KROMATOGRAFI
IDENTIFIKASI RHODAMIN B
DALAM SAUS ECERAN
Disusun oleh:
Dina Wahyu Sriana NIM 10.012
Ermie S. Motik NIM 10.017
Firman Abdillah NIM 10.023
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui adanya kandungan Rhodamin B dalam saos eceran yang
diidentifikasi.
2. Dapat mengetahui Rf dan warna noda yang dihasilkan dari identifikasi
Rhodamin B pada saos eceran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Eluen
Eluen adalah fase gerak, yaitu fase yang bergerak dengan arah yang telah
ditentukan dan biasanya digunakan dalam bentuk cair atau gas. Fase gerak terdiri
dari sampel yang akan dipisahkan dan solven yang bergerak melalui sebuah fase
diam. Dala hal ini fase gerak berinteraksi dengan fase diam sehingga sebagai
hasilnya suatu pemisahan dapat berlangsung (Labins, 2008).
Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses migrasi / pergerakan dalam
membawa komponen-komponen zat sampel yang bergerak melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan. Sedangkan
adsorben adalah fase diam yang mengikuti / menyerap zat yang dianalisis,
contohnya kertas, kanji, selulosa, silika gel, dll. Distribusi fase atau perpindahan
molekul suatu komponen dari fase yang bergerak menuju ke fase diam yang
dilaluinya merupakan suatu proses kesetimbangan. Apabila tetapan
kesetimbangan dari molekul komponen-komponen dari zat yang akan dianalisa
terhadap ke dua fase yang bergerak dan fase diam yang dilaluinya berbeda, maka
akan terjadi pemisahan komponen-komponen tersebut. Bila suatu komponen
mempunyai daya ikat pada fase diam yang dilaluinya lebih besar, maka komponen
tersebut akan lebih dahulu terikat / diadsorbsi oleh fase diam daripada komponen
yang lainnya. Sebagai hasil analisis kromatografi, daerah pemisahan komponen
pada fase diam akan berupa pita lurus (Anonima, 2010).
3.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam ekstraksi dan identifikasi Rhodamin B dalam
saus adalah sebagai berikut.
1. Saus eceran
2. Rhodamin B
3. Aquades
4. Asam asetat glasial 6%
5. Amoniak encer 13%
6. Etanol
7. Kertas saring
8. Benang wool bebas lemak
cawan penguap
diamati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No. Prosdur Pengamatan
Ekstraksi Pewarna Saus
Ditimbang 25 – 30 g saus eceran
1. dan dimasukkan dalam cawan Saus berwarna merah
penguap.
Ditambahkan 5 mL asam asetat
Bau asam dan benang berwarna
2. glasial 6% dan benang wool bebas
putih tulang
lemak.
Campuran dipanaskan di atas
Benang wool berubah warna
3. penangas air hingga volume
menjadi merah cerah
menyusut menjadi 10 mL.
Benang wool yang teah berubah
4. warna diambil dan dicuci dengan Warna tetap
aquades.
Benang wool tersebut dimasukan ke
dalam cawan penguap dan Warna pada benang wool perlahan
5. ditambahkan 5 mL amoniak encer memudar hingga kembali semula
lalu dipanaskan hingga volume dan ekstrak berwarna merah cerah
menyusut menjadi 1 mL.
Ekstrak yang diperoleh dipisahkan
6. Ekstrak pekat berwarna merah
dari benang wool.
Identifikasi Ekstrak Saus
Dibuat eluen yang terdiri atas
etanol:asam asetat:air dengan Eluen berbau asam,sedikit harum,
1.
perbandingan 4:2:2,4 dalam labu dan tidak berwarna
takar 50 mL.
Dibuat kertas saring dengan ukuran
Kertas saring berpori halus dan
2. 3x10 cm sebanyak satu lembar dan
berwarna putih tulang
ukuran bebas sebanyak satu lembar.
3. Dibuat standar Rhodamin B dengan Standar berbentuk kristal semi
halus dan berwarna merah
cara diambil secukupnya dari
keunguan
sendok tanduk kecil dan dilarutkan
Larutan sampel berwarna merah
dalam 1 mL metanol.
keunguan cerah
Eluen dimasukkan dalam chamber
Eluen berbau asam,sedikit harum,
4. dengan tinggi ± 0,5 cm.
dan tidak berwarna
4.2 Pembahasan
Pada praktikum identifikasi Rhodamin B dalam saus eceran ini menggunakan
metode kromatografi kertas. Hal ini berkaitan dengan kemudahannya dalam
mempartisi sampel sehingga akan memberikan hasil yang maksimal dalam
analisis. Agar dapat dilakukan analisis warna saus diekstraksi menggunakan
benang wool bebas lemak dengan bantuan asam asetat glasial. Fungsi benang
wool ini adalah sebagai adsorben warna saus sedangkan asam asetat glasial
berfungsi sebagai pemberi suasana asam dimana pada suasana ini rhodamin B
akan tertarik oleh asam dan selanjutnya akan diadsorbsi oleh benang wool. Lalu
warna pada benang wool itu diekstraksi lagi menggunakan amoniak encer.
Amoniak ini berfungsi sebagai pengikat sekaligus pelarut rhodamin B dalam
benang wool.
Saat proses eluasi digunakan eluen etanol:asam asetat:air. Eluen ini bersifat
polar, dikarenakan asam asetat dan air yang bersifat polar dan etanol yang bersifat
semipolar. Pada asam asetat, adanya gugus karboksil menyebabkan sifatnya yang
semakin polar. Tapi dengan semakin panjangnya rantai karbon menyebabkan sifat
piolarnya semakin lemah. Lalu pada etanol, adanya gugus hodroksil membuat zat
ini bersifat semi polar. Penggunaakn eluen ini berkaitan dengan sifat kebanyakan
zat warna yang bersifat polar, termasuk Rhodamin B, juga kemudahannya untuk
larut dalam alkohol dan air. Oleh karenanya digunakan eluen ini agar dapat
mengeluasi Rhodamin B dengan baik. Apabila yang digunakan berupa eluen non
polar, seperti kloroform, maka Rhodamin B tidak akan tereluasi.
Sebelum mempartisi sampel, awalnya eluen dijenuhkan menggunakan kertas
saring. Selain bertujuan untuk membuat eluen makin jenuh (memudahkan saat
eluasi sampel), juga untuk mengetahui jarak maksimal bagi eluen untuk
merambat. Lalu dilakukan eluasi hingga masing-masing totolan terpisah.
Hasil eluasi menunjukkan adanya Rhodamin B dalam sampel 2. Selain
memiliki warna yang sama yakni merah cerah agak keunguan, nilai Rf-nya juga
hampir mendekati (dengan selisih 0,05), yaitu 0,86 untuk sampel 2 dan 0,81 untuk
standar. Akan tetapi pada sampel 1 memberikan hasil negatif. Sebab selain
warnanya yang cenderung agak pudar, juga nilai Rf-nya yang berbeda jauh yakni
sebesar 0,4.
Selain itu, pengaruh lebar kertas saring terhadap chamber memberikan
pengaruh besar. Sebab kertas saring yang menempel dengan dinding chamber
menyebabkan eluen juga terserap melalui sisi samping kertas saring. Hal ini akan
menyebabkan proses eluasi terganggu. Itulah sebabnya kromatogram sampel 1
agak berbelok.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum identifikasi Rhodamin dalam saus eceran ini dapat
disimpulkan bahwa sampel 2 mengandung Rhodamin B. Sedangkan dalam sampel
1 tidak mengandung Rhodamin B. Hal ini dapat dibuktikan melalui warna sampel
dan nilai Rf. Pada sampel 1 berwarna merah agak memudar dengan nilai Rf
sebesar 0,4 sedangkan pada sampel 2 berwarna merah cerah keunguan dengan
nilai Rf sebesar 0,86. Selain itu, warna dari sampel 2 sama dengan warna standar
dan memiliki nilai Rf yang hampir mendekati denga selisih 0,05 (Rf standar
sebesar 0,81)
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya saat ekstraksi pewarna, saus diencerkan dengan sedikit air. Agar
ekstrak dapat tersari sempurna.
2. Sebaiknya saat penotolan, sampel dan standar tida terlalu pekat. Agar hasil
eluasi sampel dan standar tidak begitu mengekor.
3. Sebaiknya lebar kertas saring ditentukan berdasarkan dismeter chamber,
kalau bisa lebih pendek daripada diameter chamber. Agar tidak memberikan
pengaruh pada saat eluasi.
DAFTAR PUSTAKA