Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM T. A.

KROMATOGRAFI

IDENTIFIKASI RHODAMIN B
DALAM SAUS ECERAN

Disusun oleh:
Dina Wahyu Sriana NIM 10.012
Ermie S. Motik NIM 10.017
Firman Abdillah NIM 10.023

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


PUTRA INDONESIA MALANG
Desember 2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah hal yang sangat penting untuk dijaga. Namun kesadaran
masyarakat akan kesehatan sangatlah kurang. Terutama jajanan yang sering kita
jumpai dipinggir jalan, merupakan makanan yang tidak sehat. Namun masyarakat
masih suka mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat tersebut. Padahal para
pedagang sering menggunakan bahan-bahan yang seharusnya tidak layak untuk
dikonsumsi. Salah satu contohnya adalah Rhodamin-B yang seharusnya
digunakan untuk pewarna texstil tapi digunakan sebagai pewarna makanan.
Pada praktikum ini kami melakukan identifikasi Rhodamin-B pada saos
dengan metode kromatografi kertas. Identifikasi Rhodamin-B bertujuan untuk
mengetahui adanya kandungan Rhodamin dalam saos. Karena jika Rhodamin-B
dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan penyakit yang
berbahaya seperti kanker.
Rhodamin-B merupakan pewarna yang dipakai untuk indusri cat, tekstil dan
kertas. Nama lazim dari Rhodamin-B adalah tetraehylrrhodamine dan rumus
kimia C28H31N2O3Cl. Rhodamin-B juga merupakan zat pewarna sintetis berbentuk
hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan aatau berflorensi. Rhodamin-B sangat
mudah larut dalam air dan alkohol, sedikit larit dalam natrium Hidroksida.
Rhodamin digunakan sebagai pewarna kulit, kapas, sutra, katun, wol, nilon,
kertas, tintah, pernis, sabun, pewarna kayu (budavari dalam).
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi Rhodamin-B dalam saus
eceran adalah kromatografi kertas. Metode kromatografi kertas ini bertujuan
untuk mengetahui adanya kandungan Rhodamin B dalam sampel yang akan
diidentifikasi berdasarkan nilai Rf dan warna noda yang dihasilkan. Identifikasi
rhodamin B pada saos dilakukan dengan cara membandingkan sampel saos yang
akan diidentifikasi dengan rhodamin B standar. Banyaknya pemakaian Rhodamin
B pada saos eceran yang banyak beredar serta kurangnya pengetahuan masyarakat
akan bahayanya mengonsumsi saos yang mengandung Rhodamin B, menjadi
faktor dilakukannya praktikum ini. Oleh karena itu kami melakukan Identifikasi
Rhodamin B pada saos eceran dengan metode kromatografi kertas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah saos eceran yang diidentifikasi mengandung Rhodamin B?
2. Bagaimana hasil Rf dan warna noda yang dihasilkan ketika dibandingkan
dengan Rhodamin B standart?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui adanya kandungan Rhodamin B dalam saos eceran yang
diidentifikasi.
2. Dapat mengetahui Rf dan warna noda yang dihasilkan dari identifikasi
Rhodamin B pada saos eceran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan
pada industri tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan
histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan
dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari. Rumus molekul dari
Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000,
berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah – merahan, sangat larut dalam
air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat.
Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH,
selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi
untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th dan titik leburnya pada suhu 165ºC.
Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat
informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja
disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik
yang terdapat dalam Rhodamin B itu sendiri, bahkan jika Rhodamin B
terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbal dan arsen. Dengan
terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan
pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan (Anonimb, tidak
disebutkan).
Dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin (Cl) yang dimana
senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga
berbahaya. Atom Cl sendiri termasuk dalam senyawa halogen dan sifat halogen
yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.
Reaksi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat
digunakan Reaksi Frield Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana
dan xentana. Reaksi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan
seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-
dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B. Selain terdapat ikatan
dengan klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B
inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah (Anonim b, tidak
disebutkan).
Jika diliat dari strukturnya, rumus molekul rhodamin B adalah
C28H31N2O3Cl. Massa molekulnya setara dengan 479, 02 gram/mol.
Densitasnya 1,31 g cm-3 pada temperatur 20oC. Senyawa ini mudah larut dalam
pelarut polar, seperti air dan alkohol terutama metanol serta etanol. Sehingga
rhodamin B juga bersifat polar. Adanya gugus –COOH dan lonepair pada atom O
serta N membuat kepolarannya tidak diragukan lagi (Syadza, 2010).

2.1.2 Kromatografi Kertas


Kromatografi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk memisahkan
campuran molekuler berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen dan
distribusi molekul-molekul dalam dua fase, yaitu fase diam (adsorben) dan fase
bergerak (eluen). Dengan perkataan lain prinsip dasar dalam analisis kromatografi
adalah berdasarkan pada prinsip distribusi fase yakni suatu perpindahan
komponen-komponen zat yang dianalisis dari suatu fase yang bergerak (eluen)
menuju ke fase lain yang diam (adsorben) yang dilaluinya (Anonima, 2010).
Kromatografi kertas adalah kromatografi atau pemisahan komponen-
komponen zat dari campuran berdasarkan distribusi partisi cair-cair. Pada analisis
kromatografi kertas, molekul komponen sebagian terdistribusi dalam zat cair yang
polar yakni air yang mudah teradsorpsi oleh kertas, dan sebagian komponen
terdistribusi dalam eluen yang akan mengalir naik ke ujung kertas bagian atas.
Komponen-komponen suatu senyawa yang akan dianalisis dapat dipisahkan dan
dibedakan dengan harga Rf-nya. Bagian-bagian yang mudah terdistribusi dalam
air akan cepat teradsorpsi oleh kertas dan perjalanan / migrasinya lebih pendek.
Sedangkan bagian-bagian yang tidak terdistribusi dalam air, melainkan dalam
eluen, maka akan terus mengalir ke atas dan perjalannya lebih jauh, dengan
perkataan lain Rf-nya lebih besar daripada bagian yang sebelumnya yang
perjalanan/migrasinya lebih pendek. Noda-noda komponen yang terdapat dalam
senyawa yang dianalisa akan berderet ke atas pada satu garis atau pita lurus. Eluen
dibiarkan naik sampai mendekati pinggiran atas dari kertas, kemudian diberi tanda
dengan garis. Kromatografi kertas dapat digunakan untuk keperluan identifikasi
(analisis kualitatif, seperti untuk analisis tinta), penetapan kadar zat (analisis
kuantitatif), pemurnian senyawa (pekerjaan preparatif), dan untuk menganalisis
asam-asam amino yang terdapat dalam suatu protein (Anonima, 2010).

2.1.3 Eluen
Eluen adalah fase gerak, yaitu fase yang bergerak dengan arah yang telah
ditentukan dan biasanya digunakan dalam bentuk cair atau gas. Fase gerak terdiri
dari sampel yang akan dipisahkan dan solven yang bergerak melalui sebuah fase
diam. Dala hal ini fase gerak berinteraksi dengan fase diam sehingga sebagai
hasilnya suatu pemisahan dapat berlangsung (Labins, 2008).
Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses migrasi / pergerakan dalam
membawa komponen-komponen zat sampel yang bergerak melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan. Sedangkan
adsorben adalah fase diam yang mengikuti / menyerap zat yang dianalisis,
contohnya kertas, kanji, selulosa, silika gel, dll. Distribusi fase atau perpindahan
molekul suatu komponen dari fase yang bergerak menuju ke fase diam yang
dilaluinya merupakan suatu proses kesetimbangan. Apabila tetapan
kesetimbangan dari molekul komponen-komponen dari zat yang akan dianalisa
terhadap ke dua fase yang bergerak dan fase diam yang dilaluinya berbeda, maka
akan terjadi pemisahan komponen-komponen tersebut. Bila suatu komponen
mempunyai daya ikat pada fase diam yang dilaluinya lebih besar, maka komponen
tersebut akan lebih dahulu terikat / diadsorbsi oleh fase diam daripada komponen
yang lainnya. Sebagai hasil analisis kromatografi, daerah pemisahan komponen
pada fase diam akan berupa pita lurus (Anonima, 2010).

2.2 Kerangka Teori


Praktikum identifikasi Rhodamin B dalam saus eceran ini bertujuan untuk
mengetahui adanya persenyawaan tersebut dalam saus yang beredar di
masyarakat. Awalnya warna diekstrak menggunakan maserasi kinetik dengan
bantuan panas dan dengan adanya benang wool akan menyerap warna tersebut.
Lalu ekstrak warna dalam benang wool dipekatkan dan ditotolkan untuk
dilakukan eluasi. Saat eluasi digunakan eluen etanol-asam asetat-air karena
sifatnya yang polar dan kebanyakan snyawa yang digunakan sebagai pewarna
bersifat polar. Setelah eluasi, diamati perubahan yang terjadi dan dihitung nilai
Rf-nya masing-masing.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Prosedur Kerja


3.1.1 Ekstraksi Pewarna Saus
Prosedur yang digunakan dalam identifikasi Rhodamin B dala saus eceran
adalah sebagai berikut.
1. Ditimbang 25 – 30 g saus eceran dan dimasukkan dalam cawan penguap.
2. Ditambahkan 5 mL asam asetat glasial 6% dan benang wool bebas lemak.
3. Campuran dipanaskan siatas penangas air hingga volume menyusut
menjadi 10 mL.
4. Benang wool yang telah berubah warna diambil dan dicuci dengan
aquades.
5. Benang wool tersebut dimasukan ke dalam cawan penguap dan
ditambahkan 5 mL amoniak encer lalu dipanaskan hingga volume menyusut
menjadi 1 mL.
6. Ekstrak yang diperoleh dipisahkan dari benang wool.

3.1.2 Identifikasi Ekstrak Saus


Prosedur yang digunakan dalam identifikasi Rhodamin B dalam saus eceran
adalah sebagai berikut.
1. Dibuat eluen yang terdiri atas etanol:asam asetat:air dengan perbandingan
4:2:2,4 dalam labu takar 50 mL.
2. Dibuat kertas saring dengan ukuran 3x10 cm sebanyak satu lembar dan
ukuran bebas sebanyak satu lembar.
3. Dibuat standar Rhodamin B dengan cara diambil secukupnya dari sendok
tanduk kecil dan dilarutkan dalam 1 mL metanol.
4. Eluen dimasukkan dalam chamber dengan tinggi ± 0,5 cm.
5. Kertas saring dengan ukuran bebas dimasukkan dan dilakukan
penjenuhan.
6. Sambil menunggu proses penjenuhan, ditotolkan sampel dan standar
Rhodamin B pada kertas saring yang terukur.
7. Setelah penjenuhan, kertas saring yang telah ditotolkan sampel dan
standar dieluasi dalam eluen tersebut, lalu diamati perubahan yang terjadi. Proses
eluasi dihentikan apabila eluen sudah tidak dapat merambat lagi.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam ekstraksi dan identifikasi Rhodamin B dalam
saus adalah sebagai berikut.
1. Penangas air
2. Cawan penguap
3. Pipet volume
4. Pipet ukur
5. Pipet tetes
6. Neraca digital
7. Gelas pengaduk
8. Botol semprot
9. Gelas arloji
10. Labu takar
11. Sendok tanduk
12. Chamber
13. Pipa kapiler
14. Lampu spiritus
15. Pinset

3.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam ekstraksi dan identifikasi Rhodamin B dalam
saus adalah sebagai berikut.
1. Saus eceran
2. Rhodamin B
3. Aquades
4. Asam asetat glasial 6%
5. Amoniak encer 13%
6. Etanol
7. Kertas saring
8. Benang wool bebas lemak

3.3 Skema Kerja


benang wool
bebas lemak

saus eceran cawan penguap asam asetat glasail 6%

cawan penguap

ekstrak dalam benang wool

ampas benang wool

amoniak 13% ekstraksi

ekstrak dalam amoniak


ekstrak dalam amoniak

benang wool bersih ekstrak pekat dalam amoniak

eluen etanol:asam asetat:air


(4:2:2,4)

dijenuhkan ditotolkan di kertas saring

eluen jenuh eluasi

diamati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No. Prosdur Pengamatan
Ekstraksi Pewarna Saus
Ditimbang 25 – 30 g saus eceran
1. dan dimasukkan dalam cawan Saus berwarna merah
penguap.
Ditambahkan 5 mL asam asetat
Bau asam dan benang berwarna
2. glasial 6% dan benang wool bebas
putih tulang
lemak.
Campuran dipanaskan di atas
Benang wool berubah warna
3. penangas air hingga volume
menjadi merah cerah
menyusut menjadi 10 mL.
Benang wool yang teah berubah
4. warna diambil dan dicuci dengan Warna tetap
aquades.
Benang wool tersebut dimasukan ke
dalam cawan penguap dan Warna pada benang wool perlahan
5. ditambahkan 5 mL amoniak encer memudar hingga kembali semula
lalu dipanaskan hingga volume dan ekstrak berwarna merah cerah
menyusut menjadi 1 mL.
Ekstrak yang diperoleh dipisahkan
6. Ekstrak pekat berwarna merah
dari benang wool.
Identifikasi Ekstrak Saus
Dibuat eluen yang terdiri atas
etanol:asam asetat:air dengan Eluen berbau asam,sedikit harum,
1.
perbandingan 4:2:2,4 dalam labu dan tidak berwarna
takar 50 mL.
Dibuat kertas saring dengan ukuran
Kertas saring berpori halus dan
2. 3x10 cm sebanyak satu lembar dan
berwarna putih tulang
ukuran bebas sebanyak satu lembar.
3. Dibuat standar Rhodamin B dengan Standar berbentuk kristal semi
halus dan berwarna merah
cara diambil secukupnya dari
keunguan
sendok tanduk kecil dan dilarutkan
Larutan sampel berwarna merah
dalam 1 mL metanol.
keunguan cerah
Eluen dimasukkan dalam chamber
Eluen berbau asam,sedikit harum,
4. dengan tinggi ± 0,5 cm.
dan tidak berwarna

Kertas saring dengan ukuran bebas


Eluen merambat dan berhenti pada
5. dimasukkan dan dilakukan
jarak 9,5 cm
penjenuhan.
Sambil menunggu proses
Hasil penotolan sampel dan
penjenuhan, ditotolkan sampel dan
6. standar berwarna merah cerah
standar Rhodamin B pada kertas
dengan bentuk bulat
saring yang terukur.
Setelah penjenuhan, kertas saring
Masing-masing totolan tereluasi
yang telah ditotolkan sampel dan
membentuk warna merah cerah
standar dieluasi dalam eluen
dengan nilai Rf masing-masing
7. tersebut, lalu diamati perubahan
sebesar 0,4 untuk sampel 1; 0,86
yang terjadi. Proses eluasi
untuk sampel 2; dan 0,81 untuk
dihentikan apabila eluen sudah tidak
standar
dapat merambat lagi.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum identifikasi Rhodamin B dalam saus eceran ini menggunakan
metode kromatografi kertas. Hal ini berkaitan dengan kemudahannya dalam
mempartisi sampel sehingga akan memberikan hasil yang maksimal dalam
analisis. Agar dapat dilakukan analisis warna saus diekstraksi menggunakan
benang wool bebas lemak dengan bantuan asam asetat glasial. Fungsi benang
wool ini adalah sebagai adsorben warna saus sedangkan asam asetat glasial
berfungsi sebagai pemberi suasana asam dimana pada suasana ini rhodamin B
akan tertarik oleh asam dan selanjutnya akan diadsorbsi oleh benang wool. Lalu
warna pada benang wool itu diekstraksi lagi menggunakan amoniak encer.
Amoniak ini berfungsi sebagai pengikat sekaligus pelarut rhodamin B dalam
benang wool.
Saat proses eluasi digunakan eluen etanol:asam asetat:air. Eluen ini bersifat
polar, dikarenakan asam asetat dan air yang bersifat polar dan etanol yang bersifat
semipolar. Pada asam asetat, adanya gugus karboksil menyebabkan sifatnya yang
semakin polar. Tapi dengan semakin panjangnya rantai karbon menyebabkan sifat
piolarnya semakin lemah. Lalu pada etanol, adanya gugus hodroksil membuat zat
ini bersifat semi polar. Penggunaakn eluen ini berkaitan dengan sifat kebanyakan
zat warna yang bersifat polar, termasuk Rhodamin B, juga kemudahannya untuk
larut dalam alkohol dan air. Oleh karenanya digunakan eluen ini agar dapat
mengeluasi Rhodamin B dengan baik. Apabila yang digunakan berupa eluen non
polar, seperti kloroform, maka Rhodamin B tidak akan tereluasi.
Sebelum mempartisi sampel, awalnya eluen dijenuhkan menggunakan kertas
saring. Selain bertujuan untuk membuat eluen makin jenuh (memudahkan saat
eluasi sampel), juga untuk mengetahui jarak maksimal bagi eluen untuk
merambat. Lalu dilakukan eluasi hingga masing-masing totolan terpisah.
Hasil eluasi menunjukkan adanya Rhodamin B dalam sampel 2. Selain
memiliki warna yang sama yakni merah cerah agak keunguan, nilai Rf-nya juga
hampir mendekati (dengan selisih 0,05), yaitu 0,86 untuk sampel 2 dan 0,81 untuk
standar. Akan tetapi pada sampel 1 memberikan hasil negatif. Sebab selain
warnanya yang cenderung agak pudar, juga nilai Rf-nya yang berbeda jauh yakni
sebesar 0,4.
Selain itu, pengaruh lebar kertas saring terhadap chamber memberikan
pengaruh besar. Sebab kertas saring yang menempel dengan dinding chamber
menyebabkan eluen juga terserap melalui sisi samping kertas saring. Hal ini akan
menyebabkan proses eluasi terganggu. Itulah sebabnya kromatogram sampel 1
agak berbelok.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum identifikasi Rhodamin dalam saus eceran ini dapat
disimpulkan bahwa sampel 2 mengandung Rhodamin B. Sedangkan dalam sampel
1 tidak mengandung Rhodamin B. Hal ini dapat dibuktikan melalui warna sampel
dan nilai Rf. Pada sampel 1 berwarna merah agak memudar dengan nilai Rf
sebesar 0,4 sedangkan pada sampel 2 berwarna merah cerah keunguan dengan
nilai Rf sebesar 0,86. Selain itu, warna dari sampel 2 sama dengan warna standar
dan memiliki nilai Rf yang hampir mendekati denga selisih 0,05 (Rf standar
sebesar 0,81)

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya saat ekstraksi pewarna, saus diencerkan dengan sedikit air. Agar
ekstrak dapat tersari sempurna.
2. Sebaiknya saat penotolan, sampel dan standar tida terlalu pekat. Agar hasil
eluasi sampel dan standar tidak begitu mengekor.
3. Sebaiknya lebar kertas saring ditentukan berdasarkan dismeter chamber,
kalau bisa lebih pendek daripada diameter chamber. Agar tidak memberikan
pengaruh pada saat eluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ganza. 2010, (online). Kromatografi Lapis Tipis. http://ramoef.blogspot.com.


Diakses 10 Desember 2011
Labins. 2008, (online). Istilah-istilah dalam Kromatografi.
http://chromatogram.wordpress.com. Diakses 11 Desember 2011
Anonima. 2010, (online). Kromatografi. http://kimiamagic.blogspot.com.
Diakses 11 Desember 2011
Clark, Jim. 2007, (online). Kromatografi Kertas. http://www.chem-is-try.org.
Diakses 10 Desember 2011
Anonimb. (Tidak disebutkan). Rhodamin B. http://catatankimia.com. Diakses
10 Desember 2011
Anonimc. 2011, (online). Asam Asetat. http://id.wikipedia.org. D8iakses 10
Desember 2011
` Syadza. 2010, (online). Apa sih Rhodamin B itu?. http://syadzafirdausiah.
blogspot.com. Diakses 10 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai