan panas, cairan ini disebut lava. Ada

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

dua tipe magma intrusi, yang pertama bersifat basa yaitu memiliki
kandungan silika yang rendah dan viskositasnya rendah. Tipe kedua dari
lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan silika yang
tinggi dan viskositas relatif tinggi
Sifat dan ciri batuan ekstrusi :
a. Berbutir halus dan sering terdapat kaca
b. Batuan memperlihatkan struktur vesikuler, terutama di bagian
permukaan
c. Terdapat struktur aliran
d. Dapat membakar pada sisi bawah aliran
2. Batuan Intrusi
Proses pembentukan batuan ini berbeda, dimana sifat magma
menerobos batuan asal yang sebelumnya telah terbentuk. Batuan instrusi
atau plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada jauh di dalam
bumi (15–50 km). Tempat pembentukannya dekat dengan astenosfer
(lapisan dibawah lempeng tektonik tempat bergeraknya lempeng benua),
maka pendinginan berjalan sangat lambat sehingga bentuk batuannya
besar-besar dan mempunyai kristal yang sempurna dengan bentuk
tekstur holokristalin.
Berdasarkan ukuran diameternya, batuan plutonik dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu :
a. Plutonik Tabular
Batuan beku plutonik tabular berukuran relatif kecil dan
biasanya letaknya agak dekat ke permukaan bumi. Kalau
diperhatikan letak ataupun bentuknya di dalam batuan sekitarnya
dimana ia membeku dikenal ada dua macam, yaitu sill dan dike.

b. Plutonik Masif
Batuan beku plutonik masif berukuran lebih besar dari
plutonik tabular dan biasanya letaknya agak dalam. Plutonik masif
terbagi atas lakolit dan batolit.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.1.

Intrusi Magma

Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang


diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusi terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. Konkordan (Concordant Plutons)
Konkordan merupakan bentuk penerobosan batuan beku
dalam yang sejajar dengan lapisan batuan sedimen atau foliasi batuan
metamorf yang diintrusinya. Jenis-jenis dari tubuh batuan ini, yaitu:

1). Sill
Sill merupakan tubuh batuan yang berupa lembaran dan
sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya. Semacam intrusi
tipis (lembaran) atau structural planes yang relatif sejajar dengan

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

bidang atau foliasi batuan disekitarnya. Pada lapisan atau foliasi


horisontal, sill dapat tersingkap di daerah lereng curam (tebing)
atau oleh erosi vertikal yang kuat. Akan tetapi pada lapisan miring
kenampakan lapangan dari sill, kadang sulit dibedakan dengan
dike karena walaupun penyebarannya memanjang dari sill, searah
jurus perlapisan atau foliasi batuan, namun dike dapat pula
ditemukan demikian. Tetapi pada sill penyebaran mineralisasinya
terutama mineral-mineral bijih, akan cenderung menyebar ke arah
kemiringan lapisan dan pada sisi ini lebih banyak perubahan
warna soil ke arah merah atau kecoklatan oleh oksida-oksida besi.
Pergerakan magma pembentuk sill biasanya melalui zona-zona
lemah seperti kekar, bidang lapisan atau foliasi dan batuan yang
lemah. Sifat kekentalan magma sangat menentukan penyebaran
sill. Magma yang kental kecil kemungkinan akan membentuk sill
yang luas, tetapi magma yang encer (basa-intermedit) akan
membentuk sill yang penyebarannya luas, karena magma encer
mempunyai mobilitas yang tinggi. Kemungkinan suatu sill
membeku agak cepat karena tipis maka akan memberikan tekstur
mikro, afanitik dan porfiritik. Sill yang membeku lambat akan
mengalami diferensiasi apabila posisinya relatif horizontal.
Ukuran atau ketebalan suatu sill dapat mencapai beberapa ratus
meter. Kehadiran suatu sill biasanya berasosiasi dengan bentuk-
bentuk intrusi lainnya seperti dike, lakolit dan lain-lain.
Berdasarkan atas komposisi dan kejadiannya, maka sill dapat
dibedakan atas:
a). Simple Sill merupakan sill tunggal yang terbentuk satu kali
injeksi magma.
b). Multiple Sill merupakan sill yang berulang kali terbentuk pada
magma yang sama.
c). Composite Sill merupakan sill yang tersusun dengan komposisi
yang berbeda satu sama lainnya.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

2). Lakolit
Lakolit merupakan tubuh batuan intrusi yang terbentuk
kubah (dome). Pembentukan lakolit berhubungan dengan
perlapisan batuan sedimen, sehingga di lapangan dapat dikenal
dengan memperhatikan jurus dan kemiringan lapisan batuan,
dimana arah-arah kemiringan searah dengan slope lakolit atau
berlawanan arah dengan pusat lakolit. Ukuran lakolit dapat
dikenal dengan perbandingan ketebalan dan diameternya yaitu
1:10, diameter lakolit berkisar dari 2-4 mil dengan kedalaman
ribuan meter. Sifat magma pembentuk lakolit agak kental,
sehingga penyebarannya tidak begitu luas seperti halnya dengan
sill. Proses pembekuan magma pembentuk lakolit sedang,
sehingga dapat membentuk tekstur fanerik-afanitik atau pofiritik.
Lakolit dapat pula dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a). Asymmetrical Laccolith, lakolit yang mempunyai slope atau
kemiringan lapisan batuan di atasnya tidak sama.
b). Symmetrical Laccolith, lakolit yang mempunyai slope sama.
c). Intrafrontal Laccolith, lakolit yang terbentuk di antara lapisan
batuan yang tidak selaras.
3). Lapolit
Lapolit adalah bentuk tubuh batuan yang merupakan
kebalikan dari lakolit, yakni intrusi berbentuk cekung atau
berasosiasi dengan cekungan. Bentuk intrusi ini dapat dikenal di
lapangan dengan memperhatikan arah dip lapisan sedimen yan
mengarah ke pusat. Pembentukan suatu lapolit berasosiasi dengan
lipatan yang membentuk cekungan atau dalam proses intrusi
terjadi suatu perubahan tingkat lipatan menjadi lebih kuat, akibat
asimilasi magma basa. Tekstur batuan lapolit relatif sama dengan
tekstur dengan batuan pembentuk lakolit.
4). Pakolit

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

Pakolit adalah bentuk intrusi concordant yang


berhubungan dengan lipatan antiklin atau plunging fold atau tubuh
batuan beku yang menempati sinklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan pakolit berkisar antara ratusan sampai
ribuan kilometer.
b. Diskordan (discordant plutons)
Diskordan merupakan tubuh batuan beku intrusif yang
memotong atau menerobus perlapisan batuan disekitarnya atau foliasi
batuan. Sebagian daripada bentuk diskordan berhubungan dengan
struktur kekar dan sesar. Seperti halnya intrusi konkordan, pada
discordant kecil seperti dike banyak dibentuk oleh magma encer
(basa). Tetapi pada diskordan besar seperti batholith dibentuk oleh
magma asam yang kental dan bersifat granitis.
Bentuk-bentuk intrusi diskordan dapat dikenal dalam beberapa
bentuk, yaitu:
1). Dike
Dike merupakan bentuk intrusi tabular yang memotong
lapisan atau foliasi batuan yang diterobosnya. Pembentukan dike
biasanya dikontrol oleh struktur-struktur akibat gaya tension
seperti kekar terbuka atau sesar turun. Di lapangan dike dapat
dibedakan dengan sill yaitu dengan melihat posisinya terhadap
batuan disekitarnya. Dike memotong lapisan atau foliasi batuan,
sedangkan sill sejajar dengan lapisan batuan yang diintrusinya.
Pada kebanyakan dike dapat dikenal apabila penyebaran
memanjang relatif sejajar atau menyilang dip lapisan batuan
sekitarnya. Akan tetapi apabila dike memotong batuan yang
miring sehingga penyebarannya sejajar dengan jurus lapisan
batuan, dapat memberikan hasil analisis yang keliru, dalam hal ini
sulit dibedakan dengan sill. Hal yang demikian dapat diatasi
dengan memperhatikan arah pengaruh dan mineralisasi di segala
arah, yang berbeda dengan sill.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

Dike dalam ukuran kecil, akan membeku relatif cepat


sehingga dapat menunjukkan tekstur halus afanitik, mikrofeneritik
dan porfiritik. Biasanya dike dan sill berasosiasi melalui zona-
zona lemah (kekar dan sesar minor) membentuk intrusi-intrusi
batuan basa. Penyebaran dan arah-arah memanjang daripada dike
dapat membantu dalam menentukan arah-arah struktur. Biasanya
arah dike relatif tegak terhadap arah tekanan minimum daripada
gaya-gaya pembentuk kekar.
Pada daerah-daerah lipatan, penyebaran dike melalui
kekar-kekar terbuka pada lipatan antiklin melalui sumbu antiklin.
Sedang pada daerah lipatan sinklin biasanya arah dike relatif tegak
terhadap sumbu sinklin tersebut. Pada sesar turun, kekar dapat
ditemukan searah dengan sesar turun tersebut.
2). Batolit
Batolit termasuk batuan intrusi dalam yang berukuran
besar. Ciri-cirinya meliputi:
a). Tubuh batuan intrusi berukuran besar kurang lebih 40 mil
persegi.
b). Tubuh membesar ke bawah.
c). Permukaan tak teratur.
d). Dapat berhubungan dengan diskordan lainnya.
e). Biasanya komposit yang sering berbeda waktu dalam
pembekuannya, karena magma yang dalam dan besar.
f). Kontak efek kedua belah pihak.
g). Kemungkinan besar terjadi diferensiasi, asimilasi dan
xenolitisasi.
h). Sangat memberi pengaruh batuan di atasnya terutama masalah
pemanasan.
i). Biasanya ditemukan roof pendant (sisa-sisa dari batuan
sedimen yang berada di atas batuan beku batolith), xenolith,
inclusion dan copulae (bagian daripada batolith yang menonjol

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

ke atas atau dekat permukaan yang mempunyai bentuk tak


teratur).
3). Stock
Stock adalah batuan diskordan yang ukurannya lebih kecil
dari batolit. Dapat berupa copulae, terbentuk dekat permukaan,
tekstur batuan penyusun stock adalah sedang sampai halus.
3. Batuan Gang
Batuan Gang merupakan batuan antara atau transisi. Batuan ini
terbentuk di dalam celah-celah serta rekahan-rekahan kerak bumi.
Batuan gang atau batuan korok disebut juga batuan hypo-abisik.
Magma yang membeku dalam gang adalah magma yang sedang
menuju ke permukaan bumi atau membeku dalam celah-celah di kerak
bumi. Misalnya magma yang mempunyai susunan granit membeku
dalam sebuah gang, maka batuan yang terbentuk disebut porfiri granit
yang berarti batuan granit bertekstur porfiri.
Berdasarkan cara terjadinya, batuan beku digolongkan menjadi tiga,
yaitu :
1. Effusive rocks yaitu batuan beku yang terbentuk dari permukaan
lapisan kulit bumi.
2. Dike rocks yaitu batuan beku yang terbentuk dekat dengan permukaan.
3. Deep snated rocks yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di dalam
bumi.
Batuan beku yang terbentuk dari pembekuan magma ini sangat keras
dan tidak banyak di jumpai disekitar kita, karena sudah banyak yang
tersedimentasi. Pembekuan mineral dalam magma bila didasarkan atas
penurunan suhu bisa dilihat pada skema yang diberi nama Bowen Reaction
Series. Mineral Sebelah kiri (Discontinuous Series) mewakili mineral–
mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi
adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2, maka
Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksen merupakan
pasangan Ingcongruent Melting, dimana setelah pembentukannya Olivin

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur


menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan
temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah Biotit, biotit
terbentuk dalam temperatur yang rendah.
Mineral sebelah kanan (Continuous Series) diwakili oleh mineral
kelompok Plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar
luas. Anortit adalah mineral yang paling pertama kali terbentuk pada suhu
yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau
Basalt. Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan
beku Diorit dan Andesit.
Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah Albit,
mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti Granit atau Rhyolite.
Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret Solid-
Solution yang merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-
Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini
Anortit adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut juga Calcic
Plagioklas, sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na Sodic plagioklas
atau Alkali plagioklas.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral
Pottasium Feldspar dan mineral ke mineral Muskovit dan terakhir sekali
mineral Kwarsa, maka mineral Kwarsa merupakan mineral yang paling
stabil diantara seluruh mineral Felsik dan mineral Mafik, dan sebaliknya
mineral yang terbentuk untuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak
stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain. Dengan
memperhatikan reaksi Bowen, kita memperoleh berbagai kemungkinan
himpunan mineral utama didalam batuan beku.
Dalam himpunan mineral ada suatu mineral lain yang sangat khas
tetapi tidak tertera dalam deret Bowen yaitu suatu kelompok seri batuan
bersusun basa, yaitu mineral golongan feldspatoid (leusit, nefelin, dsb).
Hadirnya mineral tersebut memberikan petunjuk bahwa kandungan silika
yang dalam magma terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan terbentuk

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

golongan feldspar. Lebih jelasnya Bowen Reaction Series dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 2.2.
Bowen Reaction Series

Dari skema Bowen Reaction Series diatas, diketahui dalam proses


pendinginan magma tidak akan langsung membeku semuanya, melainkan
mengalami penurunan suhu secara perlahan, bahkan berlangsung dengan
cepat.
Penurunan temperatur ini disertai dengan suatu pembekuan dan
pengendapan, mineral-mineral dari berbagai mineral tertentu yang sesuai
ditemperaturnya. Pembentukan mineral dalam magma menurut penurunan
temperatur, dan telah disusun oleh seorang yang bernama Bowen sehingga
sering disebut orang sebagai Bowen Reaction Series.
Batuan beku yang terbentuk dari penbekuan dan pendinginan magma
pada umumnya sangat keras dan tidak terlalu banyak terdapat di alam
karena sudah terlalu banyak yang tersedimentasi. Contohnya antara lain :

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

1. Granit
2. Diorit
3. Gabro
4. Peridotit
5. Dan lain-lain
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah yang bersuhu antara 600oC–1200oC atau lebih dan berasal dari
kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas. Komposisi
kimiawi magma dari contoh–contoh batuan beku terdiri dari :
1. Senyawa–senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan senyawa
oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma,
sehingga merupakan mayor elemen yang terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3,
FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
2. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari
fraksi–fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2.
3. Unsur–unsur lain yang disebut unsure jejak dan merupakan minor
elemen seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Co, V, Li, Cr, S dan Pb.
Magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan
mengalami proses diferensiasi menjadi magma bersifat lain. Magma basa
bersifat encer (viskositas rendah), kandungan unsur kimia berat, kadar H+,
OH-dan gas tinggi, sedangkan magma asam sebaliknya. Sekurang–
kurangnya genesa batuan beku vulkanik maupun plutonik harus ditinjau dari
tiga segi :
1. Bagaimana dan dimana larutan bergenerasi di dalam selubung atau
pada kerak bumi bagian bawah.
2. Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik ke
permukaan.
3. Proses–proses di dekat permukaan yang menyempurnakan generasi.
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh
proses-proses sebagai berikut :

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

1. Hibridisasi adalah pembentukan magma baru karena pencampuran dua


magma yang berlainan jenisnya.
2. Sintaksis adalah pembentukan magma baru karena proses asimilasi
dengan batuan samping.
3. Anataksis adalah proses pembentukan magma dari peleburan batuan
pada kedalaman yang sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami
diferensiasi magmatik. Diferensiasi magmatik ini meliputi semua proses
yang mengubah magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar
menjadi massa batuan beku dengan komposisi yang bervariasi.
Proses–proses diferensiasi magma meliputi :
1. Fragsinasi adalah pemisahan kristal dari larutan magma, karena proses
kristalisasi berjalan tidak seimbang atau Kristal–kristal pada saat
pendinginan tidak dapat mengikuti perkembangan. Komposisi larutan
magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan yang menyolok dan tiba–tiba.
2. Crystal Setting adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal–
kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian
dasar waduk. Disini mineral silikat berat akan terletak di bawah mineral
silikat dingin.
3. Liquid Immisibility adalah larutan magma yang mempunyai suhu rendah
akan pecah menjadi larutan yang masing–masing akan membeku
membentuk bahan yang heterogen.
4. Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari sodium dan
potasium yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk
magma.
5. Vesikulation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen
seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan
membentuk gelembung- gelembung gas dan membawa serta komponen
volatil sodium (Na) dan potassium (K).

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

6. Diffusion ialah bercampurnya batuan–batuan dinding dengan magma di


dalam waduk magma secara lateral.
“Pada saat magma mengalami penurunan suhu dan akibat dari
perjalanannya menuju permukaan bumi, maka mineral–mineral akan
terbentuk.” (Budhikuswansusilo. 2009)

2.2.1. Penggolongan Batuan Beku

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan atas 3 patokan,


yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan genesanya:
1). Batuan beku intrusive yaitu terbentuk di dalam bumi.
2). Batuan beku ekstrusif yaitu terbentuk di luar permukaan
bumi.
b. Berdasarkan senyawa SIO2 menurut C.J. Hughes, 1962 yaitu :
1). Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari
66% atau banyak mengandung mineral kuarsa, contohnya
adalah granit dan riolit.
2). Batuan beku intermediet, apabila kandungan SiO2 antara
52% sampai 66%, contohnya adalah diorite dan andesit.
3). Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45%
sampai 52%, contohnya adalah gabro dan basalt.
4). Batuan beku ultrabasa, apabila kandungan SiO2 kurang
dari 45%, contohnya adalah peridotit.
c. Berdasarkan unsur mineralogi menurut S.J. Shand, 1943 yaitu :
1). Leukokratik Rock, jika mengandung < 30 % mineral
mafik.
2). Mesokratik Rock, jika mengandung 30 % - 60 % mineral
mafik.
3). Melanokratik Rock, jika mengandung 60 % - 90 %
mineral mafik.
4). Hypermelanic Rock, jika mengandung > 90 % mineral
mafik.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

2.2.2. Mineral-Mineral Pembentuk Batuan Beku

Berdasarkan dari Walter T. Huang, 1962, komposisi mineral


dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Mineral Utama (Primary Mineral)
Mineral ini terbentuk secara langsung pada waktu
kristalisasi magma dan merupakan mineral dominan yang
membentuk batuan beku. Mineral utama terbagi menjadi dua :
1). Mineral felsik adalah mineral-mineral yang berwarna terang,
contohnya adalah:
a). Kuarsa SiO2, berwarna putih, tak berwarna, abu-abu
sampai coklat.
b). Plagioklas, berwarna putih, coklat dan merah jambu.
c). Muskovit, tak berwarna (bening) abu-abu, kehijauan atau
coklat muda.
2). Mineral mafik adalah mineral-mineral yang berwarna gelap
yang terdiri dari :
a). Olivin, berwarna hijau, kemerahan dan kuning
kecoklatan.
b). Piroksin, berwarna hijau kehijauan.
c). Hornblende, berwarna hijau-coklat.
d). Biotit, berwarna hitam-coklat.
b. Mineral Sekunder
Mineral ini merupakan mineral hasil dari ubahan mineral
utama yang disebabkan oleh proses pelapukan, reaksi hidrotermal
maupun hasil metamorfisme terhadap mineral utama. Dengan
demikian mineral tersebut tidak ada hubungannya dengan
pembekuan magma (non perogenetik), mineral-mineral tersebut
meliputi:
1). Kelompok kalsit, terdiri dari kalsit, dolomit, magnesit,
sideret. Kelompok ini merupakan ubahan dari mineral
Plagioklas.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

2). Kelompok serpentin, merupakan ubahan dari mineral olivin


dan piroksin, terdiri dari antigonit dan crysotil. Banyak
terdapat pada batuan serpentinit.
3). Kelompok klorit, merupakan ubahan dari mineral plagioklas,
yang terdiri dari proktor, talk, dll.
4). Kelompok serisit, merupakan ubahan dari mineral plagioklas.
5). Kelompok kalorin, merupakan ubahan dari feldspar yang
terdapat dalam batuan beku yang terdiri dari : kaolimit, dan
kalloysit.

c. Mineral Tambahan
Merupakan mineral yang terbentuk pada waktu
kristalisasi magma, dengan jumlah yang sangat kecil. Mineral-
mineral ini tidak selalu ada pada tiap batuan beku, meliputi
hematit, kromit, rutile, magnetit, rulit, pirit, apatit, dll.

2.2.3. Struktur Batuan Beku

Struktur adalah kenampakan hubungan antara batuan dalam


skala besar ataupun kecil, biasanya sangat jelas kenampakannya bila
dilihat di lapangan. Bentuk struktur sangat erat kaitannya dengan
pembentukan batuan beku.
Struktur yang sering ditemukan, meliputi:
a. Masif adalah apabila batuan beku tersebut tidak menunjukkan
adanya sifat perlapisan atau pensejajaran mineral, tidak ada
retakan atau pun lubang-lubang gas.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.3.
Struktur Batuan Beku Masif

b. Joint adalah struktur batuan yang memiliki retakan ataupun


kekar. Struktur ini terbagi menjadi dua, yaitu :
1). Columnar Jointing apabila retakan-retakan atau kekar
berbentuk seperti tiang.
2). Sheeting Joint apabila retakan atau kekar berbentuk seperti
lembaran-lembaran.

Gambar 2.4.
Struktur Batuan Beku Joint

c. Pillow Lava (lava Bantal) adalah struktur yang berbentuk seperti


bantal, khas pada volkanik bawah laut.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.5.
Struktur Batuan Beku Pillow Lava

d. Vesikuler, dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas akibat


terobosan gas saat pembekuan magma dengan susunan lubang
yang teratur.

Gambar 2.6.
Stuktur Batuan Beku Vesikuler

e. Skoria, sama dengan halnya vesikuler namun susunan lubangnya


tidak teratur.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.7.
Struktur Batuan Beku Skoria

f. Amigdaloidal, apabila lubang gas terisi oleh mineral-mineral


sekunder.

Gambar 2.8.
Struktur Batuan Beku Amigdaloidal

g. Xenolit, struktur yang memperlihatkan fragmen batuan yang


tertanam ke dalam masa batuan. Ini akibat peleburan yang tidak
sempurna dari batuan samping di dalam magma yang
mengintrusi.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

Gambar 2.9.
Struktur Batuan Beku Xenolit

h. Autobreccia, merupakan struktur yang memperlihatkan adanya


fragmen lava yang tertanam pada lava.

Gambar 2.10.
Struktur Batuan Beku Autobreccia

2.2.4. Tekstur Batuan Beku

Pengertian dari kenampakan hubungan dari butir-butir


mineral yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir
granularitas.
a. Granularitas
Bentuk butiran-butiran yang terdapat dalam batuan beku
dapat dibedakan beberapa struktur, diantaranya :

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

1) Fanerik Granular, bila butiran mineral dapat dilihat dengan


mata telanjang, dan berukuran seragam.
2) Afanitik, bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
3) Porfiritik, dibedakan menjadi dua :
a). Faneroporfiritik, bila butiran-butiran mineral yang besar
dikelilingi oleh mineral-mineral yang berukuran butir
lebih kecil (massa dasar) yang dapat dikenal dengan mata
telanjang.
b). Porfiroafanitik, biloa butiran-butiran mineral sulung
(fenokris) dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.
c). Glassy, bila batuan beku semata-mata tersusun oleh
mineral gelas.
d). Fragmental, bila batuan beku tersusun oleh fragmen-
fragmen batuan beku hasil letusan gunung api.
b. Derajat Kristalisasi
Kenampakan dari bentuk kristalisasi mineral dipengaruhi
oleh komposisi kimia, akan mempengaruhi viskositas, kecepatan
pendinginan dan kedalaman sebagai fungsi tekanan. Magma
dengan viskositas rendah dibawah tekanan tinggi, maka
kristalnya akan tumbuh dengan baik dan sebaliknya untuk
magma derajat viskositas tinggi serta dekat dengan permukaan.
Dalam hal ini batuan holokristalin dengan ukuran butiran sedang
hingga kasar merupakan ciri untuk bantuan flutunik sedangkan
untuk batuan kristalin halus, afanitik dan gelas, terbentuk sebagai
akibat pendinginan yang cepat dan viscositas magma tinggi, yang
khas terjadi pada magma ekstrusif, intrusi dangkal.
Derajat kristalisasi ada tiga macam, meliputi:
1). Holokristalin, apabila massa batuan tersusun butiran-butiran
kristal

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

2). Hypokristalin, apabila massa batuan tersusun dari butiran-


butiran kristal dan massa gelas
3). Holohialin, apabila batuan tersusun dari massa gelas
c. Bentuk Butiran
Kenampakan dari tubuh kristal yang terbentuk. Ada tiga
macam bentuk dari kristal, meliputi:
1). Euhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral
mempunyai bidang yang sempurna
2). Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi
oleh sebagian bidang kristal yang sempurna dan sebagian
bidang tidak sempurna.
3). Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi
bentuk bidang yang tak sempurna.
d. Relasi
Merupakan hubungan bentuk keseragaman antar butiran
kristal satu dengan yang lainnya, meliputi :
1). Equigranular
Apabila kristal mempunyai bentuk butiran kristal relatif
sama:
a). Panidiomorfik granular, sebagian mineral relatif sama
dan euhedral.
b). Hifidiomorfik granular, sebagian mineral relatif seragam
dan subhedral.
c). Allotimorfik granular, sebagian mineral relatif seragam
dan anhedral.
2). Inequigranular
Apabila mempunyai mempunyai bentuk butiran kristal relatif
tidak sama:
a). Faneroporfiritik, dimana mineral-mineral besar (finokris)
tertanam dalam massa dasar kristal yang halus

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

b). Vitropirik : Apabila mineral besar tertanam dalam massa


dasar gelas.
c). Pofirofanitik : Apabila mineral besar tertanam dalam
massa dasar yang afanitik.
d). Felsoferik : Apabila mineral besar tertanam massa dasar
pertumbuhan bersama (intergrowth) antar feldspar
dengan kuarsa.

2.2.5. Jenis Batuan Beku

Jenis batuan beku dapat dikelompokan berdasarkan


kandungan mineral yang terdapat didalamnya, antara lain :
a. Kelompok Ganit – Riyolit, termasuk batuan beku asam.
b. Kelompok Diorit – Andesit, termasuk batuan intermidiet.
c. Kelompok Gabro – Basalt, termasuk batuan basa.
d. Kelompok Peridotit, termasuk batuan ultra basa

2.2.6. Warna Batuan Beku

Batuan beku memiliki warna yang berkaitan erat dengan


komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari
warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk
batuan yang memiliki tekstur gelasan.
a. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku
asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa,
potas feldsfar, muskovit.
b. Batuan beku yang bewarna gelap sampai hitam umumnya adalah
batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan
mineral mafiknya hampir sama banyak atau sebanding.
c. Batuan beku yang bewarna hitam kehijauan umumnya adalah
batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah
mineral mafik.

Dimas Apri Saputra


H1C109009
Laporan Praktikum Petrologi 2010

d. Batuan beku yang bewarna hijau kelam dan biasanya


monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi
hampir seluruhnya mineral mafik.

2.3. Metodologi Praktikum

2.3.1. Alat

a. Lembar deskripsi batuan sementara


b. Alat tulis

2.3.2. Bahan

a. Sampel batuan beku

2.3.3. Prosedur

a. Menentukan warna sampel batuan beku baik warna


segar maupun warna lapuk.
b. Menentukan struktur yang tampak pada sampel
batuan beku.
c. Menentukan tekstur sampel batuan beku yang terdiri
dari derajat kristalisasi, granularitas, bentuk kristal, dan relasi.
d. Menentukan komposisi mineral pada sampel batuan
beku dengan menggunakan lup.
e. Menentukan jenis batuan beku dan penamaannya
berdasarkan pendeskripsian yang telah dilakukan di atas.

Dimas Apri Saputra


H1C109009

Anda mungkin juga menyukai